Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 3, No.

1, April 2019 eISSN 2581-253X

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT ATTAINMENT UNTUK


MENINGKATKAN AKTIVITAS MATEMATIKA SISWA SMP

Fransisca Theresia Sijabat1, Effie Efrida Muchlis, Nurul Astuty Yensy B. 3


Program Studi Pendidikan Matematika, JPMIPA, FKIP Universitas Bengkulu
email :1fransisca035@gmail.com,2effie_efrida@unib.ac.id, 3nurulastutyyensi@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara penerapan model pembelajaran concept attainment
sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pondok
Kelapa. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan teknik
pengumpulan data melalui lembar observasi aktivitas siswa. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas VII 2 SMP Negeri 1 Pondok Kelapa tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 28 orang. Hasil
penelitian ini menunjukkan penerapan model pembelajaran concept attainment dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa. Peningkatan aktivitas dapat dilihat dari skor rata-rata observasi siswa siklus I,
II, dan III secara berturut-turut yaitu 27,875 (cukup aktif); 36,75 (aktif); dan 43,75 (sangat aktif).
Kata kunci: aktivitas belajar, model pembelajaran concept attainment.

Abstract
The aim of this research was to know how to implement concept attainment learning model in order to
improve student’s activity of grade VII class at Junior High School Number 1 Pondok Kelapa. The
type of research was Classroom Action Research (CAR) with collecting data technique by using
observation sheet of student’s activity. The Subject in this research was 28 students of class VII 2
Junior High School 1 Pondok Kelapa even semester of academic year 2017/2018. Amount of the
subject in this research was 28 students. This research showed that the implementation of concept
attainment learning model can improve student’s activity. The activity improvement can be seen from
mean scores of student’s observation on first, second and third cycle respectively which were 27,875;
36,75; and 43,75 with their criteria that include quite active, active, and very active.
Key terms: learning activity, concept attainment learning models

PENDAHULUAN memiliki kemampuan memahami konsep


matematika, menjelaskan keterkaitan antar
Matematika merupakan salah satu mata konsep dan mengaplikasikan konsep atau
pelajaran yang memiliki peranan penting dalam algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam tepat, dalam pemecahan masalah.
pelajaran di sekolah lebih banyak dibandingkan Pada pembelajaran matematika perolehan
dengan pelajaran lain. Dalam proses konsep merupakan hal yang penting. Menurut
pembelajaran, guru matematika sebaiknya Dahar (2011: 63) konsep merupakan abstraksi
memahami cara untuk memberikan rangsangan mental yang mewakili satu kelas stimulus.
pada siswa sehingga siswa dapat memahami Konsep dapat diperoleh dengan menyusun ide
konsep dasar dari materi yang disampaikan. yang penting dari ide yang umum. Konsep
Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri dikatakan telah dipelajari apabila konsep telah
Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik diterapkan seorang yang mempelajari konsep
Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 tentang tersebut dalam kehidupannya. Konsep dapat
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan membantu seseorang dalam menjelaskan,
Menengah yang menyebutkan tujuan pertama menganalisis, dan menghubungkan suatu
mata pelajaran matematika adalah peserta didik materi yang dipelajari di sekolah.

13
Sijabat, Muchlis, Yensy B.
Penerapan Model Pembelajaran Concept Attainment untuk Meningkatkan Aktivitas Matematika Siswa SMP
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 3, No. 1, April 2019 eISSN 2581-253X

Dengan memperoleh konsep matematika Concept attainment dalam bahasa


siswa dapat mengerti tentang definisi, cara Indonesia dapat diartikan pencapaian atau
pemecahan masalah, maupun pengoprasian perolehan konsep. Concept attainment
materi matematika secara benar. Namun menuntut siswa mampu menjelaskan ide-ide
kenyataan saat ini penguasaan dan pemahaman untuk menemukan suatu konsep
siswa terhadap konsep matematika masih matematika.Jika siswa sudah mampu
lemah. Hal ini dikarenakan proses menjelaskan ide-ide tersebut, maka siswa
pembelajaran yang kurang mendalam dan mampu membedakan hal-hal yang sesuai
kurang menekankan konsep matematika dengan konsep dan yang tidak sesuai dengan
tersebut. Materi matematika yang diterima konsep.Selanjutnya siswa akan mampu
siswa secara pasif menjadikan matematika memahami dan menyimpulkan suatu konsep
kurang bermakna bagi siswa. Siswa pun matematika secara mandiri dengan bimbingan
menjadi kurang aktif dalam proses guru. Dengan demikian siswa akan lebih
pembelajaran dikarenakan pembelajaran yang memahami konsep tersebut karena ia sendiri
monoton dan kurangnya penekanan konsep. yang memperolehnya.
Pelibatan seluruh siswa untuk dapat aktif Model concept attainment adalah model
dalam proses pembelajaran sangat diperlukan. yang menerapkan proses mencari dan
Keaktifan peserta didik dalam menjalani proses mendaftar sifat-sifat yang dapat digunakan
belajar mengajar merupakan salah satu kunci untuk membedakan contoh yang tepat dan yang
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan. tidak tepat (Huda, 2017: 81). Dari penjelasan
Menurut Sardiman (2008: 97) jika tidak ada ini maka dapat terlihat aktivitas siswa untuk
aktivitas, maka proses pembelajaran tidak dapat memperoleh sebuah konsep melalui contoh dan
berjalan dengan dengan baik. Aktivitas siswa bukan contoh. Berdasarkan pengamatan siswa
selama pembelajaran mencerminkan adanya tentang contoh dan bukan contoh tersebut maka
motivasi ataupun keinginan siswa untuk diharapkan siswa dapat menyebutkan
belajar. pendapatnya mengenai konsep yang ia peroleh.
Aktivitas siswa tidak cukup hanya Tugas guru pada proses pembelajaran adalah
mendengarkan dan mencatat seperti yang biasa menuntun siswa agar dapat mengkonstruksikan
terjadi di beberapa sekolah. Hal ini terjadi konsep dengan sesuai.
karena guru sering menggunakan metode Menurut Uno (2017: 10) model
konvensional atau ceramah pada proses pembelajaran perolehan konsep adalah suatu
pembelajaran. Maka harus adanya serangkaian model pembelajaran yang bertujuan membantu
kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses siswa untuk memahami suatu konsep pelajaran.
pembelajaran agar mencapai tujuan Pemahaman siswa pada suatu konsep
pembelajaran sesuai indikator aktivitas belajar. pembelajaran ini akan mempermudah siswa
Dengan adanya masalah ini, maka perlu untuk memahami konsep dari pelajaran lebih
diterapkannya suatu model pembelajaran yang tinggi. Perolehan konsep pada siswa ini
dapat melibatkan siswa aktif dalam berguna agar siswa dapat mengkategorikan
membangun ide, konsep, prinsip, dan struktur suatu materi pembelajaran. Dengan
matematika berdasarkan pengalamannya memperoleh konsep, siswa juga dapat
sendiri. Dengan kata lain siswa dapat menemukan hal-hal baru yang dapat ia
memperoleh konsep sendiri dari contoh yang kembangkan dalam kesehariannya.
benar dan yang tidak benar. Pemahaman Model pembelajaran concept attainment
konsep ini akan membantu siswa untuk memiliki tiga tahapan dalam proses
memahami materi selanjutnya. Salah satu pembelajarannya. Uno (2017: 11) menyatakan
model pembelajaran yang dapat diterapkan tahap pertama pada model ini adalah tahap
adalah concept attainment. kategorisasi, yaitu upaya mengkategorikan
yang sesuai atau tidak dengan konsep yang

14
Sijabat, Muchlis, Yensy B.
Penerapan Model Pembelajaran Concept Attainment untuk Meningkatkan Aktivitas Matematika Siswa SMP
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 3, No. 1, April 2019 eISSN 2581-253X

diperoleh.Selanjutnya adalah tahap Tahap Ketiga:


menyesuaikan kategori yang sesuai dan yang Analisis Strategi-Strategi Berpikir
tidak sesuai di singkirkan, kategori yang sudah 1. Siswa mendeskripsikan pemikiran-
sesuai digabungkan agar membentuk suatu pemikiran.
konsep.Tahap terakhir adalah menyimpulkan 2. Siswa mendiskusikan peran sifat dan
dari hasil pada tahap kedua, maka siswa dapat hipotesis.
memperoleh suatu konsep. 3. Siswa mendiskusikan jenis dan ragam
Joyce, Weil, dan Calhoun (2009: 136) hipotesis.
menjelaskan pula ada tiga tahapan yang dapat
dilakukan agar siswa dapat mencapai suatu Model pembelajaran concept attainment
konsep dengan model pembelajaran concept memiliki kelebihan yang dapat memperbaiki
attainment. Pada tahap awal akan diberikan masalah dalam pembelajaran (Ridwan, 2013:
lembar pembelajaran yang berisi unit yang 12). Dalam model ini siswa akan mempunyai
merupakan contoh dan noncontoh. Selanjutnya, gambaran umum tentang konsep materi
siswa menguji penemuan yang telah ia lakukan. pembelajaran, dengan demikian pembelajaran
Pengujian ini dilakukan dengan cara ini akan lebih aktif karena adanya pertanyaan-
mengidentifikasikan secara tepat contoh-contoh pertanyaan siswa untuk memastikan apakah
yang tidak diberi penjelasan yang merupakan gambaran umum yang dimilikinya sesuai
contoh yang tepat dan contoh yang tidak tepat, dengan konsep materi yang diajarkan. Siswa
pada tahap ini juga ditambah dengan contoh juga dapat mengukur kemampuannya dalam
yang siswa sendiri berikan. Tahap terakhir pencapaian konsep dengan mengoreksi hasil
adalah tempat siswa menganalisis dari ide yang pemikirannya dengan konsep matematika yang
ia terima di tahap-tahap sebelumnya. Dari ada. Kemungkinan alasan siswa untuk lupa
kesimpulan analisis siswa inilah akan diperoleh akan konsep juga dapat diperkecil, karena pada
suatu konsep. model ini siswa bukan menghafal melainkan
Secara Ringkas, berikut tahapan Model menemukan konsep dari hasil pemikirannya
Pembelajaran Concept Attainment.menurut sendiri berdasarkan ide-ide yang diberikan
Joyce, Weil, dan Calhoun (2009: 136) guru. Selain kelebihan yang telah dijelaskan,
Ridwan (2013: 13) menjelaskan bahwa model
Tahap Pertama: concept attainment memiliki kekurangan jika
Penyajian Data dan Identifikasi Konsep guru tidak terampil dalam mempersiapkan
1. Guru menyajikan contoh-contoh yang telah maupun dalam proses pembelajaran di dalam
dilabeli. kelas.
2. Siswa membandingkan sifat atau ciri dalam Model pencapaian konsep ini dapat
contoh positif dan contoh negatif. diterapkan di segala tingkatan pendidikan.
Siswa menjelaskan definisi menurut sifat Hanya saja untuk tingkatan anak usia dini,
atau ciri yang paling mendasar. tahap analisis berpikir kurang sesuai untuk
diterapkan. Tahapan ini cocok diterapkan mulai
Tahap Kedua: dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD)
Pengujian Pencapaian Konsep tingkat tinggi (kelas 4, 5, dan 6). Dengan
1. Siswa mengidentifikasi contoh tambahan kegiatan ini akan mudah melihat respon dan
yang tidak dilabeli dengan tanda Ya atau aktivitas siswa. Inti yang harus diterapkan pada
Tidak. model ini bukanlah menemukan atau konsep-
2. Guru menguji hipotesis, menamai konsep, konsep baru melainkan mencapai konsep yang
dan menyatakan kembali definisi dan sifat sebelumnya telah dipilih oleh guru (Huda,
yang mendasar. 2017: 83).
3. Siswa membuat contoh-contoh. Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII

15
Sijabat, Muchlis, Yensy B.
Penerapan Model Pembelajaran Concept Attainment untuk Meningkatkan Aktivitas Matematika Siswa SMP
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 3, No. 1, April 2019 eISSN 2581-253X

SMP Negeri 1 Pondok Kelapa melalui Lembar observasi aktivitas siswa


penerapan model pembelajaran concept berjumlah 12 butir observasi, skor tertinggi tiap
attainment. butir adalah 3, maka skor tertinggi adalah 4 x
12 = 48.Sedangkan skor terendah tiap butir
METODE adalah 1, maka skor terendah adalah 1 x 12 =
Jenis penelitian yang digunakan adalah 12. Diperoleh kisaran untuk tiap kriteria adalah
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action sebagai berikut.
Research).Menurut Hamdani (2011: 326) ( )
Penelitian Tindakan Kelas adalah kegiatan
ilmiah yang mampu merefleksikan kegiatan
pembelajaran di kelas melalui penelitian ilmiah
yang dapat dipertanggungjawabkan dengan
prosedur dan persyaratan yang ada. Tindakan Aktivitas belajar siswa diamati oleh dua
tersebut diberikan oleh guru dengan arahan orang pengamat, sehingga untuk menganalisis
guru yang dilakukan oleh siswa tanpa skor pada hasil observasi aktivitas siswa dapat
mengurangi perhatian terhadap kelas dan ditemukan dengan cara sebagai berikut.
prestasi siswa. Tindakan ini juga biasanya
berupa tindakan untuk memperbaiki sesuatu
( )
yang salah dalam pembelajaran sebelumnya.
Menurut Trianto (2011: 36) tahapan pada setiap
siklus meliputi perencanaan tindakan Sumber: Adaptasi dari Sudjana (2016: 109)
(planning), pelaksanaan tindakan (acting),
pengamatan terhadap tindakan (observing), dan Keterangan:
refleksi terhadap tindakan (reflecting). x = nilai skor aktivitas siswa
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas P1 = jumlah skor aktivitas yang diamati
VII 2 SMP Negeri 1 Pondok Kelapa tahun oleh pengamat 1
ajaran 2017/2018 yang berjumlah 28 siswa, P2 = jumlah skor aktivitas yang diamati
yaitu 15 siswa laki-laki dan 13 siswa oleh pengamat 2
perempuan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan Setelah diperoleh nilai skor siswa, maka
dalam penelitian ini adalah dengan kisaran skor penilaian untuk lembar observasi
menggunakan data langsung tentang aktivitas aktivitas siswa adalah sebagai berikut.
belajar siswa.Aktivitas belajar siswa didapat
dari hasil pengamatan oleh dua orang Tabel 2. Kisaran Skor Lembar Observasi
pengamat, yaitu guru matematika dan teman Aktivitas Siswa
sejawat. Kriteria Kisaran Skor
Notasi
Berikut adalah tabel kriteria penelitian Penelitian
untuk observasi aktivitas siswa. Kurang Aktif K
Cukup Aktif C
Tabel 1. Kriteria Penelitian untuk Observasi Aktif B
Aktivitas Siswa Sangat Aktif S
Kriteria Keterangan:
Notasi Skor
Penelitian x = nilai skor aktivitas siswa
Kurang Aktif K 1
Cukup Aktif C 2 Kisaran skor untuk perhitungan atau
Aktif B 3 analisis aktivitas per aspek juga ditentukan
Sangat Aktif S 4 berdasarkan rumus pembagian interval sebagai
Sumber: Adaptasi dari Sudjana (2016: 77) berikut.

16
Sijabat, Muchlis, Yensy B.
Penerapan Model Pembelajaran Concept Attainment untuk Meningkatkan Aktivitas Matematika Siswa SMP
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 3, No. 1, April 2019 eISSN 2581-253X

Negeri 1 Pondok Kelapa adalah sebagai


berikut.
1. Pembelajaran masih berlangsung satu arah,
Jadi interval skor untuk aktivitas siswa ini menyebabkan hampir seluruh siswa
pada setiap aspeknya adalah 0,75. Kriteria kurang aktif dalam merespon apa yang
penilaian untuk menganalisis aktivitas pada disampaikan oleh guru dalam
setiap aspeknya dapat dilihat berdasarkan pembelajaran matematika.
kisaran skor seperti berikut. 2. Kurangnya penekanan akan konsep
matematika, ini menyebabkan mayoritas
Tabel 3. Kriteria Penilaian untuk Observasi siswa menghafal rumus dan memperbesar
Aktivitas Siswa pada Setiap Aspek kemungkinan siswa lupa akan rumus
Kisaran Skor Aktivitas Kriteria matematika tersebut.
Siswa pada Setiap Aspek 3. Keheterogenan kemampuan akademis
Kurang Aktif (K) siswa dalam memahami pelajaran
Cukup Aktif (C) beragam. Ini dapat dilihat dari varians nilai
Aktif (B) akhir ujian semester ganjil siswa yang
Sangat Aktif (S) tinggi yaitu 116,39.
Keterangan: skor aktivitas siswa aspek ke-i
Selanjutnya peneliti melaksanakan
Indikator keberhasilan tindakan ini adalah kegiatan pembelajaran dengan menerapkan
aktivitas belajar siswa dalam pelaksanaan model pembelajaran Concept Attainment untuk
pembelajaran minimal berada pada kriteria meningkatkan aktivitas belajar matematika
sangat aktif yaitu memenuhi interval siswa yang diperoleh dari hasil refleksi awal.
. Aktivitas belajar siswa pada penelitian ini
diperoleh dari hasil pengamatan dari dua orang
HASIL DAN PEMBAHASAN pengamat yang dilakukan pada saat
Hasil berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di
Penelitian tindakan kelas melalui kelas melalui lembar observasi siswa dengan
penerapan model pembelajaran concept 12 butir indikator aktivitas siswa. Pengamatan
attainment di kelas VII 2 SMP Negeri 1 ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa
Pondok Kelapa dilaksanakan dari tanggal 27 pada saat penerapan model pembelajaran
Maret 2018 sampai dengan 15 Mei 2018. concept attainment terhadap kegiatan
Kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan pembelajaran pada tiap siklus.
penelitian adalah pengamatan terhadap sasaran
penelitian untuk mendapatkan informasi serta Tabel 4. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
refleksi awal mengenai proses pembelajaran Siklus I Siklus II Siklus III
Pert.
pada sasaran penelitian. P1 P2 P1 P2 P1 P2
Refleksi awal dilakukan sebelum Pert. 1 21 26 31 33 38 39
melakukan tindakan pada sasaran penelitian di Pert. 2 29 28 35 37 44 44
kelas VII 2 SMP Negeri 1 Pondok Kelapa, Pert. 3 28 28 37 37 45 46
yaitu pada tanggal 27 Februari 2018. Penelitian Pert. 4 31 32 42 42 47 47
melakukan observasi dan wawancara ini Rata-rata
27, 28, 36, 37, 43,
dilakukan dengan Bapak Ramli, S.Pd selaku Pert. (1, 2, 44
25 5 25 25 5
3, 4)
guru matematika di kelas VII 2 untuk
Rata-rata
mengetahui proses pembelajaran matematika. 27,875 36,75 43,75
P (1 dan 2)
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran di Cukup Sangat
kelas tersebut, gambaran umum proses Kriteria Aktif
Aktif Aktif
pembelajaran matematika di kelas VII 2 SMP

17
Sijabat, Muchlis, Yensy B.
Penerapan Model Pembelajaran Concept Attainment untuk Meningkatkan Aktivitas Matematika Siswa SMP
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 3, No. 1, April 2019 eISSN 2581-253X

Pembahasan Aktivitas belajar siswa selalu mengalami


peningkatan setiap siklusnya. Sedangkan
Pada siklus I, rata-rata aktivitas belajar berdasarkan analisis data hasil pengamatan
siswa masih dalam kategori cukup yaitu 27,875 setiap siklus, per indikator, butir penilaian
yaitu berada pada rentang , aktivitas perkembangan aktivitas siswa sangat
dimana x adalah jumlah skor. Dalam kegiatan beragam. Keberagaman tersebut dapat dilihat
diskusi siswa, beberapa kelompok sudah pada grafik berikut.
melakukan pembagian tugas dengan baik,
tetapi masih ada anggota kelompok yang belum
mempunyai kesadaran untuk ikut serta dalam
kegiatan kelompok. Masih ada anggota
kelompok yang hanya melihat dan
mengganggu teman dari kelompok yang lain.
Hal ini terjadi dikarenakan banyak siswa yang
kurang puas atas kelompok yang telah guru
bagikan. Untuk itu guru memberikan
pengertian kepada siswa atau kelompok yang
terima akan kelompoknya tersebut.
Dari hasil observasi siklus II diperoleh
rata-rata skor dari dua observer 36,75 dimana
berada pada rentang yang
berada pada kriteria aktif. Dalam kegiatan
diskusi siswa, pembagian tugas pada
kelompok sudah baik. Siswa yang ribut dan
keluar masuk kelas sudah berkurang. Tetapi
Gambar 1. Grafik perkembangan aktivitas
masih ada beberapa siswa yang mengganggu
siswa per indikator observasi
temannya yang sedang melakukan kegiatan
mengukur dengan meminjam alat ukur dan
tidak dikembalikan dengan segera, walaupun Pada siklus I adalah masih siswa yang
telah disediakan oleh guru alat ukur untuk kurang mengerti pada proses pembelajaran dan
masing-masing kelompok. Keaktifan siswa siswa ini merasa takut untuk bertanya kepada
juga terlihat ketika diminta untuk guru (indikator 2). Hal ini dikarenakan siswa
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. telah terbiasa dengan pembelajaran yang hanya
Sudah terdapat dua kelompok yang menerima saja dari guru dan jarang diminta
mengajukan diri untuk mempresentasikan tugas untuk bertanya. Dalam hal ini guru mencoba
dibandingkan pada siklus I yang sulit sekali mendatangi siswa yang terlihat kesulitan saat
untuk meminta siswa mempresentasikan hasil proses pembelajaran berlangsung dan
kegiatannya di depan kelas. memotivasi agar bertanya langsung kepada
Dari rata-rata skor dari dua observer guru jika ada bagian yang belum dipahami.
aktivitas belajar siswa diperoleh 43,75 yang Penyebab lain juga terjadi saat siswa
mana berada pada interval kurang dapat membandingkan contoh positif
dan terlihat bahwa kriteria dan negatif yang ada pada LKPD (indikator 5).
keaktifan siswa pada siklus III adalah sangat Hal ini dikarenakan siswa tidak terbiasa dengan
aktif. Pada siklus III ini, masih ada aspek yang pembelajaran dengan membandingkan contoh
belum berada pada kriteria sangat aktif yaitu yang salah dengan yang benar. Ada juga siswa
aspek bertanya dan memberi tanggapan. Hal ini yang dapat membandingkan dengan lisan tetapi
dikarenakan siswa belum terlalu kritis merasa kesulitan saat diminta untuk
menyikapi hasil diskusi kelompok lain. menuliskannya pada LKPD. Dalam hal ini guru

18
Sijabat, Muchlis, Yensy B.
Penerapan Model Pembelajaran Concept Attainment untuk Meningkatkan Aktivitas Matematika Siswa SMP
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 3, No. 1, April 2019 eISSN 2581-253X

mencoba membantu siswa dengan memberikan menurut Uno (2017: 10) yang menyebutkan
contoh salah satu perbedaannya dan cara model pembelajaran concept attainment
menuliskannya pada LKPD. bertujuan membantu siswa untuk aktif dalam
Pada tahap ketiga model pembelajaran memahami suatu konsep pelajaran. Terlihat
concept attainment juga terlihat siswa kurang pada tiap siklusnya aktivitas belajar siswa
dapat menganalisis strategi-strategi berpikirnya meningkat hal ini dikarenakan model
untuk menyelesaikan beberapa soal yang pembelajaran yang digunakan membuat siswa
diberikan. Hal ini dikarenakan pada tahap terlatih aktif dalam proses pembelajaran dan
penyajian data dan identifikasi konsep siswa dapat menemukan konsep sendiri sehingga
terbiasa dengan mengukur panjang sisi, besar pelajaran lebih bermakna, pada akhirnya hasil
sudut, dan panjang diagonal sehingga saat belajar siswa dapat meningkat.
diterapkan pada soal siswa kembali mengukur
dengan menggunakan penggaris dan busur PENUTUP
tanpa memperhatikan apa yang diketahui pada
soal. Dalam hal ini guru mengingatkan kepada Simpulan
siswa untuk memperhatikan apa yang diketahui Penerapan model pembelajaran concept
dan ditanyakan pada soal yang ada. attainment dapat meningkatkan aktivitas
Saat proses presentasi selesai dan guru belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pondok
meminta siswa lain untuk memberikan Kelapa, yaitu dengan cara pembagian
pendapat mengenai apa yang dipresentasikan, kelompok yang heterogen, diskusi kelompok,
banyak siswa belum mampu menanggapi hasil presentasi hasil diskusi kelompok, dan
presentasi temannya. Dalam hal ini guru penyimpulan. Skor rata-rata pengamat aktivitas
memancing siswa untuk bertanya dengan belajar siswa pada siklus I sebesar 27,875
temannya yang sedang melakukan presentasi. (kategori cukup aktif), pada siklus II sebesar
Pada siklus II penerapan model 36,75 (kategori aktif), dan pada siklus III
pembelajaran concept attainment masih sebesar 43,75 (kategori sangat aktif).
kesulitan saat membandingkan contoh positif
dan negatif yang ada pada LKPD (indikator 5)
sama seperti siklus I. Tetapi pada siklus II ini Saran
hanya beberapa siswa yang mengalami hal Berdasarkan hasil penelitian yang telah
demikian. dilakukan oleh peneliti, maka saran yang dapat
Pada siklus I dan II terlihat belum ada diberikan oleh peneliti adalah:
peningkatan yang signifikan mengenai 1. Mengoptimalkan waktu yang digunakan
keaktifan siswa dalam mempresentasi hasil untuk pengerjaan LKPD concept
diskusi kelompok dan memberi tanggapan atas attainment agar waktu pembelajaran tidak
presentasi kelompok lain (indikator 10 dan 11). hanya habis digunakan untuk pengamatan
Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa membandingkan contoh positif dan negatif
dengan proses pembelajaran seperti ini. saja, hal ini dapat ditindaklanjuti salah
Pada siklus III sudah terlihat peningkatan satunya dengan memberi gambar bangun
aktivitas sangat signifikan. Hal ini dikarenakan datar yang memiliki panjang sisi bilangan
siswa sudah mulai terbiasa dengan model bulat sehingga siswa tidak kesulitan dalam
pembelajaran concept attainment yang mengukur dan membandingkan contoh
diterapkan dan siswa sudah mulai aktif dalam yang diberikan.
proses presentasi dan menanggapi hasil 2. Pembelajaran dengan menggunakan model
presentasi kelompok lain. pembelajaran concept attainment akan
Berdasarkan hasil tes akhir siklus I, II, dan lebih efektif berlangsung jika
III terlihat adanya peningkatan aktivitas belajar mengkombinasikan alat peraga pada tahap
matematika siswa. Hal ini membuktikan teori penyajian data dan identifikasi konsep.

19
Sijabat, Muchlis, Yensy B.
Penerapan Model Pembelajaran Concept Attainment untuk Meningkatkan Aktivitas Matematika Siswa SMP
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 3, No. 1, April 2019 eISSN 2581-253X

DAFTAR PUSTAKA
Sardiman. (2008). Interaksi dan Motivasi
Dahar, Ratna Wilis. (2011). Teori Belajar dan Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Pembelajaran.Jakarta: Erlangga. Persada.

Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Sudijono, Anas. (2011). Pengantar Evaluasi
Bandung: Pustaka Setia. Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Huda, Miftahul. (2017). Model-Model Sudjana, Nana. (2016). Penilaian Hasil Proses
Pengajaran dan Pembelajaran. Belajar Mengajar.Bandung: Rosdakarya.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Trianto. (2011). Panduan Lengkap Penelitian
Joyce, Bruce, Marsha Weil dan Emily Calhoun. Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka.
(2009). Models of Teaching (Model-Model
Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Belajar. Uno, Hamzah B. (2017). Model Pembelajaran
Menciptakan Proses Belajar Mengajar
Ridwan, Reno. (2013). Penerapan Model yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi
Pembelajaran Concept Attainment dalam Aksara.
Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII J
SMP N 4 Bukittinggi. Skripsi tidak
diterbitkan. Padang: Universitas Negeri
Padang.

20
Sijabat, Muchlis, Yensy B.
Penerapan Model Pembelajaran Concept Attainment untuk Meningkatkan Aktivitas Matematika Siswa SMP

Anda mungkin juga menyukai