Anda di halaman 1dari 12

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Operasi


Hitung Campuran Siswa Kelas III SDN 9 Dauh
Puri Denpasar Tahun Pelajaran 2016/2017

Oleh
Ni Putu Yunita Wedayanti, NIM. 834771621
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, S1 PGSD BI

ABSTRAK

Selama ini siswa kurang termotivasi dan kurang berminat dalam belajar
matematika. Hal ini berdampak pada rendahnya aktivitas belajar siswa yang
berdampak juga pada rendahnya hasil belajar siswa. Dari permasalahan ini perlu
diadakannya inovasi pembelajaran, yang semula berpusat pada guru beralih
berpusat pada siswa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran matematika
realistik. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika
melalui penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik kelas III SDN 9
Dauh Puri Tahun Pelajaran 2016/2017. Tindakan kelas yang dilakukan selama
dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III yang berjumlah 42
orang. Data tentang hasil belajar siswa diperoleh dengan menggunakan metode tes
dengan instrumennya yaitu berupa tes hasil belajar. Data mengenai hasil belajar
tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif
kuantitatif. Hasil tes yang diperoleh dalam pembelajaran matematika tentang
operasi hitung campuran kelas III SDN 9 Dauh Puri mengalami peningkatan dari
refleksi awal, siklus I, sampai Siklus II. Pada refleksi awal nilai rata-rata kelas
sebesar 60,47. Pada siklus I nilai rata-rata meningkat menjadi 66,31. Kemudian
pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh meningkat kembali mencapai 69,76
yang berarti telah memenuhi target ketuntasan nilai yang diharapkan sebesar 65.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka guru diharapkan dapat
menggunakan model pembelajaran yang tepat dan bervariatif untuk mengubah
kejenuhan siswa dalam belajar. Pembelajaran merupakan proses komunikatif
interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi.
Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan bagi peneliti lain untuk
melakukan penelitian lanjutan yang dapat bermanfaat guna meningkatkan kualitas
pendidikan Matematika menjadi lebih baik kedepannya.

Kata kunci : Pembelajaran Matematika Realistik, Hasil Belajar, Operasi


Hitung Campuran.
PENDAHULUAN menimbulkan kesulitan siswa dalam
memahami pelajaran. Akibatnya
Pendidikan berasal dari kata proses belajar matematika tidak
dasar “didik” yang mempunyai arti berlangsung secara efektif. Kendati
memelihara dan memberi latihan. demikian kegagalan atau
Kedua hal tersebut memerlukan keberhasilan belajar sangat
adanya ajaran, tuntunan, dan tergantung kepada siswa. Aktivitas
pimpinan tentang kecerdasan pikiran. belajar bagi setiap individu, tidak
Pengertian pendidikan adalah proses selamanya dapat berlangsung secara
pengubahan sikap dan perilaku wajar. Namun tidak dapat dipungkiri
seseorang atau sekelompok orang bahwa matematika masih dianggap
dalam usaha mendewasakan manusia sangat sulit, sehingga matematika
melalui upaya pengajaran dan memiliki kesan sebagai pelajaran
pelatihan(Syah dalam Chandra, yang sulit. Kondisi ini yang sering
2009). Dengan melihat definisi kita jumpai pada setiap siswa dalam
tersebut, sebagian orang mengartikan kehidupan sehari-hari.
bahwa pendidikan adalah pengajaran Matematika merupakan bidang
karena pendidikan pada umumnya studi yang dipelajari oleh semua
membutuhkan pengajaran dan setiap siswa dari Sekolah Dasar hingga
orang berkewajiban mendidik. Sekolah Menengah Atas bahkan di
Secara sempit mengajar adalah Perguruan Tinggi. Matematika
kegiatan secara formal merupakan pola berpikir logis
menyampaikan materi pelajaran dengan ciri sistematik, cermat, dan
sehingga siswa menguasai materi teliti yang dapat memberikan
ajar (Syah dalam Chandra, 2009). kegunaan praktis dalam kehidupan
Pendidikan dapat diperoleh baik sehari-hari, karena banyak masalah
secara formal dan nonformal. Pendid dalam kehidupan sehari-hari yang
ikan formal diperoleh dalam kita membutuhkan pemecahan secara
mengikuti progam-program yang cermat dan teliti. Namun diharapkan
sudah dirancang secara terstruktur pembelajaran matematika mampu
oleh suatu intitusi, departemen atau memberikan kesempatan yang
kementrian suatu Negara. Pendidikan seluas-luasnya kepada siswa untuk
nonformal adalah pengetahuan yang berperan aktif dalam membangun
didapat siswa dalam kehidupan konsep secara mandiri atau bersama-
sehari-hari (berbagai pengalaman) sama temannya. Dengan demikian
baik yang dia rasakan sendiri atau siswa diharapkan dapat menemukan
yang dipelajari dari orang lain kembali konsep, aturan atau
(mengamati dan mengikuti). logaritma. Pembelajaran matematika
Pada proses pembelajaran peran seperti itu akan dapat menimbulkan
seorang pengajar sangatlah penting. rasa percaya diri, menumbuhkan
Seorang pengajar yang tidak minat, mengembangkan imajinasi
menguasai materi dengan baik dan dan kreativitas siswa. Salah satu
kurang menguasai cara karakteristik matematika adalah
menyampaikan dengan tepat dapat mempunyai objek yang bersifat
mengakibatkan rendahnya mutu abstrak ini menyebabkan banyak
pengajaran dan yang kedua dapat siswa mengalami kesulitan dalam
mempelajari matematika. Menurut kurang memaknai bagaimana konsep
Jenning dan Dunne (Dalam Caray, dan teori diperoleh.
2008) dikatakan bahwa kebanyakan Dari uraian yang telah
siswa mengalami kesulitan dalam dikemukakan tersebut, maka perlu
mengaplikasikan matematika ke adanya pendekatan pembelajaran
dalam situasi kehidupan riil. yang tepat agar dapat menciptakan
Adakalanya siswa menjawab soal suasana proses pembelajaran yang
dengan benar namun mereka tidak kondusif dan dapat memotivasi siswa
dapat mengungkapkan alasan atas untuk belajar sehingga dapat
jawaban mereka. Siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya. Salah
mengungkapkan rumus tetapi tidak satu pendekatan pembelajaran
tahu dari mana asalnya dan mengapa matematika yang sesuai adalah
rumus tersebut digunakan. Keadaan Pembelajaran Matematika Realistik
demikian mungkin terjadi karena di (PMR). Pembelajaran Matematika
dalam proses pembelajaran tersebut Realistik adalah suatu pendekatan
siswa kurang diberi kesempatan pembelajaran yang menekankan
dalam mengungkapkan ide-ide dan untuk membawa matematika pada
alasan jawaban mereka sehingga pengajaran bermakna dengan
kurang terbiasa untuk mengaitkannya dalam kehidupan
mengungkapkan ide-ide atau alasan sehari-hari yang bersifat realistik.
dari jawabannya. Realistik yang dimaksud adalah
Berdasarkan kegiatan belajar sebagai suatu situasi yang dapat
mengajar di kelas III SDN 9 Dauh dibayangkan oleh siswa atau
Puri, hasil belajar siswa masih menggambarkan situasi dalam dunia
tergolong rendah sehingga proses nyata (Dalam Caray, 2008).
belajar mengajar di kelas belum Pembelajaran tidak dimulai dari
mencapai hasil yang maksimal. Hal definisi, konsep-konsep dan diikuti
tersebut diakibatkan dari : 1) metode contoh-contoh, tapi diawali dengan
yang digunakan hanya metode masalah realistik, kemudian
ceramah yang monoton tanpa disertai merumuskan definisi, konsep-konsep
alat bantu lain, 2) proses belajar atau dalil yang diharapkan
mengajar di kelas mengalami ditemukan oleh siswa sendiri. Siswa
kesulitan dalam menyesuaikan dituntut lebih aktif berdiskusi,
strategi pembelajaran dengan melakukan refleksi agar dapat
kemampuan siswa yang beragam, 3) mengkontruksi konsep-konsep
pembelajaran yang dilakukan kurang matematika. Jadi melalui
bervariasi sehingga menimbulkan Pembelajaran Matematika Realistik
rasa jenuh dan bosan pada siswa, 4) akan dapat menimbulkan semangat
jarang mengaitkan materi dengan dan sikap percaya diri dalam belajar
kehidupan sehari-hari dari yang pada akhirnya akan
pengetahuan yang dimiliki siswa meningkatkan keaktifan siswa.
sebelumnya sehingga siswa kurang Dengan meningkatnya keaktifan
menguasai konsep yang telah siswa diharapkan dapat
dibahas, 5) langsung memberi tahu meningkatkan hasil belajar siswa.
konsep/ sifat dan cara Berdasarkan latar belakang
menggunakannya sehingga siswa permasalahan yang dikemukakan di
atas, maka yang menjadi rumusan menambahkan bahwa dalam
masalah perbaikan ini adalah sebagai pembelajaran matematika harus
berikut. terdapat keterkaitan antara
Apakah penerapan Pendekatan pengalaman belajar siswa
Pembelajaran Matematika Realistik sebelumnya dengan konsep yang
dapat meningkatkan hasil belajar akan diajarkan. Sehingga diharapkan
matematika tentang operasi hitung pembelajaran yang terjadi
campuran siswa kelas III SDN 9 merupakan pembelajaran menjadi
Dauh Puri Tahun Pelajaran lebih bermakna, siswa tidak hanya
2016/2017? belajar untuk mengetahui sesuatu
Berdasarkan rumusan masalah (learning to know about), tetapi juga
perbaikan di atas maka yang menjadi belajar melakukan (learning to do),
tujuan perbaikan adalah untuk belajar menjiwai (learning to be),
meningkatkan hasil belajar dan belajar bagaimana seharusnya
matematika tentang operasi hitung belajar (learning to learn), serta
campuran melalui penerapan bagaimana bersosialisasi dengan
pendekatan pembelajaran sesama teman (learning to live
matematika realistik siswa kelas III together).
SDN 9 Dauh Puri Tahun Pelajaran Siswa Sekolah Dasar (SD)
2016/2017. berada pada umur yang berkisar
antara usia 7 hingga 12 tahun, pada
KAJIAN PUSTAKA tahap ini siswa masih berpikir pada
Pembelajaran Matematika di SD fase operasional konkret.
Matematika merupakan alat Kemampuan yang tampak dalam
untuk memberikan cara berpikir, fase ini adalah kemampuan dalam
menyusun pemikiran yang jelas, proses berpikir untuk
tepat, dan teliti. Matematika mengoperasikan kaidah-kaidah
merupakan suatu obyek yang logika, meskipun masih terikat
abstrak, tentu saja sangat sulit dapat dengan objek yang bersifat konkret
dicerna anak-anak Sekolah Dasar (Heruman, 2008). Siswa SD masih
(SD) yang oleh Piaget terikat dengan objek yang ditangkap
diklasifikasikan masih dalam tahap dengan pancaindra, sehingga sangat
operasi konkret. Siswa SD belum diharapkan dalam pembelajaran
mampu untuk berpikir formal maka matematika yang bersifat abstrak,
dalam pembelajaran matematika siswa lebih banyak menggunakan
sangat diharapkan bagi para pendidik media sebagai alat bantu, dan
mengaitkan proses belajar mengajar penggunaan alat peraga.
di SD dengan benda konkret.
Heruman (2008) menyatakan Pembelajaran Matematika
dalam pembelajaran matematika SD, Realistik (PMR)
diharapkan Pembelajaran Matematika
terjadi reinvention (penemuan Realistik (PMR) adalah
kembali). Penemuan kembali adalah pembelajaran matematika yang
menemukan suatu cara penyelesaian mengacu pada konstruktivisme sosial
secara informal dalam pembelajaran dan dikhususkan pada pendidikan
di kelas. Selanjut Heruman matematika (Lange dalam Yuwono,
2001). Dalam pandangan PMR, penemuan kembali menggunakan
pengembangan suatu konsep konsep matematisasi. Ada tiga
matematika dimulai oleh siswa prinsip utama dalam pembelajaran
secara mandiri berupa kegiatan berdasarkan pendekatan matematika
eksplorasi sehingga memberikan realistik, yaitu sebagai berikut.
peluang pada siswa untuk berkreasi 1) Menemukan kembali (Guided
mengembangkan pemikirannya. Re-invention), 2) Fenomena Didaktik
Pengembangan konsep berawal dari (Didactical Phenomenology), 3)
intuisi siswa dan siswa menggunakan Pengembangan model sendiri (Self
strateginya masing-masing dalam Developed Models).
memperoleh suatu konsep. PMR mencerminkan suatu
PMR merupakan suatu pandangan tentang matematika
pendekatan pembelajaran yang sebagai sebuah subject matter,
berorientasi pada Realistic bagaimana anak belajar matematika,
Mathematics Education (RME). dan bagaimana seharusnya diajarkan.
Teori ini mengacu pada pendapat Pandangan ini terurai dalam ciri-ciri
Freudenthal yang mengatakan bahwa PMR yaitu : 1) Menggunakan
siswa tidak boleh dipandang sebagai konteks “Dunia Nyata”,
passive receivers of ready-made pembelajaran diawali dengan
mathematics (penerima pasif masalah kontekstual (dunia nyata),
matematika yang sudah jadi). sehingga memungkinkan mereka
Menurutnya, pendidikan harus menggunakan pengalaman
mengarahkan siswa kepada sebelumnya secara langsung. 2)
penggunaan berbagai situasi dan Menggunakan Model-model
kesempatan untuk menemukan (Matematisasi), peran pemodelan
kembali matematika dengan cara atau matematisasi merupakan
mereka sendiri (Daryanto, 2013). Ini jembatan bagi siswa dari situasi riil
berarti matematika harus dekat ke situasi abstrak atau dari
dengan anak dan relevan dengan matematika informal ke matematika
kehidupan nyata sehari-hari. formal. 3) Menggunakan Produksi
Matematika sebagai aktivitas dan kontruksi, strategi-strategi
manusia berarti manusia harus informal siswa yang berupa prosedur
diberikan kesempatan untuk pemecahan masalah kontekstual
menemukan kembali ide dan konsep merupakan sumber inspirasi dalam
matematika dengan bimbingan orang pengembangan pembelajaran lebih
dewasa (Gravemeijer dalam lanjut yaitu untuk mengkonstruksi
Zainurie, 2007). Upaya ini dilakukan pengetahuan metematika formal. 4)
melalui penjelajahan berbagai situasi Menggunakan Interaktif, interaksi
dan persoalan-persoalan “realistik”. antarsiswa dengan guru merupakan
Realistik dalam hal ini dimaksudkan hal yang mendasar dalam PMR.
tidak mengacu pada realita tetapi Secara eksplisit bentuk-bentuk
pada sesuatu yang dapat interaksi berupa negosiasi,
dibayangkan oleh siswa. Prinsip penjelasan, pembenaran, setuju, tidak
penemuan kembali dapat diinspirasi setuju, pertanyaan atau refleksi
oleh prosedur-prosedur pemecahan digunakan untuk mencapai bentuk
informal, sedangkan proses formal dari bentuk-bentuk informal
siswa. 5) Menggunakan Keterkaitan, “ ) ranah kongnitif berhubungan
dalam PMR pengintegrasian unit- dengan perasaan,sikap,nilai,dan
unit matematika adalah esensial. Jika ranah psikomotor berhuubngan
dalam pembelajaran kita dengan keterampilan motorik .
mengabaikan keterkaitan dengan Dimyati dan Mudjiono (1994 :
bidang yang lain, maka akan 4), berpendapat bahwa : “ hasil
berpengaruh pada pemecahan belajar adalah hasil dari interaksi
masalah. Dalam mengaplikasikan tindak belajar murid dan tindak
matematika, biasanya diperlukan mengajar yang dilakukan guru,tindak
pengetahuan yang lebih kompleks, mengajar diakhiri evaluasi,
dan tidak hanya aritmatika, aljabar, sedangkan tindak belajar merupakan
atau geometri tetapi juga bidang lain puncak dari proses belajar dengan
(Treffers dalam Suharta, 2001). meningkatkan kemampuan”. Proses
Berdasarkan pengertian, prinsip belajar – mengajar merupakan dua
dan karakteristik PMR uraian di atas, hal yang berbeda tetapi membentuk
maka langkah-langkah kegiatan inti satu kesatuan, belajar merupakan
pembelajaran matematika realistik kegiatan siswa dan mengajar
yaitu sebagai berikut: 1) berikan merupakan kegiatan guru yang
kepada siswa suatu soal kontekstual akhirnya siswa akan mendapatkan
yang berhubungan dengan topik kemampuan yang merupakan hasil
sebagai titik mulai, 2) untuk aktivitas belajar tersebut.
berinteraksi berikan kepada siswa Berdasarkan pendapat diatas,
suatu petunjuk/bimbingan pada hasil belajar adalah kemampuan baru
kelompok kecil atau perorangan, 3) atau tingkah laku baru yang
berikan motivasi kepada siswa untuk diperoleh seseorang setelah
membandingkan penyelesaian perinteraksi dengan lingkungan yang
mereka pada saat diskusi kelas, 4) meliputi aspek kongntif, afektif dan
berikan siswa menemukan psikomotor. Jadi, dapat disimpulkan
penyelesaian sendiri, siswa bebas bahwa hasil belajar matematika
membuat penemuan sendiri untuk merupakan sebuah proses akhir
membangun pengetahuan dan belajar siswa setelah memahami dan
pengalamannya sendiri, 5) bersama menguasai sebuah pengetahuan atau
siswa membuat rangkuman untuk ilmu pada pembelajaran matematika.
pemecahan masalah secara
matematika formal, 6) berikan pada METODE
siswa soal yang lain pada konteks Penelitian perbaikan ini melalui
yang sama. 2 siklus pembelajaran. Setiap siklus
terdiri dari empat tahapan yaitu
Hasil Belajar Matematika perencanaan (planning), pelaksanaan
Berikut ini akan dijelaskan (action), pengamatan (observing),
beberapa pendapat tentang dan refleksi (reflection). Setiap siklus
pengertian hasil belajar. Menurut ditindaklanjuti dengan pembuatan 2
Dimyati dan Mudjiono (1994 : 8) , RPP mata pelajaran Matematika
menyatakan “hasil belajar adalah yang keseluruhan menjadi 4 RPP.
perolehan kemampuan berupa Model PTK dalam penelitian ini
kongnitif, afektif , dan psikomotor menggunakan model Kemmis & Mc
Taggart yang merupakan pengolahan data dengan jalan
pengembangan dari konsep dasar menyusun secara sistematis dalam
yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. bentuk narasi atau kalimat atau kata-
Pada desain PTK model Kemmis & kata kategori-kategori mengenai
Mc Taggart komponen suatu objek sehingga akhirnya
acting(tindakan) dan diperoleh kesimpulan umum (Agung,
observing(pengamatan) dijadikan 2011:8).
satu kesatuan. Sebagai tolak ukur keberhasilan
Subjek penelitian ini adalah pelaksanaan penalitian tindakan
siswa kelas III SDN 9 Dauh Puri kelas adalah terjadi peningkatan hasil
Kecamatan Denpasar Utara Tahun belajar matematika siswa pada akhir
Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah siklus penelitian. yang ditunjukkan
42 orang yang terdiri dari 24 siswa dengan rata-rata skor lebih dari 65
laki-laki dan 18 siswa perempuan. dan ketuntasan klasikal hasil belajar
Penelitian ini dipandang perlu matematika minimal 80% dari
dikarenakan hasil belajar siswa jumlah siswa pada akhir siklus dalam
dalam pelajaran Matematika masih penelitian ini.
rendah, tidak banyak siswa yang
mendapatkan nilai sesuai KKM yang Hasil dan Pembahasan
ditetapkan. Objek dalam penelitian Hasil belajar siswa sebelum
ini adalah hasil belajar matematika diadakan perbaikan (pra siklus)
siswa kelas III SDN 9 Dauh Puri. belum menunjukkan hasil yang baik,
Untuk mengetahui hasil belajar hal ini dapat dilihat dengan rincian
Matematika siswa diberikan tes sebagai berikut. Dari 42 orang siswa
evaluasi pada akhir siklus secara terdapat 9 orang (21,4%) yang
individu. Tes yang digunakan memperoleh nilai 50, 6 orang
berbentuk soal uraian sebanyak 5 (14,2%) yang memperoleh nilai 55, 8
butir soal. Tes ini digunakan untuk orang (19%) yang memperoleh nilai
mengukur pemahaman siswa tentang 60, 10 orang (23,8%) yang
materi yang telah dipelajari. memperoleh nilai 65 , 9 orang
Setelah data dalam penelitian (21,4%) yang memperoleh nilai 70.
terkumpul, selanjutnya dilakukan Nilai rata-rata yang diperoleh pada
analisis data dimana analisis data pra siklus masih rendah yaitu 60,47.
dalam penelitian ini adalah Dari perolehan nilai di atas maka
menggunakan teknik analisis dipandang perlu untuk mengadakan
deskriptif, baik deskriptif kuantitatif perbaikan pada siklus I dengan
maupun deskriptif kualitatif. Analisis menerapkan pendekatan
deskriptif kuantitatif adalah suatu Pembelajaran Matematika Realistik.
cara pengolahan data yang dilakukan Pada siklus I telah diterapkan
dengan jalan menyusun secara pendekatan pembelajaran
sistematis dalam bentuk angka-angka matematika realistik. Pendekatan
dan atau presentase suatu objek yang Pembelajaran Matematika Realistik
diteliti sehingga diperoleh memiliki keunggulan yaitu
kesimpulan umum. mengaitkan antara materi yang
Sedangkan analisis deskriptif diajarkan dengan situasi dalam dunia
kualitatif adalah suatu cara analisis nyata siswa. Setelah diadakan
perbaikan pada siklus I, siswa telah Pra
Siklu Siklu
mengalami peningkatan nilai dengan Data Siklu
sI s II
rincian sebagai berikut. Dari 42 s
orang siswa terdapat 1 orang (2,3%)
yang memperoleh nilai 55, 11 orang Rata-rata
(26,1%) yang memperoleh nilai 60 , hasil
15 orang (35,7%) yang memperoleh belajar 60,47 66,31 69,76
nilai 65, 8 orang (19,04%) yang matematik
memperoleh nilai 70, 5 orang a
(11,9%) yang memperoleh nilai 75, 2
Ketuntasa
orang (4,7%) yang memperoleh nilai
n Klasikal
80. Nilai rata-rata yang diperoleh
hasil
pada siklus I adalah 66,31. Dari hasil 45% 71% 90%
belajar
belajar tersebut, dapat dilihat masih
matematik
banyak siswa yang memperoleh nilai
a
di bawah KKM, maka perbaikan
dilanjutkan pada siklus II.
Perbaikan yang dilaksanakan Gambar 01. Grafik Hasil
pada siklus II mempunyai tujuan Perbaikan
untuk meningkatkan nilai siswa Pembelajaran
sehingga lebih memuaskan. Hasil Matematika Prasiklus,
belajar Matematika pada siklus II Siklus I dan siklus II
dapat dilihat dari rincian berikut, dari ( Kelas III SDN 9 Dauh
42 orang siswa terdapat 4 orang Puri, Tahun 2016/2017 )
(9,5%) yang memperoleh nilai 60, 14
orang (33,3%) yang memperoleh 100%
nilai 65, 12 orang (28,5%) yang 90%
90%
memperoleh nilai 70, 6 orang 80%
(14,2%) yang memperoleh nilai 75, 71%
70%
4 orang (9,5%) yang memperoleh
60%
nilai 80, 2 orang (4,7%) yang
memperoleh nilai 85. Nilai rata-rata 50% 45%
yang diperoleh pada siklus II adalah 40%
69,76. Dengan nilai rata-rata tersebut 30%
dan jumlah siswa yang tuntas diatas 20%
80% maka siklus tidak dilanjutkan 10%
lagi. 0%
Pra Sik- Siklus 1 Siklus 2
Tabel 01. Rekapitulasi Perbaikan lus
pembelajaran
Matematika Prasiklus, Berdasarkan hasil observasi
Siklus I dan Siklus II awal pada siswa kelas III SDN 9
( Kelas III SDN 9 Dauh Dauh Puri ditunjukkan bahwa masih
Puri, Tahun 2016/2017 ) rendahnya minat siswa dalam
mengikuti pembelajaran khususnya
pada mata pelajaran Matematika. Hal
ini dapat dilihat dari sikap pasif pembelajaran; (3) belum banyak
siswa dalam mengikuti proses siswa yang aktif berdiskusi dalam
pembelajaran. kelompoknya. Hasil rata-rata siswa
Sikap pasif siswa dilatar pada siklus I adalah 66,31 .Guru
belakangi oleh proses pembelajaran merasa perlu adanya peningkatan
Matematika yang masih maka dari hasil yang diperoleh pada
menggunakan metode ceramah dan siklus I guru memutuskan untuk
kurangnya wawasan dan penguasaan memperbaiki kekurangan tersebut
terhadap model pembelajaran yang pada siklus II.
inovatif, hal ini jelas mengakibatkan Melalui refleksi pada siklus I,
siswa merasa bosan karena situasi guru menyiapkan kembali skenario
pembelajaran yang monoton. dalam RPP. Proses pembelajaran
Berdasarkan permasalahan tersebut pada siklus II kembali menggunakan
guru mengkaji permasalahan yang Pendekatan Pembelajaran
kemudian dijadikan dasar untuk Matematika Realistik. Hasil belajar
memilih pendekatan yang digunakan dan keaktivan dalam pembelajaran
untuk memperbaiki hasil dan Matematika pada siklus II
keaktivan siswa dalam mata mengalami peningkatan dan hasilnya
pelajaran Matematika. Setelah memuaskan. Hal ini dibuktikan dari
berdiskusi dengan teman sejawat dan rata-rata yang diperoleh yaitu 69,76.
memohon ijin kepada kepala sekolah Pada siklus II, pembelajaran telah
maka disepakati menerapkan terlihat aktif. Hampir semua siswa
pendekatan Pembelajaran tampak aktif dan tidak bermain
Matematika Realistik, yaitu sendiri. Dari data yang ditampilkan
pembelajaran yang dapat membantu pada grafik, menunjukkan bahwa
siswa mengaitkan apa yang dipelajari setiap tahap pembelajaran mulai dari
dengan kehidupan sehari-hari tahap pra siklus, tahap siklus I,
(nyata), sehingga dapat digunakan sampai dengan tahap siklus II terjadi
dalam kehidupan bermasyarakat. peningkatan. Data tersebut dapat
Setelah dilakukan perbaikan membuktikan bahwa Pendekatan
pada siklus I, hasil belajar siswa Pembelajaran Matematika Realistik
sudah dirasakan ada peningkatan memang tepat digunakan untuk
namun, masih banyak nilai atau skor meningkatkan hasil belajar
yang berada di bawah KKM yaitu Matematika di sekolah dasar,
65. Selain hal tersebut, pada siklus I khususnya pada siswa kelas III di
juga masih banyak ditemukan SDN 9 Dauh Puri, Kecamatan
hambatan atau kekurangan dalam Denpasar Utara Tahun Pelajaran
proses pembelajaran. Kekurangan- 2016/2017.
kekurangan tersebut antara lain : (1)
siswa masih kebingungan pada SIMPULAN DAN SARAN
pertemuan pertama, karena Berdasarkan hasil pembahasan
pendekatan Pembelajaran yang diperoleh dari tahap pra siklus,
Matematika Realistik merupakan hal siklus I sampai dengan siklus II,
baru yang mereka alami; (2) masih maka simpulan yang didapat adalah
ada beberapa siswa yang kurang sebagai berikut.
antusias terhadap proses
1) Berdasarkan analisis data dilanjutkan pada siklus II. Dari 42
yang diperoleh dari tahap pra siklus, orang siswa terdapat 4 orang (9,5%)
siklus I sampai siklus II telah yang memperoleh nilai 60, 14 orang
dibuktikan bahwa pendekatan (33,3%) yang memperoleh nilai 65,
Pembelajaran Matematika Realistik 12 orang (28,5%) yang memperoleh
memang tepat digunakan untuk nilai 70, 6 orang (14,2%) yang
meningkatkan hasil belajar memperoleh nilai 75, 4 orang
Matematika siswa. 2) Pada tahap pra (9,5%) yang memperoleh nilai 80, 2
siklus perolehan hasil belajar siswa orang (4,7%) yang memperoleh nilai
yaitu dari 42 orang siswa terdapat 9 85. Nilai rata-rata yang diperoleh
orang (21,4%) yang memperoleh pada siklus II adalah 69,76. Dengan
nilai 50, 6 orang (14,2%) yang nilai rata-rata tersebut maka siklus
memperoleh nilai 55, 8 orang (19%) tidak dilanjutkan lagi.
yang memperoleh nilai 60, 10 orang Saran yang dapat disampaikan
(23,8%) yang memperoleh nilai 65 , terkait dengan perbaikan
9 orang (21,4%) yang memperoleh pembelajaran adalah sebagai berikut.
nilai 70. Nilai rata-rata yang 1) Proses pembelajaran
diperoleh pada pra siklus masih Matematika hendaknya selalu
rendah yaitu 60,47. Berdasarkan menggunakan model pembelajaran
hasil tersebut, perbaikan dilanjutkan yang bervariasi dan tidak monoton
pada siklus I. 3) Pada siklus I hasil sehingga hasil belajar bisa dicapai
belajar Matematika sudah mengalami secara optimal. 2) Hendaknya guru
peningkatan, yaitu dari 42 orang mampu melibatkan siswa secara aktif
siswa terdapat 1 orang (2,3%) yang selama kegiatan pembelajaran
memperoleh nilai 55, 11 orang berlangsung serta guru sanggup
(26,1%) yang memperoleh nilai 60 , menjadi innovator, motivator, dan
15 orang (35,7%) yang memperoleh fasilitator yang baik bagi siswa
nilai 65, 8 orang (19,04%) yang sehingga kegiatan pembelajaran
memperoleh nilai 70, 5 orang dapat berhasil baik. 3) Pembelajaran
(11,9%) yang memperoleh nilai 75, 2 disiapkan sebaik mungkin dengan
orang (4,7%) yang memperoleh nilai menyiapkan berbagai jenis media
80. Nilai rata-rata yang diperoleh pembelajaran konkret yang dekat
pada siklus I adalah 66,31. Dari hasil dengan siswa sehingga lebih menarik
belajar tersebut, dapat dilihat masih dalam mengikuti pembelajaran. 4)
banyak siswa yang memperoleh nilai Dalam setiap pembelajaran yang
di bawah KKM, maka perbaikan proses dan hasilnya belum sesuai
dilanjutkan pada siklus II. 4) Data dengan standar yang ditetapkan
yang diperoleh dalam siklus I belum hendaknya melakukan perbaikan
menunjukkan adanya ketuntasan pembelajaran melalui Penelitian
yang dicapai, maka perbaikann Tindakan Kelas (PTK) agar hasil
belajar lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Agung, A.A. Gede. 1999. Metode Penelitian Pendidikan. Singaraja: STKIP
Singaraja.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Caray. 2008. Pembelajaran Matematika Realistik (RME) (Online).
(http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2010/08/pembelajaran-
matematika-realistik-rme.html). Diakses pada tanggal 1 November 2016.

Daryanto. 2013. Inovasi Pembelajaran Efektif. Edisi 1. Bandung: Yrama Widya.

Heruman. 2009. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (Online).


(http://www.griyabuku.net/model-pembelajaran-matematika-di-sekolah-
dasar-1694-0.dhtml). Diakses 1 November 2016.

Mulbar, Usman.2012.Dalam jurnalnya yang berjudul “Disain Pembelajaran


Matematika Realistik yang Melibatkan Metakognisi Siswa pada Pokok
Bahasan Aritmetika Sosial di Sekolah Menengah Pertama”. FMIPA UNM
Makassar. Diakses pada tanggal 1 November 2016.

Nurkancana dan Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha


Nasional.

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar


Baru Algensindo.

Supardi.2012.Dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran


Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari
Motivasi Belajar”. FTMIPA Universitas Indraprasta PGRI. Diakses pada
tanggal 1 November 2016.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar.


Jakarta: Kencana.

Suryanto, Adi.dkk. 2014. Evaluasi Pembelajaran di SD. Tangerang Selatan:


Universitas Terbuka.

Wardhani, IGAK.dkk. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang Selatan:


Universitas Terbuka.

Zainurie.2007.Pembelajaran Matematika Realistik. (Online).


(http://zainurie.wordpress.com/2007/04/13/pembelajaran-matematika-
realistik-rme). Diakses pada tanggal 1 November 2016.

Anda mungkin juga menyukai