Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM


DOSEN PENGAMPU : M.NAJAMUDIN S.PD,M.PD

DISUSUN OLEH
1.MUHAMMAD NOVA ADRIAN (23301309)
2.MUHAMMAD AL GHOZI (23301286)
3.NABILA DESWITA (23301294)
4.IGA AYU SUFIANI (23301275)

PROGRAM STUDI
FAKULTAS BUDAYA,MANAJAMEN DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca untuk memperdalam
ilmu agama.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penulis
sadar bahwa masih banyak kekurangan terhadap makalah ini. Oleh kerena itu, penulis
meminta kepada para pembaca untuk memberikan masukan bermanfaat yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini agar dapat diperbaiki bentuk maupun
isi makalah sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik

MATARAM 23 OKTOBER 2023


PENYUSUN

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi ............................................................................................................iii
Bab I PENDAHULUAN ....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................1
B. Tujuan Penulisan ......................................................................................2
C. Ruang Lingkup .........................................................................................2
D. Metode Penulisan .....................................................................................2
Bab II PEMBAHASAN .....................................................................................3
A. Konsep Manusia........................................................................................3
B. Eksistensi dan Martabat Manusia .............................................................5
C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah ........7
Bab III PENUTUP ............................................................................................10
A. Simpulan...................................................................................................10
B. Saran ........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Makalah ini kami tujukan untuk masyarakat umum khususnya di kalangan remaja,
pelajar dan generasi muda yang tidak lain adalah sebagai generasi penerus bangsa agar kita
semua memahami konsep manusia dalam dunia islam serta memahami tanggung jawab
manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Kajian tentang manusia telah
banyak dilakukan para ahli, yang selanjutnya dikaitkan dengan berbagai kegiatan, seperti
politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, agama dan lain sebagainya. Hal tersebut
dilakukan karena manusia selain sebagai subjek (pelaku), juga sebagai objek (sasaran) dari
berbagai kegiatan tersebut, dari pemikiran ini selanjutnya memunculkan banyak sebutan atau
predikat untuk manusia yang dikemukakan para ahli filsafat, misalnya; homo sapiens,
(makhluk yang mempunyai budi pekerti/berakal), animal rational atau hayawan nathiq
(binatang yang dapat berpikir), homo laquen (makhluk yang pandai menciptakan bahasa),
zoon politicoi (makhluk yang pandai bekerja sama), homo economicus (makhluk yang tunduk
kepada prinsip-prinsip ekonomi), homo religious (makhluk yang beragama), homo
planemanet (makhluk ruhaniah-spiritual), homo educandum (makhluk yang dapat
dididik/educable), serta homo faber (makhluk yang selalu membuat bentuk-bentuk baru).
Dalam konsepsi Islam, manusia merupakan satu hakikat yang mempunyai dua
dimensi, yaitu dimensi material (jasad) dan dimensi immaterial (ruh, jiwa, akal dan
sebagainya). Unsur jasad akan hancur dengan kematian, sedangkan unsur jiwa akan tetap dan
bangkit kembali pada hari kiamat. (QS. Yasin, 36: 78-79). Manusia adalah makhluk yang
mulia, bahkan lebih mulia dari malaikat (QS. al-Hijr, 15: 29). Bahkan manusia adalah satu-
satunya mahluk yang mendapat perhatian besar dari Al-Qur’an, terbukti dengan begitu
banyaknya ayat al-Qur an yang membicarakan hal ikhwal manusia dalam berbagai aspek-‟
nya, termasuk pula dengan nama-nama yang diberikan al-Qur’an untuk menyebut manusia,
setidaknya terdapat lima kata yang sering digunakan Al-Qur’an untuk merujuk kepada arti
manusia, yaitu insan atau ins atau al-nas atau unas, dan kata basyar serta kata bani adam atau
durriyat adam.
Berbicara dan berdiskusi tentang manusia memang menarik dan tidak pernah tuntas.
Pembicaraan mengenai makhluk psikofisik ini laksana suatu permainan yang tidak pernah
selesai. Selalu ada saja pertanyaan mengenai manusia. Para ahli telah mencetuskan pengertian

1
manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini pun belum ada kata sepakat tentang
pengertian manusia yang sebenarnya.
Oleh karena itu kami sebagai penulis melalui makalah ini ingin mengingatkan kembali
kepada para pembaca mengenai eksistensi dan manusia dalam pandangan islam serta
tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.

B. Tujuan Penulisan
1. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai pengertian dan konsep manusia dalam
pandangan islam
2. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai eksistensi dan martabat manusia dalam
pandangan islam
3. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah
dan khalifah di muka bumi
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek tentang konsep dan
pengertian manusia, eksistensi dan martabat manusia serta tanggung jawab manusia sebagai
hamba Allah dan khalifah di muka bumi.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan
metode pustaka yaitu beupa mencari dan mengumpulkan beberapa sumber dari internet
maupun buku yang mengenai informasi seputar konsep manusia dalam pandangan islam.
2

BAB II
PEMBAHASAN

A.Konsep manusia
Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu sampai zaman
modern ini juga belum berakhir dan tak akan berakhir. Ternyata orang menyelidiki
manusia dari berbagai sudut pandang, ada yang memandang manusia dari sudut
pandang budaya disebut Antropologi Budaya, ada juga yang memandang dari segi
hakikatnya disebut Antropologi Filsafat. Memikirkan dan membicarakan mengenai
hakikat manusia inilah, yang menyebabkan orang tidak henti-hentinya berusaha
mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang mendasar tentang
manusia yaitu apa, bagaimana, dan kemana manusia itu nantinya. Berbicara
mengenai apa itu manusia, ada beberapa aliran yang mendasari yaitu:
1. Aliran serba zat, mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada hanyalah zat
atau materi.
Zat atau materi itulah hakekat dari sesuatu. Alam ini adalah materi dan manusia
adalah unsur dari alam maka dari itu hakikat dari manusia itu adalah zat atau
materi.
2. Aliran serba roh, berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia
ini adalah roh, begitu juga hakikat manusia adalah roh. Adapun zat itu adalah
manifestasi daripada roh di dunia ini.
3. Aliran dualisme, mencoba untuk meyakinkan kedua aliran di atas. Aliran ini
menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi yaitu
jasmani dan rohani.
Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asalnya, tidak tergantung
satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari roh, juga sebaliknya. Hanya dalam
perwujudannya manusia itu ada dua, jasad dan roh, yang keduanya berintegrasi
membentuk yang disebut manusia.
4. Aliran eksistensialisme, yang memandang manusia secara menyeluruh, artinya
aliran ini memandang manusia tidak dari sudut zat atau serba roh atau dualisme,
tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri yaitu cara beradanya
manusia itu sendiri di dunia ini.
Dari keempat aliran tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hakikat
manusia yang sebenarnya adalah sesuatu yang melatar belakangi keberadaanya di
dunia ini sebagai manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani. Sedangkan dalam
Islam sendiri, hakikat manusia didasarkan pada apa yang diterangkan dalam Al-
Qur'an dan As-Sunah, atau melalui pengenalan asal kejadian manusia itu sendiri.
Hakikat manusia dalam Islam merupakan suatu keberadaan yang mendasari
dicipakannya manusia yang telah diberi amanat untuk mengatur bumi (Khalifah)
yaitu untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah SWT sebagaimana firman
Allah SWT dalam Q.5.Adh-Dhariyat [51:56] yang artinya "Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."
Hakikat manusia sebagai makhluk yang mulia ciptaan Allah memberikan
makna bahwa penciptaan merupakan pihak penentu dan yang diciptakan adalah
pihak yang ditentukan, baik mengenai kondisi maupun makna penciptaannya.
Manusia tidak mempunya peranan apapun dalam proses dan hasil penciptaan
dirinya. Oleh karena itu ketidakmampuan manusia itu merupakan peringatan bagi
manusia. Seperti halnya manusia tidak ikut menentukan atau memilih orang
tuanya, suku atau bangsa dan lain-lain. Oleh karenanya manusia harus menyadari
atas ketentuan - ketentuan yang telah diberikan oleh Allah SWT.
Sebagai makhluk yang mulia, manusia dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya:
1. Manusia adalah makhluk yang keberadaanya di dunia ini untuk mengadakan
sesuatu, artinya seorang manusia mempunyai tugas bekerja dalam hidupnya.
2. Manusia ada untuk berbuat yang baik dan membahagiakan manusia, artinya
manusia ada untuk mengadakan sesuatu yang benar serta bermanfaat, dari sanalah
muncul segala bentuk karya manusia meliputi kreatifitas dan dinamika di dalam
kehidupanya.
3. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam hidup, artinya
kebebasan manusia nampak melalui aneka kreasi dalam segala segi kehidupan dan
melalui kebebasan itulah muncul berbagai kegiatan.
4. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia ada
kesadaran untuk mempertanggungjawakan apa yang dilakukan dalam hidupnya.
Misalnya dalam salah satu wujud kesadaran religius, bahwa manusia harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya pada ilahi.
5. Manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan, walaupun manusia
adalah makhluk mulia.
Kelima hal tersebut merupakan perincian dari kehidupan manusia dalam islam
sebagai makhluk yang istimewa.
B.Eksistensi dan Martabat Mnausia
Manusia perlu mengenal dan memahami hakikat dirinya sendiri agar mampu
mewujudkan eksistensi yang ada dalam dirinya. Pemahaman dalam hidup akan
mengantar manusia pada kesediaan untuk mencari makna serta arti kehidupan agar
hidupnya tidak sia-sia. Eksistensi manusia di dunia merupakan tanda kekuasaan
Allah SWT terhadap hamba-hamba-Nya, bahwa Dialah yang menciptakan,
menghidupkan dan menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian, tujuan
diciptakannya manusia dalam konteks hubungan manusia dengan Allah SWT
adalah dengan mengimani Allah SWT serta memikirkan ciptaan-Nya untuk
menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan dalam
konteks hubungan manusia dengan manusia serta manusia dengan alam adalah
untuk berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap
sesama manusia, serta tidak merusak alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia
dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia
Dalam Q.S. Al-Anbiya [21:107] yang artinya "Dan tiadalah kami mengutus kamu,
melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam" Ayat ini menerangkan tujuan manusia
dicipakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi rahmat
bagi alam semesta. Arti kata rahmat adalah karunia, kash sayang dan belas kash.
Jadi manusia sebagai rahmat merupakan manusia yang diciptakan oleh Allah SWT
untuk menebar dan memberikan kash saying kepada alam semesta.
2. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia
Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses dunia dan akhirat dengan
cara melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia sebagai
individu. Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat [16:97) yang artinya "Barang
siapa mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya Allah SWT akan memberikan kepadanya kehidupan
yang baik dan akan diberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dengan apa yang telah mereka kerjakan".
3. Tujuan Individu dalam Keluarga
Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk sosial yang
mempunyai sifat hidup berkelompok dan saling membutukan satu sama lain..
Hampir semua manusia, pada awalnya merupakan bagian dari anggota kelompok
sosial yang dinamakan keluarga.
Dalam ilmu komunukasi dan sosiologi, keluarga merupakan bagian dari klasifikasi
kelompok sosial dan termasuk dalam small group atau kelompok terkecil karena
paling sedikit
anggotanya. Namun keberadaan keluarga sangat penting karena merupakan bentuk
khusus dalam kerangka sistem sosial secara keseluruhan. Small group seolah-olah
merupakan miniatur masyarakat yang juga memiliki pembagian kerja, kode etik
pemerintahan, prestige, ideologi, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan tujuan
individu dalam keluarga adalah agar individu tersebut menemukan ketentraman,
kebahagiaan dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah.
Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Oleh sebab itu, wajar bagi manusia baik
laki-laki dan perempuan membentuk keluarga.
Tujuan manusia berkeluraga menurut Q.S. Ar-Rum 30:21] yang artinya "Dan
diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara kamu
rasa kash sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaaum yang mau berfikir."
Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia supaya tentram. Untuk menjadi
keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kash sayang. Oleh sebab itu,
dalam kelurga harus dibangun rasa kash sayang satu sama lain.
4. Tujuan Individu dalam Masyarakat
Setelah hidup berkeluarga, manusia mempunyai kebutuhan untuk bermasyarakat.
Tujuan hidup bermasyarakat yaitu mencari keberkahan yang melimpah dalam
hidup. Kecukupan kebutuhan hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti
perumahan, makan, pakaian, kebutuhan sosial (bertetangga), kebutuhan rasa aman,
dan kebutuhan aktualisasi
diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat mudah diperoleh apabila masyarakat
beriman dan bertakwa. Apabila masyarakat tidak beriman dan bertakwa, maka
Allah akan memberikan sika dan jauh dari keberkahan. Oleh sebab itu, apabila
dalam suatu masyarakat ingin hidup damai dan serba kecukupan, maka kita harus
mengajak setiap anggota masyarakat untuk memelihara iman dan takwa. Allah
berfirman dalam Q.5. Al-A'raf [7:96] yang artinya"Jikalau sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami
siksa mereka disebabkan perbuatannya".
Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:
a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu
masyarakat.
b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.
5. Tujuan Individu dalam Bernegara sebagai makhluk hidup yang selalu ingin
berkembang untuk menemukan jati diri sebagai pribadi yang utuh, maka manusia
harus hidup bermasyarakat/bersentuhan dengan dunia sosial. Lebih dari itu
manusia sebagai individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang lebih luas lagi
yakni dalam kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara adalah
menjadi warga negara yang baik di dalam lingkungan negara untuk mewujudkan
negara yang aman, nyaman serta makmur.
6.Tujuan Individu dalam Pergaulan Internasional
Tujuan Individu dalam Pergaulan Internasional
Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan
internasional/dunia luar.
Dalam era globalisasi, kita sebagai makhluk hidup yang ingin tetap eksis, maka
kita harus bersaing dengan ketat untuk menemukan jati diri serta pengembangan
kepribadian. Jadi tujuan individu dalam pergaulan internasional adalah menjadi
individu yang saling membantu dalam kebaikan dan individu yang dapat
membedakan mana yang baik dan buruk dalam dunia globalisasi agar tidak kalah
dan terlena dengan indahnya dunia.
C.Tanggung jawab Manusia Sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah
Manusia diturunkan ke bumi ini bukanlah hanya sebagai penghias atau
pelengkap di bumi semata, tetapi manusia sesungguhnya mempunyai kedudukan,
peran, dan tugas yang telah melekat padanya yang terbawa sejak ia lahir ke dunia.
Manusia telah dipi lih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab
sebagai hamba
Allah dan seorang khalifah di bumikarena manusia merupakan makhluk yang
paling istimewa dibanding dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Mereka dipilih
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada dengan cara mereka sendiri
dan tanpa melepas tanggung jawab.
1. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah
Ayat Al-Qur'an menyebutkan bahwa manusia merupakan makhluk yang
diciptakan oleh Allah dari tanah, kemudian berkembang biak melalui sperma dan
ovum dalam suatu ikatan pernikahan yang suci serta proses biologis produktivitas
manusia (Q.5 Al-Mukminun: 12-16) Dalam konteks ini, Nabi Muhammad SAW
bersabda, "Bahwasanya seseorang kamu dihimpunkan kejadiannya di dalam perut
ibu selama 40 hari, kemudian berupa segumpal darah seperti itu pula lamanya,
kemudian berupa segumpal daging seperti itu pula lamanya. Kemudian Allah
mengutus seorang malaikat, maka diperintahkan kepada malaikat.Engkau tulisan
amalannya,rezekinya,ajalnya,dan celaka atau bahagianya.Kemudian ditiupkanlah
roh kepada makhluk tersebut”(HR.BUKHORI).20
Kesadaran bahwa manusia hidup di dunia sebagai makhluk ciptaan Allah
dapat menumbuhkan sikap andap asor dan mawas diri bahwa dirinya bukanlah
Tuhan. Oleh sebab itu, ia melihat sesama manusia sebagai sesama makhluk, tidak
ada perhambaan antar manusia.
Jadi, seorang istri tidak menghamba pada suami, seorang pegawai tidak
menghamba pada pengusaha, dan seorang rakyat tidak menghamba pada
pemerintah. Bagi manusia, yang patut menerima perhambaan dari manusia tak lain
adalah Allah. Allah tidak menciptakan manusia selain untuk menghamba atau
beribadah kepada-Nya (Q.S. Adz-Dzariyat:56). Segala yang ada di langit dan
bumi, baik dengan suka maupun terpaksa, sesungguhnya pun berserah diri kepada
Allah (Q.S. Ali Imran:83). Oleh karena itu, tidak berlaku konsep manusia sebagai
homo homoni lopus atau manusia sebagai pemangsa bagi manusia yang lain. Tidak
ada keistimewaan antara satu manusia dengan manusia lain kecuali taqwanya
kepada Allah.
Esistensi manusia bukan untuk menjadi yang terkuat (struggle for the strongest and
the fittest), melainkan untuk menjadi yang paling bijak (struggle for the wisest).
Sebagai hamba Allah, manusia memikul tanggung jawab pribadi, orang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain (Q.S. Al-An'am: 164) dan pada hari
kiamat nanti mereka datang kepada Allah dengan sendiri-sendiri (Q.S.
Maryam:95). Ini membuktikan bahwa manusia sebagai hamba Allah memiliki
kebebasan individual atas dirinya sendiri namun tetap bertanggung jawab atas
lingkungan sekitarnya.
2. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah di Muka Bumi
Khalifah berasal dari kata "khalafa" yang berarti mengganti. Khalifah
diartikan pengganti karena ia menggantikan yang didepannya. Dalam bahasa Arab,
kalimat "Allah menjadi khalifah bagimu" berarti Allah menjadi pengganti bagimu
dari orang tuamu yang meninggal. Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di
bumi berarti Allah menyerahkan pengolahan dan pemakmuran bumi bukan secara
mutlak kepada manusia. Di samping arti ini khalifah juga menunjukan arti
pemimpin negara atau kaum. Kata khalifah dengan arti pemimpin terdapat dalam
Q.S. Shad [38:26) dimana Allah mengangkat Nabi Daud As.
sebagai khalifah di bumi untuk memimpin manusia dengan adil dan tidak
mengikuti hawa
nafsu.
Allah SWT. Memberikan anugerah-Nya kepada Bani Adam sebagai makhluk yang
paling mulia; mereka disebutkan di kalangan makhluk yang tertinggi yaitu para
malaikat, sebelum mereka di ciptakan. Untuk itu, Allah Swt berfirman dalam Q.S.
Al-Baqarah [2:30] yang artinya "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah". Arti khalifah pada Q.S. Shad [38:26] bertugas untuk
menegakkan hukum Allah di bumi dan menciptakan kemaslahatan manusia
sedangkan arti khalifah pada Q.S. Al-Baqarah [2:30] bertugas untuk
memakmurkan dan
mengelola bumi.
Setiap kebajikan yang dilakukan manusia atas kehendak dan pilihannya itu
merupakan kemuliaan, malaikat yang bertabiat tunduk tidak dapat mencapai
kemuliaan itu. Untuk itu ada dua argumentasi manusia dijadikan khalifah di muka
bumi, yang dapat dikemukakan yaitu :
a. Kemuliaan manusia pertama (Nabi Adam As) yang dapat digambarkan adanya
perintah
Allah, supaya malaikat bersujud kepada Nabi Adam As. karena kekhususan Nabi
Adam As. yang memiliki ilmu pengetahuan, yang berbeda dengan ilmu
pengetahuan malaikat yang tidak memungkinkan karena dari usaha sendiri sesuai
firman Allah dalam Q.S. AI-
Baqarah [2:32] yang artinya "Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada
yang
Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
b. Kekhalifahan Nabi Adam As. di muka bumi ini adalah karena mempunyai
kemungkinan untuk dibebani amanat kemanusiaan, serta pertanggungjawaban dari
amal usahanya, serta rentetan-rentetan cobaan, berbeda dengan malaikat yang
ditakdirkan dengan patuh dan
bebas dari godaan-godaan.
Ayat-ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang khalifah selalu berkaitan dengan
tugas-tugas dan tanggung jawab. Hal ini memberikan suatu peringatan serta
pelajaran kepada manusia sebagai khalifah agar mereka melihat dan memandang
keadaan sebelum mereka sendiri serta apa yang harus mereka lakukan sebagai
khalifah sebab semua perbuatan yang dilakukan akan
ada pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.
BAB III
PENUTUP

A.Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks. Di
ciptakannya manusia di bumi oleh Sang Pencipta tidak hanya untuk diam saja,
tetapi manusia dituntut untuk selalu berperan aktif untuk berbuat kebaikan. Sebagai
seorang manusia, kita juga harus menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri
sendiri dan orang lain.
Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, mash banyak kekurangan yang
melekat dalam diri manusia. Salah satu contohnya adalah kurangnya pemahaman
manusia tentang agama, oleh karena itu manusia dianjurkan untuk saling
menghormati dan mengashi satu sama lain karena kita diciptakan tanpa adanya
perbedaan. Selain itu, sebagai seorang manusia kita harus mematuhi aturan yang
ada.
B. Saran
Dari penulisan makalah ini, penulis menyarankan agar sebagai seorang
manusia kita harus menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan
orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri oleh karena
itu kita harus saling tolong menolong dalam kebaikan antar sesama.
Untuk kedepannya tugas dalam membuat makalah ini sangat dianjurkan
untuk dilanjutkan, karena bisa menambah wawasan manusia tentang pengetahuan
Agama. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk
menggali lebih dalam Hakikat Manusia menurut Islam.
DAFTAR PUSTAKA

IMM Tarbiyah. 2011. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khilafah di


http://immdakwahpwt.blogspot.com/2011/09/babl-pendahuluan-manusiaadalah-
makhluk.html
(diakses 3 April 2019)
Sayyida Ulya. 2014.
Eksistensi
stps:/saydaulya.blogspo.com/2014/12/makalat-eksistens-dam-matabat-
manusa.html
(diakses 27 Maret 2019)
Prasasti Lia. 2016. Eksistensi dan Martabat Manusia - Agama Islam di
http://hialicious.blogspot.com/2016/03/eksistensi-dan-martabat-manusia-
agama.html
(diakses 27 Maret 2019)
Finastri Annisa. 2016. Konsep Manusia dalam Islam di
https://dalamislam.com/info-islami/konsep-manusia-dalam-islam
(diakses 2 April 2019)

Anda mungkin juga menyukai