Anda di halaman 1dari 16

PENUGASAN MAKALAH

HAKEKAT MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM

Penyusun :

Zulfans Aliy ( 210631100028 )

Isti'anatul Mazidah ( 210631100025 )

Yogi Rifansyah R. ( 210631100015 )

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TRUNOOYO MADURA

2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Pendidikan Agama
Islam yang berjudul Hakikat Manusia Dalam Islam.

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Mukhammad Bakhruddin, M.Pd. I yang
telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya
ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa laporan Hakikat Manusia Dalam Islam yang kami buat
ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga laporan Hakikat Manusia Dalam Islam ini bisa menambah wawasan para
pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.

Sumenep, 29 Agustus 2021

Zulfan aliy

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................ii

Daftar Isi..........................................................................................................iii

Bab I PENDAHULUAN ...................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................1


B. Tujuan Penulisan ...................................................................................2
C. Ruang Lingkup ......................................................................................3
D. Metode Penulisan ..................................................................................3
Bab II PEMBAHASAN .....................................................................................3

A. Konsep Manusia......................................................................................3
B. Eksistensi dan Martabat Manusia ...........................................................5
C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah ....9
Bab III PENUTUP .............................................................................................12

A. Simpulan...................................................................................................12
B. Saran ........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................13

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia, bila dilihat dari aspek fisik biologisnya ( basyar ), tak jauh berbeda
dari hewan-hewan lainnya, sama-sama memiliki rupa, bentuk, bobot, menempati
ruang dan bergerak dalam dimensi waktu, serta melakukan aktifitas pemenuhan
tuntutan kebutuhan biologisnya. Bahkan bila ditinjau dari aspek kekuatan otot
sebagai basil proses perpaduan fisika-kimiawi-mekanistis pada organ tubuhnya
kekuatan manusia relatif lemah dan lebih rendah dari hewan tertentu. Kekuatan
berlari manusia kalah dari kuda melompat kalah dari kijang, memanjat kalah dari
monyet, mengangkat barang berat kalah dari gajah, belum lagi berenang seperti
ikan. Kekuatan manusia pasti mengalami keterbatasan telak kalau hanya dilihat
dari aspek biologis semata yang di dalam Al-Quran diistilahkan basyar.

Makalah ini kami tujukan untuk masyarakat umum khususnya di kalangan


remaja, pelajar dan generasi muda yang tidak lain adalah sebagai generasi penerus
bangsa agar kita semua memahami konsep manusia dalam dunia islam serta
memahami tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka
bumi. Kajian tentang manusia telah banyak dilakukan para ahli, yang selanjutnya
dikaitkan dengan berbagai kegiatan, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya,
pendidikan, agama dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan karena manusia
selain sebagai subjek (pelaku), juga sebagai objek (sasaran) dari berbagai kegiatan
tersebut, dari pemikiran ini selanjutnya memunculkan banyak sebutan atau
predikat untuk manusia yang dikemukakan para ahli filsafat, misalnya; homo
sapiens, (makhluk yang mempunyai budi pekerti/berakal), animal rational atau
hayawan nathiq (binatang yang dapat berpikir), homo laquen (makhluk yang
pandai menciptakan bahasa), zoon politicoi (makhluk yang pandai bekerja sama),
homo economicus (makhluk yang tunduk kepada prinsip-prinsip ekonomi), homo
religious (makhluk yang beragama), homo planemanet (makhluk ruhaniah-

1
spiritual), homo educandum (makhluk yang dapat dididik/educable), serta homo
faber (makhluk yang selalu membuat bentuk-bentuk baru).

Dalam konsepsi Islam, manusia merupakan satu hakikat yang mempunyai


dua dimensi, yaitu dimensi material (jasad) dan dimensi immaterial (ruh, jiwa,
akal dan sebagainya). Unsur jasad akan hancur dengan kematian, sedangkan unsur
jiwa akan tetap dan bangkit kembali pada hari kiamat. (QS. Yasin, 36: 78-79).
Manusia adalah makhluk yang mulia, bahkan lebih mulia dari malaikat (QS. al-
Hijr, 15: 29). Bahkan manusia adalah satu-satunya mahluk yang mendapat
perhatian besar dari Al-Qur’an, terbukti dengan begitu banyaknya ayat al-Qur‟an
yang membicarakan hal ikhwal manusia dalam berbagai aspek-nya, termasuk pula
dengan nama-nama yang diberikan al-Qur’an untuk menyebut manusia,
setidaknya terdapat lima kata yang sering digunakan Al-Qur’an untuk merujuk
kepada arti manusia, yaitu insan atau ins atau al-nas atau unas, dan kata basyar
serta kata bani adam atau durriyat adam.

Berbicara dan berdiskusi tentang manusia memang menarik dan tidak pernah
tuntas. Pembicaraan mengenai makhluk psikofisik ini laksana suatu permainan
yang tidak pernah selesai. Selalu ada saja pertanyaan mengenai manusia. Para ahli
telah mencetuskan pengertian

manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini pun belum ada kata sepakat
tentang pengertian manusia yang sebenarnya. Oleh karena itu kami sebagai
penulis melalui makalah ini ingin mengingatkan kembali kepada para pembaca
mengenai eksistensi dan manusia dalam pandangan islam serta tanggung jawab
manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.

B. Tujuan Penulisan

1. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai pengertian dan konsep manusia


dalam pandangan islam

2. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai eksistensi dan martabat


manusia dalam pandangan islam

2
3. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai tanggung jawab manusia
sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek tentang konsep
dan pengertian manusia, eksistensi dan martabat manusia serta tanggung jawab
manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan


menggunakan metode pustaka yaitu beupa mencari dan mengumpulkan beberapa
sumber dari internet maupun buku yang mengenai informasi seputar konsep
manusia dalam pandangan islam.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Manusia

Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu sampai zaman modern
ini juga belum berakhir dan tak akan berakhir. Ternyata orang menyelidiki
manusia dari berbagai sudut pandang, ada yang memandang manusia dari sudut
pandang budaya disebut Antropologi Budaya, ada juga yang memandang dari segi
hakikatnya disebut Antropologi Filsafat. Memikirkan dan membicarakan
mengenai hakikat manusia inilah, yang menyebabkan orang tidak henti-hentinya
berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang mendasar
tentang manusia yaitu apa, bagaimana, dan kemana manusia itu nantinya.
Berbicara mengenai apa itu manusia, ada beberapa aliran yang mendasari yaitu :

3
1. Aliran serba zat, mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada hanyalah zat
atau materi. Zat atau materi itulah hakekat dari sesuatu. Alam ini adalah
materi dan manusia adalah unsur dari alam maka dari itu hakikat dari manusia
itu adalah zat atau materi.

2. Aliran serba roh, berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia
ini adalah roh, begitu juga hakikat manusia adalah roh. Adapun zat itu adalah
manifestasi daripada roh di dunia ini.

3. Aliran dualisme, mencoba untuk meyakinkan kedua aliran di atas. Aliran ini
menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi
yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini masing-masing merupakan
unsur asalnya, tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari
roh, juga sebaliknya. Hanya dalam perwujudannya manusia itu ada dua, jasad
dan roh, yang keduanya berintegrasi membentuk yang disebut manusia.

4. Aliran eksistensialisme, yang memandang manusia secara menyeluruh, artinya


aliran ini memandang manusia tidak dari sudut zat atau serba roh atau
dualisme, tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri yaitu
cara beradanya manusia itu sendiri di dunia ini.

Dari keempat aliran tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hakikat
manusia yang sebenarnya adalah sesuatu yang melatar belakangi keberadaanya di
dunia ini sebagai manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani. Sedangkan dalam
Islam sendiri, hakikat manusia didasarkan pada apa yang diterangkan dalam Al-
Qur’an dan As-Sunah, atau melalui pengenalan asal kejadian manusia itu sendiri.
Hakikat manusia dalam Islam merupakan suatu keberadaan yang mendasari
diciptakannya manusia yang telah diberi amanat untuk mengatur bumi (Khalifah)
yaitu untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah SWT sebagaimana firman
Allah SWT dalam Q.S.Adh-Dhariyat [51:56] yang artinya “Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Hakikat manusia sebagai makhluk yang mulia ciptaan Allah memberikan makna
bahwa penciptaan merupakan pihak penentu dan yang diciptakan adalah pihak
yang ditentukan, baik mengenai kondisi maupun makna penciptaannya. Manusia

4
tidak mempunya peranan apapun dalam proses dan hasil penciptaan dirinya. Oleh
karena itu ketidakmampuan manusia itu merupakan peringatan bagi manusia.
Seperti halnya manusia tidak ikut menentukan atau memilih orang tuanya, suku
atau bangsa dan lain-lain. Oleh karenanya manusia harus menyadari atas
ketentuan – ketentuan yang telah diberikan oleh Allah SWT. Sebagai makhluk
yang mulia, manusia dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya :

1. Manusia adalah makhluk yang keberadaanya di dunia ini untuk mengadakan


sesuatu, artinya seorang manusia mempunyai tugas bekerja dalam hidupnya.

2. Manusia ada untuk berbuat yang baik dan membahagiakan manusia, artinya
manusia ada untuk mengadakan sesuatu yang benar serta bermanfaat, dari
sanalah muncul segala bentuk karya manusia meliputi kreatifitas dan dinamika
di dalam kehidupanya.

3. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam hidup, artinya


kebebasan manusia nampak melalui aneka kreasi dalam segala segi kehidupan
dan melalui kebebasan itulah muncul berbagai kegiatan.

4. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia ada
kesadaran untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dalam
hidupnya. Misalnya dalam salah satu wujud kesadaran religius, bahwa
manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya pada ilahi.

5. Manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan, walaupun manusia


adalah makhluk mulia.

Kelima hal tersebut merupakan perincian dari kehidupan manusia dalam islam
sebagai makhluk yang istimewa

B. Eksistensi dan Martabat Manusia

Manusia perlu mengenal dan memahami hakikat dirinya sendiri agar mampu
mewujudkan eksistensi yang ada dalam dirinya. Pemahaman dalam hidup akan
mengantar manusia pada kesediaan untuk mencari makna serta arti kehidupan

5
agar hidupnya tidak sia-sia. Eksistensi manusia di dunia merupakan tanda
kekuasaan Allah SWT terhadap hamba-hamba-Nya, bahwa Dialah yang
menciptakan, menghidupkan dan menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian,
tujuan diciptakannya manusia dalam konteks hubungan manusia dengan Allah
SWT adalah dengan mengimani Allah SWT serta memikirkan ciptaan-Nya untuk
menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan dalam
konteks hubungan manusia dengan manusia serta manusia dengan alam adalah
untuk berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap
sesama manusia, serta tidak merusak alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia
dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia

Dalam Q.S. Al-Anbiya [21:107] yang artinya “Dan tiadalah kami mengutus
kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam” Ayat ini menerangkan tujuan
manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi
rahmat bagi alam semesta. Arti kata rahmat adalah karunia, kasih sayang dan
belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmat merupakan manusia yang diciptakan
oleh Allah SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam
semesta.

2. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia

Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses dunia dan akhirat dengan
cara melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia
sebagai individu. Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat [16:97] yang artinya
“Barang siapa mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Allah SWT akan memberikan
kepadanya kehidupan yang baik dan akan diberi balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dengan apa yang telah mereka kerjakan”.

3. Tujuan Individu dalam Keluarga

Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk sosial yang
mempunyai sifat hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain..

6
Hampir semua manusia, pada awalnya merupakan bagian dari anggota kelompok
sosial yang dinamakan keluarga. Dalam ilmu komunukasi dan sosiologi, keluarga
merupakan bagian dari klasifikasi kelompok sosial dan termasuk dalam small
group atau kelompok terkecil karena paling sedikit anggotanya. Namun
keberadaan keluarga sangat penting karena merupakan bentuk khusus dalam
kerangka sistem sosial secara keseluruhan. Small group seolah-olah merupakan
miniatur masyarakat yang juga memiliki pembagian kerja, kode etik
pemerintahan, prestige, ideologi, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan tujuan
individu dalam keluarga adalah agar individu tersebut menemukan ketentraman,
kebahagiaan dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah.
Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Oleh sebab itu, wajar bagi manusia baik
laki-laki dan perempuan membentuk keluarga.

Tujuan manusia berkeluraga menurut Q.S. Ar-Rum [30:21] yang artinya


"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-
istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya
diantara kamu rasa kasih sayang . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaaum yang mau berfikir."

Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia supaya tentram. Untuk menjadi
keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu,
dalam kelurga harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.

4. Tujuan Individu dalam Masyarakat

Setelah hidup berkeluarga, manusia mempunyai kebutuhan untuk bermasyarakat.


Tujuan hidup bermasyarakat yaitu mencari keberkahan yang melimpah dalam
hidup. Kecukupan kebutuhan hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti
perumahan, makan, pakaian, kebutuhan sosial (bertetangga), kebutuhan rasa
aman, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat mudah
diperoleh apabila masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila masyarakat tidak
beriman dan bertakwa, maka Allah akan memberikan siksa dan jauh dari
keberkahan. Oleh sebab itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin hidup damai
dan serba kecukupan, maka kita harus mengajak setiap anggota masyarakat untuk

7
memelihara iman dan takwa. Allah berfirman dalam Q.S. Al-A’raf [7:96] yang
artinya“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya”.

Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:

a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu


masyarakat.

b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya.

5. Tujuan Individu dalam Bernegara

Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang untuk menemukan jati diri
sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan
dengan dunia sosial. Lebih dari itu manusia sebagai individu dari masyarakat
memiliki jangkauan yang lebih luas lagi yakni dalam kehidupan bernegara. Maka,
tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi warga negara yang baik di dalam
lingkungan negara untuk mewujudkan negara yang aman, nyaman serta makmur.

6. Tujuan Individu dalam Pergaulan Internasional

Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan


internasional/dunia luar. Dalam era globalisasi, kita sebagai makhluk hidup yang
ingin tetap eksis, maka kita harus bersaing dengan ketat untuk menemukan jati
diri serta pengembangan kepribadian. Jadi tujuan individu dalam pergaulan
internasional adalah menjadi individu yang saling membantu dalam kebaikan dan
individu yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk dalam dunia
globalisasi agar tidak kalah dan terlena dengan indahnya dunia.

8
C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah

Manusia diturunkan ke bumi ini bukanlah hanya sebagai penghias atau


pelengkap di bumi semata, tetapi manusia sesungguhnya mempunyai kedudukan,
peran, dan tugas yang telah melekat padanya yang terbawa sejak ia lahir ke dunia.

Manusia telah dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai
hamba Allah dan seorang khalifah di bumi,karena manusia merupakan makhluk
yang paling istimewa dibanding dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Mereka
dipilih untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada dengan cara mereka
sendiri dan tanpa melepas tanggung jawab.

1. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah

Ayat Al-Qur’an menyebutkan bahwa manusia merupakan makhluk yang


diciptakan oleh Allah dari tanah, kemudian berkembang biak melalui sperma dan
ovum dalam suatu ikatan pernikahan yang suci serta proses biologis produktivitas
manusia (Q.S Al- Mukminun:12-16) Dalam konteks ini, Nabi Muhammad SAW
bersabda, "Bahwasanya seseorang kamu dihimpunkan kejadiannya di dalam perut
ibu selama 40 hari, kemudian berupa segumpal darah seperti itu pula lamanya,
kemudian berupa segumpal daging seperti itu pula lamanya. Kemudian Allah
mengutus seorang malaikat, maka diperintahkan kepada malaikat: engkau
tuliskanlah amalannya, rezekinya, ajalnya, dan celaka atau bahagianya. Kemudian
ditiupkanlah roh kepada makhluk tersebut" (HR. Bukhari).20

Kesadaran bahwa manusia hidup di dunia sebagai makhluk ciptaan Allah


dapat menumbuhkan sikap andap asor dan mawas diri bahwa dirinya bukanlah
Tuhan. Oleh sebab itu, ia melihat sesama manusia sebagai sesama makhluk, tidak
ada perhambaan antar manusia. Jadi, seorang istri tidak menghamba pada suami,
seorang pegawai tidak menghamba pada pengusaha, dan seorang rakyat tidak
menghamba pada pemerintah. Bagi manusia, yang patut menerima perhambaan
dari manusia tak lain adalah Allah. Allah tidak menciptakan manusia selain untuk
menghamba atau beribadah kepada-Nya (Q.S. Adz-Dzariyat:56). Segala yang ada
di langit dan bumi, baik dengan suka maupun terpaksa, sesungguhnya pun
berserah diri kepada Allah (Q.S. Ali Imran:83). Oleh karena itu, tidak berlaku

9
konsep manusia sebagai homo homoni lopus atau manusia sebagai pemangsa bagi
manusia yang lain. Tidak ada keistimewaan antara satu manusia dengan manusia
lain kecuali taqwanya kepada Allah. Eksistensi manusia bukan untuk menjadi
yang terkuat (struggle for the strongest and the fittest), melainkan untuk menjadi
yang paling bijak (struggle for the wisest).

Sebagai hamba Allah, manusia memikul tanggung jawab pribadi, orang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain (Q.S. Al-An'am:164) dan pada hari
kiamat nanti mereka datang kepada Allah dengan sendiri-sendiri (Q.S.
Maryam:95). Ini membuktikan bahwa manusia sebagai hamba Allah memiliki
kebebasan individual atas dirinya sendiri namun tetap bertanggung jawab atas
lingkungan sekitarnya.

2. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah di Muka Bumi

Khalifah berasal dari kata “khalafa” yang berarti mengganti. Khalifah


diartikan pengganti karena ia menggantikan yang didepannya. Dalam bahasa
Arab, kalimat “Allah menjadi khalifah bagimu” berarti Allah menjadi pengganti
bagimu dari orang tuamu yang meninggal. Allah menjadikan manusia sebagai
khalifah di bumi berarti Allah menyerahkan pengolahan dan pemakmuran bumi
bukan secara mutlak kepada manusia. Di samping arti ini khalifah juga
menunjukan arti pemimpin negara atau kaum. Kata khalifah dengan arti
pemimpin terdapat dalam Q.S. Shad [38 :26] dimana Allah mengangkat Nabi
Daud As. sebagai khalifah di bumi untuk memimpin manusia dengan adil dan
tidak mengikuti hawa nafsu.

Allah SWT. Memberikan anugerah-Nya kepada Bani Adam sebagai makhluk


yang paling mulia; mereka disebutkan di kalangan makhluk yang tertinggi yaitu
para malaikat, sebelum mereka di ciptakan. Untuk itu, Allah Swt berfirman dalam
Q.S. Al-Baqarah [2:30] yang artinya "Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah”. Arti khalifah pada Q.S. Shad [38:26] bertugas untuk
menegakkan hukum Allah di bumi dan menciptakan kemaslahatan manusia

10
sedangkan arti khalifah pada Q.S. Al-Baqarah [2:30] bertugas untuk
memakmurkan dan mengelola bumi.

Setiap kebajikan yang dilakukan manusia atas kehendak dan pilihannya itu
merupakan kemuliaan, malaikat yang bertabiat tunduk tidak dapat mencapai
kemuliaan itu. Untuk itu ada dua argumentasi manusia dijadikan khalifah di muka
bumi, yang dapat dikemukakan yaitu :

a. Kemuliaan manusia pertama (Nabi Adam As) yang dapat digambarkan adanya
perintah Allah, supaya malaikat bersujud kepada Nabi Adam As. karena
kekhususan Nabi Adam As. yang memiliki ilmu pengetahuan, yang berbeda
dengan ilmu pengetahuan malaikat yang tidak memungkinkan karena dari
usaha sendiri sesuai firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah [2:32] yang artinya
“Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain
dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."

b. Kekhalifahan Nabi Adam As. di muka bumi ini adalah karena mempunyai
kemungkinan untuk dibebani amanat kemanusiaan, serta pertanggungjawaban
dari amal usahanya, serta rentetan-rentetan cobaan, berbeda dengan malaikat
yang ditakdirkan dengan patuh dan bebas dari godaan-godaan.

Ayat-ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang khalifah selalu berkaitan dengan


tugas-tugas dan tanggung jawab. Hal ini memberikan suatu peringatan serta
pelajaran kepada manusia sebagai khalifah agar mereka melihat dan memandang
keadaan sebelum mereka sendiri serta apa yang harus mereka lakukan sebagai
khalifah sebab semua perbuatan yang dilakukan akan ada pertanggungjawaban di
hadapan Allah SWT.

11
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks. Di


ciptakannya manusia di bumi oleh Sang Pencipta tidak hanya untuk diam saja,
tetapi manusia dituntut untuk selalu berperan aktif untuk berbuat kebaikan.
Sebagai seorang manusia, kita juga harus menjadi individu yang dapat bermanfaat
bagi diri sendiri dan orang lain.

Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, masih banyak kekurangan yang


melekat dalam diri manusia. Salah satu contohnya adalah kurangnya pemahaman
manusia tentang agama, oleh karena itu manusia dianjurkan untuk saling
menghormati dan mengasihi satu sama lain karena kita diciptakan tanpa adanya
perbedaan. Selain itu, sebagai seorang manusia kita harus mematuhi aturan yang
ada.

B. Saran

Dari penulisan makalah ini, penulis menyarankan agar sebagai seorang manusia
kita harus menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang
lain. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri oleh karena itu
kita harus saling tolong menolong dalam kebaikan antar sesama.

Untuk kedepannya tugas dalam membuat makalah ini sangat dianjurkan untuk
dilanjutkan, karena bisa menambah wawasan manusia tentang pengetahuan
Agama. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk
menggali lebih dalam Hakikat Manusia menurut Islam.

12
DAFTAR PUSTAKA

IMM Tarbiyah. 2011. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khilafah di


http://immdakwahpwt.blogspot.com/2011/09/babI-pendahuluan-manusiaadalah-
makhluk.html (diakses 3 April 2019)

Sayyida Ulya. 2014. Eksistensi dan Martabat Manusia di


https://saydaulya.blogspot.com/2014/12/makalah-eksistensi-dan-martabat-
manusia.html (diakses 27 Maret 2019)

Prasasti Lia. 2016. Eksistensi dan Martabat Manusia – Agama Islam di


http://lhialicious.blogspot.com/2016/03/eksistensi-dan-martabat-manusia-
agama.html (diakses 27 Maret 2019)

Finastri Annisa. 2016. Konsep Manusia dalam Islam di


https://dalamislam.com/info-islami/konsep-manusia-dalam-islam
(diakses 2 April 2019)

13

Anda mungkin juga menyukai