Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN

Pengetahuan tentang belajar lazimnya diperoleh dengan mengamati


tingkah laku seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu tugas belajar,
pengamatan tersebut dilakukan berulang kali pada kondisi tertentu. Dari hasil
pengamatan tersebut dihasilkan prinsip-prinsip belajar yang dapat diuji.
Prinsip – prinsip ini melahirkan sekumpulan pengetahuan tentang belajar
yang terus meningkat baik kedalamnya maupun ketelitiannya. Dari prinsp-prinsip
yang diperoleh dengan cara demikian dapat disusun suatu teori belajar. Karena
situasi belajar mengajar dikelas itu beraneka ragam.
Belajar itu merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk
mengubah tingkah lakunya cukup cepat dan perubahan tersebut bersifat relatif
tetap, sehingga perubahan serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap
menghadapi situasi yang baru (Gagne, 1975).
Belajar merupakan inti dari kegiatan disekolah. Dalam kegiatan
pembelajaran guru dihadapkan pada siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Guru berkewajiban untuk membantu mengatasi dengan cara memberikan
bimbingan sesuai dengan kesulitan yang dialami siswa.
Permasalahan yang akan penulis kembangkan dalam penelitian ini adalah
bagaimana mengimplementasikan pembelajaran matematika yang berorientasi
pada pandangan realistik untuk meningkatkan kemampuan matematika siswa
melalui Pendidikan Matematika Realistik (PMR).
2

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Pendidikan Matematika Realistik (PMR) mengatakan bahwa matematika


harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini
berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan sehari-
hari. Matematika sebagai aktivitas manusia maksudnya, manusia harus diberikan
kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika.
Menurut Treffers (1991) ada dua jenis matematisasi yaitu matematisasi
horisontal dan matematisasi vertikal. Dalam matematisasi horisontal siswa
menggunakan matematika untuk mengorganisasikan dan menyelesaikan masalah
yang ada pada situasi nyata. Contoh matematisasi horisontal adalah
pengidentifikasian, perumusan dan pemvisualisasi masalah dalam cara-cara yang
berbeda, merumuskan masalah dalam kehidupan sehari-hari ke dalam bentuk
matematika. Sedangkan matematisasi vertikal berkaitan dengan proses
pengorganisasian kembali pengetahuan yang telah diperoleh dalam simbol-simbol
matematika yang lebih abstrak.
Dalam RME kedua matematisasi horisontal dan vertikal digunakan dalam
proses belajar mengajar. Treffers (1991) mengklasifikasikan empat pendekatan
pembelajaran matematika yaitu: mekanistik, emperistik, strukturalis, dan realistik.
Mekanistik lebih memfokuskan pada drill, emperistik lebih memfokuskan
matematisasi horisontal, strukturalis lebih menekankan pada matematisasi
horisontal dan vertikal, dan disampaikan secara terpadu pada siswa.
Berikut ini adalah hasil penelitian yang relevan dengan PMR. Berdasarkan
hasil penelitian Ashlock (1994) menunjukkan terdapat beberapa pola kesalahan
menentukan relasi antara dua pecahan, dan juga pola kesalahan penjumlahan
pecahan.
Hasil penelitian Fauzan Ahmad terhadap kelas IV SD yang diajar
menggunakan perangkat pembelajaran RME mempunyai kemampuan yang lebih
baik dalam memecahkan contextual problem topik "luas dan keliling"
3

dibandingkan dengan siswa kelas V yang diajar dengan metode tradisional.


(Fauzan Ahmad, 2001)
Dari hasil penelitian Nurhaiki (2002) menunjukkan bahwa dengan
menggunakan perangkat pembelajaran PMR dapat meningkatkan minat siswa
belajar matematika, hal ini dapat dilihat dari sikap siswa selama mengikuti
pelajaran matematika. kehidupan siswa sehari-hari yaitu buah timun yang mudah
diiris. Selain benda-benda nyata juga disiapkan model-model dari kertas
berwama-warni yang berbentuk lingkaran, segitiga, persegi dan persegi panjang.
Dengan menggunakan alat peraga ini akan disusun suatu permainan menggunting
dan menempel sehingga siswa akan memahami konsep pecahan, pecahan bernilai
sama, pecahan yang lebih besar atau lebih kecil. Pelajaran dilanjutkan dengan
menggunakan model dan menggunakan garis bilangan. Setiap akhir kegiatan
siswa diberi soal tes untuk mengukur seberapa jauh penguasaan siswa.
Dengan mendapatkan pengalaman belajar langsung diharapkan siswa
dapat mentransfer hasil belajarnya ke dalam situasi yang abstrak. Secara
keseluruhan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk pengajaran serupa.
4

BAB III
PERENCANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Identifikasi Masalah
Pokok bahasan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah pecahan
yang diajarkan di kelas III. Berdasarkan hasil pengamatan dengan teman sejawat
tentang kesalahan yang dilakukan siswa, siswa sering melakukan kesalahan pada
waktu membandingkan pecahan misalnya untuk pecahan yang pembilangnya
sama penyebutnya berbeda, siswa mengatakan pecahan yang penyebutnya lebih
besar adalah yang lebih besar, contohnya seperempat lebih dari sepertiga.
Kesalahan lain yaitu pada waktu menjumlahkan pecahan, pembilang ditambah
pembilang penyebut ditambah dengan penyebut. Kesalahan ini sering kali terbawa
siswa sampai tingkat yang lebih tinggi. Untuk mengajarkan pecahan guru
mengajar dengan cara mengikuti langkah-langkah yang ada pada buku paket yang
digunakan, pengenalan pecahan dengan menggunakan gambar-gambar yang ada
pada buku paket, untuk menyatakan pecahan yang benilai sama digunakan aturan
kalikan pembilang dan penyebut dengan bilangan yang sama. Pada waktu guru
bertanya pada siswa, "Apakah kalian sudah mengerti?", siswa biasanya raenjawab
"Sudah!". Tetapi pada waktu guru menanyakan pada siswa bagaimana
menunjukkan bahwa siswa menunjukkan setengah sama dua perempat siswa
menjadi bingung.
Dari ilustrasi ini menunjukkan bahwa siswa mendapatkan pemahaman
pecahan tidak secara konseptual tetapi secara prosedural. Siswa hanya bisa
menyatakan pecahan yang pembilangnya sama yang penyebutnya lebih besar
berarti pecahan tersebut nilainya lebih kecil tetapi tidak dapat mengatakan
alasannya atau memberi contoh. Demikian juga untuk menjumlahkan pecahan,
penyebutnya harus disamakan, kemudian pembilangnya dijumlahkan tanpa
memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan sendiri aturannya.
Dalam salah satu bukunya Mitzel mengatakan bahwa hasil belajar siswa
secara langsung dipengaruhi oleh pengalaman siswa dan faktor internal. Bila guru
memberikan pengalaman yang bennakna bagi siswa, maka siswa akan
5

mendapatkan suatu pengertian. Mengembangkan suatu pengertian merupakan


tujuan pengajaran matematika. (Mitzel, 1982)
Sebelum masuk sekolah, pada umumnya siswa telah mengenal ide-ide
matematika. Melalui pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari mereka
mengembangkan ide-ide yang lebih kompleks, misalnya tentang bilangan, pola
bentuk, ukuran dan sebagainya. Pembelajaran di sekolah akan menjadi lebih
bermakna apabila guru mengkaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh
siswa. Misalnya pemahaman pecahan, siswa mendapatkan pengalaman berbagi
kue dengan saudaranya.
Pembelajaran dengan PMR memberikan kesempatan pada siswa untuk
menemukan kembali dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika berdasarkan
masalah realistik yang diberikan oleh guru. Situasi realistik dalam belajar
memungkinkan siswa menggunakan pengetahuan informal mereka untuk
menyelesaikan masalah.
Pembelajaran ini pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di
Belanda pada tahun 1970. Teori ini mengacu pada asumsi bahwa matematika
harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia.
Berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan situasi sehari-
hari. Selain itu, anak harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali dan
mengkonstruksikan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa.
(Gravemeijer, 1994)
Dari pendapat para ahli ini dapat menepis anggapan bahwa untuk
mengajarkan matematika dengan baik memerlukan biaya yang mahal, padahal
apabila guru dapat mengoptimalkan pengalaman belajar yang dimiliki siswa dan
kehidupan sehari-hari, diharapkan siswa dapat memperoleh transfer belajar yang
lebih baik. Matematika realistik ini tidak hanya dapat digunakan di kota-kota
besar saja tetapi juga dapat diajarkan di tempat-tempat terpencil.
Dari uraian di atas maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian
Tindakan kelas ini dengan judul "Penerapan Pendidikan Matematika Realistik
pada Pokok Bahasan Pecahan Bagi Siswa Kelas III SDN 1 Gendoh Kecamatan
Sempu Kabupaten Banyuwangi"
6

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang disajikan di atas, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1) Bagaimana penerapan model pengajaran matematika realistik untuk
pokok bahasan pecahan bagi siswa kelas III SDN 1 Gendoh
Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi.
2) Sejauhmana penggunaan model pembelajaran matematika yang
berorientasi pada pendekatan realistik dapat meningkatkan
pemahaman pecahan bagi siswa kelas III SDN 1 Gendoh Kecamatan
Sempu Kabupaten Banyuwangi.

C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka penulis merumuskan tujuan penelitian
ini sebagai berikut:
1) Menerapkan pembelajaran matematika yang berorientasi pada
pendekatan realistik untuk pokok bahasan pecahan di kelas III SDN
1 Gendoh Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi
2) Ingin mengetahui sejauhmana penerapan pembelajaran matematika
yang berorientasi pada pendekatan realistik dapat meningkatkan
pemahaman matematika siswa khususnya untuk pokok bahasan
pecahan di kelas III SDN 1 Gendoh Kecamatan Sempu Kabupaten
Banyuwangi

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk berbagai pihak
yang terkait. Secara khusus penelitian ini dapat berguna untuk pihak-pihak
sebagai berikut:
1) Bagi Pengembangan ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bacaan dan pedoman bagi penelitian
selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan lebih lanjut sehingga dapat
menemukan hal-hal yang baru.
7

2) Bagi Lembaga Pendidikan


Penelitian ini dapat berguna bagi sekolah tempat penelitian sebagai berikut:
 Memberikan wawasan kepada guru bagaimana mengembangkan model
pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasaan matematika siswa.
 Dari hasil penelitian ini dapat dikembangkan bentuk pengabdian pada
masyarakat terhadap guru, terutama guru SDN 1 Gendoh bagaimana
mengajarkan matematika dengan menggunakan pendekatan PMR, yang
sesuai dengan kurikulum yang sedang dikembangkan sekarang yaitu
kurikulum kompetensi

3) Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini maka penulis memperoleh pengalaman
mengembangkan model pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan latar
belakang pengalaman realistik yang dimiliki siswa.
8

BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Penelitian : Di kelas III
Tempat : SDN 1 Gendoh, Kecamatan Sempu
Mata pelajaran : Matematika
Jumlah siswa : 28 siswa terdiri dari 14 laki-laki dan 14 perempuan
Tempat duduk : 1 bangku 2 orang

Jadwal perbaikan per silkus mata pelajaran Matematika.


No Tanggal Pelaksanaan Mata pelajaran Siklus Keterangan
1. 06 Mei 2008 Matematika I Eksak
2. 02 Juni 2008 Matematika II Eksak

B. Prosedur Kerja dalam Penelitian Tindakan


Prosedur kerja dalam penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua
siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap kegiatan yaitu:
Siklus I
1) Penyusunan Rencana Tindakan I
Pada tahap ini guru menyusun rencana pembelajaran berdasarkan pokok bahasan
yang akan diajarkan meliputi merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun
langkah-langkah pembelajaran, merencanakan alat peraga apa yang sesuai dengan
pokok bahasan yang akan diajarkan serta menyusun alat evaluasi yang sesuai
dengan tujuan.
2) Pemberian Tindakan 1
Guru melaksanakan pengajaran dengan menggunakan alat peraga sesuai
dengan rencana yang telah disepakati. Siswa dibentuk kelompok-ketompok kecil
yang masing-masing kelompok diberi sekumpulan alat peraga yang berupa kertas
yang dipotong sesuai dengan pola yang ada kemudian ditempelkan pada
selembar kertas, sedemikian sehingga siswa mendapat pemahaman sendiri
9

tentang konsep pecahan, pecahan senilai dengan menggunakan alat peraga


yang telah diadakan. Setelah selesai dengan kegiatan 1, guru mengganti alat
peraganya dengan alai peraga Iain berupa model pecahan berbentuk lingkaran,
persegi panjang, kemudian guru memberikan pertanyaan dan tugas-tugas yang
serupa dengan kegiatan pertama. Adapun pertanyaan yang diajukan misalnya jika
ayah membagi buah untuk kamu dan adikmu masing-masing mendapat bagian
yang sama, berapa bagian masing - masing? Siswa diminta membagi buah timun
atau benda-benda yang lain dengan leman-temannya. Untuk pertanyaan-pertanyaan
awal guru mengkaitkan dengan pengalaman nyata yang pernah dimiliki siswa.
Kegiatan berikutnya melakukan kegiatan bagaimana menuliskan lambang
pecahan dengan menggunakan model atau permainan kemudian dengan
menggunakan garis bilangan.
3) Melakukan Pengamatan
Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan observasi dan
mencatat kejadian-kejadian yang terjadi yang nantinya dapat bemnanfaat untuk
pengambilan keputusan apakah guru dapat menggunakan kali mat dengan tepat atau
perlu diadakan perbaikan. Apakah tugas-tugas dan pertanyaan yang
diajukan guru sudah mencerminkan pcmbelajaran realistik dan Iain-lain.
4) Refleksi
Dari hasil observasi, dilakukan analisis pada tindakan I kemudian dilanjutkan
dengan refleksi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan bersama-
sama ini, dipertimbangkan apakah perlu dilakukan tindakan II terhadap
permasalahan-permasalahan yang masih ada.

Siklus II
1). Penyusunan Rencana Tindakan II
Rencana tindakan II disusun berdasarkan hasil analisis dan refleksi selama tahap
pertama dilaksanakan
2) Pemberian Tindakan II
10

Tindakan II ini dilakukan apabila masih terdapat permasalahan-permasalahan


yang lain yang terjadi pada tahap pertama. Dalam tindakan ini diharapkan
permasalahan-permasalahan yang terjadi pada guru dan siswa dapat diatasi.
3) Melakukan Observasi
Peneliti mengamati dan membuat catatan-catatan sebagaimana pada tahap
pertama berlangsung.
4) Refleksi
Pada akhir tindakan II peneiiti meiakukan analisis dan refleksi terhadap kegiatan
yang dilakukan. Dari hasil analisis dan refleksi tersebut maka peneliti menarik
kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan yang dilakukan pada tahap kedua.

C. Hal-hal yang Unik


Ada ha-hal unik muncul pada saat pelaksanaan perbaikan pembelajaran
dilaksanakan antara lain:
1. Perubahan suasana kelas dari yang biasanya agak ramai menjadi tenang
karena perhatian siswa tertuju kepada kehadiran teman sejawat yang
duduk dibangku kelas.
2. Siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran ini karena mereka
melaporkan kegiatan yang mereka alami di lingkungan rumah.
11

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I
Persiapan Penelitian
Sebelum membuat persiapan pembelajaran, terlebih dahulu guru
diperkenalkan mengenai apa yang dimaksud dengan Pendidikan Matematika
Realistik (PMR). Secara bersania-sama guru dan peneliti membuat rencana
pembelajaran meliputi merumuskan tujuan, mempersiapkan alat peraga berupa
benda kongkrit yaitu mentimun, alat peraga untuk mengenalkan pecahan berupa
lingkaran dan persegi panjang, mempersiapkan Iangkah-langkah pembelajaran,
Jan tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa.
Sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti melakukan observasi di
kelas pada waktu guru mengajar matematika.. Hal ini dilakukan untuk lebih
mengakrabkan diri dengan siswa. Ternyata tidak merasa asing dengan peneliti
karena selain sering bertemu dengan siswa peneliti juga merupakan salah satu
guru di SDN 1 Gendoh Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi. Tugas-tugas
yang diberikan pada siswa dapat berupa tugas kelompok maupun perorangan.

Pelaksanaan Tindakan
Tindakan ini dilakukan berdasarkan permasalahan yang sering terjadi pada
siswa-siswi SDN 1 Gendoh, antara lain sebagai berikut:
2). Siswa salah memahami konsep pecahan merupakan bagian keseluruhan,
dimana seharusnya keseluruhan dibagi menjadi bagian-bagian yang sama.
Seperti contoh suaru benda dibagi 3 yang tidak sama, tetapi siswa
mengatakan masing-masmg sepertiga.
3). Kesalahan lain menentukan relasi antara dua pecahan, misalnya sepertiga
lebih besar dari setengah.
Pelaksanaan tindakan I, peneliti lakukan sebanyak 6 kali pertemuan sebagai
berikut:
Pertemuan I
12

1). Sebagai apersepsi guru menanyakan pada siswa, apakah kamu pernah
berbagi kue dengan adikmu, supaya adil bagaimana cara kamu membagi?
Berapa bagian untuk kamu dan berapa bagian untuk adik kamu?
2). Guru mengambil sebuah mcntimun, membaginya menjadi 2 bagian yang
sama lalu bertanya kepada siswa, berapa bagian masing-masing? Ada siswa
yang menjawab separo, setengah, dan seperdua. Guru mengatakan bahwa
semuanya benar. Pada saat siswa. diminta untuk menuliskan pecahan
setengah, ada salah satu siswa yang mcnulis dengan benar. Guru mengambil
mentimun lagi untuk menunjukkan sepertiga, dan seperempat, juga
lambangnya.
3). Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil masing-masing.
kelompok ± 4-5 siswa. Masing-masing kelompok mendapat satu Iembar
kertas manila berwarna untuk menempel, dan kertas berwarna lain yang
telah ditandai untuk dipotong. Masing-masing kelompok mendapatkan
bentuk tertentu. Ada yang berbentuk lingkaran, persegi, persegi panjang,
segitiga sama sisi, belah ketupat, dengan warna yang berbeda dengan kertas
manila yang dipakai untuk menempel. Masing-masing kelompok rnendapat
tugas menggunting sesuai dengan pola yang ada, kemudian
menempelkannya pada kertas manila dan menuliskan satu bagian dari
potongan kertas tersebut. Supaya tidak menimbulkan kesalahan pada siswa,
pada waktu menempelkan pecahan-pea.han tersebut satu-satuan juga tetap
ditempelkan juga.
4). Semua hasil pekerjaan siswa ditempel di papan tulis. Sccara bergantian
siswa ke depan untuk menunjukkan pecahan yang diminta guru. Siswa
diminta memberi alasan atas jawaban mereka.
Pertemuan 2
1). Siswa diajak mengulang'' kembali dengan menunjukkan pecahan yang
pembilangnya 1, kemudian dilanjutkan dengan pecahan yang
pembilangnya bukan 1, dengan menggunakan mentimun. Mentimun dibagi
menjadi 4 bagian yang sama besar, 1 bagian menunjukkan pecahan berapa?
Kalau 2 bagian menunjukkan berapa? Bagaimana kalau 3 bagian? Guru
13

menuliskan pecahan yang telah ditunjukkan siswa, kemudian mengenalkan


istilah pembilang dan penyebut.
2) Dengan menggunakan potongan kertas yang telah ditempel guru
menunjukkan pecahan-pcahan yang pembilangnya tidak hanya satu saja
yaitu dengan cara mengarsir bagian-bagian yang sesuai dengan pecahan
tersebut
3) Dengan hasil siswa tersebut guru juga menunjukkan pecahan-pecahan
dengan satuan yang berbeda bentuknya.
4) Pada akhir kegiatan siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan guru
yaitu menentukan pecahan yang mcnunjukkan soal-soal yang diarsir, dan
mewarnai iaerah yang menunjukkan pecahan yang tertulis di bawah gambar
yang disediakan.
Pertemuan 3
1) Sebagai bahai pelajaran guru menanyakan lagi pecahan yang ditunjukkan oleh
oagian-bagian dengan menggunakan gambar. Kemudian mengulang lagi
apakah siswa dapat menyebutkan pembilang dan penyebut dari suatu pecahan
2) Untuk lebibh mengetahui pemahaman siswa terhadap pecahan, guru
menunjukkan gambar sebagai berikut:

Apakah masing-masing menunjukkan sepertiga, siswa diminta memberikan alasan


kenapa masing-masing tidak menunjukkan sepertiga.
3) Guru meminta siswa menunjukkan pecahan sepertiga dengan cara mengarsir
gambar yang ada di papan tulis.
14

4) Siswa dibagi menjadi kelompok-kclompok keoil, masing-masing terdiri dari


4-5 siswa. Masing-masing keiompok diberi alat pemga berupa lingkaran
pecahan. Guru meminta siswa menunjukkan bilangan yang disebutkan guru
dengan mengacungkan bagian dari pecahan tersebut dan menyebutkan
warnanya.

5) Dengan menggunakan alat peraga, siswa diminta menunjukkan pecahan yang


pembilangnya bukan satu.
6) Guru menuliskan pasangan-pasangan bilangan pecahan di papan tulis, siswa
diminta untuk menunjukkan mana yang lebih besar dan mana yang lebih kecil
Siswa diminta mengerjakan soal-soal mencntukan relasi antara dua pecahan,
siswa dapat menggunakan alat peraga lingkaran pecahan.

7) Pada akhir kegiatan siswa mengerjakan soal-soal mencntukan reiasi antara dua
pecahan dengan menggunakan gambar yang telah dilaksanakan.

Pertemuan 4
1) Dengan menggunakan model pecahan yang dibuat siswa, guru menanyakan
pada siswa pecahan yang ditunjukkan oleh guru. Dengan menggunakan model
tersebut siswa diminta menunjukkan relasi lebih besar (>), lebih kecil (<), atau
sama dengan (=), antara dua pecahan.
2) Siswa dibagi menjadi kelomjxik-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa.
Masing-masing kelompok diberi seperangkat alat peraga berupa persegi
panjang yang dapat disusun sebagai berikut:
15

1
1 1
2 2

1/3 1/3 1/3

1/4 1/4 1/4 1/4

1/5 1/5 1/5 1/5 1/5

1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6

1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10

1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12

3) Dengan menggunakan fraction strips siswa diminta menunjukkan satu dari


pecahan yang pembilangnya 1 yaitu 1 , 1/3, 3 dan seterusnya. Kemudian
2 4
diminta menunjukkan pecahan yang pembilangnya bukan satu.
4) Dari model pecahan yang berupa fraction strips guru mentransfernya dengan
menempelkan. gambar garis bilangan di papan tulis, mengajak siswa.
mengkorespondensikan titik pada garis bilangan dengan bilangan yang sesuai.
5) Pada akhir pembelajaran siswa diminta melengkapi garis bilangan dengan
menuliskan bilangan pada tempat-tempat yang dikosongkan.
6) Dengan menggunakan garis bilangan yang telah dibuat, siswa diminta
menentukan relasi >, <, atau antara 2 pecahan
7) Sebagai tugas untuk dikerjakan di rumah, siswa diberi PR melengkapi garis
bilangan dengan penyebut 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, dan 12.
Pertemuan 5
1) Siswa menunjukkan PR kepada guru untuk diperiksa, peneliti membantu guru
untuk meneliti pekerjaan siswa tersebut
2) Pada waktu peneliti memeriksa pekerjaan siswa, guru memasang kertas
manila yang menggambarkan garis bilangan.
3) Guru menuliskan di papan tulis pasangan-pasangan pecahan. Secara
bergantian siswa diminta menentukan relasi antara 2 pecahan dan diminta
alasannya.
16

4) Pada akhir pembelajaran siswa diminta menentukan relasi antara dua


bilangan dengan menggunakan garis bilangan

Hasil Pengamatan Pertemuan I


1). Pada saat guru mengambil dan mernotong buah mentimun menjadi 2 bagian
yang kemudian mengajukan pertanyaan kepada siswa, berapa bagian
masing-masing buah yang dipotong. Banyak siswa yang berebutan untuk
menjawab. Dari mereka ada yang menjawab separo, setengah dan seperdua.
Begitulah pula halnya pada saat guru meminta untuk menuliskannya di
papan tulis.
2). Pada saat siswa menggunting kertas yang kemudian diminta untuk
menempelkan pada kertas manila dengam lem, ada kelompok yang
menyusun kembali dengan cepat dan ada pula yang bingung menyusun
menjadi bangun seperti semula. Namun pada akhir pembelajaran semua
kelompok dapat menyelesaikan dengan baik.
3). Setelah hasil karya siswa terscbut ditempe! di papan tulis semua siswa
bergerombol di depan papan tulis untuk melihat hasil karya mereka.
4). Selama kegiatan pembelajaran ini berlangsung nampak siswa berperan aktif
dan bersemangat mengerjakan semua kegiatan pcmbelajaran ini.
Pertemuan 2
1) Pada waktu guru menanyakan pecahan yang ditunjukkan oleh gambar dan
menuliskannya di papan tulis, siswa yang ditunjuk secara acak dapat
menuliskannya dengan benar
2) Siswa mewamai gambar yang menunjukkan pecahan dengan wama-wama
yang disenangi oleh siswa
3) Untuk mcngambarkan pecahan yang diminta siswa mewamai daerah yang
diminta dengan warn a yang tidak sama.
Pertemuan 3
1) Pada saat siswa diminta menunjukkan pecahan yang disebutkan oleh guru
dengan menggunakan fraction strips, siswa yang salah cepat ketahuan
karena wama yang ditunjukkan tidak sama
17

2) Pada saat siswa diminta untuk menentukan relasi dua pecahan, siswa yang
menyusun pecahan-pecahan tersebut dengan daerah linkaran dapat
menjawab dengan cepat. Hal ini berbeda dengan kelompok siswa yang
tidak menyusunnya menjadi lingkaran.
3) Pada saat diminta menentukan relasi antara dua pecahan dengan gambar
yang disediakan ada siswa yang melakukan kesalahan
Pertemuan 4
1) Dengan menggunakan fraction strips masing-masing kelompok
mencoba menyusun pecahan sebagai berikut :

1
1 1
2 2

1/3 1/3 1/3

1/4 1/4 1/4 1/4

1/5 1/5 1/5 1/5 1/5

1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6

1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10

1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12

2) Nampak ada beberapa kelompok yang berebut, masing-masing anggota


kelompok mengambil model yang warnanya sama kemudian menyusunnya kembali.
3) Pada saat diminta menentukan relasi antara dua pecahan, ada siswa yang
menyusunnya dengan menghimpitkan di atasnya ada pu!a yang menyusunnya
dengan sejajar.
4) Untuk melengkapi pecahan yang berkorespondensi dengan titik-titik pada garis
bilangan ad£ siswa yang melakukan kcsalahan dengan menuliskan
penyebutnya secara berurutan, sedangkan pembilangnya tetap satu.

Pertemuan 5
18

1) Dari semua hasil pekerjaan siswa mengenai menggambar garis bilangan


semuanya benar.
2) Pada saat siswa menentukan relasj antara 2 pecahan ada siswa yang dapat
menentukan letak pecahan pada garis bilangan, tetapi bingung menentukan
mana yang lebih besar (menentukan relasi antara 2 pecahan

Deskripsi dan Refleksi


Pertemuan 1
1) Dari pertanyan yang diajukan guru pada saat memotong buah menjadi 2
bagian, semua siswa menjawab dengan benar, begitu pula saat guru memotong
menjadi 4-5 bagian. Siswa dapat menjawab pertanyaan guru tersebut karena
siswa sudah mendapat pengalaman dari kehidupan sehari-hari mereka.
2) Apabila seorang guru matematika dapat mengkaitkan suatu konsep yang akan
dipelajari siswa sesuai dengan pengalaman mereka sehari-hari, maka pelajaran
yang abstrak akan mudah dipelajari dan anak-anak akan lebih tertarik pada
pelajaran matematika
3) Pada saat siswa memotong-motong kertas dan menempelkan kembali pada
kertas maniia. Ada siswa yang cepat menyusunnya kembali dengan cepat ada
pula siswa yang Iambat dalam menyusun. Peneliti bertanya pada siswa apakah
kalian pernah bermain puzzle, ternyata kelompok yang memerlukan waktu
lama dalam menyusun tidak pernah bermain puzzle. Mereka tidak tahu mau
diapakan potongan-potongan itu. Dari pengalaman ini sebaiknya guru
memberikan penjelasan terlebih dahulu apa yang harus dilakukan siswa
dengan potongan tersebut sehingga potongan tersebut tidak dicerai-beraikan
oleh siswa pada saat memotong.
4) Bentuk kertas yang diberikan pada siswa bermacam-macam, ada yang
berbentuk persegi, persegi panjang, lingkaran, dan belah ketupat. Hal ini
dilakukan agar siswa memahami jika satuannya berbeda, pecahan yang
ditunjukkan juga berbeda dan tidak dapat dibandingkan. Pada saat menempel
potongan pecahan pada kertas manila siswa tetap diminta untuk menyertakan
19

satuannya, karena dikhawatirkan untuk bentuk persegi panjang dan peresegi


jika dipotong akan menjadi utuh lagi.

Pertemuan 2
1) Untuk menentukan pecahan yang pembilangnya bukan satu sisa dapat
menyebutkannya dengan benar. Adapun kesalahan yang dilakukan pada waktu
menyatakan pecahan yang pembilangnya bukan satu yang ditunjukkan dengan
arsiran yaitu pembilangnya menunjukkan banyaknya daerah yang diarsir
sedangkan penyebutnya daerah yang tidak diarsir. Padahal seharusnya
penyebut adalah banyaknya potongan dari satu kesatuan.
2) Pada saat siswa diberi waktu untuk mewarnai daerah yang menunjukkan
pecahan tertentu, masing-masing siswa memilih warna yang disukainya.
Dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan kegiatan yang
sesuai dengan kesukaan mereka akan membuat siswa menyenangi pelajaran
matematika.
3) Dari hasil pekerjaan yang dilakukan oleh siswa terlihat bahwa siswa mampu
menunjukkan pecahan yang diminta. Walaupun daerah yang diarsir pada
masing-masing siswa tidak sama tetapi menunjukkan pecahan yang sama.

Pertemuan 3
1) Dengan menggunakan lingkaran, dapat menunjukkan bahwa pecahan
merupakan bagian dari suatu keseluruhan.
2) Dalam penentuan realsi pecahan siswa yang telah menyusun pecahan tersebut
menjadi daerah lingkaran. Untuk membandingkan 2 pecahan yang
perbedaannya cukup besar mereka dapat membandingkan dengan melihat
langsung, tetapi untuk pecahan yang besamya hampir sama mereka
membandingkan dengan cara menghimpitkan bagian lingkaran yang
menunjukkan dua pecahan tersebut.
3) Siswa yang menjawab salah temyata mereka terbalik dalam menuliskan > dan
<, ia mengatakan lebih besar tetapi menulisnya <. Pada saat ditanya mengapa
20

tigaperempat > setengah, mereka memberikan alasan "yang tiga perempat


potongannya kecil-kecil dari setengah".
4) Selain mendapatkan pengalaman yang lebih baik, pengalaman belajar ini
membuat siswa senang. Hal ini terlihat dari sikap siswa pada waktu pelajaran

Pertemuan 4
1) Dengan menggunakan fraction strips dengan mudah terlihat pecahan-pecahan
yang diminta guru karena model tersebut tertulis pecahan yang dimaksud.
2) Dalam menjawab pertanyaan untuk menentukan relasi 2 pecahan, siswa
menjawab dengan cara menghimpitkan dan membandingkan pecahan tersebut
sehingga memudahkan siswa menentukan relasi antara dua buah pecahan
3) Untuk melengkapi pecahan yang berkorespondensi dengan titik-titik pada
garis bilangan ada siswa yang melakukan kesalahan dengan
menuliskan
penyebutnya secara berurutan sedangkan pembilangnya tetap satu. Setelah guru
meminta siswa tersebut membuat garis bilangan dengan menebali tepi fraction
strips tersebut dan menuliskan pecahan di bawah titik-titik yang bersesuai jari
barulah siswa tersebut mengerti. Dari hasil pengamatan ini seringkali harapan
seorang guru berbeda dengan kenyataan, transfer belajar yang seharusnya terjadi
tidak terjadi.
Pertemuan 5
1) Dari kesalahan siswa dalam menentukan relasi antara dua pecahan ada yang
bingung menggabungkan dua garis bilangan, sehingga ia merasa kesulitan
menentukan relasi dua bilangan tersebut
2) Kesalahan yang lain yaitu dalam hal menentukan tanda lebih besar dan lebih
kecil.

Siklus II
Pelaksanaan siklus-2 dilakukan secara langsung pada waktu pembelajaran
berlangsung ataupun setelah jam pelajaran berakhir.
21

1) Untuk kesalahan menentukan mana lebih besar antara tigaperempat dan


setengah".

Siswa menyatakan 1/4 < karena 3/4 kecil-kecil sambil menunjuk bagian dari tiga
perempat. Kemudian guru dan peneliti meminta pada siswa untuk menggunakan
fraction circle, siswa nampak terdiam sebentar kemudian menjawab tiga perempat
lebih besar dari setengah. Waktu ditanyakan alasannya siswa tersebut meletakkan model
yang menunjukkan tigaperempat di atas setengah. Siswa mengatakan tigaperempat lebih
besar dari setengah.
2) Bagi siswa yang melakukan kesalahan terbalik tanda ( < ) dan ( > ), guru
menggunakan cara "<' diberi j<, herarti lebih kecil dan ">" diberi tanda j> berarti
lebih besar.
3) Bagi siswa yang melakukan kesalahan dengan menuliskan bilangan pada garis
bilangan dengan cara pembilangnya tetap satu, tetapi penyebutnya diurutkan, 2, 3, 4, 5
dan seterusnya terlihat pada gambar berikut:

Guru menggunakan fraction strips meminta siswa membuat garis bilangan yang
menunjukkan satu, setengah, sepertiga, seperempat, dan seterusnya. Guru meminta
siswa membandingkan dengan pekerjaan siswa semula. Dengan menggunakan
fraction strips siswa diminta lagi membuat garis bilangan dan melengkapi garis
bilangan dengan pecahan yang sesuai.
4) Untuk memudahkan memahami relasi dengan garis bilangan, guru mengajak siswa
mengulang dengan menggunakan garis bilangan yang menggambarkan bilangan cacah
sebagai berikut:
22

Bagaimanakah relasi 3 dan 5/ siswa menuliskan 3 < 5 pada garis bilangan 3 terletak di
sebelah kiri 5 atau terletak sebelah kanan 5?.
Bagaimanakah relasi 7 dan 3?. Siswa menuliskan 7>3. pada garis bilangan 7 terletak
disebelah kiri atau sebelah kanan 3?.

Dari pemahaman ini guru menanyakan pada siswa relasi dua pecahan dengan
menggunakan garis bilangan apakah <, =, dan >, dengan menanyakan apakah
pecahan tertentu disebelah kiri atau sebelah kanan pecahan lain.
Dengan menggunakan cara di atas permasalahan yang terjadi pada siswa dapat
diatasi.
Pembahasan
Dari pembelajaran yang telah dilaksanakan ini terdapat beberapa hal penting
yang diperoleh. Adapun beberapa hal yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1) dengan mengkaitkan pengalaman siswa membagi kue dengan saudaranya, dan
juga pengalaman yang ditunjukkan guru dengan membagi mentimun menjadi
bagian-bagian yang sama untuk menunjukkan setengah, sepertiga dan
seterusnya, akan mendapat konsep pecahan dengan benar. Hal ini dapat dilihat
dari jawaban siswa waktu guru membagi mentimun menjadi 2 bagian yang
tidak sama kemudian menanyakan apakah masing-masing mentimun
mennjukkan setengah dengan serentak siswa menjawab bukan, karena 2
bagian tersebut tidak sama besar. Demikian juga waktu ditunjukkan daerah
persegi yang dibagi menjadi 3 bagian yang tidak sama, kemudian bertanya
apakah masing-masing menunjukkan sepertiga, siswa menjawab bukan,
karena membaginya tidak sama. Demikian juga apabila suatu saat siswa lupa
% > 7z, guru menanyakan hagaimana kalau sebuah semangka dibagi menjadi
bagian-bagian yang sama dan jika diberikan pada 2 siswa dan diberikan pada

4 siswa, bagaimana besar mana? Siswa Iangsung meralat jawabannya 1 <


4
1
2
4) Dengan memberikan pengalaman belajar bermacam-macam untuk pokok
bahasan pecahan ini, yaitu merupakari benda konkrit, fraction circle, fraction
strips, gambar dan garis bilangan, siswa mendapatkan pemahaman pecahan
23

lebih baik. Siswa dapat menggunakan untuk mengorganisasikan dan


menyelesaikan masalah yang ada pada situasi nyata. Hal ini sesuai dengan
matematisasi horizontal. Pada tingkat yang lebih tinggi pemahaman
pemahaman pecahan ini bermanfaat menyederhanakan bentuk aljabar,
membuktikan keteraturan, penggeneralisasian yang sesuai dengan
matematisasi vertikal. Kedua hal ini yaitu matematisasi vertikan dan
matematisasi horizontal ini sesuai dengan pendekatan RME yang
dikemukakan oleh Treffers (1991).
5) Dengan memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan biasanya membuat
siswa antusias dan bersemangat. Hal ini dapat dilihat dan sikap siswa selama
mengikuti pelajaran. Setiap akan memulai pelajaran siswa menanyakan alat
peraga apa lagi yang akan digunakan.
6) Ada hal-hal yang belum dilakukan guru di sini yaitu memberikan pengalaman
pada siswa untuk melakukan sendiri kegiatan membagi mentimun dengan
menggunakan pisau. Hal ini tidak dilakukan guru karena ada kekhawatiran
siswa tidak dapat membagi menjadi bagian-bagian yang sama, sehingga
dikhawatirkan terjadi salah konsep. Demikian juga ketakutan guru jika dapat
melukai siswa. Hal lain yang belum diberikan siswa adalah memberikan
kesempatan pada siswa membuat garis bilangan pada kesempatan ini karena
guru merasa membuat garis bilangan dan membagi menjadi bagian-bagian
yang sama itu tidak mudah.
24

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

I. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka peneliti mengambil kesimpulan
bahwa pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan realistik (PMR)
yang digunakan untuk mengajar pecahan di kelas III SDN 1 Gendoh
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Siswa belajar pecahan dengan mengkaitkan pengalaman belajar yang
diperoleh dan kehidupan sehari-hari. Guru membagi sebuah mentimun
menjadi bagian-bagian yang sama untuk menunjukkan pecahan tertentu.
2) Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran realistik siswa dapat
menguasai dengan baik pokok bahasan pecahan. Mereka dapat
menunjukkan pecahan, pecahan senilai, menentukan relasi antara pecahan
dengan menggunakan benda nyata, model, garis bilangan dan lambang
bilangan secara lisan maupun tertulis yang dapat dilihat dari hasil
pengamatan dan hasil evaluasi yang mencapai 80 %.

II. Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian masih ada permasalahan yang belum tuntas,
misalnya bagaimana jika siswa sendiri yang menggambar garis bilangan.
Apakah satuan yang dibuat sama, apakah siswa dapat menuliskan pecahan
dengan titik-titik pada garis bilangan tersebut dengan tepat. Sehingga perlu
adanya penelitian lanjutan.
2. Pengalaman belajar yang diperoleh siswa melalui pendekatan PMR ini
dapat digunakan pada pokok bahasan selanjutnya misalnya pada
penjumlahan, pengurangan, pecahan, perkalian dan pembagian pecahan.
25

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Imron, 1990. Penelitian kualitatif dalam Bidang Ilmu-Ilmu dan


Keagamaan. Malang: Kalimasahada Press

Depdikbud. 1993. Kurikulum 1994 Sekolah Dasar (SD), GBPJ' Mata Pelajaran
Matematika. Jakarta: Depdikbud.

Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP


Malang.

Muhajir Noeng, 1996. Metode Penelitian Kualitatif Yogyakaxta: Rake Sarasin.

Khalid, M dan Suyati. 2003. Pelajaran Matematika 3A. Jakarta: Erlangga.

Soedjadi, R. 2001. Pemanfaatan Realitas dan Lingkungan dalamPembelajaran


Matemnatika. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional RME di
FMIPAUNESA2001

Supardjo, 2000. Pelajaran Matematika Gemar Berhitung Sekolah Dasar 2B. Solo:
Tiga Serangkai.

Treffers, A (1991). Realistic Mathematics Education in Primary School. Utrecht:


CD-b Press.

Zulkardi, 2001. CASCADE-IMEI: Lingkungan Belajar Pendidikan Matematika


Realistik untuk Colon Guru Matematika di Indonesia. Makalah
disampaikan pada Seminar Nasional RME di FMIPA UNESA 2001.

Anda mungkin juga menyukai