Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA
“HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM”

Disusun oleh :

1. MUHAMMAD YADI (202220)


2. AHMAD RIDUWAN (202204)
3. HASANAH (202212)
4. MAULIDA WATI (202220)
5. SANTI (202230)

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI AMUNTAI

( STIA AMUNTAI )

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk,
maupun pedoman bagi pembaca untuk memperdalam ilmu agama.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan
terhadap makalah ini. Oleh kerena itu, penulis meminta kepada para
pembaca untuk memberikan masukan bermanfaat yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini agar dapat diperbaiki bentuk
maupun isi makalah sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik.

Amuntai, 21 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................
B. Tujuan Penulisan ......................................................................................
C. Ruang Lingkup .........................................................................................
D. Metode Penulisan .....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................
A. Konsep Manusia........................................................................................
B. Eksistensi dan Martabat Manusia .............................................................
C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah .......
BAB III PENUTUP ..........................................................................................
A. Simpulan...................................................................................................
B. Saran ........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Makalah ini kami tujukan untuk masyarakat umum khususnya di kalangan
remaja, pelajar dan generasi muda yang tidak lain adalah sebagai generasi penerus
bangsa agar kita semua memahami konsep manusia dalam dunia islam serta memahami
tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Kajian
tentang manusia telah banyak dilakukan para ahli, yang selanjutnya dikaitkan dengan
berbagai kegiatan, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, agama dan lain
sebagainya. Hal tersebut dilakukan karena manusia selain sebagai subjek (pelaku), juga
sebagai objek (sasaran) dari berbagai kegiatan tersebut, dari pemikiran ini selanjutnya
memunculkan banyak sebutan atau predikat untuk manusia yang dikemukakan para ahli
filsafat, misalnya; homo sapiens, (makhluk yang mempunyai budi pekerti/berakal),
animal rational atau hayawan nathiq (binatang yang dapat berpikir), homo laquen
(makhluk yang pandai menciptakan bahasa), zoon politicoi (makhluk yang pandai
bekerja sama), homo economicus (makhluk yang tunduk kepada prinsip-prinsip
ekonomi), homo religious (makhluk yang beragama), homo planemanet (makhluk
ruhaniah-spiritual), homo educandum (makhluk yang dapat dididik/educable), serta
homo faber (makhluk yang selalu membuat bentuk-bentuk baru).
Dalam konsepsi Islam, manusia merupakan satu hakikat yang mempunyai dua
dimensi, yaitu dimensi material (jasad) dan dimensi immaterial (ruh, jiwa, akal dan
sebagainya). Unsur jasad akan hancur dengan kematian, sedangkan unsur jiwa akan
tetap dan bangkit kembali pada hari kiamat. (QS. Yasin, 36: 78-79). Manusia adalah
makhluk yang mulia, bahkan lebih mulia dari malaikat (QS. al-Hijr, 15: 29). Bahkan
manusia adalah satu-satunya mahluk yang mendapat perhatian besar dari Al-Qur’an,
terbukti dengan begitu banyaknya ayat al-Qur‟an yang membicarakan hal ikhwal
manusia dalam berbagai aspek-nya, termasuk pula dengan nama-nama yang diberikan
al-Qur’an untuk menyebut manusia, setidaknya terdapat lima kata yang sering
digunakan Al-Qur’an untuk merujuk kepada arti manusia, yaitu insan atau ins atau al-
nas atau unas, dan kata basyar serta kata bani adam atau durriyat adam.

1
Berbicara dan berdiskusi tentang manusia memang menarik dan tidak pernah
tuntas. Pembicaraan mengenai makhluk psikofisik ini laksana suatu permainan yang
tidak pernah selesai. Selalu ada saja pertanyaan mengenai manusia. Para ahli telah
mencetuskan pengertian manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini pun belum
ada kata sepakat tentang pengertian manusia yang sebenarnya.
Oleh karena itu kami sebagai penulis melalui makalah ini ingin mengingatkan
kembali kepada para pembaca mengenai eksistensi dan manusia dalam pandangan islam
serta tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.

B. Tujuan Penulisan
1. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai pengertian dan konsep manusia dalam
pandangan islam
2. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai eksistensi dan martabat manusia dalam
pandangan islam
3. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai tanggung jawab manusia sebagai hamba
Allah dan khalifah di muka bumi

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek tentang
konsep dan pengertian manusia, eksistensi dan martabat manusia serta tanggung jawab
manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan
menggunakan metode pustaka yaitu beupa mencari dan mengumpulkan beberapa
sumber dari internet maupun buku yang mengenai informasi seputar konsep manusia
dalam pandangan islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Manusia

Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu sampai zaman modern
ini juga belum berakhir dan tak akan berakhir. Ternyata orang menyelidiki manusia dari
berbagai sudut pandang, ada yang memandang manusia dari sudut pandang budaya
disebut Antropologi Budaya, ada juga yang memandang dari segi hakikatnya disebut
Antropologi Filsafat. Memikirkan dan membicarakan mengenai hakikat manusia inilah,
yang menyebabkan orang tidak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang
memuaskan tentang pertanyaan yang mendasar tentang manusia yaitu apa, bagaimana,
dan kemana manusia itu nantinya. Berbicara mengenai apa itu manusia, ada beberapa
aliran yang mendasari yaitu :

1. Aliran serba zat, mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada hanyalah zat atau
materi. Zat atau materi itulah hakekat dari sesuatu. Alam ini adalah materi dan
manusia adalah unsur dari alam maka dari itu hakikat dari manusia itu adalah zat
atau materi.
2. Aliran serba roh, berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini
adalah roh, begitu juga hakikat manusia adalah roh. Adapun zat itu adalah
manifestasi daripada roh di dunia ini.
3. Aliran dualisme, mencoba untuk meyakinkan kedua aliran di atas. Aliran ini
menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi yaitu
jasmani dan rohani. Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asalnya,
tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari roh, juga sebaliknya.
Hanya dalam perwujudannya manusia itu ada dua, jasad dan roh, yang keduanya
berintegrasi membentuk yang disebut manusia.
4. Aliran eksistensialisme, yang memandang manusia secara menyeluruh, artinya
aliran ini memandang manusia tidak dari sudut zat atau serba roh atau dualisme,
tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri yaitu cara beradanya
manusia itu sendiri di dunia ini.

3
Dari keempat aliran tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hakikat
manusia yang sebenarnya adalah sesuatu yang melatar belakangi keberadaanya di dunia
ini sebagai manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani. Sedangkan dalam Islam
sendiri, hakikat manusia didasarkan pada apa yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan
As-Sunah, atau melalui pengenalan asal kejadian manusia itu sendiri. Hakikat manusia
dalam Islam merupakan suatu keberadaan yang mendasari diciptakannya manusia yang
telah diberi amanat untuk mengatur bumi (Khalifah) yaitu untuk mengabdi atau
beribadah kepada Allah SWT sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S.Adh-Dhariyat
[51:56] yang artinya “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.”

Hakikat manusia sebagai makhluk yang mulia ciptaan Allah memberikan makna
bahwa penciptaan merupakan pihak penentu dan yang diciptakan adalah pihak yang
ditentukan, baik mengenai kondisi maupun makna penciptaannya. Manusia tidak
mempunya peranan apapun dalam proses dan hasil penciptaan dirinya. Oleh karena itu
ketidakmampuan manusia itu merupakan peringatan bagi manusia. Seperti halnya
manusia tidak ikut menentukan atau memilih orang tuanya, suku atau bangsa dan lain-
lain. Oleh karenanya manusia harus menyadari atas ketentuan – ketentuan yang telah
diberikan oleh Allah SWT. Sebagai makhluk yang mulia, manusia dapat dilihat dari
beberapa hal diantaranya :
1. Manusia adalah makhluk yang keberadaanya di dunia ini untuk mengadakan
sesuatu, artinya seorang manusia mempunyai tugas bekerja dalam hidupnya.
2. Manusia ada untuk berbuat yang baik dan membahagiakan manusia, artinya
manusia ada untuk mengadakan sesuatu yang benar serta bermanfaat, dari sanalah
muncul segala bentuk karya manusia meliputi kreatifitas dan dinamika di dalam
kehidupanya.
3. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam hidup, artinya kebebasan
manusia nampak melalui aneka kreasi dalam segala segi kehidupan dan melalui
kebebasan itulah muncul berbagai kegiatan.
4. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia ada
kesadaran untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dalam hidupnya.

4
Misalnya dalam salah satu wujud kesadaran religius, bahwa manusia harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya pada ilahi.
5. Manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan, walaupun manusia adalah
makhluk mulia.
Kelima hal tersebut merupakan perincian dari kehidupan manusia dalam islam sebagai
makhluk yang istimewa

B. Eksistensi dan Martabat Manusia

Manusia perlu mengenal dan memahami hakikat dirinya sendiri agar mampu
mewujudkan eksistensi yang ada dalam dirinya. Pemahaman dalam hidup akan
mengantar manusia pada kesediaan untuk mencari makna serta arti kehidupan agar
hidupnya tidak sia-sia. Eksistensi manusia di dunia merupakan tanda kekuasaan Allah
SWT terhadap hamba-hamba-Nya, bahwa Dialah yang menciptakan, menghidupkan dan
menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian, tujuan diciptakannya manusia dalam
konteks hubungan manusia dengan Allah SWT adalah dengan mengimani Allah SWT
serta memikirkan ciptaan-Nya untuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah
SWT. Sedangkan dalam konteks hubungan manusia dengan manusia serta manusia
dengan alam adalah untuk berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan
kejahatan terhadap sesama manusia, serta tidak merusak alam. Terkait dengan tujuan
hidup manusia dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia

Dalam Q.S. Al-Anbiya [21:107] yang artinya “Dan tiadalah kami mengutus kamu,
melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam” Ayat ini menerangkan tujuan manusia
diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi
alam semesta. Arti kata rahmat adalah karunia, kasih sayang dan belas kasih. Jadi
manusia sebagai rahmat merupakan manusia yang diciptakan oleh Allah SWT untuk
menebar dan memberikan kasih saying kepada alam semesta.  

2. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia

Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses dunia dan akhirat dengan cara
melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia sebagai individu.

5
Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat [16:97] yang artinya “Barang siapa
mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya Allah SWT akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan
akan diberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dengan apa yang
telah mereka kerjakan”. 

3. Tujuan Individu dalam Keluarga

Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk sosial yang
mempunyai sifat hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain.. Hampir
semua manusia, pada awalnya merupakan bagian dari anggota kelompok sosial yang
dinamakan keluarga. Dalam ilmu komunukasi dan sosiologi, keluarga merupakan
bagian dari klasifikasi kelompok sosial dan termasuk dalam small group  atau kelompok
terkecil karena paling sedikit anggotanya. Namun keberadaan keluarga sangat penting
karena merupakan bentuk khusus dalam kerangka sistem sosial secara keseluruhan.
Small group seolah-olah merupakan miniatur masyarakat yang juga memiliki
pembagian kerja, kode etik pemerintahan, prestige, ideologi, dan sebagainya. Dalam
kaitannya dengan tujuan individu dalam keluarga adalah agar individu tersebut
menemukan ketentraman, kebahagiaan dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah
dan warahmah. Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Oleh sebab itu, wajar bagi
manusia baik laki-laki dan perempuan membentuk keluarga.

Tujuan manusia berkeluraga menurut Q.S. Ar-Rum [30:21] yang artinya "Dan 
diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa
kasih sayang . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaaum yang mau berfikir."

Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia supaya tentram. Untuk menjadi keluarga
yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, dalam kelurga
harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.  

4. Tujuan Individu dalam Masyarakat

Setelah hidup berkeluarga, manusia mempunyai kebutuhan untuk bermasyarakat.


Tujuan hidup bermasyarakat yaitu mencari keberkahan yang melimpah dalam hidup.
6
Kecukupan kebutuhan hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti perumahan,
makan, pakaian, kebutuhan sosial (bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan
aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat mudah diperoleh apabila
masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila masyarakat tidak beriman dan bertakwa,
maka Allah akan memberikan siksa dan jauh dari keberkahan. Oleh sebab itu, apabila
dalam suatu masyarakat ingin hidup damai dan serba kecukupan, maka kita harus
mengajak setiap anggota masyarakat untuk memelihara iman dan takwa. Allah
berfirman dalam Q.S. Al-A’raf [7:96] yang artinya“Jikalau sekiranya penduduk negeri-
negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah
dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya”.

Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:

a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu


masyarakat.
b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.
5. Tujuan Individu dalam Bernegara

Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang untuk menemukan jati diri
sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan
dengan dunia sosial. Lebih dari itu manusia sebagai individu dari masyarakat memiliki
jangkauan yang lebih luas lagi yakni dalam kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu
dalam bernegara adalah menjadi warga negara yang baik di dalam lingkungan negara
untuk mewujudkan negara yang aman, nyaman serta makmur.

6. Tujuan Individu dalam Pergaulan Internasional

Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan internasional/dunia


luar. Dalam era globalisasi, kita sebagai makhluk hidup yang ingin tetap eksis, maka
kita harus bersaing dengan ketat untuk menemukan jati diri serta pengembangan
kepribadian. Jadi tujuan individu dalam pergaulan internasional adalah menjadi individu
yang saling membantu dalam kebaikan dan individu yang dapat membedakan mana
yang baik dan buruk dalam dunia globalisasi agar tidak kalah dan terlena dengan
indahnya dunia.

7
C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah

Manusia diturunkan ke bumi ini bukanlah hanya sebagai penghias atau


pelengkap di bumi semata, tetapi manusia sesungguhnya mempunyai kedudukan, peran,
dan tugas yang telah melekat padanya yang terbawa sejak ia lahir ke dunia.

Manusia telah dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai
hamba Allah dan seorang khalifah di bumi,karena manusia merupakan makhluk yang
paling istimewa dibanding dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Mereka dipilih
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada dengan cara mereka sendiri dan
tanpa melepas tanggung jawab.

1. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah

Ayat Al-Qur’an menyebutkan bahwa manusia merupakan makhluk yang


diciptakan oleh Allah dari tanah, kemudian berkembang biak melalui sperma dan ovum
dalam suatu ikatan pernikahan yang suci serta proses biologis produktivitas manusia
(Q.S Al- Mukminun:12-16) Dalam konteks ini, Nabi Muhammad SAW bersabda,
"Bahwasanya seseorang kamu dihimpunkan kejadiannya di dalam perut ibu selama 40
hari, kemudian berupa segumpal darah seperti itu pula lamanya, kemudian berupa
segumpal daging seperti itu pula lamanya. Kemudian Allah mengutus seorang malaikat,
maka diperintahkan kepada malaikat: engkau tuliskanlah amalannya, rezekinya, ajalnya,
dan celaka atau bahagianya. Kemudian ditiupkanlah roh kepada makhluk tersebut" (HR.
Bukhari).20

Kesadaran bahwa manusia hidup di dunia sebagai makhluk ciptaan Allah dapat
menumbuhkan sikap andap asor dan mawas diri bahwa dirinya bukanlah Tuhan. Oleh
sebab itu, ia melihat sesama manusia sebagai sesama makhluk, tidak ada perhambaan
antar manusia. Jadi, seorang istri tidak menghamba pada suami, seorang pegawai tidak
menghamba pada pengusaha, dan seorang rakyat tidak menghamba pada pemerintah.
Bagi manusia, yang patut menerima perhambaan dari manusia tak lain adalah Allah.
Allah tidak menciptakan manusia selain untuk menghamba atau beribadah kepada-Nya
(Q.S. Adz-Dzariyat:56). Segala yang ada di langit dan bumi, baik dengan suka maupun
terpaksa, sesungguhnya pun berserah diri kepada Allah (Q.S. Ali Imran:83). Oleh

8
karena itu, tidak berlaku konsep manusia sebagai homo homoni lopus atau manusia
sebagai pemangsa bagi manusia yang lain. Tidak ada keistimewaan antara satu manusia
dengan manusia lain kecuali taqwanya kepada Allah. Eksistensi manusia bukan untuk
menjadi yang terkuat (struggle for the strongest and the fittest), melainkan untuk
menjadi yang paling bijak (struggle for the wisest).

Sebagai hamba Allah, manusia memikul tanggung jawab pribadi, orang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain (Q.S. Al-An'am:164) dan pada hari kiamat
nanti mereka datang kepada Allah dengan sendiri-sendiri (Q.S. Maryam:95). Ini
membuktikan bahwa manusia sebagai hamba Allah memiliki kebebasan individual atas
dirinya sendiri namun tetap bertanggung jawab atas lingkungan sekitarnya.

2. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah di Muka Bumi


Khalifah berasal dari kata “khalafa” yang berarti mengganti. Khalifah diartikan
pengganti karena ia menggantikan yang didepannya. Dalam bahasa Arab, kalimat
“Allah menjadi khalifah bagimu” berarti Allah menjadi pengganti bagimu dari orang
tuamu yang meninggal. Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi berarti
Allah menyerahkan pengolahan dan pemakmuran bumi bukan secara mutlak kepada
manusia. Di samping arti ini khalifah juga menunjukan arti pemimpin negara atau
kaum. Kata khalifah dengan arti pemimpin terdapat dalam Q.S. Shad [38 :26] dimana
Allah mengangkat Nabi Daud As. sebagai khalifah di bumi untuk memimpin manusia
dengan adil dan tidak mengikuti hawa nafsu.
Allah SWT. Memberikan anugerah-Nya kepada Bani Adam sebagai makhluk
yang paling mulia; mereka disebutkan di kalangan makhluk yang tertinggi yaitu para
malaikat, sebelum mereka di ciptakan. Untuk itu, Allah Swt berfirman dalam Q.S. Al-
Baqarah [2:30] yang artinya "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah”. Arti
khalifah pada Q.S. Shad [38:26] bertugas untuk menegakkan hukum Allah di bumi dan
menciptakan kemaslahatan manusia sedangkan arti khalifah pada Q.S. Al-Baqarah
[2:30] bertugas untuk memakmurkan dan mengelola bumi.
Setiap kebajikan yang dilakukan manusia atas kehendak dan pilihannya itu
merupakan kemuliaan, malaikat yang bertabiat tunduk tidak dapat mencapai kemuliaan

9
itu. Untuk itu ada dua argumentasi manusia dijadikan khalifah di muka bumi, yang
dapat dikemukakan yaitu :
a. Kemuliaan manusia pertama (Nabi Adam As) yang dapat digambarkan adanya
perintah Allah, supaya malaikat bersujud kepada Nabi Adam As. karena kekhususan
Nabi Adam As. yang memiliki ilmu pengetahuan, yang berbeda dengan ilmu
pengetahuan malaikat yang tidak memungkinkan karena dari usaha sendiri sesuai
firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah [2:32] yang artinya “Mereka menjawab:
"Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana."
b. Kekhalifahan Nabi Adam As. di muka bumi ini adalah karena mempunyai
kemungkinan untuk dibebani amanat kemanusiaan, serta pertanggungjawaban dari
amal usahanya, serta rentetan-rentetan cobaan, berbeda dengan malaikat yang
ditakdirkan dengan patuh dan bebas dari godaan-godaan.

Ayat-ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang khalifah selalu berkaitan dengan tugas-
tugas dan tanggung jawab. Hal ini memberikan suatu peringatan serta pelajaran kepada
manusia sebagai khalifah agar mereka melihat dan memandang keadaan sebelum
mereka sendiri serta apa yang harus mereka lakukan sebagai khalifah sebab semua
perbuatan yang dilakukan akan ada pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.

10
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks. Di


ciptakannya manusia di bumi oleh Sang Pencipta tidak hanya untuk diam saja, tetapi
manusia dituntut untuk selalu berperan aktif untuk berbuat kebaikan. Sebagai seorang
manusia, kita juga harus menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan
orang lain.

Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, masih banyak kekurangan yang


melekat dalam diri manusia. Salah satu contohnya adalah kurangnya pemahaman
manusia tentang agama, oleh karena itu manusia dianjurkan untuk saling menghormati
dan mengasihi satu sama lain karena kita diciptakan tanpa adanya perbedaan. Selain itu,
sebagai seorang manusia kita harus mematuhi aturan yang ada.

B. Saran

Dari penulisan makalah ini, penulis menyarankan agar sebagai seorang manusia
kita harus menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri oleh karena itu kita harus
saling tolong menolong dalam kebaikan antar sesama.
Untuk kedepannya tugas dalam membuat makalah ini sangat dianjurkan untuk
dilanjutkan, karena bisa menambah wawasan manusia tentang pengetahuan Agama.
Selain itu, makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk menggali lebih
dalam Hakikat Manusia menurut Islam.

11
DAFTAR PUSTAKA

IMM Tarbiyah. 2011. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khilafah di


http://immdakwahpwt.blogspot.com/2011/09/babI-pendahuluan-manusiaadalah-
makhluk.html (diakses 3 April 2019)
Sayyida Ulya. 2014. Eksistensi dan Martabat Manusia di
https://saydaulya.blogspot.com/2014/12/makalah-eksistensi-dan-martabat-manusia.html
(diakses 27 Maret 2019)
Prasasti Lia. 2016. Eksistensi dan Martabat Manusia – Agama Islam di
http://lhialicious.blogspot.com/2016/03/eksistensi-dan-martabat-manusia-agama.html
(diakses 27 Maret 2019)
Finastri Annisa. 2016. Konsep Manusia dalam Islam di https://dalamislam.com/info-
islami/konsep-manusia-dalam-islam
(diakses 2 April 2019)

12

Anda mungkin juga menyukai