a
Angxy W Padakari, b Maria Gracia Manoe Gawa, c Meryani Lakapu
a
Universitas Katolik Widya Mandira, angxyp@gmail.com,
b
Universitas Katolik Widya Mandira, gracia.gawa@gmail.com,
c
Universitas Katolik Widya Mandira, meryanilakapu@gmail.com,
ABSTRAK
Masalah pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana pemahaman konsep siswa smp berdasarkan
persepsi matematika. Tijuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman konsep siswa smp
berdasarkan persepsi matematika. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik
pengumpulan data dilakukan dengan member instrumen persepsi, tugas pemecahan masalah (TPM) kepada siswa
dan pedoman wawancara. Setelah mengetahui persepsi masing-masing pada siswa tersebut, yaitu persepsi positif
dan persepsi negative. Masing-masing siswa mengerjakan tugas pemecahan masalah (TPM) kemudian langsung
dilakukan wawancara mengenai hasil pekerjaan siswa tersebut. Dalam penelitian ini, dipilih dua siswa laki-laki
dengan persepsi yang berbeda.Penilaian pemahaman konsep siswa didasarkan pada tiga indikator yaitu
penerjemahan (translation), penafsiran (interpretation), dan ekstrapolasi (extrapolation). Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa pemahaman konsep siswa tipe dua persepsi positif dan negatif memiliki tingkat kemampuan
yang sama., tetapi mereka mengerjakan TPM tersebut sedikit berbeda sesuai dengan daya tangkap masing-
masing siswa tersebut dengan durasi waktu yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan guru
sebaiknya juga meperhatikan persepsi siswa agar lebih cepat tangkap informasi dan pelajaran.
Kata Kunci : pemahaman konsep, persepsi positif, persepsi negatif,
Cara Sitasi: Padakari, Gawa & Lakapu. (2020). Profil Pemahaman Konsep Siswa SMP Ditinjau Berdasarkan
Persepsi Matematika. Jurnal Dimensi Matematika: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Matematika, 3(1), 164-
171-1.
Pendahuluan
Metematika berperan cukup penting
dalam berbagai aspek kehidupan misalnya
dalam perhitungan sederhana seperti
menghitung luas bangunan, menghitung
keuntungan dan kerugian, dan lain-lain.
Matematika merupakan salah satu komponen
dari serangkaian mata pelajaran yang
mempunyai peranan penting dalam
pendidikan, dan bidang studi yang
mendukung perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Sundayana,
2014).
Konsep atau materi dalam matematika
bersifat terurut, bertingkat dan berkelanjutan.
Dalam hal ini, konsep atau materi yang
diberikan merupakan materi-materi atau
konsep-konsep dasar yang merupakan
prasyarat untuk materi-materi atau konsep-
konsep selanjutnya. Siswa yang berhasil
memahami suatu konsep matematika akan
sangat membantunya dalam proses
pemahaman konsep-konsep selanjutnya. Hal
ini akan berdampak baik baginya saat lebih mudah dalam mempelajari
menyelesaikan masalah matematika. Jika matematika.
siswa memahami konsep dengan baik maka (Kemendikbud, 2013) menyatakan
siswa dapat menyelesaikan berbagai variasi bahwa penguasaan siswa terhadap konsep
soal, baik itu soal rutin maupun non rutin. matematika sekarang ini, menunjukkan
Dalam menyelesaiakan masalah matematika, bahwa penguasaan siswa terhadap materi
siswa dituntut untuk berpikir kreatif dan matematika saat ini masih sangat lemah
kritis. Pembelajaran fungsi sebagai sarana bahkan dipahami dengan keliru. Selain itu,
untuk mengembangkan kemampuan berpikir (Ruseffendi, 2006) juga mengutarakan
kritislogis, kreatif, komunikatif, kerja sama, bahwa setelah kegiatan belajar mengajar,
serta pemahaman konsep yang diperlukan masih banyak peserta didik yang tidak
siswa dalam kehidupan modern ini (Daswa, mampu memahami konsep, bahkan bagian
2013). yang paling sederhana sekalipun. Dalam
(Turmudi, 2008) menyatakan bahwa memahami materi matematika diperlukan
dalam pembelajaran matematika telah kemampuan untuk menggeneralisasi dan
ditemukan masih banyak siswa yang tidak kemampuan abstraksi yang tinggi. Hal ini
menyukai mata pelajaran matematika mendorong siswa agar harus bisa memahami
meskipun bertahun-tahun telah diupayakan materi atau konsep dalam pembelajaran
oleh ahli pendidikan matematika untuk matematika
membantu siswa memahami dengan baik. Salah satu materi yang sulit dipahami
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh siswa adalah materi geometri khususnya
oleh (Pradanita, Hudiono & Astuti, 2015), geometri bangun datar. Kebanyakan siswa
dapat diketahui bahwa pemahaman salam pembelajaran matematika khususnya
konseptual siswa masih sangat rendah. Hal pada materi geometri hanya mengandalkan
ini menunjukkan bahwa siswa masih belum hafalan sehingga terkadang melakukan
menguasai konsep-konsep yang berhubungan kesalahan dalam memecahkan masalah.
dengan materi matematika, sehingga siswa Dalam penelitiannya, (Susanti, 2017)
masih belum mampu menjawab menyatakan bahwa dalam mempelajari
permasalahan yang diberikan dengan geometri terdapat beberapa kesalahan dan
argumen-argumen yang tepat. Dalam proses kesulitan yang dialami oleh siswa yaitu sulit
pembelajaran di kelas, siswa diharapkan membedakan beberapa jenis bangun persegi
tidak hanya mendengar, mencatat, menghafal yang mempunyai hubungan dan sifat-sifat
materi maupun rumus-rumus yang diberikan yang sama.
guru, melainkan siswa dituntut berperan aktif Salah satu cara untuk mengetahui
dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa kemampuan pemahaman konsep siswa
mampu memahami konsep dan bisa dalam pembelajaran matematika khususnya
memecahkan berbagai persoalan materi persegi panjang adalah memberikan
matematika. (Kilpatrick, Swafford & tes pengajuan soal. (Silver, Leung &
Findell, 2011) menyebutkan bahwa dalam Kenney, 2000) menyatakan bahwa
pembelajaran matematika, salah satu dari pengajuan soal sebagai inti terpenting dalam
lima kecakapan matematika (mathematical disiplin matematika dan merupakan sifat
proficiency) yang seharusnya dicapai oleh pemikiran penalaran matematika.
mahasiswa adalah pemahaman konsep. Persepsi matematika merupakan proses
Pemahaman siswa terhadap suatu konsep perlakuan terhadap informasi tentang suatu
atau materi matematika sangatlah penting, objek yang masuk pada dirinya melalui
karena dengan menguasai konsep siswa akan pengamatan dengan menggunakan panca
b. Indikator Penafsiran
c. Indikator Ekstrapolasi
TPM 2
Pada TPM 1 dan 2, subjek yang memiliki
persepsi positif tinggi mampu melakukan
perhitungan dari penerjemahan simbol soal a. Indikator Penerjemahan
dan menyimpulkan hasil pekerjaan
b. Indikator Penafsiran
Penerjemahan
Gambar 14. Hasil Kerja Siswa Persepsi Negatif Pada tahap penerjemahan, siswa yang
TPM 2 (bagian c) memiliki persepsi positif tidak mengalami
kesulitan pada tahap penerjemahan karena
dapat mengungkapkan apa yang diketahui
Pada TPM 1 dan 2, subjek yang memiliki serta ditanyakan dalam soal dan mampu
persepsi negatif tinggi mampu melakukan mengungkapkan dengan kalimat sendiri.
perhitungan dari penerjemahan simbol pada Siswa dengan persepsi negatif juga tidak
soal dan mampu menyimpulkan hasil mengalami kesulitan pada tahap
pekerjaan penerjemahan kerena mampu
mengungkapkan apa yang diketahui serta
ditanyakan dalam soal dan mampu membuat kesimpulan akhir dari penyelesaian
mengungkapkan dengan kalimat sendiri. soal yang dikerjakan yaitu dengan
mengembalikan jawaban yang diperoleh ke
Penafsiran dalam konteks serta siswa tidak membuat
Pada tahap penafisiran, siswa yang memiliki kesimpulan pada tes tertulis. Siswa dengan
kemampuan persepsi positif tidak mengalami persepsi negatif tidak mengalami kesimpulan
kesulitan pada tahap penafsiran karena dapat akhir. Persamaan dari kedua siswa tersebut
menemukan rumus yang tepat serta mampu adalah sama-sama mengalami kesulitan pada
menyelesaikan soal baik secara lisan maupun tahap penerjemahan.
tulisan dan mampu mengungkapkan dengan
kalimat sendiri. Siswa dengan kemampuan Kesimpulan
persepsi negatif juga tidak mengalami Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa
kesulitan karena dapat menemukan rumus yang memiliki tingkat kemampuan yang
yang tepat serta mampu menyelesaikan soal sama, tidak mengalami perbedaan dalam
baik secara lisan maupun tulisan dan juga menyelesaiakan soal pada TPM 1 dan TPM
mampu mengungkapkan dengan kalimat 2, hanya saja cara mereka mengerjakan TPM
sendiri. tersebut sedikit berbeda sesuai dengan daya
tangkap masing-masing siswa tersebut dan
Ekstrapolasi/kesimpulan durasi waktu yang berbeda. Kedua subjek
Pada tahap membuat kesimpulan akhir, mampu menuntaskan ketiga indikator
siswa yang memiliki persepsi positif sulit pemahaman konsep yaitu mampu
membuat kesimpulan akhir karena pada saat menerjemahkan soal TPM 1 dan TPM 2
wawancara siswa siswa tidak dapat dengan kalimat sendiri, mampu menafsirkan
soal TPM dengan logis dan mampu
menjelaskan dan menyimpulkan hasil Pradanita, Hudiono & Astuti. (2015).
pekerjaan dengan kalimat sendiri. Pemahaman Konseptual Siswa
ditinjau dari Tingkat Kemampuan
Matematika Materi Aljabar di SMP.
Daftar Pustaka
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Khatulistiwa, 1-12.
Daswa. (2013). Penerapan Model
Pembelajaran Sinektik untuk Rahkmat. (1992). Psikologi Komunikasi.
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Bandung: Rosdakarya.
Kreatif dan Komunikasi Matematis
Siswa Madrasah Tsanawiyah. Tesis Silver, Leung & Kenney. (2000). Posing
UPI. Mathematical Problems: An
exploratory Study. Journal for
Kemendikbud. (2013). Kerangka Dasar Research in Mathematics Education
Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Volume 27 N. 3, 293-309.
Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar. Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Kilpatrick, Swafford & Findell. (2011). Rineka Cipta.
Adding it Up: Helping Children
Learn Mathematics. Washingto, DC:
National Academy Press.
Sundayana. (2014). Media dan Alat Peraga dan Keguruan, Universitas Islam
dalam Pembelajaran Matematika. Negeri Maulana Ibrahim Malang.
Bandung: Alfabeta.
Turmudi. (2008). Landasan Filsafat Dan
Susanti. (2017). Analisis Kesalahan Teori Pembelajaran Matematika.
Pemahaman Konsep Bangun Datar Jakarta: PT Leunseur Cita Nusa.
Pada Siiswa Kelas V MIN Sukosewu
Gandusari Blitar. Skripsi, Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah