Anda di halaman 1dari 12

Hakekat Manusia Dalam Pandangan Islam

Kelompok 3
Ilham Maulana Yasin (20221221034)
Norman Diaz B (20221221048)

Presentasi hakekat manusia dalam


pandangan islam
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan agama islam
KATA PENGANTAR

Rasa syukur senantiasa kita ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih
memberikan kita nikmat iman serta kesehatan, sehingga saya diberi waktu dalam
menyelesaikan karya tulis dengan judul “Hakekat Manusia Dalam Pandangan Islam” Saya
menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak kesalahan.
Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ke tidak sempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Daftar isi
COVER……………………………………………………………………. I
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. II
BAB I: PENDAHULUAN ………………………………………………... III
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 2
1.3 Tujuan dan Kegunaan penelitian ……………………………………….. 2
BAB II: PEMBAHASAN ………………………………………………… IV
BAB III: DAFTAR PUSTAKA…………………………………………… V
BAB IV: PENUTUP ………………………………………………………. VI
1.4 Kesimpulan……………………………………………………………... 6

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Makalah ini kami tujukan untuk masyarakat umum khususnya di kalangan
remaja, pelajar dan generasi muda yang tidak lain adalah sebagai generasi penerus
bangsa agar kita semua memahami konsep manusia dalam dunia islam serta
memahami tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di muka
bumi. Kajian tentang manusia telah banyak dilakukan para ahli, yang selanjutnya
dikaitkan dengan berbagai kegiatan, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya,
pendidikan, agama dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan karena manusia
selain sebagai subjek (pelaku), juga sebagai objek (sasaran) dari berbagai kegiatan
tersebut, dari pemikiran ini selanjutnya memunculkan banyak sebutan atau predikat
untuk manusia yang dikemukakan para ahli filsafat, misalnya; homo sapiens,
(makhluk yang mempunyai budi pekerti/berakal), animal rational atau hayawan
nathiq (binatang yang dapat berpikir), homo laquen (makhluk yang pandai
menciptakan bahasa), zoon politicoi (makhluk yang pandai bekerja sama), homo
economicus (makhluk yang tunduk kepada prinsip-prinsip ekonomi), homo religious
(makhluk yang beragama), homo planemanet (makhluk ruhaniah-spiritual), homo
educandum (makhluk yang dapat dididik/educable), serta homo faber (makhluk yang
selalu membuat bentuk-bentuk baru).

Dalam konsepsi Islam, manusia merupakan satu hakikat yang mempunyai


dua dimensi, yaitu dimensi material (jasad) dan dimensi immaterial (ruh, jiwa, akal
dan sebagainya). Unsur jasad akan hancur dengan kematian, sedangkan unsur jiwa
akan tetap dan bangkit kembali pada hari kiamat. (QS. Yasin, 36: 78-79). Manusia
adalah makhluk yang mulia, bahkan lebih mulia dari malaikat (QS. Al-Hijr, 15: 29).
Bahkan manusia adalah satu-satunya mahluk yang mendapat perhatian besar dari
Al-Qur’an, terbukti dengan begitu banyaknya ayat al-Qur‟an yang membicarakan hal
ikhwal manusia dalam berbagai aspek-nya, termasuk pula dengan nama-nama yang
diberikan al-Qur’an untuk menyebut manusia, setidaknya terdapat lima kata yang
sering digunakan Al-Qur’an untuk merujuk kepada arti manusia, yaitu insan atau ins
atau al-nas atau unas, dan kata basyar serta kata bani adam atau durriyat adam.

Berbicara dan berdiskusi tentang manusia memang menarik dan tidak pernah
tuntas. Pembicaraan mengenai makhluk psikofisik ini laksana suatu permainan yang
tidak pernah selesai. Selalu ada saja pertanyaan mengenai manusia. Para ahli telah
mencetuskan pengertian manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini pun
belum ada kata sepakat tentang pengertian manusia yang sebenarnya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu arti pengertian Hakekat?
2. Apa konsep Hakikat dalam Islam?

1.3. Tujuan dan kegunaan penelitian


a) Dapat Memberikan Pemahaman mengenai pengertian dan konsep manusia
dalam pandangan islam
b) Dapat Memberikan Pemahaman mengenai eksistensi dan martabat manusia
dalam pandangan islam
c) Dapat Memberikan Pemahaman mengenai tanggung jawab manusia sebagai
hamba Allah dan khalifah di muka bumi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Manusia

Pemikiran tentang hakikat manusia, hakikat manusia dalam pandangan islam


dapat di artikan sebagai buah dari seseorang dalam mencari Allah, ada yang
memandang manusia dari sudut pandang budaya disebut Antropologi Budaya, ada
juga yang memandang dari segi hakikatnya disebut Antropologi Filsafat. Memikirkan
dan membicarakan mengenai hakikat manusia inilah, yang menyebabkan orang tidak
henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan yang
mendasar tentang manusia yaitu apa, bagaimana, dan kemana manusia itu nantinya.
Berbicara mengenai apa itu manusia, ada beberapa aliran yang mendasari yaitu :

1. Aliran serba zat, mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada hanyalah zat
atau materi. Zat atau materi itulah hakekat dari sesuatu. Alam ini adalah materi
dan manusia adalah unsur dari alam maka dari itu hakikat dari manusia itu
adalah zat atau materi.
2. Aliran serba roh, berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia
ini adalah roh, begitu juga hakikat manusia adalah roh. Adapun zat itu adalah
manifestasi daripada roh di dunia ini.
3. Aliran dualisme, mencoba untuk meyakinkan kedua aliran di atas. Aliran ini
menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi
yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini masing-masing merupakan
unsur asalnya, tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari
roh, juga sebaliknya. Hanya dalam perwujudannya manusia itu ada dua, jasad
dan roh, yang keduanya berintegrasi membentuk yang disebut manusia.
4. Aliran eksistensialisme, yang memandang manusia secara menyeluruh, artinya
aliran ini memandang manusia tidak dari sudut zat atau serba roh atau
dualisme, tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri yaitu
cara beradanya manusia itu sendiri di dunia ini.

B. Hakekat dan Martabat Manusia


Manusia perlu mengenal dan memahami hakikat dirinya sendiri agar mampu
mewujudkan hakekat yang ada dalam dirinya. Pemahaman dalam hidup akan
mengantar manusia pada kesediaan untuk mencari makna serta arti kehidupan agar
hidupnya tidak sia-sia. Hakekat manusia di dunia merupakan tanda kekuasaan Allah
SWT terhadap hamba-hamba-Nya, bahwa Dialah yang menciptakan, menghidupkan
dan menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian, tujuan diciptakannya manusia
dalam konteks hubungan manusia dengan Allah SWT adalah dengan mengimani
Allah SWT serta memikirkan ciptaan-Nya untuk menambah keimanan dan ketakwaan
kepada Allah SWT. Sedangkan dalam konteks hubungan manusia dengan manusia
serta manusia dengan alam adalah untuk berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan tidak
melakukan kejahatan terhadap sesama manusia, serta tidak merusak alam.

C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah

Manusia diturunkan ke bumi ini bukanlah hanya sebagai penghias atau


pelengkap di bumi semata, tetapi manusia sesungguhnya mempunyai kedudukan,
peran, dan tugas yang telah melekat padanya yang terbawa sejak ia lahir ke dunia.

Manusia telah dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai
hamba Allah dan seorang khalifah di bumi,karena manusia merupakan makhluk yang
paling istimewa dibanding dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Mereka dipilih
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada dengan cara mereka sendiri dan
tanpa melepas tanggung jawab.

1. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah

Ayat Al-Qur’an menyebutkan bahwa manusia merupakan makhluk


yang diciptakan oleh Allah dari tanah, kemudian berkembang biak melalui
sperma dan ovum dalam suatu ikatan pernikahan yang suci serta proses
biologis produktivitas manusia (Q.S Al- Mukminun:12-16) Dalam konteks ini,
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Bahwasanya seseorang kamu dihimpunkan
kejadiannya di dalam perut ibu selama 40 hari, kemudian berupa segumpal
darah seperti itu pula lamanya, kemudian berupa segumpal daging seperti itu
pula lamanya. Kemudian Allah mengutus seorang malaikat, maka
diperintahkan kepada malaikat: engkau tuliskanlah amalannya, rezekinya,
ajalnya, dan celaka atau bahagianya. Kemudian ditiupkanlah roh kepada
makhluk tersebut" (HR. Bukhari).

Kesadaran bahwa manusia hidup di dunia sebagai makhluk ciptaan


Allah dapat menumbuhkan sikap andap asor dan mawas diri bahwa dirinya
bukanlah Tuhan. Oleh sebab itu, ia melihat sesama manusia sebagai sesama
makhluk, tidak ada perhambaan antar manusia. Jadi, seorang istri tidak
menghamba pada suami, seorang pegawai tidak menghamba pada pengusaha,
dan seorang rakyat tidak menghamba pada pemerintah. Bagi manusia, yang
patut menerima perhambaan dari manusia tak lain adalah Allah. Allah tidak
menciptakan manusia selain untuk menghamba atau beribadah kepada-Nya
(Q.S. Adz-Dzariyat:56). Segala yang ada di langit dan bumi, baik dengan suka
maupun terpaksa, sesungguhnya pun berserah diri kepada Allah (Q.S. Ali
Imran:83). Oleh karena itu, tidak berlaku konsep manusia sebagai homo
homoni lopus atau manusia sebagai pemangsa bagi manusia yang lain. Tidak
ada keistimewaan antara satu manusia dengan manusia lain kecuali taqwanya
kepada Allah. Eksistensi manusia bukan untuk menjadi yang terkuat (struggle
for the strongest and the fittest), melainkan untuk menjadi yang paling bijak
(struggle for the wisest).

Sebagai hamba Allah, manusia memikul tanggung jawab pribadi,


orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain (Q.S. Al-An'am:164)
dan pada hari kiamat nanti mereka datang kepada Allah dengan sendiri-sendiri
(Q.S. Maryam:95). Ini membuktikan bahwa manusia sebagai hamba Allah
memiliki kebebasan individual atas dirinya sendiri namun tetap bertanggung
jawab atas lingkungan sekitarnya.

2. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah di Muka Bumi


Khalifah berasal dari kata “khalafa” yang berarti mengganti. Khalifah
diartikan pengganti karena ia menggantikan yang didepannya. Dalam bahasa
Arab, kalimat “Allah menjadi khalifah bagimu” berarti Allah menjadi
pengganti bagimu dari orang tuamu yang meninggal. Allah menjadikan
manusia sebagai khalifah di bumi berarti Allah menyerahkan pengolahan dan
pemakmuran bumi bukan secara mutlak kepada manusia. Di samping arti ini
khalifah juga menunjukan arti pemimpin negara atau kaum. Kata khalifah
dengan arti pemimpin terdapat dalam Q.S. Shad [38 :26] dimana Allah
mengangkat Nabi Daud As. sebagai khalifah di bumi untuk memimpin
manusia dengan adil dan tidak mengikuti hawa nafsu.
Allah SWT. Memberikan anugerah-Nya kepada Bani Adam sebagai
makhluk yang paling mulia; mereka disebutkan di kalangan makhluk yang
tertinggi yaitu para malaikat, sebelum mereka di ciptakan. Untuk itu, Allah
Swt berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah [2:30] yang artinya "Sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah”. Arti khalifah pada
Q.S. Shad [38:26] bertugas untuk menegakkan hukum Allah di bumi dan
menciptakan kemaslahatan manusia sedangkan arti khalifah pada Q.S. Al-
Baqarah [2:30] bertugas untuk memakmurkan dan mengelola bumi.
Setiap kebajikan yang dilakukan manusia atas kehendak dan
pilihannya itu merupakan kemuliaan, malaikat yang bertabiat tunduk tidak
dapat mencapai kemuliaan itu. Untuk itu ada dua argumentasi manusia
dijadikan khalifah di muka bumi, yang dapat dikemukakan yaitu :
a. Kemuliaan manusia pertama (Nabi Adam As) yang dapat digambarkan
adanya perintah Allah, supaya malaikat bersujud kepada Nabi Adam As.
karena kekhususan Nabi Adam As. yang memiliki ilmu pengetahuan, yang
berbeda dengan ilmu pengetahuan malaikat yang tidak memungkinkan
karena dari usaha sendiri sesuai firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah
[2:32] yang artinya “Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada
yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada
kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana."
b. Kekhalifahan Nabi Adam As. di muka bumi ini adalah karena mempunyai
kemungkinan untuk dibebani amanat kemanusiaan, serta
pertanggungjawaban dari amal usahanya, serta rentetan-rentetan cobaan,
berbeda dengan malaikat yang ditakdirkan dengan patuh dan bebas dari
godaan-godaan.
Ayat-ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang khalifah selalu berkaitan
dengan tugas-tugas dan tanggung jawab. Hal ini memberikan suatu
peringatan serta pelajaran kepada manusia sebagai khalifah agar mereka
melihat dan memandang keadaan sebelum mereka sendiri serta apa yang
harus mereka lakukan sebagai khalifah sebab semua perbuatan yang
dilakukan akan ada pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.
BAB III

DAFTAR PUSTAKA

IMM Tarbiyah. 2011. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khilafah di


http://immdakwahpwt.blogspot.com/2011/09/babI-pendahuluan-manusiaadalah-
makhluk.html (diakses 3 April 2019)
Sayyida Ulya. 2014. Eksistensi dan Martabat Manusia di
https://saydaulya.blogspot.com/2014/12/makalah-eksistensi-dan-martabat-manusia.html
(diakses 27 Maret 2019)
Prasasti Lia. 2016. Eksistensi dan Martabat Manusia – Agama Islam di
http://lhialicious.blogspot.com/2016/03/eksistensi-dan-martabat-manusia-agama.html
(diakses 27 Maret 2019)

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks. Di ciptakannya


manusia di bumi oleh Sang Pencipta tidak hanya untuk diam saja, tetapi manusia dituntut
untuk selalu berperan aktif untuk berbuat kebaikan. Sebagai seorang manusia, kita juga harus
menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, masih banyak kekurangan yang melekat
dalam diri manusia. Salah satu contohnya adalah kurangnya pemahaman manusia tentang
agama, oleh karena itu manusia dianjurkan untuk saling menghormati dan mengasihi satu
sama lain karena kita diciptakan tanpa adanya perbedaan. Selain itu, sebagai seorang manusia
kita harus mematuhi aturan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai