Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HAKEKAT MANUSIA DI DALAM ISLAM

DOSEN
NINO YUDIAR.S.Pd.,M.Pd.I

DISUSUN OLEH
NAZWA ADELIA HERLAMBANG
NIM : 2311211024

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK KIMIA
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hakekat Manusia Di Dalam Islam” dengan
tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Selain
itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang kedudukan manusia, tugas, dan
fungsi manusia di dalam islam.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nino Yudiar.S.Pd.,M.Pd.I selaku dosen
untuk mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 27 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
2.1 Kedudukan Manusia Di Dalam Islam..............................................................................5
2.2 Tugas Manusia Di Dalam Islam.......................................................................................6
2.3 Fungsi Manusia Di Dalam Islam....................................................................................11
BAB III
PENUTUP................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan................................................................................................................14
3.2 Saran..........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Islam manusia berasal dari satu asal, yaitu dari Adam dan Hawa. Manusia
merupakah makhluk Allah SWT dalam sebaik-baik bentuk. Di samping itu manusia dibekali
dengan ilmu dan akal serta kemauan, dengan demikian manusia mempunyai kapasitas
sebagai khalifah Allah di muka bumi. Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal-usul
kehidupan di alam semesta.

Manusia mempunyai kedudukan, tugas, dan fungsinya sesuai dengan ajaran Islam.
Kedudukan, tugas, dan fungsi tersebut tertuang dalam Al-Quran dan hadist Nabi SAW.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa kedudukan manusia di dalam islam ?
2. Apa tugas dari manusia di dalam islam ?
3. Apa fungsi manusia di dalam islam ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui kedudukan manusia di dalam islam
2. Untuk mengetahui tugas manusia di dalam islam
3. Untuk mengetahui fungsi manusia di dalam islam

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kedudukan Manusia Di Dalam Islam


Dalam Al-quran, ada empat kata yang digunakan untuk menunjukkan kedudukan manusia,
yaitu:

1. Sebagai Insan

Digunakan di dalam Al-quran sebanyak 65 kali dan tersebar dalam 43 surat untuk
menunjukkan kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa, dan raga.

Kata insan berasal dari kata nasiya yang artinya lupa, menunjuk adanya kaitan dengan
kesadaran diri. Sedangkan kata insan untuk penyebutan manusia yang diambil dari akar
kata al-uns yang berarti jinak dan harmonis. Karena manusia pada dasarnya dapat
menyesuaikan dengan realitas hidup dan lingkungannya. Insan dipakai untuk menunjuk
pada kualitas pemikiran dan kesadaran.

2. Sebagai Basyar

Basyar dipakai untuk menunjukkan pada dimensi alamiah, yang menjadi ciri pokok
manusia pada umumnya.Al-quran menggunakan kata ini sebanyak 36 kali dalam bentuk
tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna untuk menunjukkan manusia dari sudut
lahiriyahnya serta persamaannya dengan seluruh manusian. Basyar dipakai untuk
menyebut semua makhluk baik laki-laki ataupun perempuan, baik satu ataupun banyak.
Kata basyar adalah jamak dari kata basyarah yang berarti kulit. “Manusia dinamai
basyar karena kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan kulit binatang yang lain”.

Di sisi lain, jika diamati banyak ayat Al-quran yang menggunakan kata basyar yang
mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui tahapan-tahapan
sehingga mencapai tahapan kedewasaan. Sebagaimana firman Allah, “Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba
kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.” [QS.al-Rum (3) : 20].

5
3. Sebagai al-Nas

Al-Nas dalam Al-quran disebutkan sebanyak 241 kali dan tersebar dalam 55 surat.
Dalam Al-quran, al-Nas merupakan keterangan yang jelas menunjukkan pada jenis
manusia. Kata al-Nas menunjuk manusia sebagai makhluk sosial dan kebanyakan
digambarkan sebagai kelompok manusia tertentu yang berpotensi melakukan maslahah
dan melakukan mafsadah.

4. Sebagai Bani Adam

Bani Adam di sebutkan dalam Alquran sebanyak 9 kali. Di antaranya pada surat Yasin
ayat 60. Adam di dalam Alquran mempunyai pengertian manusia dengan keturunannya
yang mengandung pengertian basyar, insan dan an-nas. Kata Bani Adam lebih ditekankan
pada aspek amaliah manusia, sekaligus pemberi arah ke mana dan dalam bentuk apa
aktivitas itu dilakukan.

Dalam kitab Ihya ‘Ulumiddin menjelaskan bahwa level manusia itu berada di antara
malaikat dan hewan. Lebih mulia dari hewan dan lebih rendah dari bangsa malaikat. Berikut
penjelasan Al-Ghazali, :

‫واإلنسان رتبته فوق رتبة البهائم لقدرته بنور العقل على كسر شهوته ودون رتبة المالئكة الستيالء الشهوات عليه وكونه مبتلى‬
‫ وكلما قمع الشهوات ارتفع إلى أعلى عليين‬،‫ فكلما انهمك في الشهوات انحط إلى أسفل السافلين والتحق بغمار البهائم‬،‫بمجاهدتها‬
‫والتحق بأفق المالئكة‬.

Artinya, “Level manusia itu berada di atas hewan karena dengan cahaya akal yang
dimilikinya mampu menaklukan syahwat. Akan tetapi di bawah level malaikat karena
memiliki syahwat dan diuji untuk menaklukannya.” “Jika ia terbuai oleh syahwatnya,
levelnya akan turun setara dengan hewan. Sebaliknya, jika mampu menghancurkan
syahwatnya, makan levelnya akan naik setinggi-tingginya bersama golongan para
malaikat.” (Ihya ‘Ulumiddin, juz , hal. 236).

2.2 Tugas Manusia Di Dalam Islam


Manusia sebagai makhluk Allah pada dasarnya mengemban amanah atau tugas, kewajiban
dan tanggungjawab yang dibebankan oleh Allah kepadanya agar dipenuhi, dijaga dan
dipelihara dengan sebaik-baiknya.

6
Al-Maraghy, ketika menafsirkan ayat “Innallaha ya’murukum an tu’addu al-amanaati ila
ahliha … (Q.S. al-Nisa’: 58), ia mengemukakan bahwa amanah tersebut ada bermacam-
macam bentuknya, yaitu:

 Amanah Manusia terhadap Tuhannya

Yakni sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga oleh manusia, yang berupa mengikuti
segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya, serta menggunakan alat-alat
potensialnya dan anggota badannya dalam berbagai aktivitas yang bisa menimbulkan
kemanfaatan baginya dan dapat mendekatkan diri kepada Tuhannya, sehingga bila manusia
melanggarnya, maka berarti dia berkhianat kepada Tuhannya.

 Amanah Manusia terhadap Sesama Manusia

Yakni mengembalikan barang-barang titipan kepada pemiliknya dan tidak mau menipu,
serta menjaga rahasia seseorang yang tidak pantas dipublikasikan.

 Amanah Manusia terhadap Dirinya

Yakni berusaha melakukan hal-hal yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi dirinya untuk
kepentingan agama dan dunianya, tidak melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya baik
untuk kepentingan akhirat maupun dunianya, serta berusaha menjaga dan memelihara
kesehatan dirinya.

Firman Allah dalam Q.S. al-Ahzab : 72, yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah
mengemukakan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan
untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikullah
amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dhalim dan bodoh”.
Ath-Thabathaba’i, ketika menafsirkan ayat tersebut, ia mengemukakan bermacam-macam
pengertian dari amanah, yaitu:

1. Tugas-tugas/beban kewajiban, sehingga bila orang mau mematuhinya, maka akan


dimasukkan ke dalam surga, sebaliknya bila melanggarnya akan dimasukkan ke
neraka
2. Akal, yang merupakan sendi bagi pelaksanaan tugas-tugas/beban kewajiban dan
tempat bergantungnya pahala dan siksa

7
3. Kalimat “La ilaaha illa Allah”
4. Anggota-anggota badan, termasuk di dalamnya alat-alat potensial atau potensi-potensi
dasar manusia, yang mampu mengemban dan melaksanakan amanah dari Allah yang
harus dijaga dan hanya digunakan dalam batas-batas yang diridlai olehNya
5. Ma’rifah kepada Allah. 

Al-Raghib al-Asfahani, pakar bahasa al-Qur’an, mengemukakan beberapa pengertian


tentang amanah, yaitu:

1. Kalimat tauhid
2. Al-’adalah (menegakkan keadilan)
3. Akal

Dari beberapa pendapat ahli tafsir bahwa tugas hidup manusia yang merupakan amanah
dari Allah itu ada dua macam, yaitu :

1. Tugas Manusia Sebagai ’Abdullah (Hamba Allah)

Tugas hidup manusia sebagai ’Abdullah merupakan realisasi dari mengemban amanah
dalam arti memelihara beban/tugas-tugas kewajiban dari Allah yang harus dipatuhi, kalimah
La ilaaha illa Allah atau kalimat tauhid, dan atau ma’rifah kepadaNya. Sedangkan Khalifah
Allah merupakan realisasi dari mengemban amanah dalam arti memelihara, memanfaatkan,
atau mengoptimalkan penggunaan segala anggota badan, alat-alat potensial (termasuk indera,
akal dan qalbu) atau potensi-potensi dasar manusia, guna menegakkan keadilan, kemakmuran
dan kebahagiaan hidup.
Tugas hidup manusia sebagai ’abdullah bisa difahami dari firman Allah dalam Q.S. Adz-
Dzariyat ayat 56: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”.
Pada dasarnya manusia terdiri atas dua substansi, yaitu jasad/materi dan roh/immateri.
Jasad manusia berasal dari alam materi (saripati yang berasal dari tanah), sehingga
eksistensinya mesti tunduk kepada aturan-aturan atau hukum Allah yang berlaku di alam
materi (Sunnatullah). Sedangkan roh-roh manusia, sejak berada di alam arwah, sudah
mengambil kesaksian di hadapan Tuhannya, bahwa mereka mengakui Allah sebagai
Tuhannya dan bersedia tunduk dan patuh kepadaNya (Q.S. al-A’raf: 172).
Hanya saja diri manusia juga telah dianugerahi kemampuan dasar untuk memilih atau
mempunyai “kebebasan” (Q.S. al-Syams: 7-10), sehingga walaupun roh Ilahi yang melekat

8
pada tubuh material manusia telah melakukan perjanjian dengan Tuhannya (untuk bersedia
tunduk dan taat kepadaNya), tetapi ketundukannya kepada Tuhan tidaklah terjadi secara
otomatis dan pasti sebagaimana robot, melainkan karena pilihan dan keputusannya sendiri.
Dan manusia itu dalam perkembangannya dari waktu ke waktu suka melupakan perjanjian
tersebut, sehingga pilihannya ada yang mengarah kepada pilihan baiknya (jalan ketaqwaan)
dan ada pula yang mengarah kepada pilihan buruknya (jalan kefasikan). Karena itu Allah
selalu mengingatkan kepada manusia, melalui para Nabi atau Rasul-rasulNya sampai dengan
Nabi Muhammad SAW. sebagai nabi/rasul terakhir, agar manusia senantiasa tetap berada
pada naturnya sendiri, yaitu taat, patuh, dan tunduk kepada Allah SWT. (’abdullah)

2. Tugas Manusia Sebagai Khalifah Allah

Tugas hidup manusia juga sebagai khalifah Allah di muka bumi. Hal ini dapat difahami dari
firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah: 30: ”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka
berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Kata khalifah berasal dari kata “khalf” (menggantikan, mengganti), atau kata “khalaf”
(orang yang datang kemudian) sebagai lawan dari kata “salaf” (orang yang terdahulu).
Sedangkan arti khilafah adalah menggantikan yang lain, adakalanya karena tidak adanya
(tidak hadirnya) orang yang diganti, atau karena kematian orang yang diganti, atau karena
kelemahan/tidak berfungsinya yang diganti.

“Allah mengangkat manusia sebagai khalifah di muka bumi”, sebagaimana firmanNya


dalam Q.S. Fathir ayat 39, Q.S. al-An’am ayat 165.Manusia adalah makhluk yang termulia di
antara makhluk-makhluk yang lain (Q.S. al-Isra’: 70) dan ia dijadikan oleh Allah dalam
sebaik-baik bentuk/kejadian, baik fisik maupun psikhisnya (Q.S. al-Tin: 5), serta dilengkapi
dengan berbagai alat potensial dan potensi-potensi dasar (fitrah) yang dapat dikembangkan
dan diaktualisasikan seoptimal mungkin melalui proses pendidikan. Karena itulah maka
sudah selayaknya manusia menyandang tugas sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi antara lain menyangkut tugas
mewujudkan kemakmuran di muka bumi (Q.S. Hud : 61), serta mewujudkan keselamatan dan
kebahagiaan hidup di muka bumi (Q.S. al-Maidah : 16), dengan cara beriman dan beramal

9
saleh (Q.S. al-Ra’d : 29), bekerjasama dalam menegakkan kebenaran dan bekerjasama dalam
menegakkan kesabaran (Q.S. al-’Ashr : 1-3). Karena itu tugas kekhalifahan merupakan tugas
suci dan amanah dari Allah sejak manusia pertama hingga manusia pada akhir zaman yang
akan datang, dan merupakan perwujudan dari pelaksanaan pengabdian kepadaNya
(’abdullah).
Tugas-tugas kekhalifahan tersebut menyangkut: tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri;
tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga; tugas kekhalifahan dalam masyarakat; dan
tugas kekhalifahan terhadap alam.
Tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri meliputi tugas-tugas:

(1)  Menuntut ilmu pengetahuan (Q.S.al-Nahl: 43), karena manusia itu adalah makhluk yang
dapat dan harus dididik/diajar (Q.S. al-Baqarah: 31) dan yang mampu mendidik/mengajar
(Q.S. Ali Imran: 187, al-An’am: 51)

(2) Menjaga dan memelihara diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan bahaya dan
kesengsaraan (Q.S. al-Tahrim: 6) termasuk di dalamnya adalah menjaga dan memelihara
kesehatan fisiknya, memakan makanan yang halal dan sebagainya

(3) Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia. Kata akhlaq berasal dari kata khuluq atau
khalq. Khuluq merupakan bentuk batin/rohani, dan khalq merupakan bentuk lahir/ jasmani.
Keduanya tidak bisa dipisahkan, dan manusia terdiri atas gabungan dari keduanya itu yakni
jasmani (lahir) dan rohani (batin). Jasmani tanpa rohani adalah benda mati, dan rohani tanpa
jasmani adalah malaikat. Karena itu orang yang tidak menghiasi diri dengan akhlak yang
mulia sama halnya dengan jasmani tanpa rohani atau disebut mayit (bangkai), yang tidak saja
membusukkan dirinya, bahkan juga membusukkan atau merusak lingkungannya.

Tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga meliputi tugas membentuk rumah tangga
bahagia dan sejahtera atau keluarga sakinah dan mawaddah wa rahmah/cinta kasih (Q.S. ar-
Rum: 21) dengan jalan menyadari akan hak dan kewajibannya sebagai suami-isteri atau ayah-
ibu dalam rumah tangga.
Tugas kekhalifahan dalam masyarakat meliputi tugas-tugas :

(1) Mewujudkan persatuan dan kesatuan umat (Q.S. al-Hujurat: 10 dan 13, al-Anfal: 46)

(2) Tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan (Q.S. al-Maidah: 2)

(3) Menegakkan keadilan dalam masyarakat (Q.S. al-Nisa’: 135)

10
(4) Bertanggung jawab terhadap amar ma^ruf nahi munkar (Q.S. Ali Imran: 104 dan 110)

(5) Berlaku baik terhadap golongan masyarakat yang lemah, termasuk di dalamnya adalah
para fakir dan miskin serta anak yatim (Q.S. al-Taubah: 60, al-Nisa’: 2), orang yang cacat
tubuh (Q.S. ’Abasa: 1-11), orang yang berada di bawah penguasaan orang lain dan lain-lain.

Sedangkan tugas kekhalifahan terhadap alam (natur) meliputi tugas-tugas:

(1) Mengkulturkan natur (membudayakan alam), yakni alam yang tersedia ini agar
dibudayakan, sehingga menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi kemaslahatan hidup
manusia

(2) Menaturkan kultur (mengalamkan budaya), yakni budaya atau hasil karya manusia harus
disesuaikan dengan kondisi alam, jangan sampai merusak alam atau lingkungan hidup, agar
tidak menimbulkan malapetaka bagi manusia dan lingkungannya

(3) MengIslamkan kultur (mengIslamkan budaya), yakni dalam berbudaya harus tetap
komitmen dengan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil-’alamin, sehingga berbudaya berarti
mengerahkan segala tenaga, cipta, rasa dan karsa, serta bakat manusia untuk mencari dan
menemukan kebenaran ajaran Islam atau kebenaran ayat-ayat serta keagungan dan kebesaran
Ilahi.

2.3 Fungsi Manusia Di Dalam Islam


Allah menciptakan manusia dengan potensi kecendrungan, yaitu cendrung kepada
kebenaran, cendrung kepada kebaikan, cendrung kepada keindahan, cendrung kepada
kemulian dan cendrung kepada kesucian.

Firman Allah dalam al- Qur’an surah ar-Ruum: 30, 12.Artinya : “Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), tetaplah atas fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama
yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. ar-Ruum: 30).

Jadi unsur yang terdapat dalam diri manusia yaitu rasa, akal dan badan harus seimbang,
apabila tidak maka manusia akan berjalan pincang. Sebagai contoh; apabila manusia yang

11
hanya menitik beratkan pada memenuhi perasaannya saja, maka ia akan terjerumus dan
tenggelam dalam kehidupan spiritual saja, fungsi akal dan kepentingan jasmani menjadi tidak
penting. Apabila manusia menitik beratkan pada fungsi akal saja, akan terjerumus dan
tenggelam dalam kehidupan yang rasionalistis, yaitu hanya hal-hal yang tidak dapat diterima
oleh akal itulah yang akan dapat diterima kebenaranya. Hal-hal yang tidak dapat diterima
oleh akal, merupakan hal yang tidak benar. Sedangkan pengalaman-pengalaman kejiwaan
yang irasional hanya dapat dinilai sebagai hasil lamunan semata-mata. Selain perhatian yang
terlalu dikonsentrasikan pada hal-hal atau kebutuhan jasmani atau badaniah, cendrung kearah
kehidupan yang materilistis dan positivistis. Maka al-Qur’an memberikan hudan kepada
manusia, yaitu mengajarkan agar adanya keseimbangan antara unsur-unsur tersebut, yaitu
unsur perasaan terpenuhi kebutuhannya, unsur akal juga terpenuhi kebutuhannya, demikian
juga unsure jasmani terpenuhi kebutuhannya (Ahmad Azhar asyir, 1984: 8).

Fungsi dan peranan manusia berpedoman kepas QS. Al- Baqarah ayat 30-36. Di dalam Al-
Quran disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia, yaitu :

1. Menjadi Abdi Allah

Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada Allah dan tidak mau
mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada nafsu dan syahwat. Yang
dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah Allah
meski terdapat resiko besar di dalam perintah Allah. Hal ini tercantum dalam QS Az-
Dzariyat:56 “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahKu.”

2. Menjadi Saksi Allah

Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah bahwa hanya Dialah
Tuhannya, yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari akhir nanti.
Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi orangtuanya
menjadikan manusia sebagai nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum dalam
QS Al-Araf:17 “Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini
Tuhanmu?”Mereka menjawab:”Betul (Engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi.”(Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya
kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).

12
3. Manusia Sebagai Khalifah

Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harus di pertanggung


jawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul menusia di muka bumi adalah tugas
kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi untuk mengelola dan
memelihara alam. Khalifah bererti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan.
Manusia menjadi khalifah berarti manusia memperoleh mandat Tuhan untuk mewujudkan
kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif,
yang memungkinkan dirinya mengolah dan mendayagunakan apa yang ada di muka bumi
untuk kepentingan hidupnya yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahan yang sudah di bahas di BAB II, maka dapat disimpulkan bahwa,
kedudukan manusia di dalam Al-Quran sebagai : insan, basyar, al-nas, dan bani adam. Dalam
kitab Ihya ‘Ulumiddin menjelaskan bahwa level manusia itu berada di antara malaikat dan
hewan. Lebih mulia dari hewan dan lebih rendah dari bangsa malaikat.

Tugas manusia sebagai makhluk Allah harus mampu mengemban amanah dari Allah, yaitu
menjalankan tugas-tugas hidupnya di muka bumi. Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai
dua tugas utama, yaitu:

(1)  Sebagai ’abdullah, yakni hamba Allah yang harus tunduk dan taat terhadap segala aturan
dan KehendakNya serta mengabdi hanya kepadaNya

(2) Sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang meliputi pelaksanaan tugas kekhalifahan
terhadap diri sendiri, dalam keluarga/rumah tangga, dalam masyarakat, dan tugas kekhalifahan
terhadap alam.

Fungsi manusia dalam Al-Quran memberikan hudan kepada manusia, yaitu mengajarkan agar
adanya keseimbangan antara unsur-unsur tersebut, yaitu unsur perasaan terpenuhi
kebutuhannya, unsur akal juga terpenuhi kebutuhannya, demikian juga unsure jasmani
terpenuhi kebutuhannya (Ahmad Azhar asyir, 1984: 8). Selain itu, fungsi manusia di dalam
islam itu menjadi abdi Allah, menjadi saksi Allah, dan Manusia sebagai khalifah.

3.2 Saran
Saran yang bisa penulis berikan adalah pembaca perlu mencari referensi lainnya agar dapat
lebih mengerti tentang kedudukan, tugas, dan fungsi manusia di dalam islam. Selain lebih
paham, bisa memberikan pengetahuan tambahan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abor, Muhamad.2021.Pandangan Ulama terhadap Kedudukan Manusia dan Malaikat.


https://islam.nu.or.id/post/read/128370/pandangan-ulama-terhadap-kedudukan-
manusia-dan-malaikat

Mustofa, Ali.2019.Kedudukan Manusia dalam Islam.


https://radarkudus.jawapos.com/read/2019/05/13/136821/kedudukan-manusia-dalam-
islam

UIN Maliki Malang.2013.Tugas Manusia Di Bumi. https://pasca.uin-malang.ac.id/tugas-


manusia-di-bumi/

UNSRI.2014.Bab IV Hakikat Manusia Menurut Islam.


https://repository.unsri.ac.id/20830/3/4._BAB_IV_HAKIKAT_MANUSIA_MENUR
UT_ISLAM.pdf

http://studyinglathif.blogspot.com/p/blog-page_54.html

15

Anda mungkin juga menyukai