Anda di halaman 1dari 12

KHAWARIJ DAN WAHABY

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas kelompok


Mata kuliah : Ilmu Kalam
Dosen pengampu : Mujib Hidayat, M. Pd.I

Disusun oleh :

1. Arya Bagas Mulya 2519067


2. Eva Sriningsih 2519089
3. Ikhwan Rahmatullah 2519098

KELAS : C

JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PEKALONGAN
2020

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala karunia-Nya, serta memberikan petunjuk menuju ke jalan
yang lurus dan jalan yang diridhoi-Nya. Syukur Alhamdulillah kami dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan rencana. Makalah ini kami susun
dengan judul Pembagian Hukum Ilmu Kalam.

Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan kita


Nabi agung Muhammad SAW, keluarga, sahabat, tabiin, dan kita semua sebagai
umat yang taat dan turut terhadap risalah yang dibawanya sampai di hari kiamat.
Selanjutnya saya ucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Mujib Hidayat, M.
Pd.I selaku dosen pengampu Ilmu Kalam, yang telah membimbing kami dan
kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah
selanjutnya. Terlepas dari kekurangan makalah ini, kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca pada
umumnya. Amin.

Pekalongan, 13 November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 4
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................................ 4
C. Tujuan Pembuatan Makalah............................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 5
A. Pengertian Khawarij......................................................................... 5
B. Sejarah Kaum Khawarij.................................................................... 6
C. Pengertian Wahabi ......................................................................... 8
D. Sejarah Wahabi ............................................................................... 9

BAB III PENUTUP..................................................................................... 12

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kaum khawarij muncul pertama kali pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib
Radhiyallahu’anhu pada perang Siffin atau perang saudara yang terjadi antara pengikut
AliRadhiyallahu’anhu sebagai khalifah yang sah, dengan pemberontak yang dipimpin oleh
Mu’awiyah Radhiayallahu’ahu. Peperangan itu diakhiri dengan gencatan senjata, guna untuk
mengadakan perundingan antarakedua bela pihak, namum diantara sebagian pengikut Ali
Radhiayallahu’anhu tidak setuju dengan gencatan senjata. Mereka keluar dari kelompok Ali
bin AbiThalib dan membuat kelompok sendiri yang disebut Khawarij yaitu orang-orangyang
tidak puas dengan kebijakan khalifah Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu. Kelompok
khawarij ini akhirinya menentang kelompok Ali dan Mu’awiyyah Radhiyallau’anhuma.

Sementara itu, gerakan Wahabi dimotori oleh para juru dakwah yang radikal dan
ekstrim,mereka menebarkan kebencian,permusuhan dan didukung oleh keuangan yang cukup
besar.Mereka gemar menuduh golongan islam yang tak sepaham dengan mereka dengan
tuduhan kafir,musyrik dan ahli bid’ah.Itulah tuduhan yang selalu disebar luaskan pada setiap
kesempatan melalui radio,majalah,bulletin jumat dan bahkan Tv milik mereka.Mereka
enggan mengakui jasa para ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri.Di negeri
kita ini mereka menaruh dendam kesumat dan kebencian mendalam kepada para wali songo.

1.2 Rumusan Masalah

Ada beberapa rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan makalahyang berjudul
Khawarij, antara lain :

1. Apa pengertian khawarij dan bagaimana sejarahnya?


2. Apa ciri-ciri khawarij?
3. Apa pengertian wahabi dan bagaimana sejarahnya?
4. Apa ciri ciri wahabi?

1.3 Manfaat Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu :

1. Mengetahui pengertian dan sejarah khawarij.


2. Mengetahui pengertian dan sejarh wahabi

4
BAB II

KHAWARIJ

2.1 Pengertian Khawarij

Secara etimologi kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang berarti
keluar, mucul, timbul atau memberontak. Berdasarkan pengertian etimologi ini pula,
khawarij berarti setiap muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat Islam. Adapun khawarij
dalam terminology ilmu kalam adalah suatu sekte/kelompok/aliran pengikut Ali bin Abi
Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali
yang menerima arbitrase (tahkim), dalam perang siffin pada tahun 37 H/657 M, dengan
kelompok bughat (pemberontak) Muawiyah bin Abi Sufyan perihal persengketaan khilafah.
Harun Nasution menyebutkan bahwa nama Khawarij berasal dari kata Kharaja yang berarti
keluar. Nama itu sendiri diberikan kepada mereka karena mereka keluar dari barisan
Ali.5Tetapi ada pendapat lain mengatakan pemberian nama itu didasarkan atas ayat Al-
Qur‟an surat An-Nisa : 100

>‫ض> ُم> َر> ا> َغ> ًم> ا> َك> ثِ> ي> ًر> ا> َو> َس> َع> ةً> ۚ> َو> َم> ْ>ن‬ ِ >‫َ>و> َم> ْ>ن> يُ>هَ> ا> ِج> ْ>ر> فِ> ي> َس> بِ> ي> ِ>ل> هَّللا ِ> يَ> ِ>ج> ْد> فِ> ي> ا>أْل َ> ْ>ر‬
>ُ >‫يَ> ْ>خ> ُر> ْ>ج> ِم> ْ>ن> بَ> ْي> تِ> ِه> ُم> هَ> ا> ِ>ج> ًر> ا> إِ> لَ> ى> هَّللا ِ> َو> َ>ر> ُس> و>لِ> ِه> ثُ>م>َّ يُ> ْد> ِر> ْك> هُ> ا> ْل> َم> ْ>و‬
>‫ت> فَ> قَ> ْد> َ>و> قَ> َع‬
>۞>‫أَ> ْ>ج> ُر> هُ> َع> لَ> ى> هَّللا ِ> ۗ> َ>و> َك> ا> َ>ن> هَّللا ُ> َغ> فُ>و> ًر> ا> َ>ر> ِ>ح> ي> ًم> ا‬

Artinya :

Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat
hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud
berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke
tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Q.S An-Nisa : 100)

Dengan demikian kaum Khawarij memandang diri mereka sebagai orang yang
meninggalkan rumah dan kampung halamannya untuk mengabdikan diri kepada Allah dan

5
Rasul-Nya. Kaum khawarij kadang-kadang juga menamakan golongan mereka kaum Syurah,
artinya kaum yang mengorbankan dirinya untuk kepentingan keridhoan Allah.

Adapun ciri ciri kaum khawarij sebagai berikut.


1. Mudah mengkafirkan orang yang tidak segolongan dengan mereka, walaupun
orang tersebut adalah penganut agama Islam.
2. Islam yang benar adalah Islam yang mereka pahami dan amalkan. Islam
sebagaimana yang dipahami dan diamalkan golongan Islam lain tidak benar.
3. Orang-orang Islam yang tersesat dan telah menjadi kafir itu perlu dibawa kembali
ke Islam yang sebenarnya, yaitu Islam seperti yang mereka pahami dan amalkan
4. Karena pemerintahan dan ulama yang tidak sepaham dengan mereka adalah sesat,
maka mereka memilih imam dari golongan mereka sendiri. Imam dalam arti
pemuka agama dan pemuka pemerintahan.
5. Mereka bersikap fanatik dalam paham dan tidak segan-segan menggunakan
kekerasan dan pembunuhan untuk mencapai tujuan mereka.1

2.2 Sejarah Kaum Khawarij

Asal mulanya kaum Khawarij adalah orang yang mendukung Sayyidina Ali. Akan
tetapi, akhirnya mereka membencinya karena dua anggota lemah dalam menegakkan
kebenaran, mau menerima tahkim yang sangat mengecewakan, sebagaimana mereka juga
membenci Mu’awiyah karena melawan Sayyidina Ali Khalifah yang sah. Munculnya nama
golongan Khawarij adalah setelah peristiwa tahkim, yaitu sebagai upaya menyelesaikan
peperangan antara Ali bin Abi Thalib disatu pihak dengan Mu’awiyah dipihak lain.
Peperangan kedua pihak itu terjadi disebabkan Mu‟awiyah pada akhir 37 H, menolak
mengakui kekholifahan Ali bin Abi Thalib. Karena setelah Ali bin Abi Thalib memindahkan
ibu kotanya ke al- Kufah9. Setelah adanya penolakan tersebut Mu’awiyah segera
menghimpun pasukannya untuk menghadapi kekuatan Ali sehingga pecahlah peperangan
Siffin pada tahun 37 H/ 658 M. Dalam peperangan ini tentara Ali di bawah pimpinan Malik
al-Asytar hamper mencapai titik kemenangannya, yaitu tentara Ali dapat mendesak tentara
Mu’awiyah. Dan, melihat pasukannya terdesak mundur, Amru bin Asy panglima tertinggi
pasukan Mu’awiyah memerintahkan pasukannya mengangkat tinggi-tinggi al-Qur’an dengan
ujung tombak sambil berkata al-Qur‟an yang akan menjadi hakim diantara kita. Marilah kita

1
Saleh, Khawarij; Sejarah dan Perkembangannya

6
bertahkim dengan kitabullah. Kemudian Ali mendapat desakan dari pimpinan-pimpinan
pasukannya agar mau menerima ajakan tersebut sehingga pun tidak bisa berbuat apa-apa
selain mengabulkan permintaannya untuk menerima.
Sebagai realisasi dari diterimanya perjanjian tersebut dalam Encyclopedie of Islam
yang isinya sebagai berikut: “suatu perjanjian telah direncanakan di Siffin pada Safar 37 H/
657 M. dan telah ditunjukkan dan dijelaskan dalam tahkim itu dua orang sebagai perantara
yaitu Abu Musa al-Asy‟ari dan Ali dan Amr Ibnu al-Asy untuk Mu‟awiyah yang akan
mengumumkan keputusan mereka pada tempat yang mereka telah tentukan yaitu di tengah
antara Syiria dan Iraq”. Tetapi sebagaian di antara pasukan Sayyidina Ali ada yang tidak suka
menerima ajakan tahkim itu, karena mereka menganggap bahwa orang yang mau berdamai
ketika pertempuran adalah orang yang ragu akan pendiriannya dalam kebenaran peperangan
yang ditegakkannya. Hukum Allah sudah nyata kata mereka. Siapa yang melawan Khalifah
yang sah harus diperangi. “kita berperang guna menegakkan kebenaran demi keyakinan
kepada agama kita. Kenapa kita mau berhenti perang sebelum mereka kalah”, kata mereka.
Akhirnya kaum ini membenci Ali r.a. karena dianggap lemah dalam menegakkan kebenaran,
sebagaimana mereka membenci Mu‟awiyah karena melawan Khalifah yang sah. Kaum inilah
yang dinamakan Khawarij, kaum yang keuar dan memisahkan diri dari Ali. Berdasarkan
keterangan di atas dapat difahami bahwa timbulnya Khawarij adalah persoalan politik yang
berubah kemudian menjadi soal kepercayaan atau dogmatis teologi. Mereka menuduh
Khalifah Ali bin Abi Thalib lebih percaya pada putusan musuh dan mengenyampingkan
putusan Allah yaitu menerima tahkim yang menjadi sebab perpecahan dan perbedaan
pendapat sampai tingkat dogmatis teologi. Jadi, setelah menerima prinsip arbitrase yang
merugikan pihak Ali, sebagian pengikut-pengikutnya keluar dari golongan Ali dan
menamakan diri mereka dengan golongan Khawarij dan merupakan sekte pertama lahir
dalam Islam. Mereka menentang arbitrase dengan prisip la hukma Illa Lillah. Nabi
Muhammad SAW telah mengabarkan akan keluarnya kelompok ini di tengah-tengah
umatnya. Telah diriwayatkan hadits-hadits secara mutawatir tentangnya. Sebagiannya
disebutkan oleh al-Hafizh Ibnu Katsir, lebih dari tiga puluh hadits dalam kitab-kitab Shahiih,
Sunan dan kitab-kitab Musnad. Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa‟id
al-Khudri Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
„Akan memisahkan diri satu kelompok (Khawarij) ketika kaum muslimin berpecah belah.
Kelompok itu akan diperangi oleh salah satu golongan dari dua golongan yang lebih dekat
dengan kebenaran.‟[HR. Muslim] Dari Abu Sa‟id Radhiyallahu anhu bahwasanya ketika
beliau ditanya tentang al-Haruriyyah, beliau menjawab, “Aku tidak tahu apa al-Haruriyyah
7
itu? Aku mendengar Nabi SAW bersabda:“Akan keluar di dalam umat ini -beliau tidak
mengatakan di antaranya- suatu kaum yang kalian menganggap remeh shalat kalian
dibandingkan shalat mereka, mereka membaca al-Qur-an namun tidak melewati
kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama bagaikan anak panah yang keluar dari
busurnya.” [HR. Al-Bukhari] Nabi Muhammad SAW telah memerintahkan untuk memerangi
kelompok Khawarij, dan beliau menjelaskan bahwa dalam memerangi mereka terdapat
pahala dan ganjaran bagi orang yang membunuh mereka. Hal ini merupakan dalil
kesesatannya kelompok ini dan jauhnya mereka dari Islam, juga bahayanya yang besar
terhadap umat ini disebabkan fitnah dan kekacauan yang ditimbulkan oleh mereka.2
2.3 Pengertian Wahabi
Wahabi adalah Suatu kelompok atau aliran yang mengikuti seseorang yang bernama
Muhammad Ibn Abdul Wahhab yang muncul di Najed sejak sekitar 250 tahun yang lalu.
Kemunculan Wahabi juga pernah ditegaskan oleh Fatih Al Azhari, dalam bukunya
Radikalisme Sekte Wahabiyah, Mengurai Sejarah dan Sekte Wahabiyah. 3 Yang mengutip
Hadist dari Rasulallah, bahwa akan muncul sebuah ajaran yang diibaratkan seperti tanduk
syetan di Najed. Ajaran Wahabi yang keras dan tertutup membuat sebagian besar masyarakat
muslim beranggapan bahwa, dalam mendirikan ajaran Wahabi Muhammad Ibn Abdul Wahab
telah menyiapkan kelompok Wahabiyah sebagai musuh Islam dan mengkleim kelompoknya
dengan gerakan Salafiyah. Gerakan Wahabiyah mempunyai doktrin yang paling dasar dan
berbahaya yaitu pengkafiran secara umum kepada orang-orang yang berbeda dengan mereka,
dan dengan itu mereka juga darah umat Islam dan menjadikanya sebagai payung untuk
membentangkan kekuasaanya di Jazirah Arabiah dan Al-Harmmain (Mekkah Madinah).
Ajaran Wahabiyah juga mengharamkan membaca shalawat untuk nabi dengan suara keras
setelah adzan. Dalam penelitian ini ajaran Wahabi adalah ajaran yang berasal dari Arab yang
memproklamasikan dirinya sebagai ajaran salafi. Ajaran Wahabi merupakan ajaran yang
keras karena segala sesuatu harus berdasarkan Al-Quran dan Hadist dan surah Abdul Wahab
selaku pendiri ajaran Wahabi sebagai patokanya, selain itu ajaran Wahabi tidak memberikan
toleransi dalam hal agama terhadap apa yang berbeda dengan keyakinan mereka. Jika dilihat
dalam rana sosial jemaah Wahabi tidaklah sekeras ajaranya jemaahnya juga bersifat peduli
dan baik. Ajaran Wahabiyah juga mengharamkan membaca shalawat untuk nabi dengan
suara keras setelah adzan. Dalam penelitian ini ajaran Wahabi adalah ajaran yang berasal dari

2
Ibid hal 38
3 ْ َ‫ َو ِیھَا ی‬Radikalisme Sekte
Azhari Al Fatih) Bukhori” (syetan tanduk muncul akan sana Di “ ُ‫طلَ ُع قَرْ نٌ ال َّش ْیطَان‬
Wahabiyah, Mengurai Sejarah dan Sekte Wahabiyah. (Pustaka BAYAN 2010),

8
Arab yang memproklamasikan dirinya sebagai ajaran salafi. Ajaran Wahabi merupakan
ajaran yang keras karena segala sesuatu harus berdasarkan Al-Quran dan Hadist dan surah
Abdul Wahab selaku pendiri ajaran Wahabi sebagai patokanya, selain itu ajaran Wahabi tidak
memberikan toleransi dalam hal agama terhadap apa yang berbeda dengan keyakinan mereka.
Jika dilihat dalam rana sosial jemaah Wahabi tidaklah sekeras ajaranya jemaahnya juga
bersifat peduli dan baik.

2.4 Sejarah Wahabi

Kaum Wahabi adalah sebuah sekte Islam yang kaku dan keras serta menjadi pengikut
Muhammad Ibn Abdul Wahab. Ayahnya, Abdul Wahab, adalah seorang hakim Uyainah
pengikut Ahmad Ibn Hanbal. Ibnu Abd Wahab sendiri lahir pada tahun 1703 M/1115 H di
Uyainah, masuk daerah Najd yang menjadi belahan Timur kerajaan Saudi Arabia sekarang.
Dalam perjalanan sejarahnya, Abdul Wahab, sang ayah harus diberhentikan dari jabatan
hakim dan dikeluarkan dari Uyainah pada tahun 1726 M/1139 H karena ulah sang anak yang
aneh dan membahayakan tersebut. Kakak kandungnya, Sulaiman bin Abd Wahab mengkritik
dan menolak secara panjang lebar tentang pemikiran adik kandungnya tersebut (as-sawaiq al-
ilahiyah fi ar-rad al-wahabiyah). Pemikiran Wahabi yang keras dan kaku ini dipicu oleh
pemahaman keagamaan yang mengacu bunyi harfiah teks al-Qur'an maupun al-Hadits. Ini
yang menjadikan Wahabi menjadi sangat anti-tradisi, menolak tahlil, maulid Nabi Saw,
barzanji, manaqib, dan sebagainya. Pemahaman yang literer ala Wahabi pada akhirnya
mengeklusi dan memandang orang-orang di luar Wahabi sebagai orang kafir dan keluar dari
Islam. Dus, orang Wahabi merasa dirinya sebagai orang yang paling benar, paling muslim,
paling saleh, paling mukmin dan juga paling selamat. Mereka lupa bahwa keselamatan yang
sejati tidak ditunjukkan dengan klaim-klaim Wahabi tersebut, melainkan dengan cara
beragama yang ikhlas, tulus dan tunduk sepenuhnya pada Allah Swt.  Namun, ironisnya
pemahaman keagamaan Wahabi ini ditopang oleh kekuasaan Ibnu Saud yang saat itu menjadi
penguasa Najd. Ibnu Saud sendiri adalah seorang politikus yang cerdas yang hanya
memanfaatkan dukungan Wahabi, demi untuk meraih kepentingan politiknya belaka. Ibnu
Saud misalnya meminta kompensasi jaminan Ibnu Abdul Wahab agar tidak mengganggu
kebiasaannya mengumpulkan upeti tahunan dari penduduk Dir'iyyah. Koalisipun dibangun
secara permanen untuk meneguhkan keduanya. Jika sebelum bergabung dengan kekuasaan,
Ibnu Abdul Wahab telah melakukan kekerasan dengan membid'ahkan dan mengkafirkan
orang di luar mereka, maka ketika kekuasaan Ibnu Saud menopangnya, Ibnu Abdul Wahab
sontak melakukan kekerasan untuk menghabisi orang-orang yang tidak sepaham dengan

9
mereka. Pada tahun 1746 M/1159 H, koalisi Ibnu Abdul Wahab dan Ibnu Saud
memproklamirkan jihad melawan siapapun yang berbeda pemahaman tauhid dengan mereka.
Mereka tak segan-segan menyerang yang tidak sepaham dengan tuduhan syirik, murtad dan
kafir. Setiap muslim yang tidak sepaham dengan mereka dianggap murtad, yang oleh
karenanya, boleh dan bahkan wajib diperangi. Sementara, predikat muslim menurut Wahabi,
hanya merujuk secara eklusif pada pengikut Wahabi, sebagaimana dijelaskan dalam kitab
Unwan al-Majd fi Tarikh an-Najd. Tahun 1802 M /1217 H, Wahabi menyerang Karbala dan
membunuh mayoritas penduduknya yang mereka temui baik di pasar maupun di rumah,
termasuk anak-anak dan wanita. Tak lama kemudian, yaitu tahun 1805 M/1220 H, Wahabi
merebut kota Madinah. Satu tahun berikutnya, Wahabi pun menguasai kota Mekah. Di dua
kota ini, Wahabi mendudukinya selama enam tahun setengah. Para ulama dipaksa sumpah
setia dalam todongan senjata. Pembantaian demi pembantaian pun dimulai. Wahabi pun
melakukan penghancuran besar-besaran terhadap bangunan bersejarah dan pekuburan,
pembakaran buku-buku selain al-Qur'an dan al-Hadits, pembacaan puisi Barzanji, pembacaan
beberapa mau'idzah hasanah sebelum khutbah Jumat, larangan memiliki rokok dan
menghisapnya bahkan sempat mengharamkan kopi. Tercatat dalam sejarah, Wahabi selalu
menggunakan jalan kekerasan baik secara doktrinal, kultural maupun sosial. Misalnya, dalam
penaklukan jazirah Arab hingga tahun 1920-an, lebih dari 400 ribu umat Islam telah dibunuh
dan dieksekusi secara publik, termasuk anak-anak dan wanita. (Hamid Algar: Wahabism, A
Critical Essay, hlm. 42). Ketika berkuasa di Hijaz, Wahabi menyembelih Syaikh Abdullah
Zawawi, guru para ulama Madzhab Syafii, meskipun umur beliau sudah sembilan puluh
tahun. (M. Idrus Romli: Buku Pintar Berdebat dengan Wahabi, 2010, hlm. 27). Di samping
itu, kekayaan dan para wanita di daerah yang ditaklukkan Wahabi, acapkali juga dibawa
mereka sebagai harta rampasan perang.4

Berikut beberapa pendapat ulama sunni non- wahhabi kontemporer terhadap wahabi salafi:

1. Dr. Ali Jum‟ah, mufti Mesir mengatakan bahwa wahabi salafi adalah gerakan militan dan
teror.

2. Dr. Ahmad Tayyib, Syekh Al-Azhar mengatakan bahwa wahabi tidak pantas menyebut
dirinya salafi karena mereka tidak berbijak pada manhaj salaf.

4
www.nu.or.id/post/read/32688/sejarah-quothitamquot-kaum-wahabi

10
3. Dr. Yusuf Qardawi, intelektual islam produktif dan ahli fiqh terkenal asal Mesir,
mengatakan bahwa wahabi adalah gerakan fanatik buta yang menganggap dirinya paling
benar tanpa salah dan menganggap yang lain selalu salah dan menganggap yang lain selalu
tanpa ada kebenaran sedikitpun. Gerakan wahabi di Ghaza ,menurut Qardawi, lebih suka
memerangi dan membunuh sesama muslim dari pada membunuh Yahudi.

4. Dr. Wahbah al- Zuhayli mufti Suriah dan ahli fiqh, produktif menulis magnum
opusensiklopedi fiqh 14 jilid berjudul al-Muwsuatul Fiqhi al-Islami. Al-Zuhayli mengatakan
seputar wahabi salafi (yang mengafirkan jama‟ah tabligh) ;mereka [Wahabi] adalah orang-
orang yang suka mengkafirkan mayoritas muslim selain dirinya sendiri

5. KH. Agil Siradj ketua PBNU, mengatakan dalam berbagai kesempatan melalui artikel
yang ditulisnya, wawancara tv, dan seminar bahwa terorisme modern berakal dari dieologi
wahabi.

6. Syekh Hisyam Kabbani, ketua tariqah naqshaban di dunia, mengatakan bahwa


wahabisalafi adalah gerakan neo-khawarij yaitu aliran keras yang menghalalkan darah
sesama muslim dan terlibat dalam pembunuhan khalifah ke-3 Utsman Bin Affan.

7. Syekh Muhammad al-Ghazali, ulama berpengaruh Mesir, termasuk salah satu pengeritik
paling keras gerakan Wahabi dalam kitabnya yang berjudul „‟al Wahhabiyah Tusyawwihul
Islam wa Tuakhirul muslim‟‟(Wahabi menistakan Islam dan membuat muslim terbelakang).
Al-Ghazali menuangkan sejumlah kritikan pada Wahabi baik yang ditulis oleh dirinya sendiri
maupun yang dikutip dari ulama dan intelektual Mesir yang lain. Al-Ghazali antara lain
MMuhammad bin Abdul Wahab) adalah agama lain yang berbeda dengan agama Islam yang
kita ketahui dan kita muliakan.5

5
Muhammadin, Pandangan Ulama Terhadap Dakwah Salafiyah

11
Bab III

Penutup

A. Kesimpulan
Khawarij dalam terminology ilmu kalam adalah suatu sekte/kelompok/aliran
pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena
ketidaksepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim),
dalam perang siffin pada tahun 37 H/657 M, dengan kelompok bughat
(pemberontak) Muawiyah bin Abi Sufyan perihal persengketaan khilafah.
Ajaran Wahabi adalah ajaran yang berasal dari Arab yang memproklamasikan
dirinya sebagai ajaran salafi. Ajaran Wahabi merupakan ajaran yang keras karena
segala sesuatu harus berdasarkan Al-Quran dan Hadist dan surah Abdul Wahab
selaku pendiri ajaran Wahabi sebagai patokanya, selain itu ajaran Wahabi tidak
memberikan toleransi dalam hal agama terhadap apa yang berbeda dengan
keyakinan mereka.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan.

12

Anda mungkin juga menyukai