Kedua : filsafat sebagai suatu proses yang dalam hal ini filsafat diartikan dalam
bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses pemecahan suatu permasalahan
dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objek
permasalahannya.
2. Cabang-cabang Filsafat dan Aliranya
Filsafat memiliki empat cabang keilmuan yang utama, yaitu: 1) Metafisika;
cabang filsafat yang mempelajari asal mula segala sesuatu yang-ada dan yang
mungkin-ada. Metafisika terdiri atas metafisika umum yang selanjutnya disebut
sebagai ontologi, yaitu ilmu yang membahas segala sesuatu yang-ada, dan
metafisika khusus yang terbagi dalam teodesi yang membahas adanya Tuhan,
kosmologi yang membahas adanya alam semesta, dan antropologi metafisik yang
membahas adanya manusia. 2) Epistemologi; cabang filsafat mempelajari seluk
beluk pengetahuan. Dalam epistemologi, terkandung pertanyaan-pertanyaan
mendasar tentang pengetahuan, seperti kriteria apa yang dapat memuaskan kita
untuk mengungkapkan kebenaran, apakah sesuatu yang kita percaya dapat
diketahui, dan apa yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan yang dianggap
benar. 3) Aksiologi; cabang filsafat yang menelusuri hakikat nilai. Dalam aksiologi
terdapat etika yang membahas hakikat nilai baik-buruk, dan estetika yang
membahas nilai-nilai keindahan. Dalam etika, dipelajari dasar-dasar benarsalah
dan baik-buruk dengan pertimbangan-pertimbangan moral secara fundamental
dan praktis. Sedangkan dalam estetika, dipelajari kriteria-kriteria yang
mengantarkan sesuatu dapat disebut indah. 4) Logika; cabang filsafat yang
memuat aturan-aturan berpikir rasional. Logika mengajarkan manusia untuk
menelusuri struktur-struktur argumen yang mengandung kebenaran atau
menggali secara optimal pengetahuan manusia berdasarkan bukti-buktinya.
(Surajiyo, 2009:22-23)
3. Pengertian Filsafat Pancasila
Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat, ada dua hal yang
perlu diperhatikan, filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai suatu pandangan.
Keduanya akan berguna bagi ideology Pancasila. Filsafat sebagai metode
menunjukkan cara berpikir dan cara mengadakan analisis yang dapat
dipertanggung jawabkan untuk dapat menjabarkan ideologi Pancasila. Sedangkan
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai dan pemikiran yang
dapat menjadi substansi dan isi pembentukkan ideologi Pancasila.
Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis
dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya
bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertianya secara
mendasar dan menyeluruh. Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara deduktif
dan induktif.
a. Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis
dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang
komprehensif
b. Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya
masyarakat, merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari
gejala-gejala itu.
Dapat dikatakan bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat terlupakan oleh karena
paham-paham baru yang terbawa dalam agenda reformasi, seperti Kebebasan HAM,
Kebebasan Pers, Desentralisasi, dan Otonomi Daerah dan yang lainnya. Sulit
mengatakan Pancasila hadir diruang-ruang publik, sehingga pembahasan Pancasila
terlokalisir pada ruang-ruang akademik di kampus.
Pada era Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ialah tergambar
bahwa dilakukan sebuah upaya mengaitkan Pancasila sebagai pandangan hidup
bernegara yang tidak sekedar formalisme semata. Gus Dur menempatkan Pancasila
sebagai filsafat humanisme yang memerankan dalam pengakuan hak-hak sipil. Buktinya
bahwa penganut Konghucu diberi kelulasan merayakan Imlek dan beribadah sesuai
keimanannya. Ibaratnya Gus Dur memecahkan Pancasila dari wajah antagonis menjadi
wajah protagonis.
Pada era Pemerintahan Megawati, Pancasila direvitalisasi dari pemerintahan
Presiden Soekarno. Hal ini sejalan dengan ideologi yang dianutnya sebagai nasionalis.
Pancasila menjadi roh yan membimbing arah perjuangan mencapai Indonesai merdeka
yang berdaulat penuh. Pancasila telah menjadi bintang penuntun bagi bangsa Indonesia.
Hampir tidak terlihat perbedaan mencolok Pancasila sebagai system filsafat pada era ini.
Pada era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, dinamika Pancasila terus
menggema. Dikatakan bahwa Pancasila sebagai ideologi jalan ketiga. Hal ini karena
Pancasila bisa menjadi solusi atas dua idologi besar dunia, yakni kapitalisme/liberalism
dan sossialisme/komunisme.
Pada Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinamika Pancasila terus
terjadi. Pada masa ini Pancasila menjadi sumber inspirasi “Revolusi Mental” yang
digaungkan oleh pemerintahan ini. Dibentuk pula sebuah Lembaga Negara, bernama
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Pancasila dalam perjalanannya, baik di masa lalu ataupun masa depan akan
selalu menghadapi berbagai tantangan. Tantangan tersebut merupakan keniscayaan
dari perubahan-perubahan diberbagai aspek kehidupan bernegara, sosial, politik,
ekonomi, teknologi dan pendidikan yang bermuara pada ideologi. Setidaknya terdapat
tiga tantangan yang mengemukan. Pertama, ideologi ektremisme. Ideologi merupakan
keinginan untuk mengganti dasar Pancasila sebagai dasar Negara. Pada
implementasinya ideologi ini wajahnya akan bisa bernaung pada aspek agama atau
etnisitas. Dalam konteks Indonesai, bentuk ektremisme agama, berdiam pada Agama
Islam. Pemikiran menjadikan Indonesia sebagai Khilafah merupakan tantangan yang
harus dicari penyelesaiannya agar Pancasila tidak berbenturan dengan Islam yang
dijadikan oleh penganut aliran ini dalam klaim-klaim ajarannya. Kedua, kapitalisme yaitu
aliran yang meyakini bahwa kebebasan individu kepemilikan modal dalam rangka
meraup keuntungan sebesar-besarnya tanpa ada upaya memberi keadilan dan
pemerataan. Ketiga, komunisme, ialah sebuah paham yang berpandangan bahwa
tatanan masyarakat terbaik ialah masyarakat tanpa kelas-kelas social, yang artinya
menafikan Negara pada satu sisi atau memberikan dominasi berlebihan terhadap Negara
atas hak-hak sipil rakyat.