Anda di halaman 1dari 8

JURNAL GANTANG Vol. II, No.

2, September 2017
p-ISSN. 2503-0671, e-ISSN. 2548-5547
Tersedia Online di: http://ojs.umrah.ac.id/index.php/gantang/index

MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS PADA
PEMBELAJARAN GEOMETRI
BERBASIS ETNOMATEMATIKA
Suhartini1, Adhetia Martyanti2
1
suhartini86@gmail.com , 2adhetia.martyanti@yahoo.co.id
1,2
Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Alma Ata Yogyakarta
2017

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan bagaimana cara meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa pada pembelajaran menggunakan materi geometri berbasis
etnomatematika. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian studi
kepustakaan (library research). Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
berupa hasil-hasil penelitian seperti buku-buku ilmiah, jurnal ilmiah, laporan penelitian, dan
sumber lain yang relevan. Teknik analisis data dalam penelitian meliputi tiga tahapan,
organize, synthesize, dan identify. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa etnomatematika
memiliki relevansi dengan indikator pada kemampuan berpikir kritis, yang meliputi
interpretasi, analisis, evaluasi, dan keputusan. Secara keseluruhan, disimpulkan bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan materi geometri
berbasis etnomatematika dalam proses pembelajaran.
Kata kunci: geometri, berpikir kritis, etnomatematika

Abstract
This study aims to explain how to improve students' critical thinking skills on learning using
materials based on ethnomathematics of geometry. The method used in this research is
library research. The data in this study is secondary data in the form of research results such
as scientific books, scientific journals, research reports, and other relevant sources. Data
analysis techniques in this research include three stages, organize, synthesize, and identify.
The results of this study indicate that ethnomathematics has relevance to indicators on
critical thinking skills, which include interpretation, analysis, evaluation, and decision.
Overall, it is concluded that students' critical thinking skills can be improved by using
ethnomathematics-based geometry materials in the learning process.
Keywords: geometry, critical thinking, etnomathematics

I. Pendahuluan menguasai kompetensi dan memahami budaya


Kurikulum 2013 mengembangkan Indonesia yang diperlukan bagi kehidupannya.
pengalaman belajar yang memberikan Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan
kesempatan luas bagi para peserta didik untuk masa depan selalu menjadi kepedulian para

105
JURNAL GANTANG. September 2017; II(2): 105 ± 111
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

pendidik. Melalui kurikulum, maka usaha untuk matematika. Adapun tujuan pembelajaran
mencapai tujuan pendidikan dalam rangka geometri secara umum adalah agar siswa
mempersiapkan kehidupan generasi muda memperoleh rasa percaya diri mengenai
bangsa menjadi lebih terarah. Permendiknas kemampuan (keterampilan) matematikanya,
nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi menjadi pemecah masalah yang baik, dapat
menyatakan bahwa mata pelajaran matematika berkomunikasi secara matematis, dan dapat
diberikan kepada semua peserta didik untuk bernalar secara matematis (Muhassanah, N.,
membekali mereka dengan kemampuan berpikir Sujadi, T., Riyadi, 2014: 55-56). Menurut
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta pendapat lain, tujuan pembelajaran geometri
kemampuan bekerjasama. Berpikir kritis adalah adalah agar siswa memperoleh rasa percaya diri
proses berpikir yang memeriksa, mengenai kemampuan matematikanya, menjadi
menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek pemecah masalah yang baik, dapat
dari situasi atau masalah (Dewanti, S, S., 2015: berkomunikasi secara matematik, dan dapat
172). Termasuk didalamnya mengumpulkan, bernalar secara matematik (Bobango, 1993:148).
mengorganisir, mengingat, dan menganalisa Hal tersebut sejalan dengan pendapat Suydam
informasi. Berpikir kritis termasuk kemampuan yang menyatakan bahwa tujuan pembelajaran
membaca dengan pemahaman dan geometri adalah mengembangkan kemampuan
mengidentifikasi materi yang dibutuhkan berpikir logis, mengembangkan intuisi spasial
(Dewanti, S. S., 2015: 172). Lebih dari itu, mengenai dunia nyata, menenmkan pengetahuan
berpikir kritis juga berarti mampu menarik yang dibutuhkan untuk matematika lanjut, dan
kesimpulan dari data yang diberikan dan mampu mengajarkan cara membaca dan
menentukan ketidakkonsistenan serta menginterpretasikan argument matematika
pertentangan pada sekelompok data. Oleh sebab (Clements & Battista, 1992: 421).
itu, peningkatan keterampilan berpikir kritis Berdasarkan beberapa pendapat ahli
sangat diperlukan. tersebut, maka tujuan dari pembelajaran
Geometri merupakan salah satu cabang geometri diantaranya mengembangkan
matematika yang diajarkan mulai dari kemampuan pemecahan masalah dengan
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. memanfaatkan pemikiran logis dan matematis.
Geometri juga merupakan bidang yang sangat Pembelajaran geometri memberikan kesempatan
bermanfaat dalam kehidupan, sehingga geometri kepada siswa untuk mengembangkan instuisi
menjadi ilmu yang penting dipelajari secara lebih ruang pikiran dengan memasuki dunia geometri
luas. Dari sudut pandang psikologi, geometri yang pada dasarnya sudah dikenal semenjak
merupakan penyajian abstraksi pengalaman mereka masuk sekolah. Kemampuan pemecahan
visual dan spasial, misalnya bidang, pola, masalah dan imajinasi kreatif yang
pengukuran dan pemetaan. Sedangkan dari sudut dikembangkan selama pembelajaran geometri
pandang matematik, geometri menyediakan membantu siswa dalam memahami konsep-
pendekatan-pendekatan pemecahan masalah, konsep matematika lainnya.
misalnya gambar-gambar, diagram, sistem Indonesia adalah Negara kepulauan atau
koordinat, vektor, dan transformasi. Selain itu, sering juga disebut Nusantara. Terdapat beragam
diungkapkan oleh Burger & Culpepper (1993: suku bangsa, bahasa, seni dan budaya, hingga
140), bahwa geometri juga menjadi sarana untuk kekayaan flora dan fauna di dalamnya. Khusus
mempelajari struktur matematika. Sebab dalam dalam hal seni dan budaya, Indonesia
geometri, siswa juga mempelajari serangkaian menyimpan banyak peninggalan sejarah yang
teorema dan membuktikannya. bernilai seni tinggi, seperti candi Borobudur,
Geometri menjadi salah satu materi yang candi Prambanan, Keraton, rumah adat dan
menjadi perhatian utama dalam pelajaran sebagainya. Melalui budaya tersebut siswa juga
106
Suhartini: Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis « (3)

dapat belajar matematika. Proses pembelajaran analisis data dalam penelitian meliputi tiga
konsep matematika melalui kearifan budaya tahapan, yaitu organize, synthesize, dan identify.
lokal sering disebut dengan istilah Pertama, organize yakni mengorganisasikan
HWQRPDWHPDWLND 0HQXUXW '¶$PEURVLD literatur-literatur yang akan digunakan. Literatur
234), etnomatematika merupakan mode, gaya yang digunakan terlebih dahulu di-review agar
dan teknik menjelaskan, memahami dan relevan/sesuai dengan permasalahan. Pada tahap
menghadapi lingkungan alam dan budaya dalam ini penulis melakukan pencarian ide, tujuan, dan
sistem budaya yang berbeda. Etnomatematika simpulan dari beberapa literatur dimulai dari
juga bertujuan untuk mempelajari bagaimana membaca abstrak, pendahuluan, metode serta
peserta didik untuk memahami, pembahasan serta mengelompokkan literatur
mengartikulasikan, mengolah, dan akhirnya berdasarkan kategori-kategori tertentu. Kedua,
menggunakan ide-ide matematika, konsep, dan synthesize yaitu menyusun data yang diperoleh
praktek-praktek tersebut dan diharapkan akan pada tahap pertama menjadi suatu ringkasan agar
dapat memecahkan masalah yang berkaitan menjadi satu kesatuan yang padu, dengan
dengan aktivitas sehari-hari mereka (Putri, L., I, mencari keterkaitan antar literatur. Ketiga,
2017: 23). Etnomatematika adalah suatu ilmu identify yakni mengidentifikasi data yang
yang digunakan untuk memahami bagaimana esensial dalam literatur. Data esesnsial yang
matematika diadptasi dari sebuah budaya dimaksud adalah data yang dianggap sangat
(Marsigit, 2016: 1-38). penting untuk dibahas, agar memperoleh tulisan
Ketika kita mengingat hal tersebut, maka yang menarik untuk dibaca.penelitian.
pembelajaran matematika yang menggunakan
III. Pembahasan
objek-objek budaya khususnya pada materi
Kemampuan Berpikir Kritis
geometri dapat dijadikan bahan ajar untuk
Kemampuan berpikir kritis merupakan
meningkatkan kemampuan berpikir krtitis pada
salah satu kemampuan yang sangat diperlukan
siswa. Dimana, siswa dapat menginterpretasi,
dalam setiap bidang kehidupan manusia. Oleh
menganalisis, mengevaluasi, serta mampu
sebab itu, dalam setiap pembelajaran di sekolah,
menarik kesimpulan dari suatu permasalahan.
kemampuan berpikir kritis menjadi salah satu
Melalui artikel ini, penulis akan
aspek yang sangat diperhatikan untuk
memaparkan bagaimana meningkatkan
dikembangkan pada setiap siswa. Berpikir kritis
kemampuan berpikir kritis melalui pembelajaran
menekankan pada pemikiran yang rasional dan
geometri berbasis etnomatematika. Dengan
reflektif sehingga dapat mencapai proses
demikian, pembelajaran matematika khususnya
pengambilan keputusan. Ini berarti ketika
geometri akan lebih menarik dan menyenangkan
memecahkan suatu masalah perlu adanya
karena dikemas dalam praktik lapangan budaya.
pertimbangan yang masuk akal dan reflektif
II. Metode Penelitian sehingga dapat mengambil keputusan tentang
Metode yang digunakan dalam apa solusi yang tepat dan benar yang dapat
penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan digunakan untuk menyelesaikan masalah
(library research). Dalam penelitian jenis ini, tersebut (Peter, E.E., 2012: 39-43).
dikaji pengetahuan, gagasan, atau temuan yang Kemampuan berpikir kritis yaitu sebagai
terdapat didalam literatur sehingga memberikan kemampuan berpikir reflektif, keterampilan
informasi teoritis dan ilmiah terkait peran menilai bukti suatu pernyataan, kemampuan
etnomatematika dalam pembelajaran geometri. menerapkan konsep untuk contoh-contoh baru
Data yang dikumpulkan dan dianalisis mengenal kesenjangan dalam pengetahuan dan
merupakan data sekunder berupa hasil-hasil menemukan kesalahan dalam suatu argumen
penelitian seperti buku-buku bacaan ilmiah, (Carrol & Peden, 2008: 101). Berpikir kritis
jurnal ilmiah, laporan penelitian, situs internet berfokus pada pemikiran yang reflektif dan yang
lainnya yang relevan. Selanjutnya, teknik diarahkan untuk menganalisis argumen tertentu,

107
JURNAL GANTANG. September 2017; II(2): 105 ± 111
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

mengakui kesalahan dan bias, dan mencapai menjadi contoh pemikir yang positif bagi siswa
kesimpulan berdasarkan bukti dan pertimbangan (Santrock, 2007: 359).
(Arends & Klicher, 2010: 233). Menurut Berpikir kritis dalam matematika dapat
pendapat lain, kemampuan berpikir kritis sebagai diinterpretasikan dalam berbagai cara. Berpikir
kemamapuan dalam mengingat, menganalisis, kritis dalam matematika yaitu kemampuan dan
memahami, mengaplikasi, menyimpulkan, disposisi untuk melibatkan pengetahuan
evaluasi dan sintesis (Kuebli & Korn, 2008: sebelumnya, penalaran matematis, dan strategi
142). kognitif untuk menggeneralisasi, membuktikan,
Berpikir kritis adalah proses pengujian atau mengevaluasi situasi matematika yang
atas klaim dan pendapat/argumen dan kurang dikenal dalam cara yang reflektif (Glazer,
menentukan mana yang bermanfaat atau tidak. 2001: 13). Pendapat yang hampir serupa juga
Siswa yang mampu berpikir kritis dapat diungkapkan oleh Krulik dan Rudnick yaitu
mengevaluasi pikirannya dan bahwa yang termasuk berpikir kritis dalam
membandingkannya dengan fakta atau pemikiran matematika meliputi kegiatan atau proses
orang lain (Ruggerio, 2012: 20). Selanjutnya, mempertanyakan,menguji, menghubungkan,
dijelaskan tiga aktivitas dalam berpikir kritis mengevaluasi setiap aspek yang ada dalam
yaitu (1) investigasi yang berkaitan dengan masalah ataupun situasi tertentu (Fachrurazi,
proses menemukan bukti atau suatu data yang 2011: 81).
merupakan pertanyaan kunci dari masalah; (2) Seseorang yang berpikir kritis akan
interpretasi atau menafsirkan makna dari bukti selalu peka terhadap informasi atau situasi yang
secara masuk akal; (3) keputusan yang sedang dihadapinya, dan cenderung bereaksi
merupakan simpulan dari masalah (Ruggerio, terhadap situasi atau informasi tersebut
2012: 24). (Subandar, 2007: 5). Dengan demikian usaha
Terdapat beberapa elemen-elemen untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis
penting dalam berpikir kritis yang harus dalam pembelajaran matematika berkaitan
dipelajari oleh siswa agar dapat memilki dengan usaha untuk menumbuhkan kepekaan
kemampuan berpikir kritis, yaitu: (1) siswa untuk mengumpulkan informasi dan
mengidentifikasi masalah; (2) mengidentifikasi menggunakannya untuk bereaksi terhadap situasi
hubungan antara unsur-unsur; (3) menyimpulkan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
implikasi; (4) menyimpulkan motif; (5) menghadapkan siswa pada situasi tertentu
menggabungkan unsur-unsur independen untuk sehingga siswa mampu mengkonstruksi
menciptakan pola-pola baru yang dibuat dari pemikirannnya sendiri berdasarkan situasi
pemikiran (kreativitas); dan (6) membuat tersebut (Shanti, W. N, Sholihah, D. A,
interpretasi asli (Orlich, 2010: 287). Beberapa Martyanti, A, 2017: 8). Pendapat tersebut senada
pedoman bagi guru dalam membantu peserta dengan pendapat Krulik dan Rudnick yang
didik mengembangkan keterampilan berpikir mengungkapkan bahwa berpikir kritis tersebut
kritis, yaitu: (1) guru harus berperan sebagai bisa muncul apabila dalam pembelajaran adanya
pemandu siswa dalam meyusun pemikiran masalah yang menjadi pemicu dan diikuti
mereka sendiri; (2) menggunakan pertanyaan dengan pertanyaan: Bagaimana menyelesaikan
yang berbasis pemikiran; (3) bangkitkan rasa VRDO LWX GHQJDQ FDUD \DQJ ODLQ´ ³0HQJDMXNDQ
ingin tahu intelektual siswa. Dorong siswa untuk SHUWDQ\DDQ EDJDLPDQD MLND´ ³$SD \DQJ VDODK´
bertanya, merenungkan, menyelidiki, dan GDQ ³$SD \DQJ DNDQ NDPX ODNXNDQ´ 6XEDQGDU
meneliti; (4) libatkan siswa dalam perencanaan 2007: 8-9).
dan strategi; (5) beri siswa contoh pemikir yang Berdasarkan pendapat-pendapat di atas
positif dan kreatif; (6) guru harus mampu dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir
kritis merupakan kemampuan berpikir tingkat
108
Suhartini: Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis « (3)

tinggi yang terdiri dari elemen penting seperti terkait dengan matematika dan pembelajaran
menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi, matematika.
serta membuat suatu keputusan untuk Dalam bidang matematika,
memecahkan masalah. Khusus dalam etnomatematika muncul bukan karena kegagalan
pembelajaran matematika, kemampuan berpikir matematika modern, tetapi di dasarkan pada
kritis matematis berkenaan dengan pemecahan kesadaran baru tentang pengenalan potensi diri
masalah matematika yang melibatkan setiap kumpulan masyarakat. Belajar dan
pengetahuan, penalaran, dan pembuktian (Shanti, pembelajaran matematika, termasuk semua
W. N, Sholihah, D. A, Martyanti, A, 2017: 8). bentuk-bentuk pendidikan matematika, mau
Dari pengertian di atas, dapat ditarik tidak mau akan dikelilingi oleh permasalahan
kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kritis yang terkait dengan budaya (Clements, 1996:
mencakup beberapa indikator antara lain: (1) 824). Sehingga bidang etnomatematika dapat
interpretasi yaitu kemampuan memahami atau digunakan sebagai pusat proses pembelajaran
mengungkapkan makna dari data atau situasi dan metode pengajaran, walaupun masih relatif
yang disajikan dalam sebuah permasalahan baru dalam dunia pendidikan (Shirley, I.., 1995).
matematika; (2) analisis yaitu kemampuan Candi, keraton, rumah adat merupakan
mengidentifikasi hubungan antara data yang beberapa objek budaya yang dapat dijadikan
diberikan dan menalar argumen yang diberikan; bahan ajar pembelajaran matematika khususnya
(3) evaluasi yaitu kemampuan menemukan dan pada materi geometri. Hal ini dikarenakan pada
membuktikan kesalahan dalam sebuah objek-objek tersebut terdapat banyak bentuk-
permasalahan matematika; (4) keputusan yaitu bentuk geometri yang dapat terlihat dari bentuk
kemampuan membuat kesimpulan dari suatu relief-relief serta struktur bangunannya.
permasalahan matematika. Hadirnya etnomatematika dalam pembelajaran
matematika memberikan nuansa bahwa belajar
Pembelajaran Berbasis Etnomatematika
matematika tidak hanya dipelajari di dalam kelas
Menurut Barton, etnomatematika
tetapi di luar kelas dengan mengunjungi atau
merupakan kajian yang meneliti cara
berinteraksi dengan kebudayaan setempat dan
sekelompok orang dari budaya tertentu dalam
dapat digunakan sebagai media pembelajaran
memahami, mengekspresikan, dan menggunakan
matematika ataupun bahan ajar khususnya pada
konsep-konsep serta praktik-praktik
materi geometri.
kebudayaannya yang digambarkan oleh peneliti
sebagai sesuatu yang matematis (Barton, 1994: Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis pada
6HGDQJNDQ PHQXUXW '¶$PEURVLR Pembelajaran Geometri Berbasis
'¶$PEURVLR -48), mengatakan bahwa Etnomatematika
etnomatematika yang dipraktekkan diantara Pembelajaran geometri berbasis
kelompok budaya diidentifikasi seperti etnomatematika dapat dilakukan dengan cara
masyarakat nasional suku, kelompok buruh, pengkonstruksian pengalaman bermakna baik di
anak-anak dari kelompok usia tertentu dan kelas dalam maupun di luar kelas yang memfokuskan
professional. Pendapat lainnya, dikatakan bahwa pada budaya. Kegiatan ini dapat meningkatkan
etnomatematika adalah suatu ilmu yang dan memperdalam pemahaman siswa dalam
digunakan untuk memahami bagaimana pembelajaran matematika melalui berbagai
matematika diadaptasi dari sebuah budaya dan macam budaya. Pada bagian ini penulis
berfungsi untuk mengekspresikan hubungan memfokuskan beberapa indikator dari
antara budaya dan matematika (Marsigit, 2016: kemampuan berpikir kritis diantaranya
1-38). Sehingga dapat dikatakan bahwa interpretasi, analisis, evaluasi dan pembuatan
ethnomatematika merupakan ilmu dalam keputusan pada pembelajaran geometri berbasis
mengkaji dan mengekspresikan kebudayaan etnomatematika.
masyarakat sekitar, peninggalan sejarah yang

109
JURNAL GANTANG. September 2017; II(2): 105 ± 111
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

Pada tahapan pertama yaitu siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang lain
ditugaskan untuk mendaftar sifat-sifat ataupun (keputusan).
informasi yang ada pada situasi di lingkungan
IV. Penutup
budaya sekitar. Pada saat itu, siswa ditugaskan
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran
untuk mengunjungi beberapa objek budaya
matematika berbasis etnomatematika diharapkan
seperti candi, keraton, rumah adat atau objek
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
budaya lainnya agar dapat mengidentifikasi data-
siswa dalam meyelesaikan permasalahan
data obyek matematika berupa benda-benda
geometri, dimana kemampuan berpikir kritis
kongkrit seperti gambar atau model bangun
merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi
ruang, berwarna-warni lambang bilangan besar
yang terdiri dari elemen penting diantaranya
atau kecil, kolam berbentuk persegi, atap rumah
menginterpretasi, menganalisis, mengevaluasi,
berbentuk limas, kuda-kuda atap rumah
serta membuat suatu keputusan untuk
berbentuk segitiga siku-siku dan seterusnya yang
memecahkan suatu masalah. Khususnya bagi
disajikan dalam sebuah permasalahan
para siswa, etnomatematika akan membantu
matematika (interpretasi).
mereka dalam mempelajari, menganalisis dan
Pada tahapan kedua, siswa diharapkan
memprektekkan kegiatan pembelajaran
dapat mengidentifikasi hubungan antara benda
khususnya pada materi geometri dengan
atau objek yang ada di lapangan dan menalar
penggunaan pengejaran pemecahan masalah
argumen yang diberikan menggunakan sifat-sifat
yang relevan dengan budaya sebagai bahan ajar
ataupun informasi pada benda-benda geometri
dan alternatif dalam pembelajaran.
yang sudah mereka ketahui, misalnya siswa
Dari penelitian ini, peneliti memberikan
mengamati dinding candi, berbentuk persegi
rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut pada
panjang, kemudian siswa menguraikan sifat-sifat
kemampuan berpikir kritis berbasis
persegi panjang, mengukur panjang, lebar, lalu
etnomatematika dalam materi lain, seperti
menghitung luas dan keliling benda tersebut.
statistika, aljabar, dan lain-lain.
Selanjutnya pada tahapan ketiga yaitu
siswa mempresentasikan hasil penelitian yang Daftar Pustaka
telah dilakukan di depan kelas kemudian siswa Almatsier, Sunita. (2011). Gizi Seimbang Dalam
yang lain memberikan umpan balik. Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia
diskusi tersebut, siswa juga dapat bertukar Pustaka Utama.
pertanyaan dengan siswa lain kemudian mencari Ardiyaningrum, M. (2013). Upaya peningkatan
solusi dari permasalahan yang ditemukan. Pada kemampuan pemecahan masalah
saat itu, siswa dapat melakukan crosscheck matematis siswa kelas VII SMP
tentang informasi yang telah mereka peroleh dari Muhammadiyah 9 Yogyakarta melalui
proses sebelumnya. Siswa dapat menemukan dan penerapan pendekatan pembelajaran
membuktikan kesalahan dalam sebuah problem posing, Literasi Jurnal Ilmu
permasalahan matematika (evaluasi), baik yang Pendidikan 4(1): 53.
berasal dari pertanyaan yang mereka buat Devi, V. C., A. Sartono, dan J. T. Isworo,
maupun pertanyaan yang diperoleh dari siswa (2013). Praktek Pemilihan Makanan
lain. Tahapan terakhir yaitu mengaplikasikan Kemasan Berdasarkan Tingkat
matematika, dimana siswa dituntut untuk Pengetahuan Tentang Label Produk
menerapkan konsep matematika yang telah Makanan Kemasan, Jenis Kelamin, dan
mereka temukan. Pada tahapan ini siswa Usia Konsumen di Pasar Swalayan ADA
membuat kesimpulan dari suatu permasalahan Setiabudi Semarang. Jurnal Gizi
matematika, yang selanjutnyadapat digunakan Universitas Muhammadiyah Semarang
2(2):11.
110
Suhartini: Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis « (3)

Firdaus, F. M., Wahyudin, dan T. Hermawan. Seminar Nasional Matematika dan


(2017). ,PSURYLQJ SULPDU\ VWXGHQWV¶ Pendidikan Matematika. UMS: 39,
mathematical literacy through problem Noviani, K., E. Afifah, dan D. Astiti. (2016).
based learning and direct instruction. Kebiasaan jajan dan pola makan serta
Academicjournals 12(4):218. hubungannya dengan status gizi anak
Harris, H. dan M. Fadli. (2014). Penentuan umur usia sekolah di SD Sonosewu Bantul
simpan (shelf life) pundangseluang Yogyakarta. Jurnal Gizi dan Dietetik
(rasbora sp) yang dikemas Indonesia 4 (2): 98.
menggunakankemasan vakum dan tanpa (OECD). 2010. PISA 2012 Matemathics
vakum, Jurnal Saintek Perikanan 9 (2): Framework. PISA, OECD
53. Publishing.Paris.
Hasibuan, I. (2014). Model pembelajaran CTL. Paratmanitya, Y. dan V. Aprilia. (2016).
Logaritma 2 (01):11. Kandungan bahan tambahan pangan
Hasnawati. (2006). Pendekatan contextual berbahaya pada makanan jajanan anak
teaching learning hubungannya dengan sekolah dasar di Kabupaten Bantul.
evaluasi pembelajaran, Jurnal Ekonomi Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia 4(1):
& Pendidikan 3 (1): 53. 55.
Herawati. (2008). Penentuan Umur Simpan Pada Sari, R. H. N. (2015). Literasi matematika: Apa,
Produk Pangan. Jurnal Litbang Mengapa, dan Bagaimana? Prosiding
Pertanian 27(4): 124. Seminar Nasional Matematika dan
Johar, R. (2012). Domain Soal PISA untuk Pendidikan Matematika. UNY:719.
Literasi Matematika. Jurnal Peluang Thomson, S., K. Hillman, dan L. D. Bortoli.
1(1): 32. (2013). A 7HDFKHU¶V *XLGH WR 3,6$
Jufri, L. H. (2015). Penerapan Double Loop Mathematical Literacy.ACER Press.
Problem Solving untuk Meningkatkan Australia.
Kemampuan Literasi Matematika Level Sugiman, (2008), Pandangan matematika sebagai
3 pada Siswa Kelas VIII SMPN 27 aktivitas insani beserta dampak
Bandung. LEMMA 2(1): 56 pembelajarannya, Jurnal pendidikan
Kadir, A. (2013). Konsep pembelajaran matematika 2(2): 64-70.
kontekstualdi sekolah, Dinamika Ilmu
13( 3): 36.
Koran Sindo. (2016). Pentingnya Membaca
Label Pangan. 17 Maret.Halaman 29.
Jakarta.
Lange, J. D. (2003). Mathematics For Literacy.
Quantitative Literacy: Why Numeracy
Matters for Schools and Collage. The
National Council on Education and the
Disciplines. Princeton.
Mahdiansyah dan Rahmawati. (2014). Literasi
Matematika Siswa Pendidikan
Menengah: Analisis Menggunakan
Desain Tes Internasional Dengan
Konteks Indonesia, Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan 20 (4): 453
Murtiyasa, B. (2015). Tantangan Pembelajaran
Matematika Era Global. Prosiding

111
JURNAL GANTANG. September 2017; II(2): 105 ± 111
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

112

Anda mungkin juga menyukai