Anda di halaman 1dari 12

MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DAN UMUM

TELAAH DALIL ISLAM TENTANG KONSEP MANUSIA BERKUALITAS

(IMAN.INTELEKTUAL,DAN SOSIAL)

Dosen Pengampu : Ichromsyah Arrohman,M.Pd.I

Disusun oleh

Kelompok 4

1.Anggraini ( 210101006)

2.Lepta Riani ( 210101042)

3.Siti Tasya Septiara ( 210101086)

4.Putri Nabila (210101065)

5.Fatimah Dina Herlani (210101029)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

ISNTITUT AGAM ISLAM AL-QUR’AN AL-ITTIFAQIAH INDRALAYA

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT,karena berkat rahmat,taufik dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah “ Telaah Dalil Islam Tentang konsep
manusia berkualitas”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Ustad Ichromsyah


Arrohman,M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah filsafat pendidikan islam dan
umum,dan tidak lupa pula kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
maklah ini. Makalah ini disuusn untuk menambah pengetahuan kita semua tentang “ Telaah
Dalil Islam Tentang Konsep Manusia Berkualitas.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dan khusunya untuk
pembaca pada umunya.

Kami menyadari makalah kami ini jauh dari kata sempurna,untuk itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat kami butuhkan untuk perbaikan kedepannya.

Akhir kata dari kami ucapkan Terimakasih....

Indralaya,Oktober 2023

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
A.Latar Belakang ........................................................................................................... 4
B.Rumusan Masalah ...................................................................................................... 4
C.Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 5
A.Istilah manusia dalam Al-Qur‟an ............................................................................... 5
B.Manusia berkualitas menurut al-qur‟an ...................................................................... 6
C.Upaya pendidikan islam ............................................................................................. 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 11
A.Kesimpulan................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Berbicara dan berdiskusi tentang manusia selalu menarik. Karena selalumenarik, maka
masalahnya tidak pernah selesai dalam artia tuntas.Pembicaraan mengenai makhluk
psikofisik ini laksana suatu permainan yangtidak pernah selesai. Selalu ada saja pertanyaan
mengenai manusia (Rif'atSyauqi Nawawi, 1996 : 1). Manusia merupakan makhluk yang
palingmenakjubkan, makhluk yang unik multi dimensi, serba meliputi, sangat terbuka,dan
mempunyai potensi yang agung.Timbul pertanyaaan siapakah manusia itu? Pertanyaan ini
nampaknyaamat sederhana, tetapi tidak mudah memperoleh jawaban yang tepat.
Biasanyaorang menjawab pertanyaan tersebut menurut latar belakangnya, jika seseorangyang
menitik beratkan pada kemampuan manusia berpikir, memberi pengertianmanusia adalah
"animal rasional", "hayawan nathiq" "hewan berpikir". Orangyang menitik beratkan pada
pembawaan kodrat manusia hidup bermasyarakat,memberi pengertian manusia adalah"zoom
politicon", "homo socius", "makhluksosial". Orang yang menitik beratkan pada adanya usaha
manusia untukmencukupi kebutuhan hidup, memberi pengertian manusia
adalah"homoeconomicus", "makhluk ekonomi". Orang yang menitik beratkan
padakeistimewaan manusia menggunakan simbul-simbul, memberi pengertianmanusia
adalah"animal symbolicum". Orang yang memandang manusia adalahmakhluk yang selalu
membuat bentuk-bentuk baru dari bahan-bahan alam untukmencukupkan kebutuhan
hidupnya, memberi pengertian manusia adalah"homofaber" , [Ahmad Azhar Basyir, 1984 : 7]
dan seterusnya.

B.Rumusan Masalah
1.Istilah manusia dalam al-qur‟an
2.Manusia berkulitas menurut al-qur‟an
3.Upaya pendidikan islam

C.Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan istilah manusia dalam al-qur‟an
2.Untuk mengetahui manusia berkualitas menurut al-qur‟an
3,Untuk mengetahui upaya pendidikan islam

4
BAB II

PEMBAHASAN

1.Telaah dalil islam tentang konsep manusia berkualitas (Iman,Intelektual dan sosial )

A. Istilah Manusia dalam Al Quran


Ada tiga kata yang digunakan Al-Quran untuk menunjuk kepada manusia,
1) Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun dan sin semacam insan, ins,
nas atau unas;
2) Menggunakan kata basyar;
3) Menggunakan kata bani adam, dan zuriyat adam.1
Secara khusus ketiga kata tersebut memiliki penekanan arti yang berbeda, seperti
berikut ini:
a. Kata al-basyar dinyatakan dalam Al Quran sebanyak 36 kali dan tersebar
dalam 26 surat. Secara etimologi, al-basyar berarti kulit kepala, wajah, atau tubuh
yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Penamaan ini menunjukkan makna bahwa
kulit manusia lebih jelas, dibanding bulu atau rambut binatang. Al-basyar dapat
diartikan musalamah, yaitu persentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan. Makna
etimologis dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang memilikisegala
sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum, keamanan, seks,
kebahagiaan dan sebagainya.2
b. Kata al-insan berasal dari kata al-uns dinyatakan dalam Al Quran sebanyak
73 kali dan tersebar dalam 43 surat. Secara etimologi, al-insandapat diartikan
harmonis, lemah lembut, tampak atau pelupa. Kata alinsan digunakan Al Quran
untuk menunjukkan totalitas manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani.
Harmonisasi kedua unsur tersebut mengantarkan manusia sebagai makhluk Allah
yang sempurna dan berbeda antara satu dengan lainnya serta sebagai makhluk yang
dinamis sehingga mampu menyandang predikat khalifah Allah di muka bumi. 3Kata
al-insan juga digunakan Al Quran untuk menjelaskan kelebihan dan
kelemahan manusia, seperti bahwa tidak semua yang diinginkan manusia

dapat dicapai. Ada keterlibatan Tuhan dalam realitas apa yang dicitacitakan manusia
dan kelemahan manusia (QS. An Najm (53): 24-25), gembira apabila mendapat

5
nikmat dan susah apabila mendapat cobaan (QS. As Syura (42): 48), manusia sering
bertindak bodoh dan zalim baik terhadap diri sendiri maupun makhluk lainnya (QS.
Al Ahzab (33): 72), manusia seringkali ragu dalam memutuskan persoalan (QS.
Maryam (19): 66-67). Penggunaan kata al-insan mengandung dua makna, pertama
bahwa manusia berasal dari proses biologis, kedua manusia berasal dari proses
psikologis (pendekatan spriritual, proses ditiupkannya ruh). Dari pemaknaan manusia
dari kata al-insan, terlihat sesungguhnya manusia merupakan makhluk Allah yang
memiliki sifat manusiawi yang bernilai positif dan negatif. Agar mampu
memfungsikan tugas dan kedudukannya di muka numi dengan baik, maka manusia
harus senantiasa mengarahkan seluruh aktivitasnya sesuai dengan nilai-nilai Islam.4
c. Kata al-nas, dinyatakan dalam Al Quran sebanyak 240 kali dan tersebar dalam 53
surat. Kata al-nas menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai makhluk sosial
secara keseluruhan tanpa melihat status keimanan dan kekafirannya (QS. Al Baqarah
(2): 24), (QS. Yunus (10):11). Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa manusia
merupakan makhluk yang dibekali Allah dengan potensi fisik maupun psikis yang
memiliki potensi untuk berkembang. Al-Qur'an berulangkali mengangkat derajat
manusia dan berulangkali pula merendahkan derajat manusia. Manusia dinobatkan
jauh mengungguli alam surga, bumi dan bahkan para malaikat. Allah juga
menetapkan bahwa manusia dijadikan-Nya sebagai makhluk yang paling sempurna
keadaannya dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain At tin (95) :4). Allah
sendirilah yang menciptakan manusia yang proporsional (adil) susunannya (QS. Al
Infithar (82):7).

B. Manusia Berkualitas Menurut al-Qur'an


Dalam al-Qur'an banyak sekali (tidak kurang dari 91) ayat yang berbicara
tentang manusia, Istilah yang digunakan al-Qur'an dalam menggambarkan manusia
berkualitas atau makhluk yang diciptakan Allah dalam sosok yang paling canggih, di
antaranya kata manusia beriman (alHujarat (49) : 14, dll) dan beramal saleh (QS. at-
Tiin (95) : 6, dll), diberi Ilmu
(al-Isra (17) : 85, Mujadalah: 11, Fathir : 28, dll), alim (al-Ankabut (29) : 43, dll),
berakal (al-Mulk (67) : 10, dll), manusia sebagai khalifah (QS.al-Baqarah
(2) : 30,dll), jiwa yang tenang (QS. al-Fajr (89) : 27-28, dll), hati yang tenteram (al-

6
Ra'd (30) : 28, dll), kaffah (al-Baqarah (2) : 208, dll), muttaqin (al-Baqarah (2) : 2, dll),
taqwa (al-Baqarah (2) : 183, dll) , mu'minin, muhsinin, syakirin, muflihin, shalihin,
yang kemudian diberi keterangan untuk mendeskripsikan ciri-cirinya. Istilah-istilah
tersebut saling berkaitan dan saling menerangkan. Jadi, apabila mengambil salah satu
istilah dari istilah-istilah yang digunakan alQur'an, maka deskripsinya akan saling
melengkapi dan merupakan ciri bagi yang lainnya. Karakteristik yang dikemukakan
Al-Qur'an menjadi tolak ukur kualitas manusia, karena karakteristik tersebut
diturunkan dari konfigurasi nilai-nilai yang dikemukakan al-Qur'an yang hadir
bersama dengan kelahiran manusia ke dunia, dan menjadi sifat penentu dalam
pembentukan kepribadian manusia, yaitu kualitas iman, ilmu pengetahuan, kualitas
amal saleh, dan kualitas sosial. 5
1. Kualitas Iman
Kualitas iman ditunjukan oleh prilaku ketaatan dan kesalehan yang bisa diamati
melalui kapasitas ilmu, akhlak dan amal seorang, iman bersifat subjektif, individual
dan batiniah, itu sebabnya iman bisa bertambah karena ibadah dan bisa berkurang
karena maksiat. Hakikat iman itu diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan dan
dibuktikan dengan perbuatan, iman yang membentuk keyakinan yang kokoh
sebenarnya diperoleh secara bertahap, dengan „ainul yakin, dan haqqul yakin (iman
yang sejati). Iman amat penting dalam pendidikan islam mengingan banyaknya
ungkapan dan ajakan Al-Qur‟an dan hadits agar manusia senantiasa beriman kepada
Allah.6 Dalam keadaan beriman, manusia dapat memperlihatkan kualitasperilaku,
kualitas amal salah, dan kualitas sosialnya yaitu ketulusan dalam kehidupan pribadi
maupun kehidupan masyarakat luas. Manusiaakan berperilaku, bekerja, dan
bermasyarakat sesuai dengan fitrah kejadiannya yang condong kepada hanief.

2. Kualitas Intelektual
Kualitas intelektual sudah menjadi potensi awal manusia, karena ketika
manusia diciptakan, "Allah mengajarkan kepada Adam segala nama benda" (QS.al-
Baqarah (2):31). Untuk itu, manusia sejak lahir telah memiliki potensi intelektual,
kemudian potensi intelektual ini dikembangkan. Kualitas intelektual merupakan
perangkat yang sangat diperlukan untuk mengolah alam ini. Rasulullah bersabda
"barang siapa yang ingin memperoleh kebahagian dunia, dengan ilmu dan barang

7
siapa yang ingin memperoleh kebahagian akhirat, dengan ilmu dan barang siapa yang
ingin memperoleh kebahagian keduanya juga dengan ilmu". kata ilmu dengan
berbagai bentuknya terulang sebanyak 854 kali dalam Al-Qur‟an, kata ini diartikan
proses Al Qur‟an mencakup segala macam pengetahuan yang berguna bagi manusia
dan kehidupannya baik masa kini maupun masa depan, baik fisika maupun
metafisika.7Dalam al-Qur'an surat Mujadalah ayat 11, Allah mengangkat derajat
orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Kemudian dalam firman Allah QS. Zumar : 9,
Allah memberi perbedaan orang yang berilmu pengetahuan dan orang yang tidak
memiliki ilmu pengetahuan.
3. Kualitas Amal Saleh
Amal saleh adalah pembentukan kualitas manusia, sebab tiap kerja yang
dilakukan setiap saat merupakan ukiran kearah terbentuk kepribadian manusia. sistem
keimanan teraktualisasi melalui kerja amal saleh, karena kerja semacam ini memilik
dimensi yang abadi. Al-Qur'an surat at-Tiin ayat 5-6, menyampaikan bahwa "manusia
akan dikembalikan kekondisi yang paling rendah, kecuali manusia yang beriman dan
mengerjakan amal salah". Amal saleh merupakan perbuatan yang bernilai bagi
manusia, dan itu pula yang akan dilihat dalam cermin hidupnya, Oleh karena itu, amal
perbuatan yang bermakna bagi kehidupan manusia, baru dapat terwujud apabila
sebelumnya ada iman dan ilmu pengetahuan. Karena dengan beriman memberikan
kelapangan terhadap penderitaan, memberikan kelapangan dalam beramal. Dengan
demikian Iman dapat membentuk kekuatan dalam diri manusia untuk dapat mengubah
penderitaan menjadi kebahagiaan, memberikan semangat kerja. Selain itu, amal saleh
juga terkaitan dengan kualitas ilmu, karena dengan berilmu manusia memiliki
orientasi kesanggupan melakukan perbaikan dan melakukan sesuatu perbuatan amal
untuk kepentingan dan kemaslahatan manusia.
4. Kualitas Sosial
Sebagai mahluk sosial, manusia adalah bagian integral dari umat ini secara
keseluruhan umat yang satu, (Al Anbiyaa‟(21): 92), karena dianjurkan untuk bersatu,
tidak berpecah belah ( Al imran (3):103) karena sesungguhnya manusia itu bersaudara
( Al Hujarat (49): 10),8manusia sebagai makhluk sosial berfungsi terhadap
masyarakatnya, artinya memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan dengan
orang lain, karena manusia merupakan keluarga besar, yang berasal dari satu
keturunan Adam dan Hawa. Dalam Al-Qur'an, manusia diciptakan dalam berbangsA

8
bangsa dan bersuku-suku agar saling kenal mengenal, saling tolong-menolong.
Dengan dasar ini, manusia membangun jaringan silahturrahmi antara sesamanya
sesuai dengan fitrahnya. Karena dengan jaringan silaturrahmi akan memberikan
kebaikan yaitu manusia dapat membangun ukhuawah antar semamanya, dengan
silahturrahim antar semasamanya tercipta atau terbuka peluang-peluang yang lain,
apakah berupa pengalaman, pengetahuan, amal, dan memperkuat ikatan persaudaraan
yang dibangun atas dasar iman untuk menuju muara taqwa. Maka, manusia sebagai
makhluk sosial sangat membutuhkan jaringan sosial, untuk membangun persaudaraan
yang abadi.
C. Upaya Pendidikan Islam
Pijakan yang dijadikan dasar upaya pendidikan Islam ini adalah kerangka
konseptual dari pendidikan Islam itu sendiri. Kerangka konseptual yang dimaksud
adalah konsep penciptaan manusia sebagaimana terdapat dalam Qur‟an, Islam
memandang Al-Qur‟an berfungsi sebagai kitab yang didalamnya tidak ada kandungan
yang meragukan. (QS. Al-Baqarah(2 ):2),9 dan posisi pendidikan dalam diri manusia
dalam prespektif Islam. Berdasarkan konsep dasar penciptaan manusia tersebut
kemudian dibangun rancangan pengembangan pendidikan Islam yang lurus dan tidak
menyimpang dari konsep dasarnya. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa dalam
mengembangkan pendidikan Islam, manusia dapat belajar dari penciptaan dirinya
sebagaima hal itu juga telah dijelaskan oleh al-Qur‟an.Dalam al-Qur‟an, manusia
dianggap sebagai makhluk yang memiliki potensi (fitrah) bawaan (QS. Ar Rum
(30):30) yang tidak terbatas, dapat diberdayakan, dapat dididik dan mendidik
(melakukan proses mengajar) sehingga manusia menjadi makhluk terdidik dan unggul
dalam kehidupnya. Proses humanisasi “merupakan proses yang terbuka, di mana
manusia diberdayakan dan dioptimalkan potensi (fitrah) bawaannya sehingga manusia
dapat menguasai ilmu pengetahuan, keterampilan, teknologi serta penerapannya dan
penghayatan pada seni serta budaya, dan sebagainya”.Proses pendidikan harus
berupaya mengembangkan manusia agar memiliki pengetahuan, keterampilan,
spritual, dan berpikir rasional, sehingga tumbuh perilaku manusia yang mencintai
demokrasi, perdamaian, hidup selaras, stabil, berbudi dan berbudaya sebagai makhluk
Tuhan dan makhluk sosial yang hidup bersama manusia lain dengan tujuan
memakmurkan, mengontrol dan mengatur alam semesta berdasarkan otoritas Tuhan.
Artiproses pendidikan Islam akan menghasilkan manusia yang beramal ilahiyah dan

9
berilmu ilahiyah sebagai manusia yang unggul (insan kamil). Dengan dasar ini,
pengembangan konsep dasar pendidikan Islam harus bersumber dari konsep ilahiyah
(ketuhanan), konsep insaniyah (humanisme) dan konsep lingkungan yang integratif
dan seimbang. Saat ini, pendidikan Islam mempunyai tantangan berat untuk
menghadapi era globalisasi, demokratisasi, dan liberalisasi Islam. Untuk itu, lembaga
pendidikan agama harus mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan di atas.
Misalnya dengan memperbaiki kualitas SDA dan SDM. SDA menyangkut sarana
prasarana, media pendidikan maupun kurikulum yang up to date. sedangkan SDM
menyangkut kualitas guru maupun input peserta didik, Dalam menjalankan tugasnya
sebagai pengajar, setiap guru diharapkan mempunyai komitmen untuk peningkatan
profesionalitas pengajaran. Dalam islam pendidik bukanlah sekedar pembimbing
melainkan sebagai figur teladan yang memiliki karakteristik yang baik.Jadi, sebuah
lembaga pendidikan tidak saja menjadikan peserta didiK pintar secara intelektual, tapi
juga berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia. Menjadi tolak ukur kita sebagai
pengajar di lembaga pendidikan Islam, sudah optimalkah usaha yang kita lakukan
dalam rangka meningkatkan kualitas diri

10
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk yang dibekali Allah dengan potensi fisik maupun psikis
yang memiliki potensi untuk berkembang. Al-Qur'an berulangkali mengangkat derajat
manusia dan berulangkali pula merendahkan derajat manusia, Dalam al-Qur'an banyak sekali
(tidak kurang dari 91) ayat yang berbicara tentang manusia, Istilah yang digunakan alQur'an
dalam menggambarkan manusia berkualitas. Dari pembahasan tentang manusia berkualitas
menurut al-Qur'an, dan beberapa pendapat tentang manusia berkualitas. Maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Bahwa Allah menjadikan manusia tidak sia-sia. Manusia merupakan makhluk
fungsional dan bertanggungjawab, artinya manusia berfungsi terhadap diri pribadinya,
berfungsi terhadap masyarakat, berfungsi terhadap alam dan lingkungan, dan manusia
berfungsi terhadap Allah Sang Penciptanya.
2. Manusia berkualitas menurut al-Qur'an adalah manusia yang memiliki Iman kepada
Allah, memiliki amal saleh, memiliki ilmu pengetahuan, dan menjalin hubungan sosial yang
baik antara sesama manusia dengan tidak memandang derajat, suku bangsa, dan agama.
3. Upaya pendidikan Islam seharusnya menyediakan dan menciptakan jalan bagi
pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya dan memperbaiki kualitas SDA dan SDM,
untuk mencapai tujuan pendidikan islam itu sendiri.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Rasyidin dan Samsul Nizar. 2005. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan


Historis, Teoritis dan Praktis. Ciputat: Ciputat Press
Ancok, Djamaludin.1998.Membangun Kompotensi Manusia Dalam Milenium
KeTiga,
Psikologika, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Fakultas Psikologi UII,
Yogyakarta,
Rachman Assegaf, Abd. 2010. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Shihab, M. Quraish. 2007. Wawasan Al-Qur‟an. Bandung: PT Mizan Pust

12

Anda mungkin juga menyukai