Penyusun :
2021
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Pendidikan Agama
Islam yang berjudul Hakikat Manusia Dalam Islam.
Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Mukhammad Bakhruddin, M.Pd. I yang
telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya
ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa laporan Hakikat Manusia Dalam Islam yang kami buat
ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga laporan Hakikat Manusia Dalam Islam ini bisa menambah wawasan para
pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.
Zulfan aliy
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................iii
A. Konsep Manusia......................................................................................3
B. Eksistensi dan Martabat Manusia ...........................................................5
C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah ....9
Bab III PENUTUP .............................................................................................12
A. Simpulan...................................................................................................12
B. Saran ........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................13
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia, bila dilihat dari aspek fisik biologisnya ( basyar ), tak jauh berbeda
dari hewan-hewan lainnya, sama-sama memiliki rupa, bentuk, bobot, menempati
ruang dan bergerak dalam dimensi waktu, serta melakukan aktifitas pemenuhan
tuntutan kebutuhan biologisnya. Bahkan bila ditinjau dari aspek kekuatan otot
sebagai basil proses perpaduan fisika-kimiawi-mekanistis pada organ tubuhnya
kekuatan manusia relatif lemah dan lebih rendah dari hewan tertentu. Kekuatan
berlari manusia kalah dari kuda melompat kalah dari kijang, memanjat kalah dari
monyet, mengangkat barang berat kalah dari gajah, belum lagi berenang seperti
ikan. Kekuatan manusia pasti mengalami keterbatasan telak kalau hanya dilihat
dari aspek biologis semata yang di dalam Al-Quran diistilahkan basyar.
1
spiritual), homo educandum (makhluk yang dapat dididik/educable), serta homo
faber (makhluk yang selalu membuat bentuk-bentuk baru).
Berbicara dan berdiskusi tentang manusia memang menarik dan tidak pernah
tuntas. Pembicaraan mengenai makhluk psikofisik ini laksana suatu permainan
yang tidak pernah selesai. Selalu ada saja pertanyaan mengenai manusia. Para ahli
telah mencetuskan pengertian
manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini pun belum ada kata sepakat
tentang pengertian manusia yang sebenarnya. Oleh karena itu kami sebagai
penulis melalui makalah ini ingin mengingatkan kembali kepada para pembaca
mengenai eksistensi dan manusia dalam pandangan islam serta tanggung jawab
manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.
B. Tujuan Penulisan
2
3. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai tanggung jawab manusia
sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek tentang konsep
dan pengertian manusia, eksistensi dan martabat manusia serta tanggung jawab
manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.
D. Metode Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Manusia
Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu sampai zaman modern
ini juga belum berakhir dan tak akan berakhir. Ternyata orang menyelidiki
manusia dari berbagai sudut pandang, ada yang memandang manusia dari sudut
pandang budaya disebut Antropologi Budaya, ada juga yang memandang dari segi
hakikatnya disebut Antropologi Filsafat. Memikirkan dan membicarakan
mengenai hakikat manusia inilah, yang menyebabkan orang tidak henti-hentinya
berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang mendasar
tentang manusia yaitu apa, bagaimana, dan kemana manusia itu nantinya.
Berbicara mengenai apa itu manusia, ada beberapa aliran yang mendasari yaitu :
3
1. Aliran serba zat, mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada hanyalah zat
atau materi. Zat atau materi itulah hakekat dari sesuatu. Alam ini adalah
materi dan manusia adalah unsur dari alam maka dari itu hakikat dari manusia
itu adalah zat atau materi.
2. Aliran serba roh, berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia
ini adalah roh, begitu juga hakikat manusia adalah roh. Adapun zat itu adalah
manifestasi daripada roh di dunia ini.
3. Aliran dualisme, mencoba untuk meyakinkan kedua aliran di atas. Aliran ini
menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi
yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini masing-masing merupakan
unsur asalnya, tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari
roh, juga sebaliknya. Hanya dalam perwujudannya manusia itu ada dua, jasad
dan roh, yang keduanya berintegrasi membentuk yang disebut manusia.
Dari keempat aliran tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hakikat
manusia yang sebenarnya adalah sesuatu yang melatar belakangi keberadaanya di
dunia ini sebagai manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani. Sedangkan dalam
Islam sendiri, hakikat manusia didasarkan pada apa yang diterangkan dalam Al-
Qur’an dan As-Sunah, atau melalui pengenalan asal kejadian manusia itu sendiri.
Hakikat manusia dalam Islam merupakan suatu keberadaan yang mendasari
diciptakannya manusia yang telah diberi amanat untuk mengatur bumi (Khalifah)
yaitu untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah SWT sebagaimana firman
Allah SWT dalam Q.S.Adh-Dhariyat [51:56] yang artinya “Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Hakikat manusia sebagai makhluk yang mulia ciptaan Allah memberikan makna
bahwa penciptaan merupakan pihak penentu dan yang diciptakan adalah pihak
yang ditentukan, baik mengenai kondisi maupun makna penciptaannya. Manusia
4
tidak mempunya peranan apapun dalam proses dan hasil penciptaan dirinya. Oleh
karena itu ketidakmampuan manusia itu merupakan peringatan bagi manusia.
Seperti halnya manusia tidak ikut menentukan atau memilih orang tuanya, suku
atau bangsa dan lain-lain. Oleh karenanya manusia harus menyadari atas
ketentuan – ketentuan yang telah diberikan oleh Allah SWT. Sebagai makhluk
yang mulia, manusia dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya :
2. Manusia ada untuk berbuat yang baik dan membahagiakan manusia, artinya
manusia ada untuk mengadakan sesuatu yang benar serta bermanfaat, dari
sanalah muncul segala bentuk karya manusia meliputi kreatifitas dan dinamika
di dalam kehidupanya.
4. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia ada
kesadaran untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dalam
hidupnya. Misalnya dalam salah satu wujud kesadaran religius, bahwa
manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya pada ilahi.
Kelima hal tersebut merupakan perincian dari kehidupan manusia dalam islam
sebagai makhluk yang istimewa
Manusia perlu mengenal dan memahami hakikat dirinya sendiri agar mampu
mewujudkan eksistensi yang ada dalam dirinya. Pemahaman dalam hidup akan
mengantar manusia pada kesediaan untuk mencari makna serta arti kehidupan
5
agar hidupnya tidak sia-sia. Eksistensi manusia di dunia merupakan tanda
kekuasaan Allah SWT terhadap hamba-hamba-Nya, bahwa Dialah yang
menciptakan, menghidupkan dan menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian,
tujuan diciptakannya manusia dalam konteks hubungan manusia dengan Allah
SWT adalah dengan mengimani Allah SWT serta memikirkan ciptaan-Nya untuk
menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan dalam
konteks hubungan manusia dengan manusia serta manusia dengan alam adalah
untuk berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap
sesama manusia, serta tidak merusak alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia
dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai berikut :
Dalam Q.S. Al-Anbiya [21:107] yang artinya “Dan tiadalah kami mengutus
kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam” Ayat ini menerangkan tujuan
manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi
rahmat bagi alam semesta. Arti kata rahmat adalah karunia, kasih sayang dan
belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmat merupakan manusia yang diciptakan
oleh Allah SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam
semesta.
Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses dunia dan akhirat dengan
cara melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia
sebagai individu. Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat [16:97] yang artinya
“Barang siapa mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Allah SWT akan memberikan
kepadanya kehidupan yang baik dan akan diberi balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dengan apa yang telah mereka kerjakan”.
Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk sosial yang
mempunyai sifat hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain..
6
Hampir semua manusia, pada awalnya merupakan bagian dari anggota kelompok
sosial yang dinamakan keluarga. Dalam ilmu komunukasi dan sosiologi, keluarga
merupakan bagian dari klasifikasi kelompok sosial dan termasuk dalam small
group atau kelompok terkecil karena paling sedikit anggotanya. Namun
keberadaan keluarga sangat penting karena merupakan bentuk khusus dalam
kerangka sistem sosial secara keseluruhan. Small group seolah-olah merupakan
miniatur masyarakat yang juga memiliki pembagian kerja, kode etik
pemerintahan, prestige, ideologi, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan tujuan
individu dalam keluarga adalah agar individu tersebut menemukan ketentraman,
kebahagiaan dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah.
Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Oleh sebab itu, wajar bagi manusia baik
laki-laki dan perempuan membentuk keluarga.
Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia supaya tentram. Untuk menjadi
keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu,
dalam kelurga harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.
7
memelihara iman dan takwa. Allah berfirman dalam Q.S. Al-A’raf [7:96] yang
artinya“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya”.
Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:
Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang untuk menemukan jati diri
sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan
dengan dunia sosial. Lebih dari itu manusia sebagai individu dari masyarakat
memiliki jangkauan yang lebih luas lagi yakni dalam kehidupan bernegara. Maka,
tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi warga negara yang baik di dalam
lingkungan negara untuk mewujudkan negara yang aman, nyaman serta makmur.
8
C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah
Manusia telah dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai
hamba Allah dan seorang khalifah di bumi,karena manusia merupakan makhluk
yang paling istimewa dibanding dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Mereka
dipilih untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada dengan cara mereka
sendiri dan tanpa melepas tanggung jawab.
9
konsep manusia sebagai homo homoni lopus atau manusia sebagai pemangsa bagi
manusia yang lain. Tidak ada keistimewaan antara satu manusia dengan manusia
lain kecuali taqwanya kepada Allah. Eksistensi manusia bukan untuk menjadi
yang terkuat (struggle for the strongest and the fittest), melainkan untuk menjadi
yang paling bijak (struggle for the wisest).
Sebagai hamba Allah, manusia memikul tanggung jawab pribadi, orang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain (Q.S. Al-An'am:164) dan pada hari
kiamat nanti mereka datang kepada Allah dengan sendiri-sendiri (Q.S.
Maryam:95). Ini membuktikan bahwa manusia sebagai hamba Allah memiliki
kebebasan individual atas dirinya sendiri namun tetap bertanggung jawab atas
lingkungan sekitarnya.
10
sedangkan arti khalifah pada Q.S. Al-Baqarah [2:30] bertugas untuk
memakmurkan dan mengelola bumi.
Setiap kebajikan yang dilakukan manusia atas kehendak dan pilihannya itu
merupakan kemuliaan, malaikat yang bertabiat tunduk tidak dapat mencapai
kemuliaan itu. Untuk itu ada dua argumentasi manusia dijadikan khalifah di muka
bumi, yang dapat dikemukakan yaitu :
a. Kemuliaan manusia pertama (Nabi Adam As) yang dapat digambarkan adanya
perintah Allah, supaya malaikat bersujud kepada Nabi Adam As. karena
kekhususan Nabi Adam As. yang memiliki ilmu pengetahuan, yang berbeda
dengan ilmu pengetahuan malaikat yang tidak memungkinkan karena dari
usaha sendiri sesuai firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah [2:32] yang artinya
“Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain
dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
b. Kekhalifahan Nabi Adam As. di muka bumi ini adalah karena mempunyai
kemungkinan untuk dibebani amanat kemanusiaan, serta pertanggungjawaban
dari amal usahanya, serta rentetan-rentetan cobaan, berbeda dengan malaikat
yang ditakdirkan dengan patuh dan bebas dari godaan-godaan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Dari penulisan makalah ini, penulis menyarankan agar sebagai seorang manusia
kita harus menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang
lain. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri oleh karena itu
kita harus saling tolong menolong dalam kebaikan antar sesama.
Untuk kedepannya tugas dalam membuat makalah ini sangat dianjurkan untuk
dilanjutkan, karena bisa menambah wawasan manusia tentang pengetahuan
Agama. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk
menggali lebih dalam Hakikat Manusia menurut Islam.
12
DAFTAR PUSTAKA
13