Anda di halaman 1dari 14

Filsafat Pendidikan Islam

“Konsep Manusia dalam Perspektif Falsafah


Pendidikan Islam”
DOSEN PEMANGKU
FIRDAUS, S.Pd.I., M.Pd.I

OLEH:
1. ARISKI EKA HADIYANTO (166410758)
2. FADHILA TAWASSALNA (166411310)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan  kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya  kami
telah dapat menyelesaikan Makalah Filsafat Pendidikan Islam “Konsep Manusia dalam
Perspektif Falsafah Pendidikan Islam”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata
kuliah Filsafat Pendidikan Islam.

Dalam  Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan  demi  penyempurnaan  pembuatan  makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah
ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai,
Amiin.     

Pekanbaru, Agustus 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Makna al-Nas, al-Basyar, Bani Adam dan al-Ins......................................................................3

B. Proses Penciptaan Manusia........................................................................................................6

C. Tujuan penciptaan Manusia.......................................................................................................7

D. Potensi Manusia........................................................................................................................8

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................................10

B. Saran..........................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat Pendidikan Islam adalah konsep berpikir tentang kependidikan yang
bersumber atau berlandaskan ajaran agama islam tentang hakikat kemampuan
manusia untuk dapat dibini dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia
muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran islam.
Fitrah yang terlahir sejak terciptanya manusia merupakan modal dasar manusia
sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk hidup yang lainnya.
Potensi yang berupa fitrah ini tidak akan berkembang jika tidak dibimbing dan
dibina sedemikian rupa. Oleh karena itu, melalui mediasi pendidikanlah potensi yang
sudah terlahir itu akan terbina dan akan berkembang.
Filsafat pendidikan islam berdasarkan ajaran islam artinya sumber utama ajaran
islam, yaitu al-quran dan sunnah senantiasa dijadikan landaan bagi filsafat
pendidikan islam. Filsafat pendidikan islam berdasarkan ajaran yang dijiwai islam
artinya, selain al-quran dan sunnah,filsafat pendidikan islam juga mengambil
sumber-sumber dari ajaran lain yang sejalan, atau tidak bertentangan dengan pokok
ajaran islam.
Keberadaan manusia sebenarnya sudah tercantum dalam ayat-ayat al-Qur’an,
berita mengenai manusia, proses penciptaan manusia sampai tatanan kehidupan
manusia pun sudah diatur di dalam al-Qur’an. Hal ini menggambarkan kepada kita
bahwa pendidikan islam merupakan cara yang paling sempurna dalam
mengembangkan potensi fitrah yang sudah ada sejak jaman azali. Pendidikan islam
akan memberikan bimbingan bagaimana menjadikan manusia beriman sekaligus
sebagai khalifah yang bertanggung jawab.

B. Rumusan Masalah
1. Apa makna an-Nas, al-Basyar dan Bani Adam, al-Ins?
2. Bagaimana penciptaan manusia; Unsur materi dan non materi?
3. Apa tujuan penciptaan manusia?
4. Bagaimana potensi manusia; jismiyah, ruhiyah?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui makna an-Nas, al-Basyar dan Bani Adam, al-Ins
2. Untuk mengetahui penciptaan manusia; Unsur materi dan non materi
3. Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia
4. Untuk mengetahui potensi manusia; jismiyah, ruhiyah

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Makna an-Nas, al-Basyar dan Bani Adam, al-Ins


a. An-Nas
Menurut chodjim (2005:43) Sebagaimana yang lazim ditulis di berbagai
tafsir atau terjemahan, kata al-nas selanjutnya ditulis annas. Ini karena bunyi
lam yang bertemu dengan nun menjadi luruh, tak bersuara. Yang terdengar
bunyi nun-nya. Sehingga, secara utuh al-nas terdengar annas, dan ditulis annas.
Ternyata, annas tidak digunakan al-quran dalam makna tunggal. Ada beberapa
macam aktivitas manusia yang patut dipanggil sebagai annas. Misalnya,
aktivitas pengabdian, bisnis, pergaulan, kehidupan soaial, golongan,
kepemimpinan, dan lain-lain. Semuanya itu dipanggil dengan ungkapan ”ya
ayyuh al-nas”, wahai manusia.
Dalam Q.S AL-BAQARAH[2]:21
‫ِين َخلَ َق ُك ْم الَّذِي َر َّب ُك ُم اعْ ُبدُوا ال َّناسُ َأ ُّي َها َيا‬
َ ‫ون لَ َعلَّ ُك ْم َق ْبلِ ُك ْم مِنْ َوالَّذ‬
َ ُ‫َت َّتق‬
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”.
Dinyatakan bahwa seluruh manusia diperintahkan untuk mengabdi
kepada Tuhan. Panggilan terhadap seluruh manusia dinyatakan dengan annas,.
Jadi jelas bahwa annas meliputi seluruh ras manusia. Dan, semua manusia
diperintahkan untuk beribadah kepada tuhan.
b. Al-Basyar
Menurut Novan & Barnawi (2012:44) Kata al-Basyar dalam Al-Quran
disebutkan sebanyak 36 kali dan tersebar dalam 26 surah. Secara etimologi, al-
Basyar berarti kulit kepala wajah atau tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya
rambut. Penamaan ini memberikan makna bahwa secara biologis yang
mendominasi manusia adalah kulitnya dibanding rambut atau bulunya. Pada
konsep ini terlihat ini terlihat jelas perbedaan umum biologis manusia dengan
hewan yang lebih didominasi oleh bulu dan rambut.
Al-Basyar juga dapat diartikan mulamasah, yaitu persentuhan antara laki-
laki dengan perempuan. Dari makna etimologis ini, dapat dipahami bahwa
manusia merupakan makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan dan
keterbatasan, seperti makan, minum, seks, keamanan, kebahagiaan dan lain

3
sebagainya. Penunjukkan kata al-Basyar ini ditunjukkan Allah kepada seluruh
manusia tanpa terkecuali.
Dalam Q.S Ali Imran[3]:47
ْ َ‫مْسسْ نِي َولَ ْم َولَ ٌد لِي َي ُكونُ َأ َّن ٰى َربِّ َقال‬
‫ت‬ َ ‫َب َش ٌر َي‬
“ Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku
belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun”.
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa seluruh manusia akan
mengalami proses reproduksi dan senantiasa berupaya memenuhi kebutuhan
biologisnya, memerlukan ruang dan waktu, serta tunduk terhadap hukum
alamiahnya, baik yang berupa sunnahtullah maupun takdir Allah. Semua itu
adalah konsekuensi logis dari proses pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu
Allah memberikan kebebasan dan kekuatan kepada manusia sesuai dengan
batas kebebasan dan potensi yang dimilikinya untuk mengelola dan
memanfaatkan alam semesta sebagai salah satu tugas kekhalifahannya di muka
bumi.
c. Bani Adam
Menurut Novan & Barnawi (2012:49) kata Bani Adam tersebut dijumpai
dalam Al-Quran sebanyak 7 kali dan tersebar pada 3 surah. Secara etimologi kata
Bani Adam menunjukkan arti keturunan Nabi Adam a.s. Penggunaan kata Bani
Adam menunjukkan pada arti manusia secara umum. Dalam hal ini, setidaknya
ada tiga aspek yang dikaji, antara lain sebagai berikut:
a) Anjuran untuk berbudaya sesuai dengan ketentuan Allah, diantaranya adalah
berpakaian guna menutup aurat.
b) Mengingatkan pada turunan adam agar jangan terjerumus pada bujuk rayuan
setan yang mengajak pada keingkaran
c) Memanfaatkan semua yang ada di alam semesta dalam rangka ibadah
sekaligus mentauhidkan-Nya
Dengan demikian terlihat bahwa pemaknaan kata Bani Adam lebih
ditekankan pada aspek amaliah manusia sekaligus pemberi arah kemana dan
dalam bentuk apa aktivutas itu dilakukan. Disini terlihat demikian demokratisnya
Allah terhadap manusia. Hukum kausalitas tersebut memungkinkan Allah untuk
meminta pertanggungjawaban pada manusia atas aktivitas yang dilakukan.

4
d. Al-Ins
Menurut Novan & Barnawi (2012:45) kata al-Insan berasal dari kata al-
uni yang dinyatakan dalam Al-Quran sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43
surah. Secara etimologi, al-Insan dapat diartikan harmonis, lemah lembut,
tampak, atau pelupa. Kata al-insan digunakan oleh Al-Quran untuk menunjukkan
totalitas manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani. Harmonisasi kedua aspek
tersebut dengan berbagai potensial yang dimilikinya mengantarkan manusia
menjadi makhluk Allah yang unik dan istimewa, sempurna dan memiliki
diferensial individu antara yang satu dengan yang laindan sebagai makhluk yang
dinamis sehingga mampu menyandang predikat khalifah Allah dimuka bumi.
Pada bebrapa ayat, Allah menyandingkan kata al-insan dengan kata syaitan. Ayat
tersebut secara general memberikan peringatan agar manusia senantiasa sadar dan
menempatkan posisi fitrahnya sesuai dengan yang diinginkan Allah.
Kata al-insan dalam Al-Quran juga menjelaskan sifat umum serta
kelebihan dan kelemahan manusia antara lain sebagai berikut:
a) Tidak semua yang diinginkan manusia berhasil dengan usahanya bila Allah
tidak menginginkannya.
“atau apakah manusia akan mendapatkan segala yang dicita-citakannya?
(Tidak) maka hanya bagi Allah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia.”(Q.S
Al-Najm[53]:23-24)
b) Gembiralah bila dapat nikmat, serta susah bila mendapatkan cobaan.
“jika mereka datang berpaling muka kami tidak mengutus kamu sebagai
pegawai bagi mereka. Kewajiban tidak lain hanyalah menyempaikan (rialah).
Sesungguhnya apabila kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari
kami dia bergembira ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa
kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka
ingkar) karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat)” (Q.S
As-Syura[42]:48)
c) Manusia sering bertindak bodoh dan zalim, baik kepada dirinya sendiri
maupun kepada manusia atau makhluk yang lain.
“sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikullah amanat itu oleh

5
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh.” (Q.S Al-
Ahzab[33]:72)
d) Manusia sering ragu dalam memutuskan suatu perkara.
“dan berkata manusia, ‘ betulkah apabila aku telah mati, bahwa aku sungguh-
sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup kembali? Dan tidakkah manusia
itu memikirkan bahwasesungguhnya kami telah menciptakannya dahulu,
sedang ia tidak ada sama sekali’.” (Q.A Maryam[19]:66-67)
e) Manusia bila mendapatkan suatu kenikmatan materi sering kali lupa diri dan
bersifat kikir.
Katakanlah “kalau seandainya kamu menguasai pembendaharaan-
pembendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya pembendaharaan itu kamu tahan,
karena takut membelanjakannya dan adalah manusia itu sangat kikir.” (Q.S
Al-Isra’[17]:100)
f) Manusia adalah makhluk yang lemah, gelisah dan tergesa-gesa.
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan
bersifat lemah.”(Q.S Al-Nisa’[4]:100).

B. Proses Penciptaan Manusia


Menurut Rudi (2018:117) Manusia itu terdiri atas dua substansi yaitu:
a) Substansi jasad/materi, yang bahan dasarnya adalah dari materi yang
merupakan bagian dari alam semesta ciptaan Allah Swt dan dalam pertumbuhan
dan perkembangannya tunduk dan mengikuti sunnahtullah (aturan, ketentuan,
hukum Allah yang berlaku di alam semesta)
b) Substansi immateri/nojasad, yaitu penghembusan/peniupan ruh (ciptaan-Nya)
kedalam diri manusia sehingga manusia merupakan benda organik yang
mempunyai hakikat kemanusiaan.
Menurut Toto (2011:81) Manusia diciptakan Tuhan melalui sebuah proses yang
berlangsung beberapa tahap:
a) Tahap Jasad
Al-Quran menjelaskan bahwa permulaan penciptaan manusia adalah dari tanah
(turab) yaitu tanah berdebu. Alquran terkadang menyebut tanah ini dengan
istilah tin dan terkadang juga dengan istilah salsal. Namun yang jelas yang
dimaksud dengan tanah ini adalah saripatinya atau sulalah. Penciptaan dari
tanah ini tidak berarti bahwa manusia dicetak dari bahan tanah, seperti orang

6
membuat patung tanah. Penciptaan ini bermakna simbolik, yaitu sari pati yang
membentuk tumbuhan atau binatang yang kemudian menjadi bahan makanan
bagi manusia
b) Tahap Hayat
Awal mula kehidupan manusia menurut Al-Quran adalah air, sebagaimana
kehidupan tumbuhan dan binatang,. Maksud air kehidupan disini adalah air
yang hina atau sperma. Sperma ini kemudian membuahi sel telur yang ada
dalam rahim seorang ibu. Sperma inilah yang merupakan awal mula hayat
(kehidupan) seorang manusia.
c) Tahap Ruh
Yang dimaksud dengan ruh disini adalah sesuatu yang dihembuskan Tuhan
dalam diri manusia dan kemudian menjadi bagian dari diri manusia. Pada saat
yang sama, Tuhan juga menjadikan bagi manusia pendengaran, penglihatan dan
hati. Adanya proses peniupan ruh yang ditiupkan Tuhan dalam diri manusia dan
kemudian dan kemudian diiringi dengan pemberian pendnegaran, penglihatan,
dan hati merupakan bukti bahwa yang menjadi pimpinan dalam diri manusia
adalah ruh. Ruhlah yang dapat membimbing pendnegaran, penglihatan dan hati
untuk memahami kebenaran.
d) Tahap Nafs
Kata nafs dalam Al-Quran mempunyai empat pengertian yaitu nafsu, napas,
jiwa dan diri. Dari keempat pengertian ini Al-Quran lebih sering menggunakan
kata nafs untuk pengertian diri. Diri adalah kesatuan dinamik dari jasad, hayat,
dan ruh.

C. Tujuan Penciptaan Manusia


Menurut Toto (2011:83) Untuk apa manusia hidup? Ini adalah pertanyaan
yang mempersoalkan tujuan hidup manusia. Al-Quran menjelaskan bahwa tidaklah
semata-mata Allah menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadanya.
Dalam surah Az-zariyat ayat 56:
ُ ‫س ْال ِجنَّ َخلَ ْق‬
‫ت َو َم‬ َ ‫ُون ِإاَّل َواِإْل ْن‬
ِ ‫لِ َيعْ ُبد‬
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku.”
Ibadah (pengabdian) dalam hal ini tidak dimaksudkan dalam
pengertiannya yang sempit tetapi dalam pengertiannya yang luas. Yaitu nama

7
bagi segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah, baik berupa perkataan
maupun perbuatan. Pendeknya, tujuan hidup manusia adalah ibadah kepada Allah
dalam segala tingkah lakunya.
Tujuan hidup ini pada gilirannya akan bersinggungan dengan tujuan
pendidikan islam, sebab pendidikan pada dasarnya bertujuan memlihara kehidupan
manusia. Tujuan pendidikan islam, tidak boleh tidak, harus terkait dengan tujuan
hidup manusia. Manusia seperti apa yang hendak dibentuk dan diinginkan oleh
pendidikan islam, jawabnnya tergantung kepada tujuan hidup yang hendak ditempuh
oleh seorang muslim. Dengan demikian, tujuan hidup muslim sebenarnya merupakan
tujuan akhir pendidikan islam.

D. Potensi Manusia
a) Potensi Jismiyah
Menurut Aminuddin dkk (2006:25) berdasarkan Hadis Riwayat Bukhari
dan Muslim Allah meniupkan roh dan nyawa sehingga menjadi makhluk yang
bernyawa (manusia). Potensi jismiyah yang dimiliki manusia ialah kemampuan
tubuh manusia yang telah Allah ciptakan dengan sempurna, baik rupa, kekuatan
dan kemampuan. Sebagaimana pada firman Allah Al-Qur’an surat At-Tin ayat 4
yaitu:
‫تَ ْق ِو ٍيم َأحْ َس ِن فِي اإل ْنسَانَ َخلَ ْقنَا لَقَ ْد‬
Artinya : “sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya”

Potensi jismiyah merupakan potensi fisik manusia yang dapat


diberdayakan sesuai fungsinya untuk berbagai kepentingan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan hidup. Misalnya mata untuk melihat, kaki untuk berjalan,
telinga untuk mendengar dan lain-lain.

Banyak orang mengabaikan potensi yang satu ini. Mereka tidak tahu
bagaimana cara mengembangkan potensi fisik. Padahal Jika di gali lebih dalam
potensi ini, akan sangat terasa manfaatnya. Misalnya seperti kaki,
kembangkanlah potensi yang ada pada kaki kita, yaitu bisa dengan kita
berolahraga, seperti olahraga sepakbola, bulutangkis, renang dll, mungkin

8
dengan kita mencoba berolahraga, kita dapat mengetahui potensi apa yang ada
dalam diri kita. Dan kita dapat mengembangkannya dengan baik dan maksimal.

b) Potensi Ruhiyah
Menurut Aminuddin dkk (2006:25) Aspek kerohanian manusia terlihat
dari aktivitas jasmaniah. Aspek immaterial manusia terdiri atas: pertama ruh
berupa daya manusia mengenal dirinya, mengenal Tuhannya, kamampuan
mempelajari ilmu pengetahuan, kepribadiannya, akhlak nya dan sebagai
penggerak dalam aktivitas ibadah kepada tuhan. Di dalam hati setiap manusia
telah tertanam potensi ini, yang dapat membedakan jalan kebaikan (kebenaran)
dan jalan keburukan (kesalahan).
Potensi ini merupakan potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian
dalam diri manusia yang berhubungan dengan jiwa sadar atau kearifan di luar
ego. Tidak diragukan lagi, spiritualitas memiliki kekuatan yang sangat dahsyat.
Ia seperti bahan bakar yang mampu menggerakkan seseorang untuk selalu
konsisten belajar, bekerja, dan beramal. Bayangkan, betapa dahsyatnya kita
kalau selalu termotivasi untuk belajar, bekerja, dan beramal.

9
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
An-nas tidak digunakan al-quran dalam makna tunggal. Ada beberapa
macam aktivitas manusia yang patut dipanggil sebagai annas. Misalnya, aktivitas
pengabdian, bisnis, pergaulan, kehidupan soaial, golongan, kepemimpinan, dan
lain-lain.
Secara etimologi, al-Basyar berarti kulit kepala wajah atau tubuh yang
menjadi tempat tumbuhnya rambut.
. Secara etimologi kata Bani Adam menunjukkan arti keturunan Nabi
Adam a.s. Penggunaan kata Bani Adam menunjukkan pada arti manusia secara
umum.
Secara etimologi, al-Insan dapat diartikan harmonis, lemah lembut,
tampak, atau pelupa
Manusia terdiri dari dua substansi materi dan immateri. Manusia
diciptakan Allah melalui beberapa tahap yaitu tahap jasad, tahap hayat, tahap ruh
dan tahap nafs.
Al-Quran menjelaskan bahwa tidaklah semata-mata Allah menciptakan
jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadanya.
Potensi jismiyah merupakan potensi fisik manusia yang dapat
diberdayakan sesuai fungsinya untuk berbagai kepentingan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan hidup. Potensi ruhiyah merupakan potensi kecerdasan
yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan dengan jiwa
sadar atau kearifan di luar ego.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah Konsep Manusia dalam Perspektif
Falsafah Pendidikan Islam ini kita menjadi lebih tahu secara mendalam tentang
Konsep Manusia dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islam dan tidak hanya
sekedar tahu

10
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, dkk. 2006. Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Chodjim, Achmad. 2004. An-Nas. Jakarta: Serambi.

Suharto, Toto. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Suryadi, Ahmad Rudi. 2018. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Deepublish.

Wiyani, Ardy Novan & Barnawi. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.

11

Anda mungkin juga menyukai