Anda di halaman 1dari 10

Publikasi, Volume II No.

3; Oktober-Januari 2012

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIMETRI PUTAR DAN LIPAT


BANGUN DATAR MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK
DI KELAS V SD NEGERI 83 PAREPARE

St. Maryam. M
PGSD UPP Parepare Fakultas Ilmu Pendidikan UNM
Email: stmaryamunm@yahoo.co.id

Abstrak
Permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana meningkatkan aktivitas proses
pembelajaran tentang simetri putar dan lipat bangun datar melalui Pendekatan Matematika
Realistik di kelas V SD Negeri 83 Parepare dan Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa
tentang simetri putar dan lipat bangun datar melalui pendekatan matematika realistik di kelas V
SD Negeri 83 Parepare. jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan kelas
(Classroom Action Reseach). Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 83 Parepare. Teknik
pengumpulan data yaitu observasi, tes dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dianalisis secara kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa: Proses penerapan pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran dan hasil belajar siswa tentang simetri lipat dan putar bangun datar di kelas V SD
Negeri 83 Parepare.

Kata kunci: hasil belajar, simetri putar, pendekatan matematika realistik

Abstract
The research problem is the following: How to increase the activity of learning about symmetry
swivel and fold flat up approach through Realistic Mathematics in Elementary School fifth grade
and 83 Parepare How about improving student learning outcomes and fold rotational symmetry
up flat through realistic mathematical approach in class V SD Negeri 83 Pare-Pare. type of study
is a classroom action research (Classroom Action Reseach). The experiment was conducted in 83
primary school Pare-Pare. Data collection techniques of observation, tests and documentation.
Analysis of the data used in this study was analyzed qualitatively. Based on the results of this
study concluded that: The process of implementation of realistic mathematics approach can
improve the learning activities and outcomes of student learning about symmetry and swivel
folding up flat in fifth grade elementary school 83 Pare-Pare.

Keyword: learning outcomes, rotational symmetry, realistic mathematical approach

PENDAHULUAN Dewasa ini matematika sering


dipandang sebagai bahasa ilmu, alat
Aktualisasi proses pendidikan adalah komunikasi antara ilmu dan ilmuwan serta
melalui kegiatan pembelajaran di sekolah, merupakan alat analisis. Menurut Akib
pembelajaran tercipta dengan adanya interaksi (Ma’ruf, 2010), bahwa “matematika
bilateral antara guru dan siswa, yang merupakan salah satu ilmu dasar yang
melibatkan sumber belajar, untuk mencapai mempunyai peranan yang cukup besar, baik
tujuan tertentu. Sumber belajar yang dimaksud dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
adalah mata pelajaran yang bersumber pada pengembangan ilmu dan teknologi”.
kurikulum. Di mana dalam kurikulum, salah Matematika merupakan mata pelajaran
satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di SD yang melatih siswa untuk berpikir rasional,
adalah mata pelajaran matematika. logis, cermat, jujur dan sistematis. Pola pikir

Jurnal Publikasi Pendidikan 199


Publikasi, Volume II No. 3; Oktober-Januari 2012

yang demikian sebagai suatu yang perlu mereka termotivasi untuk terlibat dalam
dimiliki siswa sebagai bekal dalam kehidupan pembelajaran. Untuk mendukung proses
sehari-hari akan dapat membantu manusia pembelajaran yang mengaktifkan siswa
dalam memcahkan masalah-masalah kehidupan diperlakukan suatu pengembangan materi
dalam berbagai kebutuhan. pelajaran matematika yang difokuskan kepada
Pembelajaran matematika umumnya aplikasi dalam kehidupan sehari-hari (realistik)
digunakan untuk mengaplikasikan konsep dan dan disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa,
kurang mematimatisasi dunia nyata. serta penggunaan metode evaluasi yang
Kebanyakan proses pembelajaran yang terintengrasi pada proses pembelajaran.
digunakan oleh guru adalah pembelajaran
konvensional yakni ceramah, tanya jawab dan RUMUSAN MASALAH
pemberian tugas. Dalam hal ini, proses
pembelajaran lebih didominasi oleh guru. Berdasarkan uraian permasalahan
Suharta ( Nur wahida, 2009) me nyat proses dan hasil belajar di latar belakang, dapat
akan bahwa “salah satu faktor penyebab dirumuskan permasalahan penelitian sebagai
rendahnya pengertian siswa terhadap konsep- berikut:
konsep matematika adalah pola pembelajaran 1. Bagaimana meningkatkan aktivitas
yang dilaksanakan oleh guru”. proses pembelajaran tentang simetri
Oleh karena itu, pendekatan putar dan lipat bangun datar melalui
pembelajaran tersebut perlu segera dirubah. Pendekatan Matematika Realistik di
Bila dalam pembelajaran di kelas, pengalaman kelas V SD Negeri 83 Parepare?
siswa sehari-hari dijadikan inspirasi penemuan 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar
dan pengkonstruksian konsep siswa tentang simetri putar dan lipat
(pematimatisasian dan pengalaman sehari-hari) bangun datar melalui pendekatan
dan mengaplikasikan kembali ke dunia nyata matematika realistik di kelas V SD
maka anak akan mengerti konsep dan dapat Negeri 83 Parepare?
melihat manfaat matematika. Hal ini sejalan
dengan permasalahan yang akan dikembangkan KAJIAN PUSTAKA
dalam penelitian ini yakni bagaimana
mengimplementasikan pembelajaran 1. Pendekatan Matematika Realistik
matematika yang berorientasi pada pandangan a. Pengertian pendekatan matematika
realistik untuk meningkatkan kemampuan realistic
matematika siswa melalui Pendekatan Realistic mathematics education, yang
Matematika Realistik (PMR). diterjemahkan sebagai pendidikan matematika
Matematika adalah pemecahan masalah realistik (PMR) adalah sebuah pendekatan
karena itu, matematika sebaiknya diajarkan belajar matematika yang dikembangkan oleh
melalui berbagai masalah yang ada disekitar sekelompok ahli matematika dan Freundenthal
siswa dengan memperhatikan usia dan Institute, Utrecht University di negeri Belanda.
pengalamannya yang mungkin dimiliki siswa. Pendekatan ini didasarkan pada anggapan Hans
Matematika diperlukan dalam kehidupan Freudenthal bahwa matematika adalah kegiatan
sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia. Menurut pendekatan ini, kelas
manusia melalui pemecahan masalah-masalah matematika bukan tempat memindahkan
yang dapat diidentifikasikan. Oleh karena itu, matematika dari guru kepada siswa melainkan
pembelajarannya harus kontak dengan tempat siswa menemukan kembali ide dan
kehidupan nyata siswa. konsep matematika melalui eksplorasi
Melalui PMR yang pengajarannya masalah-masalah nyata. Di sini matematika
berangkat dari persoalan dalam dunia nyata, dilihat sebagai kegiatan manusia yang bermula
diharapkan pelajaran tersebut menjadi dari pemecahan masalah. Karena itu, siswa
bermakna bagi siswa. Dengan demikian tidak dipandang sebagai penerima pasif, tetapi

Jurnal Publikasi Pendidikan 200


Publikasi, Volume II No. 3; Oktober-Januari 2012

harus diberi kesempatan untuk menemukan tetapi juga masalah-masalah baru yang
kembali ide dan konsep matematika di bawah mungkin timbul. Dalam matematika horizontal,
bimbingan guru. (Yansen, 2001: 35) siswa menyelesaikan soal-soal dari dunia nyata
Proses penemuan kembali ini dengan cara mereka sendiri, dan menggunakan
dikembangkan melalui penjelajahan berbagai bahasa dan simbol mereka sendiri. Sedangkan
persoalan dunia nyata (Hadi, 2005). Di sini matematisasi vertikal adalah proses formalisasi
dunia nyata diartikan sebagai segala sesuatu konsep matematika. Dalam matematisasi
yang berada di luar matematika, seperti vertikal, siswa mencoba menyusun prosedur
kehidupan sehari-hari. Lingkungan sekitar umum yang dapat digunakan untuk
bahkan mata pelajaran lain pun dapat dianggap menyelesaikan soal-soal sejenis secara
sebagai dunia nyata. Dunia nyata digunakan langsung tanpa bantuan konteks. Matematisasi
sebagai titik awal pembelajaran matematika. horizontal berarti bergerak di dalam dunia
Untuk menekankan bahwa proses lebih penting simbol itu sendiri. Dengan kata lain
daripada hasil, dalam pendekatan realistik menghasilkan konsep, prinsip, atau model
digunakan istilah matematisasi, yaitu proses matematika dari masalah kontekstual sehari-
mematematikakan dunia nyata. Proses ini hari termasuk matematisasi horizontal.
digambarkan oleh de Lange (dalam Hadi, 2005) Sedangkan menghasilkan konsep, prinsip, atau
sebagai lingkaran yang tak berujung. model matematika dan matematika sendiri
Pendidikan Matematika Realistik (PMR) termasuk matematika vertikal.
mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan Pelajaran matematika dengan pendekatan
dengan realita dan matematika merupakan PMR bersifat integral. Artinya, pelajaran
aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus matematika dapat dihubungkan langsung
dekat dengan siswa dan relevan dengan dengan pelajaran lain. Pelajaran matematika
kehidupan sehari-hari. Matematika sebagai dengan pendekatan PMR menuntut logika atau
aktivitas manusia maksudnya, manusia harus penalaran yang sah. Artinya, siswa yang
diberikan kesempatan untuk menemukan berpikir dengan nalar yang tertata dalam
kembali ide dan konsep matematika. matematika, pada pelajaran lain pun proses
Pelajaran matematika dengan pendekatan penalarannya juga bagus. Sebaliknya, siswa
PMR sangat komprehensif. Artinya, penyajian yang pada pelajaran matematika berpikir
materi pelajaran selalu dihubungkan dengan dengan penalaran yang tidak tertata pada
materi lain. Ketika siswa mengerjakan suatu pelajaran lain pun cara berpikirnya sama.
soal, dia selalu berpikir tentang kaitan suatu
soal dengan soal yang sudah pernah dia b. Karakteristik pendekatan matematika
selesaikan, atau antara suatu meteri baru realistik
dengan materi lama yang pernah dia pelajari. Rahayu (2005) menjelaskan tentang
Dengan demikian, siswa yang sudah dapat karakterisitik pendekatan matematika realistik
mengerjakan suatu soal sebelumnya, besar adalah sebagai berikut:
kemungkinannya dapat mengerjakan soal yang 1) Masalah kontekstual yang realistik
sedang dihadapinya. Selanjutnya oleh Treffers (realistik contextual problems)
matematisasi dibedakan menjadi dua yaitu digunakan untuk memperkenalkan ide
matematisasi horizontal dan matematisasi dan konsep matematika kepada siswa.
vertikal. Kedua proses ini digambarkan oleh 2) Menemukan kembali ide konsep, dan
Gravenmeijer (Hadi, 2005) sebagai proses prinsip, atau model matematika melalui
penemuan kembali. pemecahan masalah kontekstual yang
Proses penemuan kembali yang realistik.
dimaksud oleh pendapat tersebut, yakni 3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan
menemukan formula penyelesaian masalah penyelesaian terhadap masalah
matematis, yang tidak hanya berguna dalam yangmereka temukan (yang biasanya
menyelesaikan permasalahan jangka pendek,

Jurnal Publikasi Pendidikan 201


Publikasi, Volume II No. 3; Oktober-Januari 2012

ada yang berbeda, baik cara (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka


menemukannya maupun hasilnya). tentang ide dan konsep matematika melalui
4) Siswa merefleksikan (memikirkan penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual).
kembali) apa yang telah dikerjakan dan
apa yang telah dihasilkan, baik hasil c. Kelebihan pendekatan matematika
kerja mandiri maupun hasil diskusi. realistik
5) Siswa di bantu untuk mengaitkan Kelebihan pembelajaran matematika
beberapa isi pelajaran matematika yang realistik menurut Hadi (2005) bahwa “dengan
memang ada hubungannya. pembelajaran matematika realistik, siswa dapat
6) Siswa diajak mengembangkan, melihat hubungan matematika dengan
memperluas, atau meningkatkan hasil- kehidupan sehari-hari atau dengan pelajaran
hasil dari pekerjaanya agar menemukan lain, inilah yang membuat pelajaran
konsep atau prinsip matematika yang matematika lebih bermakna”.
lebih rumit. Dari pendapat tersebut, peneliti dapat
7) Matematika dianggap sebagai kegiatan disimpulkan kelebihan pembelajaran
bukan sebagai produk jadi atau hasil matematika realistik sebagai berikut:
yang siap pakai. 1) Pelajaran matematika menjadi lebih
Beberapa hal yang perlu dicatat dari bermakna bagi siswa, sehingga lebih
karakteristik pendekatan matematika realistik mudah dipahami. Dimana pembelajaran
di atas adalah bahwa pembelajaran matematika matematika realistik siswa diberikan
realistik : sebuah masalah dari dunia nyata dan
1) termasuk ”cara belajar siswa aktif” diberi waktu untuk menyelesaikan
karena pembelajaran matematika masalah tersebut dengan cara dan
dilakukan melalui: ”belajar dengan bahasa serta simbol mereka sendiri.
mengerjakan”. Termasuk pembelajaran 2) Melatih siswa untuk berkomunikasi dan
yang berpusat pada siswa karena bekerja sama dengan temannya.
mereka memecahkan masalah dari Permasalahan yang diberikan
dunia mereka sesuai dengan potensi didiskusikan siswa dalam menentukan
mereka, sedangkan guru hanya berperan strategi pemecahan dan jawabannya.
sebagai fasilitator. Termasuk Dengan cara seperti ini siswa akan
pembelajaran dengan penemuan berinteraksi dengan temannya, bertukar
terbimbing karena siswa dikondisikan informasi dan pengalaman, serta
untuk menemukan atau menemukan berlatih mengkomunikasikan hasil
kembali konsep dan prinsip matematika. kerjanya kepada orang lain. Selain itu
2) Termasuk pembelajaran kontekstual siswa juga memperoleh pemahaman
karena titik awal pembelajaran visual bahwa pecahan dapat diperoleh
matematika adalah kontekstual, yaitu dengan membagi suatu benda utuh
masalah yang diambil dari dunia siswa. (keseluruhan) menjadi beberapa bagian.
termasuk pembelajaran konstruktivisme 3) Siswa dapat melihat hubungan
karena siswa diarahkan untuk matematika dengan kehidupan sehari-
menemukan sendiri pengetahuan hari. Pembelajaran matematika realistik,
matematika mereka dengan membimbing siswa untuk menemukan
memecahkan masalah dan diskusi. aturan umum untuk menyelesaikan
Dua catatan terkahir diatas masalah sejenis. Di sinilah siswa dapat
mengisyaratkan bahwa secara prinsip melihat hubungan matematika dengan
pendekatan matematika realistik merupakan kehidupan sehari-hari atau dengan
gabungan pendekatan konstruktivisme dan pelajaran lain. Inilah yang membuat
kontekstual dalam arti memberi kesempatan pelajaran matematika lebih bermakna.
kepada siswa untuk membentuk

Jurnal Publikasi Pendidikan 202


Publikasi, Volume II No. 3; Oktober-Januari 2012

d. Langkah-langkah pendekatan adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa


matematika realistik dalam mencapai tujuan pembelajaran,
Secara umum langkah-langkah sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-
Pembelajaran Mtematika Realistik menurut kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
Zulkardi (Aisyah 2007: 37) adalah: menerima pengalaman belajarnya. Dengan
1) Persiapan; selain menyiapkan masalah demikian hasil belajar dapat dilihat dari hasil
nyata, guru harus benar-benar yang dicapai siswa, baik hasil belajar (nilai),
memahami masalah dan memiliki peningkatan kemampuan berpikir dan
berbagai macam strategi yang mungkin memecahkan masalah perubahan tingkah laku
akan ditempuh siswa dalam atau kedewasaannya.
menyelesaikannya. Hasil belajar menurut Hamalik (2001:
2) Pembukaan; pada bagian ini siswa 31) bahwa: Hasil belajar adalah pola-pola
diperkenalkan dengan strategi perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap,
pembelajaran yang dipakai dan apersiasi, abilitas dan keterampilan yang
diperkenalkan kepada masalah dunia diterima oleh murid untuk member kepuasan
nyata. Kemudian siswa diminta untuk pada kebutuhannya yang berguna serta
memecahkan masalah tersebut dengan bermakna baginya yang dilengkapi dengan
cara mereka sendiri. serangkaian pengalaman serangkaian
3) Proses pembelajaran; siswa mencoba pengalaman yang dapat dipersamakan dengan
berbagai strategi untuk menyelesaikan pertimbangan yang baik.
masalah sesuai dengan pengalamannya, Sedangkan Gagne (Sri Anitah, 2007)
dapat dilakukan secara perorangan membagi kategori hasil belajar, yakni a)
maupun secara kelompok. Kemudian informasi verbal, b) keterampilan intelektual, c)
setiap siswa atau kelompok strategi kognitif, d) sikap, dan e) keterampilan
mempresentasekan hasil kerjanya motorik.
didepan kelas dan siswa atau kelompok Dalam sistem pendidikan nasional
lain kemudian kelompok lain rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan
memberikan tanggapan. Guru kurikuler maupun tujuan instruksional,
mengamati jalannya diskusi kelas dan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
memberi tanggapan sambil Bloom yang secara garis besar membaginya
mengarahkan siswa untuk menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah
mendapatkanstrategi terbaik serta afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif
menemukan aturan atau prinsip yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
bersifat lebih umum. terdiri atas enam aspek, yakni: pengetahuan
4) Penutup; setelah mencapai kesepakatan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
tentang strategi terbaik melalui diskusi sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama
kelas, siswa diajak menarik kesimpulan disebut kognitif tingkat rendah dan keempat
dari pelajaran saat itu. Pada akhir aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat
pelajaran siswa harus mengerjakan soal tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap
evaluasi dalam bentuk matematika yang terdiri atas lima aspek yakni penerimaan,
formal. jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan
2. Hasil Belajar dengan hasil belajar keterampilan dan
Pembelajaran merupakan suatu usaha kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah
dasar yang dilakukan oleh guru dengan tujuan psikomotorik, yakni gerakan refleks,
untuk membantu siswa agar dapat belajar keterampilan gerakan dasar, kemampuan
sesuai dengan kebutuhan dan minatnya, perseptual, keharmonisan atau ketetapan,
sehingga perubahan tingkah laku yang gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan
diharapkan dapat terwujud. Proses belajar

Jurnal Publikasi Pendidikan 203


Publikasi, Volume II No. 3; Oktober-Januari 2012

ekspresif dan interpretative (Sudjana, 1990: Taggar (Wardani, 2007) yang dimodifikasi
22). sesuai dengan kebutuhan. Alasannya karena
Pencapaian hasil belajar dipengaruhi penelitian ini dilakukan secara kolaboratif
oleh dua faktor yakni faktor dari luar dan faktor reflektif dalam situasi yang riil guna mencari
dari dalam. Arsyad (2002) mengemukakan dasar bagi kebutuhan praktis khususnya dalam
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD
hasil belajar yaitu : Negeri 83 Parepare.
a. Faktor yang berasal dari diri sendiri
(internal factor) yaitu: B. Setting Penelitian
1) Faktor jasmani baik yang bersifat Penelitian dilaksanakan di SD Negeri
bawaan maupun yang diperoleh. 83 Parepare. Dengan jangka waktu penelitian
2) Faktor psikologis terdiri dari direncanakan selama 3 (tiga) bulan. Lokasi
kecerdasan, bakat, sikap, kebiasaan dipenelitian tersebut dipilih dengan
minat, motivasi, emosi, dan pertimbangan bahwa lokasi tersebut hasil
penyesuaian diri. belajar matematika siswa relatif masih rendah,
3) Faktor kematangan fisik dan psikis. dan lokasi tersebut merupakan tempat mengajar
b. Faktor yang berasal dari luar diri (external peneliti sehingga mudah diakses sehingga
factor) dapat memanilisir kendala-kendala pelaksanaan
1) Faktor emosional yang terdiri atas penelitian.
lingkungan keluarga, lingkungan Sedangkan subjek penelitian adalah
sekolah, dan lingkungan masyarakat. guru dan siswa kelas V SD Negeri 83 Parepare,
2) Faktor adat istiadat yaitu adat kebiasaan dengan jumlah siswa 25 orang, terdiri dari 13
dan ilmu pengetahuan. orang laki-laki dan 12 orang perempuan.
3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas
rumah dan fassilitas belajar. C. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
Berdasarkan pendapat di atas maka Teknik yang digunakan peneliti untuk
dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mengumpulkan data penelitian untuk
mempengaruhi hasil belajar adalah faktor keperluan analisis data, teknik tersebut adalah:
internal dan faktor eksternal. Faktor internal 1. Observasi; Hasil pengamatan
adalah fisiologis dan psikologis, sedangkan dikumpulkan melalui lembar observasi,
faktor eksternal adalah lingkungan instrumental. baik pengamatan terhadap guru,
maupun terhadap siswa. Instrumen
METODE PENELITIAN yang digunakan untuk pengumpulan
data observasi adalah lembar observasi
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian guru dan siswa.
Penelitian menggunakan pendekatan 2. Tes; Tes/evaluasi dilakukan oleh
kualitatif yang berusaha mengkaji serta peneliti di akhir pelaksanaan
merefleksi secara kritis dan kolaboratif suatu pembelajaran siklus I. Tes dilakukan
implementasi pembelajaran khususnya untuk mengukur dan
terhadap (performance) guru dalam mengkualifikasikan peningkatan hasil
interaksinya dengan peserta didik dalam belajar siswa. Instrumen yang
konteks kondisi pembelajaran matematika. digunakan adalah lembar soal dan hasil
Oleh karena itu pendekatan penelitian yang pekerjaan siswa.
digunakan menekankan pada suatu kajian yang 3. Dokumentasi; Dokumentasi merupakan
benar-benar dari situasi alamiah kelas. kegiatan pendokumentasian data-data
Berdasarkan paradigma tersebut, maka yang mendukung pelaksanaan dan
jenis penelitian yang digunakan adalah perbaikan pelaksanaan penelitian, seperti
Penelitian Tindakan kelas (Classroom Action data keadaan awal guru dan data siswa,
Reseach), dengan mengembangkan model Mc. dan data pelaksanaan penelitian di tiap

Jurnal Publikasi Pendidikan 204


Publikasi, Volume II No. 3; Oktober-Januari 2012

siklus. Instrumen yang digunakan peneliti “baik”. Kualifikasi “baik” tersebut diperoleh
sebagai pengumpul data, dan kamera berdasarkan standar objektif (tidak subjektif)
untuk foto saat proses belajar mengajar yakni tabel keberhasilan, di mana di kelas
berlangsung di tiap siklus. terdapat minimal 70% siswa yang aktif atau
mencapai taraf keberhasilan 70% - 84%.
D. Teknik Analisis Data dan Indikator 2. Indikator Hasil
Keberhasilan Penelitian dianggap berhasil nilai rata-
Analisis data yang dilakukan dalam rata siswa kelas V tuntas mencapai KKM
penelitian ini adalah dianalisis secara kualitatif. sekolah yakni memperoleh nilai rata-rata 70
Prosedur analisis, yaitu: atau taraf keberhasilan 70% ke atas. Taraf
1. Observasi guru dan siswa yang tercatat keberhasilan nilai rata-rata 70% berdasarkan
dalam lembar observasi, dianalisis dan tabel keberhasilan dikualifikasikan “baik
hasilnya diarahkan dalam bentuk ( B)‟ .
persentase (%) untuk memudahkan
pengkualifikasian berdasarkan tabel HASIL PENELITIAN
keberhasilan.
2. Hasil belajar siswa, yaitu: nilai Pada siklus I pengamatan/observasi
tes/evaluasi, kemudian nilai tersebut terhadap aktivitas guru dan siswa, dijumpai
dibandingkan dengan nilai maksimal keadaan bahwa: Pada langkah persiapan, guru
dari tes yakni 100, sehingga diperoleh menanyakan masalah realistik yang dijumpai
persentase (%) taraf keberhasilan hasil siswa di lingkungannya, guru menjelaskan
belajar siswa kelas V. tentang konsep bangun datar dalam konteks
3. Hasil-hasil penelitian di atas dalam nyata yang ada di linkungan, tetapi guru belum
bentuk persentase (%) merupakan taraf memberikan kesempatan siswa bertanya
keberhasilan yang dapat tentang penjelasan guru; sehingga respon siswa
dikualifikasikan berdasarkan tabel berupa menyampaikan permasalahan nyata
tingkat keberhasilan penelitian yang dijumpai di lingkungan, menyimak
Berdasarkan fokus, rumusan masalah, penjelasan guru, dan tidak bertanya tentang
dan tujuan penelitian, yang pada hakikatnya penjelasan guru yang kurang dimengerti.
memperhatikan aspek proses pembelajaran dan Pada langkah pembukaan, guru
hasil belajar, maka untuk mengukur membagi siswa ke dalam 4 kelompok yang
keberhasilan kedua aspek tersebut dapat tidak berdasarkan ketuntasan belajar siswa,
ditentukan indikator penelitian,yang juga guru membagikan dan menjelaskan LKS, serta
mengarah kepada indikator proses dan tidak memberikan kesempatan siswa bertanya
indikator hasil. Kedua indikator tersebut, dapat tentang penjelasan LKS; sehingga siswa
dijelaskan sebagai berikut: merespon dengan membentuk kelompok tanpa
1. Indikator Proses berdasarkan ketuntasan, menyimak penjelasan
Terhadap aktivitas guru: penelitian LKS, dan tidak bertanya tentang penjelasan
dikatakan berhasil apabila aktivitas guru dalam LKS tersebut.
menerapkan langkah PMR dikualifikasikan Pada langkah proses pembelajaran, guru
“baik”. Kualifikasi “baik” tersebut diperoleh menjelaskan materi kesebangunan bangun
berdasarkan standar objektif (tidak subjektif) datar tanpa memberikan kesempatan siswa
yakni tabel keberhasilan, di mana guru bertanya, guru menginstruksikan diskusi
menerapkan minimal 70% langkah internal kelompok tetapi tidak mengunjungi
pembelajaran PMR atau mencapai taraf kelompok untuk memberikan bimbingan, dan
keberhasilan 70% - 84%. guru mengarahkan diskusi kelas; sehingga
Terhadap aktivitas siswa: penelitian respon yang ditunjukkan siswa adalah hanya
dikatakan berhasil apabila aktivitas siswa menyimak materi tanpa bertanya, melakukan
dalam merespon langkah PMR dikualifikasikan diskusi internal kelompok tanpa bimbingan

Jurnal Publikasi Pendidikan 205


Publikasi, Volume II No. 3; Oktober-Januari 2012

guru, dan menyampaikan hasil kelompoknya tentang penjelasan guru; sehingga respon siswa
melalui diskusi kelas di bawah arahan guru. berupa menyampaikan permasalahan nyata
Pada langkah penutup, guru yang dijumpai di lingkungan, menyimak
menyimpulkan materi kesebangunan bangun penjelasan guru, dan tidak bertanya tentang
datar tanpa menyertakan siswa dalam penjelasan guru yang kurang dimengerti.
menyimpulkan, dan guru memberikan tes hasil Pada langkah pembukaan, guru
belajar kepada siswa; sehingga siswa merespon membagi siswa ke dalam 4 kelompok yang
dengan menyimak kesimpulan saja tanpa ikut berdasarkan ketuntasan belajar siswa, guru
serta menyampaikan kesimpulannya, dan membagikan dan menjelaskan LKS, serta tidak
melaksanakan tes hasil belajar secara memberikan kesempatan siswa bertanya
perorangan. tentang penjelasan LKS; sehingga siswa
Pengolahan data observasi aktivitas merespon dengan membentuk kelompok
guru: dari observasi yang diuraikan di atas, berdasarkan ketuntasan, menyimak penjelasan
menunjukkan bahwa dari 4 langkah pendekatan LKS, dan tidak bertanya tentang penjelasan
matematika realistik, guru melaksanakan 2 LKS tersebut.
langkah atau 50% langkah pembelajaran Pada langkah proses pembelajaran, guru
dengan baik atau cukup baik. Taraf menjelaskan materi simetri lipat bangun datar
keberhasilan 50% berdasarkan tabel tanpa memberikan kesempatan siswa bertanya,
keberhasilan berada pada rentang tabel 45% - guru menginstruksikan diskusi internal
54% sehingga taraf keberhasilan aktivitas guru kelompok tetapi tidak mengunjungi kelompok
dikualifikasikan ”kurang”. untuk memberikan bimbingan, dan guru
Pengolahan data observasi aktivitas mengarahkan diskusi kelas; sehingga respon
siswa: dari observasi yang telah diuraikan, nilai yang ditunjukkan siswa adalah hanya
aktivitas siswa ditentukan yakni Baik (B) = 3, menyimak materi tanpa bertanya, melakukan
Cukup (C) = 2, dan Kurang (K) = 1, taraf diskusi internal kelompok tanpa bimbingan
keberhasilan aktivitas rata-rata siswa dalam guru, dan menyampaikan hasil kelompoknya
merespon langkah pendekatan matematika melalui diskusi kelas di bawah arahan guru.
realistik 53% dari nilai aktivitas tertinggi Pada langkah penutup, guru
yakni 12. Taraf keberhasilan 53% berdasarkan menyimpulkan materi kesebangunan bangun
tabel keberhasilan berada pada rentang tabel datar tanpa menyertakan siswa dalam
45% - 54% sehingga taraf keberhasilan menyimpulkan, dan guru memberikan tes hasil
aktivitas siswa dikualifikasikan ”kurang”. belajar kepada siswa; sehingga siswa merespon
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menyimak kesimpulan saja tanpa ikut
siswa yang tuntas (mendapat nilai 70 ke atas) serta menyampaikan kesimpulannya, dan
16% (4 orang) sementara siswa yang belum melaksanakan tes hasil belajar secara
tuntas 84% (21 orang). Nilai rata-rata siswa perorangan.
kelas V adalah 54,20, dengan taraf Pengolahan data observasi aktivitas
keberhasilan rata-rata 54%. Taraf keberhasilan guru menunjukkan bahwa dari 4 langkah
nilai rata-rata 54% sesuai tabel keberhasilan pendekatan matematika realistik, guru
berada pada rentang 46% – 54% , sehingga melaksanakan 3 langkah atau 75% langkah
dikualifikasikan “kurang‟ . pembelajaran dengan baik atau cukup baik.
Pada siklus II pengamatan/observasi Taraf keberhasilan 75% berdasarkan tabel
terhadap aktivitas guru dan siswa, dijumpai keberhasilan berada pada rentang tabel 70% -
keadaan bahwa: Pada langkah persiapan, guru 84% sehingga taraf keberhasilan aktivitas guru
menanyakan masalah realistik yang dijumpai dikualifikasikan ”baik”.
siswa di lingkungannya, guru menjelaskan Pengolahan data observasi aktivitas
tentang konsep bangun datar dalam konteks siswa: dari observasi yang telah diuraikan, nilai
nyata yang ada di lingkungan, tetapi guru aktivitas siswa ditentukan yakni Baik (B) = 3,
belum memberikan kesempatan siswa bertanya Cukup (C) = 2, dan Kurang (K) = 1, taraf

Jurnal Publikasi Pendidikan 206


Publikasi, Volume II No. 3; Oktober-Januari 2012

keberhasilan aktivitas rata-rata siswa dalam arahan guru.


merespon langkah pendekatan matematika Pada langkah penutup, guru
realistik 65% dari nilai aktivitas tertinggi menyimpulkan materi kesebangunan bangun
yakni 12. Taraf keberhasilan 65% berdasarkan datar dengan menyertakan siswa dalam
tabel keberhasilan berada pada rentang tabel menyimpulkan, dan guru memberikan tes hasil
55% - 69% sehingga taraf keberhasilan belajar kepada siswa; sehingga siswa merespon
aktivitas siswa dikualifikasikan ”cukup”. dengan menyimak kesimpulan dan ikut serta
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menyampaikan kesimpulannya, serta
iswa yang tuntas (mendapat nilai 70 ke atas) melaksanakan tes hasil belajar secara
32% (8 rang) sementara siswa yang belum perorangan.
tuntas 72% (17 orang). Nilai rata-rata siswa Pengolahan data observasi aktivitas
kelas IV adalah 64,80 atau 65%. Taraf guru: dari observasi yang diuraikan di atas,
keberhasilan 65% sesuai tabel keberhasilan menunjukkan bahwa dari 4 langkah pendekatan
berada pada rentang 55%-69%, sehingga matematika realistik, guru melaksanakan 4
dikualifikasikan “cukup‟ . langkah atau 100% langkah pembelajaran
Pada siklus III pengamatan/observasi dengan baik atau cukup baik. Taraf
terhadap aktivitas guru dan siswa, dijumpai keberhasilan 100% berdasarkan tabel
keadaan bahwa: Pada langkah persiapan, guru keberhasilan berada pada rentang tabel 85% -
menanyakan masalah realistik yang dijumpai 100% sehingga taraf keberhasilan aktivitas
siswa di lingkungannya, guru menjelaskan guru dikualifikasikan ”sangat baik”.
tentang konsep bangun datar dalam konteks Pengolahan data observasi aktivitas
nyata yang ada di lingkungan, dan guru siswa: dari observasi yang telah diuraikan, nilai
memberikan kesempatan siswa bertanya aktivitas siswa ditentukan yakni Baik (B) = 3,
tentang penjelasan guru; sehingga respon siswa Cukup (C) = 2, dan Kurang (K) = 1, taraf
berupa menyampaikan permasalahan nyata keberhasilan aktivitas rata-rata siswa dalam
yang dijumpai di lingkungan, menyimak merespon langkah pendekatan matematika
penjelasan guru, dan bertanya tentang realistik 80% dari nilai aktivitas tertinggi
penjelasan guru yang kurang dimengerti. yakni 12. Taraf keberhasilan 80% berdasarkan
Pada langkah pembukaan, guru tabel keberhasilan berada pada rentang tabel
membagi siswa ke dalam 5 kelompok yang 70% - 84% sehingga taraf keberhasilan
berdasarkan ketuntasan belajar siswa, guru aktivitas siswa dikualifikasikan ”baik”.
membagikan dan menjelaskan LKS, serta Hasil penelitian menunjukkan bahwa
memberikan kesempatan siswa bertanya siswa yang tuntas (mendapat nilai 70 ke atas)
tentang penjelasan LKS; sehingga siswa 100% (25 orang). Nilai rata-rata siswa kelas V
merespon dengan membentuk kelompok adalah 75,20 atau 75%. Taraf keberhasilan nilai
berdasarkan ketuntasan, menyimak penjelasan rata-rata 75% sesuai tabel keberhasilan berada
LKS, dan bertanya tentang penjelasan LKS pada rentang 70%-84%, sehingga
tersebut. Pada langkah proses pembelajaran, dikualifikasikan “baik”.
guru menjelaskan materi simetri putar bangun
datar dan memberikan kesempatan siswa KESIMPULAN DAN SARAN
bertanya, guru menginstruksikan diskusi
internal kelompok dan mengunjungi kelompok A. Kesimpulan
untuk memberikan bimbingan, dan guru Berdasarkan hasil penelitian tersebut
mengarahkan diskusi kelas; sehingga respon dapat disimpulkan bahwa: Proses penerapan
yang ditunjukkan siswa adalah hanya pendekatan matematika realistik dapat
menyimak materi dan bertanya, melakukan meningkatkan aktivitas pembelajaran dan hasil
diskusi internal kelompok di bawah arahan dan belajar siswa tentang simetri lipat dan putar
bimbingan guru, serta menyampaikan hasil bangun datar di kelas V SD Negeri 83
kelompoknya melalui diskusi kelas di bawah Parepare.

Jurnal Publikasi Pendidikan 207


Publikasi, Volume II No. 3; Oktober-Januari 2012

Muhsetyo, Gatot. 2007. Pembelajaran


B. Saran Matematika SD. Jakarta: Universitas
Berdasarkan kesimpulan penelitian di Terbuka.
atas, dapat diajukan saran antara lain: bagi Romberg, T.A. 2001. Problematic Features of
praktisi (guru), agar para guru dapat the School Mathematics Curriculum,in
menerapkan pendekatan matematika realistik J. Philip (Ed.). Handbook of Research
dalam pembelajaran simetri lipat dan putar on Curriculum. New York: A Project of
bangun datar; bagi peneliti selanjutnya, data American Educational Research
dianalisis berdasarkan tabel keberhasilan Association.
sehingga objektif.
Sanggar Matematika, 2008. Metode Penelitian
Matematika Realistik. http://
DAFTAR PUSTAKA strukturaljabar.blogspot.com (diakses
10 Juli 2010).
Aisyah, 2007. Pengembangan Pembelajaran
Matematika SD. Jakarta : Direktorat Sinring, Abdullah, dkk. 2012. Pedoman
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Penelitian Skripsi Program S-1
Pendidikan Nasional. Fakultas Ilmu Pendidikan UNM.
Makassar: FIP UNM.
Anitah, Sri. 2007. Strategi Pembelajaran di SD.
Jakarta: Universitas Terbuka. Sri Rahayu, 2005. Pembelajaran Matematika
dengan Pendekatan PMRI Memang
Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar
Beda. Buletin PMRI Pendidikan
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Matematika Realistik Indonesia, Edisi
Aksara. Depdiknas. 2006. Materi Sosialisasi Keenam-Februari 2005.
dan Pelatihan Kurikulum Tingkat
Sudjana, N. 1990. Dasar-dasar Proses Belajar
Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Mengajar. Bandung: PT. Sinar Baru
Depdiknas.
Algensindo.
Fajariyah Nur. 2008. Cerdas Berhitung
Suharto Hadi, 2005. Pendahuluan ke
Matematika untuk SD/MI Kelas V.
Pemahaman Pecahan.Buletin PMRI
Pusat Pebukuan Departemen
Pendidikan Matematika Realistik
Pendidikan Nasional.
Indonesia, Edisi Keenam-Februari 2005.
Hamalik. O. 2001. Kurikulum Dan
Soenarjo, R.J. 2007. Matematika 5. Jakarta:
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Pusat Pembukuan Departemen
Hasan Alwi, dkk. 2002. Kamus Besar Bahasa Pendidikan Nasional.
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran
Marpaung, Yansen. 2001. Prospek RME untuk Matematika Realistik. Jakarta:
Pembelajaran Matematika Indonesia, Depdiknas Direktorat Jenderal
Makalah disampaikan dalam seminar Pendidikan Tinggi Direktorat
nasional Realistik Mathematics Ketenagaan.
Education (RME), Jurusan Matematika
Wardani, I.G.K. 2007. Penelitian Tindakan
FMIPA UNESA
Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Ma’ruf, 2010 Matematika Dasar


http://pustakaskripsi.com (diakses 15
Agustus 2010).

Jurnal Publikasi Pendidikan 208

Anda mungkin juga menyukai