Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
yang diampu oleh Bapak Ahmad Arfin Lubis, M.Sy
Anggota :
ILMU PEMERINTAHAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca
untuk memperdalam ilmu agama.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................16
A. Simpulan 16
B. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Aliran serba zat, mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada hanyalah zat
atau materi. Zat atau materi itulah hakekat dari sesuatu. Alam ini adalah
materi dan manusia adalah unsur dari alam maka dari itu hakikat dari manusia
itu adalah zat atau materi.
2. Aliran serba roh, berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia
ini adalah roh, begitu juga hakikat manusia adalah roh. Adapun zat itu adalah
manifestasi daripada roh di dunia ini.
3. Aliran dualisme, mencoba untuk meyakinkan kedua aliran di atas. Aliran ini
menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi
yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini masing-masing merupakan
unsur asalnya, tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari
roh, juga sebaliknya. Hanya dalam perwujudannya manusia itu ada dua, jasad
dan roh, yang keduanya berintegrasi membentuk yang disebut manusia.
4. Aliran eksistensialisme, yang memandang manusia secara menyeluruh, artinya
aliran ini memandang manusia tidak dari sudut zat atau serba roh atau
3
dualisme, tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri yaitu
cara beradanya manusia itu sendiri di dunia ini.
Dari keempat aliran tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hakikat
manusia yang sebenarnya adalah sesuatu yang melatar belakangi keberadaanya di
dunia ini sebagai manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani. Sedangkan dalam
Islam sendiri, hakikat manusia didasarkan pada apa yang diterangkan dalam Al-
Qur’an dan As-Sunah, atau melalui pengenalan asal kejadian manusia itu sendiri.
Hakikat manusia dalam Islam merupakan suatu keberadaan yang mendasari
diciptakannya manusia yang telah diberi amanat untuk mengatur bumi (Khalifah)
yaitu untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah SWT sebagaimana firman
Allah SWT dalam Q.S.Adh-Dhariyat [51:56] yang artinya “Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
4
4. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia ada
kesadaran untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dalam
hidupnya. Misalnya dalam salah satu wujud kesadaran religius, bahwa
manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya pada ilahi.
5. Manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan, walaupun manusia
adalah makhluk mulia.
Kelima hal tersebut merupakan perincian dari kehidupan manusia dalam islam
sebagai makhluk yang istimewa.
Manusia tidak berbeda dengan binatang dalam kaitan dengan fugsi tubuh dan
fisiologisnya. Fungsi kebinatangan di temukan oleh naluri, pola-pola tingkah laku
yang khas, yang pada gilirannya ditentukan oleh struktur susunan syaraf bawaan.
Semakin tinggi tingkat perkembangan binatang, semakin fleksibel pola
tindakannya. Pada primata (bangsa monyet) yang lebih tinggi dapat di temukan
intelegensi, yaitu penggunaan pikiran guna mencapai tujuan yang diinginkan,
sehinnag memungkinkan binatang melampaui pola kelakuan yang telah di
gariskan secara naluri. Namun setinggi-tingginya perkembangan binatang,
elemen-elemen dasar ekstensinya yang tertentu masih tetap sama.
Manusia pada hakikatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu
memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan di dukung
oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan di antara keduanya terletak pada
dimensi pengtahuan, kesadaran, dan tingkat tujuan. Di sinilah letak kelebihan dan
keunggulan yang di banding dengan makhluk lain.
Manusia sebagai salah satu makhluk yang hidup di muka bumi merupakan
makhluk yang memiliki karakter yang paling unik. Manusia secara fisik tidak
begitu berbeda dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan
binatang. Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk
yang lain adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan
5
hanya manusia saja yang memilikinya, sedangkan binatang hanya memiliki
kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif.
Di samping itu manusia memiliki akal dan hati sehingga dapat memahami
ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran. Dengan ilmu manusia mampu
berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya. Oleh
karena itu ilmunya manusia di lebihkan dari makhluk lainnya.
- Aspek kreasi
Apapun yang ada pada tubuh manusia sudah di rakit dalam suatu tatanan
yang terbaik dan sempurna. Hal ini bisa di bandingkan dengan makhluk
lain dalam aspek penciptaannya. Mungkin banyak kesamaannya, tetapi
tangan manusia lebih fungsional dari tangan sinpanse, demikian pula
organ-organ lainnya.
- Aspek ilmu
Hanya manusia yang punya kesempatan memahami lebih jauh hakekat
alam semesta di sekelilingnya. Pengatahuan hewan hanya berbatas pasa
naluri dasar yang tidak bisa di kembangkan melalui pendidikan dan
pengajaran. Manusia menciptakan kebudayaan dan peradaban yang terus
berkembang.
6
- Aspek kehendak
Manusia memiliki kehendak yang menyebabkan bisa mengadakan pilihan
dalam hidup. Makhluk lain hidup dalam suatu pola yang telah baku dan
tak akan pernah berubah. Para malaikat yang mulia tak akan pernah
menjadi makhluk yang sombong atau maksiat.
- Pengarahan akhlak
Manusia adalah makhluk yang dapat di bentuk akhlaknya. Ada manusia
yang sebelulmnya baik, tetapi karena pengaruh lingkungan tertentu dapat
menjadi penjahat. Demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu lembaga
pendidikan diperlukan untuk mengarahkan kehidupan generasi yang akan
datang.
Jika manusia hidup dengan ilmu selain ilmu Allah, maka manusia tidak
bermartabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang.
Seperti dalam surat al- A’raf ayat 129 dan at-Tin ayat 4
7
sesama manusia, serta tidak merusak alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia
dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai berikut :
Dalam Q.S. Al-Anbiya [21:107] yang artinya “Dan tiadalah kami mengutus
kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam” Ayat ini menerangkan tujuan
manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi
rahmat bagi alam semesta. Arti kata rahmat adalah karunia, kasih sayang dan
belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmat merupakan manusia yang diciptakan
oleh Allah SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam
semesta.
Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses dunia dan akhirat dengan
cara melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia
sebagai individu. Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat [16:97] yang artinya
“Barang siapa mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Allah SWT akan memberikan
kepadanya kehidupan yang baik dan akan diberi balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dengan apa yang telah mereka kerjakan”.
Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk sosial yang
mempunyai sifat hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain..
Hampir semua manusia, pada awalnya merupakan bagian dari anggota kelompok
sosial yang dinamakan keluarga. Dalam ilmu komunukasi dan sosiologi, keluarga
merupakan bagian dari klasifikasi kelompok sosial dan termasuk dalam small
group atau kelompok terkecil karena paling sedikit anggotanya. Namun
keberadaan keluarga sangat penting karena merupakan bentuk khusus dalam
kerangka sistem sosial secara keseluruhan. Small group seolah-olah merupakan
miniatur masyarakat yang juga memiliki pembagian kerja, kode etik
8
pemerintahan, prestige, ideologi, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan tujuan
individu dalam keluarga adalah agar individu tersebut menemukan ketentraman,
kebahagiaan dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah.
Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Oleh sebab itu, wajar bagi manusia baik
laki-laki dan perempuan membentuk keluarga.
Tujuan manusia berkeluraga menurut Q.S. Ar-Rum [30:21] yang artinya "Dan
diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara
kamu rasa kasih sayang . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaaum yang mau berfikir."
Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia supaya tentram. Untuk menjadi
keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu,
dalam kelurga harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.
Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:
9
a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu
masyarakat.
b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.
Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang untuk menemukan jati diri
sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan
dengan dunia sosial. Lebih dari itu manusia sebagai individu dari masyarakat
memiliki jangkauan yang lebih luas lagi yakni dalam kehidupan bernegara. Maka,
tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi warga negara yang baik di dalam
lingkungan negara untuk mewujudkan negara yang aman, nyaman serta makmur.
10
1. Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54); Belajar yang
dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah
yaitu Al Qur’an.
2. Mengajarkan ilmu (al Baqarah : 31-39); Khalifah yang telah diajarkan
ilmu Allah maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang
dimaksud dengan ilmu Allah adalah Al Quran dan juga Al Bayan
3. Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35); Ilmu yang telah diketahui bukan
hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan
untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah
dicontohkan oleh Nabi SAW.
Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada
manusia.
- Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia
mengabdi kepada Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah
termasuk tidak mengabdi kepada nafsu dan syahwat. Yang dimaksud
dengan abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah
Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah Allah. Abdi juga tidak
akan pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS
Az Dzariyat : 56 “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembahKu”
- Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada
Allah bahwa hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar
mereka tidak ingkar di hari akhir nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya
adalah beriman kepada Allah tapi orang tuanya yang menjadikan manusia
sebagai Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum dalam QS
Al A’raf : 172 “Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka menjawab:”Betul
(Engkau Tuhan Kami),kami menjadi saksi”.(Kami lakukan yang demikian
itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami
11
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini(keesaan
Tuhan)”
- Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai
dengan misi yang telah ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu
untuk memakmurkan bumi. Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu
jabatan sebagai Raja atau Presiden tetapi yang dimaksud sebagai kholifah
di sini adalah seorang pemimpin Islam yang mampu memakmurkan alam
dengan syariah-syariah yang telah diajarkan Rosulullah kepada umat
manusia. Dan manusia yang beriman sejatilah yang mampu memikul
tanggung jawab ini. Karena kholifah adalah wali Allah yang mempusakai
dunia ini.
12
mengutus seorang malaikat, maka diperintahkan kepada malaikat: engkau
tuliskanlah amalannya, rezekinya, ajalnya, dan celaka atau bahagianya. Kemudian
ditiupkanlah roh kepada makhluk tersebut" (HR. Bukhari).20
13
khalifah di bumi berarti Allah menyerahkan pengolahan dan pemakmuran bumi
bukan secara mutlak kepada manusia. Di samping arti ini khalifah juga
menunjukan arti pemimpin negara atau kaum. Kata khalifah dengan arti pemimpin
terdapat dalam Q.S. Shad [38 :26] dimana Allah mengangkat Nabi Daud As.
sebagai khalifah di bumi untuk memimpin manusia dengan adil dan tidak
mengikuti hawa nafsu.
Allah SWT. Memberikan anugerah-Nya kepada Bani Adam sebagai
makhluk yang paling mulia; mereka disebutkan di kalangan makhluk yang
tertinggi yaitu para malaikat, sebelum mereka di ciptakan. Untuk itu, Allah Swt
berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah [2:30] yang artinya "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah”. Arti khalifah pada Q.S. Shad [38:26] bertugas
untuk menegakkan hukum Allah di bumi dan menciptakan kemaslahatan manusia
sedangkan arti khalifah pada Q.S. Al-Baqarah [2:30] bertugas untuk
memakmurkan dan mengelola bumi.
Setiap kebajikan yang dilakukan manusia atas kehendak dan pilihannya itu
merupakan kemuliaan, malaikat yang bertabiat tunduk tidak dapat mencapai
kemuliaan itu. Untuk itu ada dua argumentasi manusia dijadikan khalifah di muka
bumi, yang dapat dikemukakan yaitu :
a. Kemuliaan manusia pertama (Nabi Adam As) yang dapat digambarkan adanya
perintah Allah, supaya malaikat bersujud kepada Nabi Adam As. karena
kekhususan Nabi Adam As. yang memiliki ilmu pengetahuan, yang berbeda
dengan ilmu pengetahuan malaikat yang tidak memungkinkan karena dari
usaha sendiri sesuai firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah [2:32] yang artinya
“Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain
dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
b. Kekhalifahan Nabi Adam As. di muka bumi ini adalah karena mempunyai
kemungkinan untuk dibebani amanat kemanusiaan, serta pertanggungjawaban
14
dari amal usahanya, serta rentetan-rentetan cobaan, berbeda dengan malaikat
yang ditakdirkan dengan patuh dan bebas dari godaan-godaan.
15
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17