BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
BAB III
PERENCANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Identifikasi Masalah
Pokok bahasan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah pecahan
yang diajarkan di kelas III. Berdasarkan hasil pengamatan dengan teman sejawat
tentang kesalahan yang dilakukan siswa, siswa sering melakukan kesalahan pada
waktu membandingkan pecahan misalnya untuk pecahan yang pembilangnya
sama penyebutnya berbeda, siswa mengatakan pecahan yang penyebutnya lebih
besar adalah yang lebih besar, contohnya seperempat lebih dari sepertiga.
Kesalahan lain yaitu pada waktu menjumlahkan pecahan, pembilang ditambah
pembilang penyebut ditambah dengan penyebut. Kesalahan ini sering kali terbawa
siswa sampai tingkat yang lebih tinggi. Untuk mengajarkan pecahan guru
mengajar dengan cara mengikuti langkah-langkah yang ada pada buku paket yang
digunakan, pengenalan pecahan dengan menggunakan gambar-gambar yang ada
pada buku paket, untuk menyatakan pecahan yang benilai sama digunakan aturan
kalikan pembilang dan penyebut dengan bilangan yang sama. Pada waktu guru
bertanya pada siswa, "Apakah kalian sudah mengerti?", siswa biasanya raenjawab
"Sudah!". Tetapi pada waktu guru menanyakan pada siswa bagaimana
menunjukkan bahwa siswa menunjukkan setengah sama dua perempat siswa
menjadi bingung.
Dari ilustrasi ini menunjukkan bahwa siswa mendapatkan pemahaman
pecahan tidak secara konseptual tetapi secara prosedural. Siswa hanya bisa
menyatakan pecahan yang pembilangnya sama yang penyebutnya lebih besar
berarti pecahan tersebut nilainya lebih kecil tetapi tidak dapat mengatakan
alasannya atau memberi contoh. Demikian juga untuk menjumlahkan pecahan,
penyebutnya harus disamakan, kemudian pembilangnya dijumlahkan tanpa
memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan sendiri aturannya.
Dalam salah satu bukunya Mitzel mengatakan bahwa hasil belajar siswa
secara langsung dipengaruhi oleh pengalaman siswa dan faktor internal. Bila guru
memberikan pengalaman yang bennakna bagi siswa, maka siswa akan
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang disajikan di atas, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1) Bagaimana penerapan model pengajaran matematika realistik untuk
pokok bahasan pecahan bagi siswa kelas III SDN 1 Gendoh
Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi.
2) Sejauhmana penggunaan model pembelajaran matematika yang
berorientasi pada pendekatan realistik dapat meningkatkan
pemahaman pecahan bagi siswa kelas III SDN 1 Gendoh Kecamatan
Sempu Kabupaten Banyuwangi.
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka penulis merumuskan tujuan penelitian
ini sebagai berikut:
1) Menerapkan pembelajaran matematika yang berorientasi pada
pendekatan realistik untuk pokok bahasan pecahan di kelas III SDN
1 Gendoh Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi
2) Ingin mengetahui sejauhmana penerapan pembelajaran matematika
yang berorientasi pada pendekatan realistik dapat meningkatkan
pemahaman matematika siswa khususnya untuk pokok bahasan
pecahan di kelas III SDN 1 Gendoh Kecamatan Sempu Kabupaten
Banyuwangi
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk berbagai pihak
yang terkait. Secara khusus penelitian ini dapat berguna untuk pihak-pihak
sebagai berikut:
1) Bagi Pengembangan ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bacaan dan pedoman bagi penelitian
selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan lebih lanjut sehingga dapat
menemukan hal-hal yang baru.
7
3) Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini maka penulis memperoleh pengalaman
mengembangkan model pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan latar
belakang pengalaman realistik yang dimiliki siswa.
8
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN
Siklus II
1). Penyusunan Rencana Tindakan II
Rencana tindakan II disusun berdasarkan hasil analisis dan refleksi selama tahap
pertama dilaksanakan
2) Pemberian Tindakan II
10
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Persiapan Penelitian
Sebelum membuat persiapan pembelajaran, terlebih dahulu guru
diperkenalkan mengenai apa yang dimaksud dengan Pendidikan Matematika
Realistik (PMR). Secara bersania-sama guru dan peneliti membuat rencana
pembelajaran meliputi merumuskan tujuan, mempersiapkan alat peraga berupa
benda kongkrit yaitu mentimun, alat peraga untuk mengenalkan pecahan berupa
lingkaran dan persegi panjang, mempersiapkan Iangkah-langkah pembelajaran,
Jan tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa.
Sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti melakukan observasi di
kelas pada waktu guru mengajar matematika.. Hal ini dilakukan untuk lebih
mengakrabkan diri dengan siswa. Ternyata tidak merasa asing dengan peneliti
karena selain sering bertemu dengan siswa peneliti juga merupakan salah satu
guru di SDN 1 Gendoh Kecamatan Sempu Kabupaten Banyuwangi. Tugas-tugas
yang diberikan pada siswa dapat berupa tugas kelompok maupun perorangan.
Pelaksanaan Tindakan
Tindakan ini dilakukan berdasarkan permasalahan yang sering terjadi pada
siswa-siswi SDN 1 Gendoh, antara lain sebagai berikut:
2). Siswa salah memahami konsep pecahan merupakan bagian keseluruhan,
dimana seharusnya keseluruhan dibagi menjadi bagian-bagian yang sama.
Seperti contoh suaru benda dibagi 3 yang tidak sama, tetapi siswa
mengatakan masing-masmg sepertiga.
3). Kesalahan lain menentukan relasi antara dua pecahan, misalnya sepertiga
lebih besar dari setengah.
Pelaksanaan tindakan I, peneliti lakukan sebanyak 6 kali pertemuan sebagai
berikut:
Pertemuan I
12
1). Sebagai apersepsi guru menanyakan pada siswa, apakah kamu pernah
berbagi kue dengan adikmu, supaya adil bagaimana cara kamu membagi?
Berapa bagian untuk kamu dan berapa bagian untuk adik kamu?
2). Guru mengambil sebuah mcntimun, membaginya menjadi 2 bagian yang
sama lalu bertanya kepada siswa, berapa bagian masing-masing? Ada siswa
yang menjawab separo, setengah, dan seperdua. Guru mengatakan bahwa
semuanya benar. Pada saat siswa. diminta untuk menuliskan pecahan
setengah, ada salah satu siswa yang mcnulis dengan benar. Guru mengambil
mentimun lagi untuk menunjukkan sepertiga, dan seperempat, juga
lambangnya.
3). Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil masing-masing.
kelompok ± 4-5 siswa. Masing-masing kelompok mendapat satu Iembar
kertas manila berwarna untuk menempel, dan kertas berwarna lain yang
telah ditandai untuk dipotong. Masing-masing kelompok mendapatkan
bentuk tertentu. Ada yang berbentuk lingkaran, persegi, persegi panjang,
segitiga sama sisi, belah ketupat, dengan warna yang berbeda dengan kertas
manila yang dipakai untuk menempel. Masing-masing kelompok rnendapat
tugas menggunting sesuai dengan pola yang ada, kemudian
menempelkannya pada kertas manila dan menuliskan satu bagian dari
potongan kertas tersebut. Supaya tidak menimbulkan kesalahan pada siswa,
pada waktu menempelkan pecahan-pea.han tersebut satu-satuan juga tetap
ditempelkan juga.
4). Semua hasil pekerjaan siswa ditempel di papan tulis. Sccara bergantian
siswa ke depan untuk menunjukkan pecahan yang diminta guru. Siswa
diminta memberi alasan atas jawaban mereka.
Pertemuan 2
1). Siswa diajak mengulang'' kembali dengan menunjukkan pecahan yang
pembilangnya 1, kemudian dilanjutkan dengan pecahan yang
pembilangnya bukan 1, dengan menggunakan mentimun. Mentimun dibagi
menjadi 4 bagian yang sama besar, 1 bagian menunjukkan pecahan berapa?
Kalau 2 bagian menunjukkan berapa? Bagaimana kalau 3 bagian? Guru
13
7) Pada akhir kegiatan siswa mengerjakan soal-soal mencntukan reiasi antara dua
pecahan dengan menggunakan gambar yang telah dilaksanakan.
Pertemuan 4
1) Dengan menggunakan model pecahan yang dibuat siswa, guru menanyakan
pada siswa pecahan yang ditunjukkan oleh guru. Dengan menggunakan model
tersebut siswa diminta menunjukkan relasi lebih besar (>), lebih kecil (<), atau
sama dengan (=), antara dua pecahan.
2) Siswa dibagi menjadi kelomjxik-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa.
Masing-masing kelompok diberi seperangkat alat peraga berupa persegi
panjang yang dapat disusun sebagai berikut:
15
1
1 1
2 2
1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10
1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12
2) Pada saat siswa diminta untuk menentukan relasi dua pecahan, siswa yang
menyusun pecahan-pecahan tersebut dengan daerah linkaran dapat
menjawab dengan cepat. Hal ini berbeda dengan kelompok siswa yang
tidak menyusunnya menjadi lingkaran.
3) Pada saat diminta menentukan relasi antara dua pecahan dengan gambar
yang disediakan ada siswa yang melakukan kesalahan
Pertemuan 4
1) Dengan menggunakan fraction strips masing-masing kelompok
mencoba menyusun pecahan sebagai berikut :
1
1 1
2 2
1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10 1/10
1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12 1/12
Pertemuan 5
18
Pertemuan 2
1) Untuk menentukan pecahan yang pembilangnya bukan satu sisa dapat
menyebutkannya dengan benar. Adapun kesalahan yang dilakukan pada waktu
menyatakan pecahan yang pembilangnya bukan satu yang ditunjukkan dengan
arsiran yaitu pembilangnya menunjukkan banyaknya daerah yang diarsir
sedangkan penyebutnya daerah yang tidak diarsir. Padahal seharusnya
penyebut adalah banyaknya potongan dari satu kesatuan.
2) Pada saat siswa diberi waktu untuk mewarnai daerah yang menunjukkan
pecahan tertentu, masing-masing siswa memilih warna yang disukainya.
Dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan kegiatan yang
sesuai dengan kesukaan mereka akan membuat siswa menyenangi pelajaran
matematika.
3) Dari hasil pekerjaan yang dilakukan oleh siswa terlihat bahwa siswa mampu
menunjukkan pecahan yang diminta. Walaupun daerah yang diarsir pada
masing-masing siswa tidak sama tetapi menunjukkan pecahan yang sama.
Pertemuan 3
1) Dengan menggunakan lingkaran, dapat menunjukkan bahwa pecahan
merupakan bagian dari suatu keseluruhan.
2) Dalam penentuan realsi pecahan siswa yang telah menyusun pecahan tersebut
menjadi daerah lingkaran. Untuk membandingkan 2 pecahan yang
perbedaannya cukup besar mereka dapat membandingkan dengan melihat
langsung, tetapi untuk pecahan yang besamya hampir sama mereka
membandingkan dengan cara menghimpitkan bagian lingkaran yang
menunjukkan dua pecahan tersebut.
3) Siswa yang menjawab salah temyata mereka terbalik dalam menuliskan > dan
<, ia mengatakan lebih besar tetapi menulisnya <. Pada saat ditanya mengapa
20
Pertemuan 4
1) Dengan menggunakan fraction strips dengan mudah terlihat pecahan-pecahan
yang diminta guru karena model tersebut tertulis pecahan yang dimaksud.
2) Dalam menjawab pertanyaan untuk menentukan relasi 2 pecahan, siswa
menjawab dengan cara menghimpitkan dan membandingkan pecahan tersebut
sehingga memudahkan siswa menentukan relasi antara dua buah pecahan
3) Untuk melengkapi pecahan yang berkorespondensi dengan titik-titik pada
garis bilangan ada siswa yang melakukan kesalahan dengan
menuliskan
penyebutnya secara berurutan sedangkan pembilangnya tetap satu. Setelah guru
meminta siswa tersebut membuat garis bilangan dengan menebali tepi fraction
strips tersebut dan menuliskan pecahan di bawah titik-titik yang bersesuai jari
barulah siswa tersebut mengerti. Dari hasil pengamatan ini seringkali harapan
seorang guru berbeda dengan kenyataan, transfer belajar yang seharusnya terjadi
tidak terjadi.
Pertemuan 5
1) Dari kesalahan siswa dalam menentukan relasi antara dua pecahan ada yang
bingung menggabungkan dua garis bilangan, sehingga ia merasa kesulitan
menentukan relasi dua bilangan tersebut
2) Kesalahan yang lain yaitu dalam hal menentukan tanda lebih besar dan lebih
kecil.
Siklus II
Pelaksanaan siklus-2 dilakukan secara langsung pada waktu pembelajaran
berlangsung ataupun setelah jam pelajaran berakhir.
21
Siswa menyatakan 1/4 < karena 3/4 kecil-kecil sambil menunjuk bagian dari tiga
perempat. Kemudian guru dan peneliti meminta pada siswa untuk menggunakan
fraction circle, siswa nampak terdiam sebentar kemudian menjawab tiga perempat
lebih besar dari setengah. Waktu ditanyakan alasannya siswa tersebut meletakkan model
yang menunjukkan tigaperempat di atas setengah. Siswa mengatakan tigaperempat lebih
besar dari setengah.
2) Bagi siswa yang melakukan kesalahan terbalik tanda ( < ) dan ( > ), guru
menggunakan cara "<' diberi j<, herarti lebih kecil dan ">" diberi tanda j> berarti
lebih besar.
3) Bagi siswa yang melakukan kesalahan dengan menuliskan bilangan pada garis
bilangan dengan cara pembilangnya tetap satu, tetapi penyebutnya diurutkan, 2, 3, 4, 5
dan seterusnya terlihat pada gambar berikut:
Guru menggunakan fraction strips meminta siswa membuat garis bilangan yang
menunjukkan satu, setengah, sepertiga, seperempat, dan seterusnya. Guru meminta
siswa membandingkan dengan pekerjaan siswa semula. Dengan menggunakan
fraction strips siswa diminta lagi membuat garis bilangan dan melengkapi garis
bilangan dengan pecahan yang sesuai.
4) Untuk memudahkan memahami relasi dengan garis bilangan, guru mengajak siswa
mengulang dengan menggunakan garis bilangan yang menggambarkan bilangan cacah
sebagai berikut:
22
Bagaimanakah relasi 3 dan 5/ siswa menuliskan 3 < 5 pada garis bilangan 3 terletak di
sebelah kiri 5 atau terletak sebelah kanan 5?.
Bagaimanakah relasi 7 dan 3?. Siswa menuliskan 7>3. pada garis bilangan 7 terletak
disebelah kiri atau sebelah kanan 3?.
Dari pemahaman ini guru menanyakan pada siswa relasi dua pecahan dengan
menggunakan garis bilangan apakah <, =, dan >, dengan menanyakan apakah
pecahan tertentu disebelah kiri atau sebelah kanan pecahan lain.
Dengan menggunakan cara di atas permasalahan yang terjadi pada siswa dapat
diatasi.
Pembahasan
Dari pembelajaran yang telah dilaksanakan ini terdapat beberapa hal penting
yang diperoleh. Adapun beberapa hal yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1) dengan mengkaitkan pengalaman siswa membagi kue dengan saudaranya, dan
juga pengalaman yang ditunjukkan guru dengan membagi mentimun menjadi
bagian-bagian yang sama untuk menunjukkan setengah, sepertiga dan
seterusnya, akan mendapat konsep pecahan dengan benar. Hal ini dapat dilihat
dari jawaban siswa waktu guru membagi mentimun menjadi 2 bagian yang
tidak sama kemudian menanyakan apakah masing-masing mentimun
mennjukkan setengah dengan serentak siswa menjawab bukan, karena 2
bagian tersebut tidak sama besar. Demikian juga waktu ditunjukkan daerah
persegi yang dibagi menjadi 3 bagian yang tidak sama, kemudian bertanya
apakah masing-masing menunjukkan sepertiga, siswa menjawab bukan,
karena membaginya tidak sama. Demikian juga apabila suatu saat siswa lupa
% > 7z, guru menanyakan hagaimana kalau sebuah semangka dibagi menjadi
bagian-bagian yang sama dan jika diberikan pada 2 siswa dan diberikan pada
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
I. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka peneliti mengambil kesimpulan
bahwa pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan realistik (PMR)
yang digunakan untuk mengajar pecahan di kelas III SDN 1 Gendoh
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Siswa belajar pecahan dengan mengkaitkan pengalaman belajar yang
diperoleh dan kehidupan sehari-hari. Guru membagi sebuah mentimun
menjadi bagian-bagian yang sama untuk menunjukkan pecahan tertentu.
2) Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran realistik siswa dapat
menguasai dengan baik pokok bahasan pecahan. Mereka dapat
menunjukkan pecahan, pecahan senilai, menentukan relasi antara pecahan
dengan menggunakan benda nyata, model, garis bilangan dan lambang
bilangan secara lisan maupun tertulis yang dapat dilihat dari hasil
pengamatan dan hasil evaluasi yang mencapai 80 %.
II. Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian masih ada permasalahan yang belum tuntas,
misalnya bagaimana jika siswa sendiri yang menggambar garis bilangan.
Apakah satuan yang dibuat sama, apakah siswa dapat menuliskan pecahan
dengan titik-titik pada garis bilangan tersebut dengan tepat. Sehingga perlu
adanya penelitian lanjutan.
2. Pengalaman belajar yang diperoleh siswa melalui pendekatan PMR ini
dapat digunakan pada pokok bahasan selanjutnya misalnya pada
penjumlahan, pengurangan, pecahan, perkalian dan pembagian pecahan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1993. Kurikulum 1994 Sekolah Dasar (SD), GBPJ' Mata Pelajaran
Matematika. Jakarta: Depdikbud.
Supardjo, 2000. Pelajaran Matematika Gemar Berhitung Sekolah Dasar 2B. Solo:
Tiga Serangkai.