Disusun Oleh:
KELOMPOK 10
1. Amalia Khairunnisa
2. M. Ikhsan Maulana F.R.
3. Nurul Izzah Samara
JURUSAN FARMASI
2016
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya makalah ini telah diselesaikan oleh kami. Makalah ini kami buat untuk memberikan
sedikitnya informasi tentang “ Hubungan Manusia dengan Alam semesta dalam Islam”.
Dengan adanya makalah ini, kami berharap para pembaca ikut serta memahami serta
menambah pengetahuan mengenai hal tersebut.
Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penyusunan makalah ini tidak
akan berjalan dengan baik. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
dalam makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan, dan juga kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar…………………………………………………………………. 2
Daftar Isi ……………………………….…….………………………...……… 3
BAB I Pendahuluan ………………….………………………………….…… 4
1.1 Latar Belakang …………………………….………………………………. 4
1.2 Rumusan Masalah ……………….………………………………………… 5
1.3 Tujuan Penulisan ………..……………………………………..……...…… 5
BAB II Pembahasan……………..……………………………………….…… 6
2.1 Pengertian Manusia…………………………………………………..…….. 6
2.1.1 Proses Penciptaan Manusia……………………………………….. 7
2.1.2 Kedudukan Manusia………………………………………………. 11
2.1.3 Konsep Islam tentang manusia……………………………………. 13
2.2 Pengertian Alam ……………………………………………………………. 14
2.2.1 Alam Semesta Tersusun Rapih, Seimbang dan Sempurna ………. 15
2.2.2 Proses Penciptaan Alam ………………………………………….. 17
2.2.3 Sunnatullah dan Hukum Alam …………………...………………. 19
2.3 Hubungan Manusia dan Alam dalam Islam ……...………………………… 21
BAB III Penutup ………….……...………………………………..………….. 24
3.1 Kesimpulan ……………………………….………………………………... 24
3.2 Saran …………………………………….…………………………………. 24
Daftar Pustaka ……………………/…………………………………………… 25
BAB 1
Pendahuluan
Alam semesta ini tidak ada dengan sendirinya, tentunya Allah SWT telah
merancang dan menciptakan alam semesta ini dengan sedemikian rupa. Sesuai dengan
keadaan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Banyak sekali teori yang menyebutkan dan
menjelaskan bagaimana alam ini terbentuk. Manusia pada awal kali penciptaanya ditujukan
sebagai khalifah atau pemimpin di bumi ini oleh Allah SWT. Manusia pertama ialah Nabi
Adam as., kemudian turun temurun membentuk generasi umat manusia. Sesuai dengan
perkembangan zaman dari dahulu hingga modern seperti sekarang ini, telah membawa
perubahan besar pada kondisi alam dan pola pikir manusia itu sendiri. Pada zaman sekarang
ini misalnya, masih banyak manusia yang tidak beriman dan menaati perintah Allah SWT.
Mereka tidak beribadah dan menjalankan perintah Allah SWT. Bukan hanya secara
vertical, namun secara horizontal pun masih banyak yang belum bisa menghargai sesama
makhluk hidup serta menjaga alam ini. Mereka pun belum tau pasti untuk apa mereka
diciptakan dan ada di dunia ini. Masih banyak manusia yang merusak alam tempat tinggal
mereka sendiri. Padahal Allah SWT telah menciptakan alam semesta ini dengan
keselarasan dan keteraturan yang sangat tepat untuk manusia dan makhluk hidup lainnya.
Dalam makalah ini kami mencoba menjelaskan bagaimana hubungan antara
manusia dengan alam dalam Islam dengan penjabaran dalam bagian – bagian pembahasan.
Apabila dalam pembahasan makalah ini nantinya dijumpai adanya kesalahan, kami
harapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi tercapainya tujuan dari
pembuatan makalah ini di masa mendatang. Atas perhatian pembaca kami mengucapkan
terimakasih.
Secara etimologi kata manusia adalah “mens”, yang artinya “sesuatu yang berfikir’.
Dalam bahasa Yunani berarti “antropos” yang pada mulanya mempunyai arti “seseorang yang
melihat keatas”, tapi kemudian berarti wajah seorang manusia. Manusia disebut juga dengan
istilah “homo”, dalam bahasa Latin sesuatu yang hadir di muka bumi. Dalam arti manusia
adalah: homo sapiens, homo religious, homo ekonomicus, dan lain sebagainya.
Walaupun manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang terdapat di
dalamnya, tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan perbedaan yang sangat
besar karena adanya karunia Allah yang diberikan kepadanya yaitu akal dan pemahaman. Itulah
sebab dari adanya penundukkan semua yang ada di alam ini untuk manusia, sebagai rahmat
dan karunia dari Allah SWT. Kedudukan akal dalam Islam adalah merupakan suatu kelebihan
yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain.
Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang dapat mempermudah urusan mereka di
dunia. Namun, segala yang dimiliki manusia tentu ada keterbatasan-keterbatasan sehingga ada
pagar-pagar yang tidak boleh dilewati.
Sungguh tedapat banyak hal yang dapat membuat manusia beriman kepada Allah Swt.
Bahkan seluruh alam semesta beserta isinya, jika manusia mau menggunakan akalnya, pastilah
mereka beriman kepada Allah. Oleh karena itu Allah Swt menyuruh manusia dan alam semesta
mengarahkan perhatiannya terhadap diri mereka sendiri, sebagaimana tersebut dalam firman-
Nya di dalam QS AL-Waqi’ah [56]: 57-59.
Demikian pula lima belas abad yang lalu Al-Qur’an telah menjelaskan tentang
tahapan kejadian manusia (keturunan Adam a.s) secara biologi. Sebagaimana tersebut dalam
firmannya (QS Al-Mu’minun [23]: 12-14) :
Ilmu biologi modern (khususnya pada bidang embriologi) dalam penelitian ilmiahnya telah
membenarkan pernyataan Al-Qur’an bahwa terbentuknya manusia melalui tahapan demi
tahapan serta melalui proses pembentukan yang luar biasa ilmiah.
Dikatakan luar biasa ilmiah karena semakin temukan proses-proses pembentukan tersebut
semakin membenarkan pernyataan Al-Qur’an.
Dalam kitabnya al-Madhnun al-Shaghir dan Mi’rajus Salikhin yang dikutip oleh
Abidin Ibn Rusn, al-Ghazali menjelaskan pertemuan antara dua unsur pembentuk manusia –
sebagai proses kejadiannya– yaitu nafs dan nuthfah (sel benih). Menurutnya, nafs atau jiwa
diciptakan ketika sel benih (nuthfah) telah memenuhi persyaratan untuk menerimanya. Kata
nuthfah disini bukan sel benih pada sperma laki-laki saja, melainkan sel benih yang telah
menyatu dengan sel telur wanita pada rahimnya. Pada saat tertentu, nuthfah mempunyai
kesiapan untuk menerima jiwa, dan kondisi memenuhi syarat untuk menerima jiwa ini
disebutnya al istiwa’. Proses ini sesuai dengan firman Allah sebagai berikut (QS. Al-Hijr: 28-
29) :
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa pandangan al Ghazali mengenai terciptanya
manusia, ia terbentuk dari dua unsur yang sifatnya berbeda yakni: bentuk luar yang disebut
jasad dan bentuk dalam yang disebut hati atau ruh. Akan tetapi, walaupun kedua unsur tersebut
mempunyai sifat yang berbeda, dalam membentuk makhluk sempurna, manusia, keduanya
berhubungan erat antara yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan dan hubungan itu
bersifat khususi. Artinya, satu unsur tidak berada di jasad juga tidak diluarnya, tidak terpisah
dan juga tidak menyatu, tetapi keduanya saling membutuhkan.
Kisah penciptaan manusia berawal di dua tempat yang saling berjauhan. Manusia
menapaki kehidupan melalui pertemuan dua zat terpisah di dalam tubuh lelaki dan perempuan,
yang diciptakan saling terpisah namun sangat selaras. Jelas, sprema dalam tubuh laki-laki tidak
dihasilkan atas kehendak dan kendali lelaki tersebut, sebagaimana sel telur di dalam tubuh
perempuan tidak terbentuk atas kehendak dan kendali perempuan tersebut. Sesungguhnya
mereka bahkan tidak menyadari pembentukan sel-sel ini.
Allah menciptakan seorang khalifah atau wakil bagi diri-Nya dari tanah liat kering. Dan
kemudian ia tiupkan sebagian dari ruh-Nya sendiri pada acuan tanah liat itu dan kemudian
kemudian lahirlah manusia. Manusia tersebut lahir dari dua hakikat yang berbeda; tanah bumi
dan ruh suci dalam bahasa manusia, simbol kerendahan dan kenistaan dan kekotoran adalah
lumpur. Dan tidak ada suatu apapun di dalam alam yang lebih rendah dan hina daripada lumpur,
darimana manusia telah diciptakan.
Demikianlah yang menjadikan manusia makhluk dominan di bumi ini bukanlah sifat-
sifat jasmaninya, melainkan penemuannya dan penggarapannya terhadap suatu evolusi yang
lain dari yang ditempuh hewan. Manusia mampu menyesuaikan lingkungannya, yaitu alam,
demi mendukung hidupnya. Begitulah Adam beserta anak cucunya yang dilebihkan oleh Allah
dari kebanyakan makhluk-makhluk ciptaan-Nya, akan tetapi kebenarannya di dunia penuh
rintangan dan ujian dalam menghadapi kemelut perkembangan duniawi yang semakin
menggelitik nafsu dan hati, disebarluaskan oleh Syaitan di setiap pelosok penjuru dunia.
Penciptaan langsung dati tidak ada tidak akan menimbulkan akibat perubahan pada
dzat Allah karena iradah Allah yang kadim memang menghendaki adanya penciptaan yang
seperti itu. Dengan iradah yang qadhim itu, Allah dapat menentukan waktu dimana Allah akan
menjadikan atau tidak menjadikan alam ini, dan sesuai dengan ketentuan itu alam ini ada atau
tidak ada.
1. Manusia keturunan Adam a.s, fisiknya berasal dari tanah bukan dari hewan.
2. Mempunyai bentuk dan struktur yang lebih baik dan sempurna.
3. Memiliki ruh dan jiwa [potensi akal, kesadaran, perasaan (emosi)], dan kemauan
(antara lain hawa nafsu dan kebebasan).
4. Potensi hidayah (fitrah/insting, indra, akal, agama (wahyu), dan taufik (bimbingan
secara langsung).
5. Diberi potensi untuk dapat berbuat baik dan/atau buruk.
6. Diberi amanah sebagai Khalifah dimuka bumi (QS Al-Baqarah [2]: 30), kedudukan
sebagai hamba Allah (QS Al-Dzariyat [51]: 56).
7. Semua yang diciptakan dialam semesta untuk manusia (QS Al-Baqarah [2]: 29
1. Basyar
Mengandung arti semangat, gembira, berseri-seri, langsung, kulit. Kata Mubasyir
berarti pembawa kabar gembira. Allah memakai konsep basyar sebanyak 37 kali. Salah
satunya al-Kahfi : 110 “sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu”
2. Insan
Yaitu makhluk yang mampu memikul beban amanat risalah dari Allah SWT. Kata insan
disebutkan dalam Al-Quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu “Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.
3. Al-nas
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-Zumar : 27, yaitu “Sesungguhnya telah
kami buatkan bagi manusia dalam Al-Quran ini setiap macam perumpamaan”. Konsep
al-nas menunjukkan kepada semua manusia sebagai makhluk social atau secara
kolektif.
4. Bani Adam
Adam mempunyai pengertian manusia dengan keturunannya yang mengandung
pengertian basyar, insan, dan al-nas. Kata bani Adam terulang sebanyak 8 kali.
Diantaranya dalam surat al-A’raf/7:26,27, dan 31
Dalam bahasa Indonesia istilah alam merupakan unsur serapan dari bahasa Arab alam.
Kata alam berasal dalam Al-Qur’an hanya datang dalam bentuk jamak alamin, yang disebut
sebanyak 26 kali dalam 17 surat. Kata alamin dari makhluk Tuhan yang berakal atau yang
memiliki sifat-sifat makhluk yang berada. Karena itu dikenal alam malaikat, alam manusia,
alam jin, alam tumbuhan dan sebagainya. Sebaliknya tidak dikenal istilah alam batu dan alam
tanah karena tidak memenuhi kriteria tersebut. Sementara kata alam dalam arti dunia atau
kosmos, didefinisikan segala sesuatu selain Allah. Istilah alam semesta sendiri direkam dalam
Al-Qur’an dengan sebutan al Samawat wa al Ardl wa ma bainahuma (langit dan bumi dan
segala isinya). Istilah ini ditemukan dalam Al-Qur’an sebanyak 18 kali yang tergelar dalam 15
surat.
Seperti dinyatakan dalam Al-Qur’an bahwa Allah sebagai pencipta segala sesuatu
sedang bagaimana dia menciptakan tidak banyak diterangkan kecuali pokoknya saja.
Bagaimana Allah menciptakan adalah tugas manusia untuk meneliti dengan akalnya. Manusia
dengan segenap kemampuan diberi kebebasan melakukan penyelidikan dengan panca indera
dan kecerdikan akalnya. Sehubungan dengan keharusan manusia mengenal alam dengan baik,
maka Allah SWT memerintahkan dalam Surat Yunus ayat 101 :
Ilmu tentang alam adalah ilmu kuantitatif, seperti halnya sains pada umumnya. Seluruh
kenyataan diterangkan secara materialistik. Selain observasi dang penngamatan unsur penting
dalam fisis yang dilakukan dengan proses pemikiran kritis untuk mencapai hasil rasional. Para
ahli astronomi menggunakan istilah alam semesta dalam pengertian tentang ruang angkasa dan
benda-benda langit yang ada di dalamnya. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang berakal budi
dan sebagai penghuni alam semesta selalu tergoda oleh rasa ingin tahunya untuk mencari
penjelasan tentang makna dari hal-hal yang diamati.
Miliaran bintang dan galaksi dialam semesta bergerak dalam keseimbangan sempurna
pada jalur-jalur yang sudah diciptakan oleh mereka. Bintang, planet dan satelit tidak hanya
berputar pada sumbu masing-masing, tetapi juga bergerak bersama sistem sebagai bagian
intergal. Terkadang galasi yang terdiri atas 200-300 miliar bintang bergerak, melewati jalur
galaksi lain. Namun ajaibnya tidak terjadi tubrukan yang merusak keteraturan jagad raya.
Kejaiban ini wajib kita renungkan. (perhatikan firman Allah dalam QS AL-Mulk [67]:: 3-4
Nuh [71]: 15 :
Al-Furqan [25]:2 :
Istilah fine-tuning yang mulai digunakan akhir abad ke-20, mewakili kebenran yang
digunakan dalam ayat-ayat tersebut. Lebih dari seperempat abad terakhir, sejumlah besar
ilmuwan, intelektual, dan penulis telah menunjukan bahwa alam semesta bukanlah kumpulan
kebetukan belaka. Sebaliknya, jagad raya memeiliki rabcangan dan keteraturan yang luar biasa
yang disesuaikan secara ideal untuk kehidupan manusia dalam setiap detailnya.
Firman Allah:
Dari ayat tersebut menegaskan bahwa Allah Swt, menciptakan langit dan bumi dengan
benar, yakni dengan sungguh-sungguh dan dengan rancang bangun yang luar biasa. Bukan
dengan bermain-main. Dengan main-main saja tidak akan tercipta alam semesta ini, apalagi
hanya dengan kebetulan.
2.2.2 Proses Penciptaan Alam
Pandangan tentang proses jagad raya adalah menjadi topik sentral yang dikemukakan
oleh para kosmolog sejak masa klasik hingga modern. Kaum Stoa menyatakan bahwa di dalam
wujud ini yang ada hanyalah materi. Tiap-tiap wujud tersusun dari dua unsur, pasif dan aktif.
Unsur aktif adalah kekuatan yang memberi gerak dan semua bentuk pada materi. Kekuatan
tersebut adalah api, lalu api bergerak dan sebagian berubah jadi udara, sebagian berubah jadi
air dan sebagian lagi berubah jadi debu. Segala sesuatu akan kembali menjadi api dan kembali
lagi seperti semula. Tuhan adalah alam itu sendiri dan alam ini adalah jasad Tuhan.
Sampai sekarang dalam menjelaskan kejadian alam semesta, para kosmolog masih
berpegangan pada teori “BB”. Pecahan inilah yang akan menjadi bintang-bintang dan galaksi.
Karena pemuaian alam, galaksi bergerak saling menjauhi dan akan terus bergerak pandangan
ini diperkuat oleh observasi radio-astronomi ArnoPenzias (L. 1933) pemenang nobel 1978 dan
Robert Wilson (L. 1936) pada tahun 1964 mengungkapkan adanya gelombang mikro yang
meluncur ke bumi dari segala penjuru alam yang tersisa dari peristiwa “BB” pada saat yang
sama Bob Dicke (L. 1916) menemukan gelombang radiasi serupa kilatan peninggalan era “BB”
yang terdeteksi melalui gelombang mikro bersuhu -2700C yang sampai saat ini membanjiri
kosmos. Sedangkan dalam Al-Qur’an, berkenaan dengan sains sekarang ini yang masna telah
dikaji oleh para ilmuwan, mereka telah dapat mengidentifikasi enam tahap proses alam semesta
sebagaimana diilustrasikan oleh Al-Qur’an sendiri, yaitu :
Tahap pertama, sejak penciptaan sampai suhu kosmos menjadi seratus juta-juta-juta-
juta-juta derajat. Dalam tahap ini seluruh kosmos yang terdiri dari ruang, materi, dan
radiasi ditentukan interaksinya, sifat serta kelakuannya.
Tahap kedua, sejak berakhirnya tahap pertama sampai suhu kosmos turun hingga
mencapai seratus ribu juta derajat. Kerapatan materi dalam alam semesta adalah empat
juta ton tiap lliter. Dalam tahap ini penyusun nuklir yaitu penyusun inti-inti atom telah
tertentu jumlahnya.
Tahap ketiga, sejak berakhirnya tahap kedua sampai suhu kosmos tinggal seribu juta
derajat dan kerapatan materinya tinggal dua puluh kilo gram per liter. Dalam tahap ini
muatan kelistrikan di alam semesta telah ditetapkan.
Tahap keempat, sejak berakhirnya tahap ketiga sampai suhu kosmos berada dibawah
seratus juta derajat. Kerapatan materinya tinggal sepersepuluh kilo gram tiap liter.
Dalam tahap ini telah dimulai penyusunan inti-inti atom, kecuali itu, pada waktu itu
kemungkinan terjadinya pengelompokkan-pengelompokkan materi sebagai akibat dari
adanya ketidak seragaman lokal yang nantinya akan berevolusi menjadi galaksi-
galaksi.
Tahap kelima, sejak berakhirnya tahap keempat sampai mulainya terbentuk atom-atom,
sehingga elektron bebas dalam kosmos menjadi sangat berkurang jumlahnya. Dalam
tahap ini cahaya mengisi seluruh ruang kosmos.
Tahap keenam, ketika kabut materi yang terdiri dari atom-atom mulai mengumpul dan
membenuk bintang-bintang dan galaksi. Diantara bintang-bintang ini terdapat matahari
yang diputari oleh bumi dan planet-planet.
Sunnatullah berarti tradisi Allah dalam melaksanakan ketetapan-Nya sebgai Rabb yang
terlaksana di alam semesta atau dalam bahasa akademis disebut hukum alam. Sunnah atau
ketetapan Allah antara lain :
Sunnatullah terdiri dari dua suku kata, yaitu sunnah dan Allah. Sunnah artinya
kebiasaan. Jadi sunnatullah adalah kebiasan-kebiasaan atau ketetaoan-ketetapan Allah. Kata
sunnatullah dan yang sejenisnya seperti sunnatuna, sunnatu al-awwalin, terulang sebanyak tiga
belas kali dalam Al-Qur’an. Sunnatullah terdiri dari dua macam, yaitu :
Bentuk-bentuk sunnatullah :
Islam sebagai agama wahyu merupakan acuan peripurna untuk seluruh aspek
kehidupan bagi setiap muslim. Pada dasarnya setiap muslim yang memahami Al-Qur’an dan
Sunnah dengan tetap dan benar, meyakini bahwa kedua sumber tersebut memberikan skema
kehidupan yang sangat jelas, maka masyarakat yang harus dibangun oleh setiap muslim adalah
masyarakat yang tunduk pada kehendak Ilahi, sehingga dapat diklasifikasikan tentang yang
baik dan yang buruk juga tentang yang benar dan yang salah, yang boleh dan yang terlarang.
Hubungan manusia terhadap alam adalah sebagai pemanfaat, dan bukan sebagai
saingan. Tidak seharusnya manusia mengeksploitasi alam. Manusia diperintahkan untuk
memerankan fungsi kekhalifahannya yaitu kepedulian, pelestarian, dan pemeliharaan. Berbuat
adil dan tidak bertindak sewenang-wenang kepada semua makhluk sehingga hubungan yang
selaras antara manusia dan alam mampu memberikan dampak positif bagi keduanya. Oleh
karena itu manusia diperintahkan untuk mempelajari dan mengembangkan pengetahuan alam
guna menjaga keseimbangan alam dan meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Itu
merupakan salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah AWT. Hubungan keduanya menurut
ajaran Al-Qur’an maupun Sunnah merupakan hubungan yang dibingkai dengan aqidah, yaitu
konsep kemakhlukkan yang sama-sama tunduk dan patuh kepada al Khaliq yang diatur dan
akhirnya semua kembali kepada-Nya. Dalam konsep kemakhlukkan ini manusia memperoleh
konsesi dari Yang Maha Pencipta untuk memperlakukan alam sekitarnya dengan dua macam
tujuan, yaitu :
1. Al Intifa’ (pendayagunaan), baik dalam arti mengkonsumsi langsung maupun
dalam arti memproduksi.
2. Al I’tibar (mengambil pelajaran), terhadap fenomena yang terjadi dari hubungan
antara manusia dengan alam sekitarnya, maupun hubungan antara alam itu
sendiri (ekosistem), baik yang berakibat konstruktif (ishlah) maupun yang
berkabiat destruktif (ifsad).
3. Dalam sejarah Islam, pada waktu terjadi pembebasan kota Mekkah (Fathu
Makkah), kekhawatiran akan terjadinya tindakan-tindakan yang merusak
lingkungan alam di tanah haram itu dengan cepat diantisipasi oleh Nabi SAW.
Beliau melarang perburuan binatang dan mencabut rerumputan di tanah haram.
Kebijakan ini sangat relevan dengan kondisi alam di tanah haram yang miskin
lingkungan nabati dan hewani. Bahkan sampai sekarangpun perlindungan flora
dan fauna disana masih terus berlaku, dan dikaitkan dengan prinsip ibadah haji
atau umrah.
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya dan memberikan suatu
dorongan kepada para pembaca untuk selalu beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Serta
selalu menjaga alam tempat tinggal kita ini, sebagai wujud rasa syukur kita kepada Allah SWT
yang telah menciptakan alam semesta ini.
Penulis mengakui bahwa dalam makalah ini masih banyak sekali kata-kata yang salah
dan tidak benar, untuk itu penulis berharap kritik dan saran sangat penulis harapkan, karna akan
menjadi suatu pacuan untuk penulis sendiri. Dan penulis ucapkan Terima Kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan Makalah ini.
Daftar Pustaka