Anda di halaman 1dari 12

URGENSI KONSTITUSI BAGI KEHIDUPAN BERNEGARA

Makalah

Disusun guna memenuhi tugas :


Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Ali Asyhar, M.Pd.I

Disusun Oleh :
1. Faiz Muhammad Nur (2519004)
2. M. In’am Nabil (2519005)
3. Sania Syafiqka (2519028)
Kelas : A

JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PEKALONGAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt., yang telah


melimpahkan taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Urgensi Konstitusi Bagi
Kehidupan Bernegara” sesuai dengan rencana. Shalawat dan salam
senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.,
sahabat, keluarga, serta seluruh umatnya hingga yaumil akhir.
Selanjutnya, tak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Ali
Asyhar, M.Pd.I selaku dosen pengampu Mata Kuliah Pendidikan dan
Kewarganegaraan, yang telah membimbing kami dan kepada semua pihak
yang sudah terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini disusun guna menambah wawasan pengetahuan
terkait hakikat konstitusi, tujuan dari konstitusi, kedudukan konstitusi, dan
peran penting konstitusi bagi suatu negara dengan bab materi konstitusi.
Makalah ini disajikan sebagai bahan materi dalam diskusi mata
kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan TBIG IAIN
Pekalongan.
Penulis menyadari bahwa kemampuan dalam penulisan makalah
ini jauh dari kata sempurna. Penulis sudah berusaha dan mencoba
mengembangkan dari beberapa referensi mengenai sumber materi
yang saling berkaitan. Apabila dalam penulisan makalah ini ada
kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisan dan pembahasannya
maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari
pembaca.
Akhir kata, semoga makalah yang sederhana ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang budiman. Amin yaa
robbal ‘alamin.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
A. Latar Belakang..........................................................................................2
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Metode Pemecahan Masalah.....................................................................3
D. Sistematika Penulisan Makalah.................................................................3
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Hakikat Konstitusi.....................................................................................3
B. Tujuan dan Fungsi Konstitusi....................................................................4
C. Kedudukan Konstitusi dalam Sebuah Negara...........................................6
D. Urgensi konstitusi bagi Kehidupan Bernegara..........................................6
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP................................................................................................................9
A. Kesimpulan................................................................................................9
B. Saran..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konstitusi merupakan segala ketentuan dan aturan dasar mengenai
ketatanegaraan.1 Berdirinya sebuah negara tidak lepas dari adanya
konstitusi yang mendasarinya. Konstitusi dapat berupa hukum dasar
tertulis yang disebut Undang-Undang Dasar dan dapat pula tidak tertulis.
Konstitusi merupakan dasar dari tatanan hukum sebuah negara, yang
didalamnya terdapat perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM)
dan mengatur tentang distribusi kekuasaan (Distribution of Power) dalam
penyelenggaraan negara. Konstitusi biasanya disebut hukum fundamental
negara, sebab konstitusi ialah aturan dasar. Aturan dasar yang nantinya
akan menjadi acuan bagi lahirnya aturan-aturan hukum lain yang ada
dibawahnya.
Di Indonesia, konstitusi yang digunakan merupakan konstitusi
tertulis yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
UUD 1945 pertama kali disahkan sebagai konstitusi negara Indonesia
dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal
18 Agustus 1945. Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No.12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mempertegas
kedudukan UUD sebagai hukum dasar.
Namun dalam penyelanggaraan negara, UUD 1945 telah
mengalami empat perubahan yaitu, pada tahun 1999, tahun 2000, tahun
2001, dan tahun 2002. Meskipun demikian, perubahan UUD tetap
bertujuan untuk memperkuat konstitusi bukan sebaliknya. Undang-Undang
Dasar ini (pasca amandemen) dapat disebut sebagai konstitusi politik,
konstitusi ekonomi dan sekaligus konstitusi sosial yang mencerminkan
cita-cita kolektif bangsa, baik di bidang politik dan ekonomi maupun

1
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1989),
hlm.457.

1
sosial-budaya, dengan tetap memelihara tingkat abstraksi perumusannya
sebagai hukum dasar (rechtsidee).2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan
masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun
rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Apa hakikat konstitusi ?
2. Apa tujuan konstitusi ?
3. Bagaimana kedudukan konstitusi dalam sebuah negara ?
4. Mengapa konstitusi penting bagi kehidupan bernegara ?

C. Metode Pemecahan Masalah


Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi literatur
atau metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi
buku atau referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang
dibahas. Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan
menentukan masalah yang akan dibahas dengan melakukan perumusan
masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan
tujuan dan sasaran, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai
sumber, dan penyintesisan serta pengorganisasian jawaban permasalahan.

D. Sistematika Penulisan Makalah


Makalah ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab 1, bagian
pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, perumusan
masalah, pemecahaan masalah, dan sistematika penulisan makalah. Bab 2,
adalah metode pembahasan. Bab 3, bagian penutup yang terdiri dari
simpulan dan saran.

2
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan konstitusionalisme di Indonesia (Jakarta : Mahkamah
Konstitusi RI, 2004),hlm.29.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Konstitusi
1. Definisi Konstitusi
Konstitusi merupakan naskah dasar sebagai kaidah fundamental
negara. Secara keseluruhan berarti menetapkan sesuatu secara
bersama-sama (Constituo). Konstitusi juga berasal dari kata
constitutions berarti membentuk, yaitu membentuk, menyusun, atau
menyatakan sebuah negara.
Konstitusi memuat suatu aturan pokok (fundamental) mengenai
sendi-sendi pertama untuk menegakkan suatu bangunan besar yang
disebut negara. Sendi-sendi itu tentunya harus kokoh, kuat, dan tidak
mudah runtuh agar bangunan negara tetap tegak berdiri. Ada dua
macam konstitusi di dunia, yaitu “Kontitusi Tertulis” (Written
Constitution) dan “Konstitusi Tidak Tertulis” (Unwritten
Constitution), ini diartikan seperti halnya “Hukum Tertulis”
(geschreven Recht) yang termuat dalam UU dan “Hukum Tidak
Tertulis” (ongescreven recht) yang berdasar adat kebiasaan. Dalam
karangan “Constitution of Nations”, Amos J. Peaslee menyatakan
hampir semua negara di dunia mempunyai konstitusi tertulis, kecuali
Inggris dan Kanada.
Isi Konstitusi
a. Menurut Steenbeek
UUD sebagai kontitusi tertulis berisi tiga hal pokok, yaitu adanya
jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan negara, ditetapkannya
susunan ketatanegaraan yang bersifat fundamental, adanya
pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat
fundamental.

3
b. Menurut Bagir Manan dan Kuntana Magnar,
UUD berisikan : Dasar-dasar mengenai jaminan terhadap hak-hak
dan kewajiban penduduk atau warga negara, dasar-dasar susunan
atau organisasi negara, dasar-dasar pembagian dan pembatasan
kekuasaan lembaga-lembaga negara, hal-hal menyangkut identitas
negara, seperti bendera dan bahasa nasional
c. Menurut I Gede Pantja Astawa
Konstitusi juga dapat berisi pengaturan tentang sistem
ketatanegaraan. Sistem ketatanegaraan dapat diartikan sebagai
susunan ketatanegaraan, yaitu segala sesuatu yang berkenaan
dengan organisasi negara, baik yang menyangkut tentang susunan
dan kedudukan lembaga-lembaga negara, tugas dan wewenangnya
maupun mengenai hubungannya satu sama lain.3

B. Tujuan dan Fungsi Konstitusi


Pada prinsipnya, adanya konstitusi memiliki tujuan untuk
membatasi kewenangan pemerintah dalam menjamin hak-hak yang
diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Secara
umum, terdapat tiga tujuan konstitusi dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan pemerintahan yang bertujuan membuat batasan
kekuasaan, memberikan perlindungan terhadap HAM (Hak Asasi
Manusia) dan memberikan pedoman bagi penyelenggaraan negara

Secara garis besar fungsi dari adanya konstitusi, yaitu :

1. Sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat,


2. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin,
3. Sebagai alat penggerak pembangunan,
4. Sebagai alat kritik atau sarana pengawasan, dan
5. Sebagai sarana untuk menyelesaikan pertikaian.4
3
Ibid,. hlm.18
4
M. Darin Arif Mu’allifin, “Hubungan Konstitusi dengan Tugas dan Fungsi Negara”,
Jurnal AHKAM. Vol.4 No 1. Juli 2016, hlm 164.

4
C. Kedudukan Konstitusi dalam Sebuah Negara
Konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memiliki
kedudukaan sebagai berikut :
1. Hukum Dasar
Dalam hal ini konstitusi memuat aturan-aturan pokok mengenai
penyelenggara negara, yaitu lembaga-lembaga pemerintahan dan
memberikan kekuasaan serta prosedur penggunaan kekuasaan kepada
lembaga-lembaga pemerintahan.
2. Hukum tertinggi
Dalam hal ini konstitusi memiliki kedudukan yang lebih tinggi
terhadap peraturan-peraturan yang lain dalam hukum pada suatu negara.
Dengan demikian, aturan-aturan dibawah konstitusi tidak bertentangan
dengan aturan-aturan yang terdapat dalam konstitusi.

D. Urgensi Konstitusi bagi Kehidupan Bernegara


Urgensi jika dilihat dari bahasa Latin “Urgere” yaitu (kata kerja)
yang berarti mendorong. Jika dilihat dari bahasa Inggris bernama “Urgent”
(kata sifat) dan dalam bahasa Indonesia “Urgensi” (kata benda). Istilah
urgensi merujuk pada sesuatu yang mendorong kita, yang memaksa kita
untuk diselesaikan. Dengan demkian mengandaikan ada suatu masalah dan
harus segera ditindaklanjuti.
Pada awal era reformasi (pertengahan 1998), muncul berbagai
tuntutan reformasi di masyarakat. Tuntutan tersebut disampaikan oleh
berbagai komponen bangsa, terutama oleh mahasiswa dan pemuda.
Beberapa tuntutan reformasi itu adalah:
a) mengamandemen UUD NRI 1945,
b) menghapuskan doktrin Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia

6
c) menegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia
(HAM), serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN),
d) melakukan desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan
daerah,
e) mewujudkan kebebasan pers,
f) mewujudkan kehidupan demokrasi

Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NKRI 1945


menjadi kebutuhan bersama bangsa Indonesia. Berdasarkan hal itu MPR
hasil Pemilu 1999, sesuai dengan kewenangannya yang diatur dalam Pasal
37 UUD NKRI 1945 melakukan perubahan secara bertahap dan sistematis
dalam empat kali perubahan, yakni:

a) Perubahan Pertama, pada Sidang Umum MPR 1999.


b) Perubahan Kedua, pada Sidang Tahunan MPR 2000.
c) Perubahan Ketiga, pada Sidang Tahunan MPR 2001.
d) Perubahan Keempat, pada Sidang Tahunan MPR 2002.
Perubahan yang dilakukan dimaksudkan guna menyesuaikan
dengan tuntutan dan tantangan yang dihadapi saat itu. Persoalan bangsa
dan tantangan yang dihadapi saat itu tentunya berbeda dengan masa awal
reformasi.
Salah satu contoh nyata hasil perubahan konstitusi kita yang sangat
penting bagi upaya penyediaan dana pembangunan nasional yakni dalam
hal pajak di mana dalam Pasal 23A berbunyi “Pajak dan pungutan lain
yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-
undang”. Pasal ini menegaskan perihal pentingnya pajak bagi
keberlangsungan kehidupan negara-bangsa. Oleh karenanya setiap warga
negara hendaknya menyadari atas kewajibannya dalam membayar pajak
tersebut.
Peningkatan peran penerimaan perpajakan terhadap pendapatan
negara merupakan sinyal positif karena berarti anggaran negara menjadi

7
tidak tergantung (less dependent) terhadap PNBP yang salah satunya
adalah penerimaan sumber daya alam. Artinya, pendapatan negara tidak
rentan terhadap gejolak harga komoditas sumber daya alam. Pendapatan
negara yang didominasi penerimaan perpajakan berarti pula bahwa
aktivitas ekonomi berjalan dengan baik.
Dalam APBN 2016, pos Belanja Negara ditetapkan sebesar Rp
2.095,7 Triliun, yang terdiri atas Anggaran Belanja Pemerintah Pusat,
Anggaran Transfer ke Daerah, dan Dana Desa. Anggaran Belanja
Pemerintah Pusat selanjutnya dialoksasikan untuk pos-pos pengeluaran
yang tersebar di seluruh Kementerian atau Lembaga Negara, termasuk
untuk membayar bunga dan pokok pinjaman luar negeri, serta membiayai
subsidi Bahan Bakar Minyak, Listrik, dan Pangan, serta membangun dan
merawat fasilitas publik.
Jika kemudian banyak fasilitas publik masih belum memadai
dikarenakan sistem perencanaan, prioritas program, pelaksanaan kegiatan
dan inovasi belum berjalan baik karena keterbatasan anggaran, maka
program kerja yang dijalankan lebih banyak kepada kegiatan rutin dan
berdampak kecil saja. Akibatnya, kualitas hasil pekerjaan menjadi sangat
rendah yang menyebabkan Wajib Pajak seakan-akan merasa tidak
mendapatkan manfaat apapun dari pajak yang dibayarkannya.
Berdasarkan uraian tadi tampak bahwa masyarakat sebenarnya
sudah menikmati uang pajak yang mereka bayarkan, tanpa diketahui
sebelumnya.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konstitusi adalah pembentukan sebuah negara atau menyusun, dan
menyatakan sebuah negara. Tujuan dan fungsi dari adanya konstitusi itu
sendiri adalah sebagai pemberi batasan kekuasaan, perlindungan terhadap
HAM, dan sebagai pedoman bagi seluruh masyarakat dalam
penyelenggaraan ketatanegaraan. Oleh karena itu, keberadaan konstitusi
ini sangat penting bagi suatu bangsa karena dapat dikatakan bahwa
konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) mengenai sendi-
sendi yang diperlukan untuk berdirinya sebuah negara. Pada prinsipnya,
semua agenda penting kenegaraan serta prinsip-prinsip dalam menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara terlah ter-cover dalam konstitusi.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang
tentunga dapat di pertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik
atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap
kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian
terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan
saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.

9
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai


Pustaka.
Asshiddiqie, Jimly. 2004. Konstitusi dan konstitusionalisme di Indonesia.
Jakarta : Mahkamah Konstitusi RI.
Bakry, Noor Ms. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Taufiqurrohman, As’ari. 2012. Konstitusi Jilid I. Yogyakarta : Renaissance.
Sihombing, Eka N.A.M. 2009. “Pemberlakuan Parliamentary Threshold dan
Kaitannya dengan Hak Asasi Manusia”, Jurnal Konstitusi.Vol.1 No 1.
Mu’allifin, M. Darin Arif. 2016. “Hubungan Konstitusi dengan Tugas dan
Fungsi Negara”, Jurnal AHKAM. Vol.4 No 1.

10

Anda mungkin juga menyukai