Anda di halaman 1dari 10

583 JURNAL ENTROPI, VOLUME VII, NOMOR 1, FEBRUARI 2013

Inovasi Penelitian, Pendidikan dan Pembelajaran Sains

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif


Tipe NHT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas X2 SMA Neg. 3 Gorontalo Pada Materi Jarak
Pada Bangun Ruang
Nurhayati Husain Alie
Guru SMA Negeri 3 Gorontalo

ABSTRAK: Penelitian ini berangkat dari latar belakang pembelajaran yang


dilakukan oleh guru pada umumnya adalah dengan menceramahkan konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan hukum-hukum dalam bentuk yang sudah jadi kepada siswa.
Pembelajaran dengan cara ini terbukti kurang berhasil sebab ditemukan pemahaman
siswa yang belum komprehensif terhadap materi yang diajarkan, sehingga siswa
kurang cakap dalam memformulasikan pemahamannya untuk dapat menyelesaikan
atau memecahkan masalah yang masih berkisar pada materi yang diberikan
sebelumnya. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan yang berakibat
kurangnya motivasi belajar dan imbasnya adalah rendahnya hasil belajar siswa.
Melalui penelitian ini diharapkan keterlibatan aktif antara guru dan siswa dalam
proses belajar mengajar. Untuk melihat efektivitas tindakan digunakan lembar
observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan guru, dan hasil evaluasi yang
dilaksanakan dalam dua tahapan siklus penelitian tindakan kelas.
Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
matematika materi jarak pada bangun ruang dilakukan PTK dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua
siklus. Pada siklus I pengelolaan pembelajaran yang diperoleh melalui hasil
pengamatan kegiatan guru dalam pembelajaran memperoleh skor 49,5 atau
memperoleh nilai 77,34 (kategori baik), dan meningkat pada siklus II memperoleh
skor 58 atau mencapai nilai 90,63 (kategori sangat baik). Hasil observasi kegiatan
siswa pada siklus I menunjukkan hanya 71,43 % dari 21 orang siswa mencapai nilai
dengan kategori baik dan sangat baik, kemudian meningkat menjadi 85,72 % dari 21
orang siswa memperoleh nilai dengan kategori baik dan sangat baik. Sementara itu
hasil belajar siswa pada siklus I hanya 61,90 % dari 21 orang siswa yang memenuhi
kriteria ketuntasan dilihat dari hasil evaluasinya, kemudian pada siklus II meningkat
menjadi 85,71 % dari 21 orang siswa memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar.
Berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus I dan II, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas X.2
pada materi jarak pada bangun ruang.

Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif, NHT, Aktifitas Siswa, Hasil Belajar Siswa

Pembelajaran yang dilakukan oleh ada, namun jika diberikan soal, mereka
guru pada umumnya adalah dengan tidak mampu menganalisa soal, sehingga
menceramahkan konsep-konsep, prinsip- rumus yang mereka hafal tidak bisa
prinsip, dan hukum-hukum dalam bentuk mereka gunakan, lebih-lebih jika soal yang
yang sudah jadi kepada siswa. Hal tersebut diajukan kepada mereka dalam bentuk soal
mengakibatkan siswa tidak memahami cerita.
secara komprehensif terhadap konsep- Berdasarkan data yang diperoleh
konsep yang diajarkan. dari hasil analisis ulangan harian pada
Sudah menjadi kebiasaan siswa tahun pelajaran sebelumnya menunjukkan
dalam belajar matematika tentang dimensi bahwa intake siswa Kelas X.2 SMA
tiga adalah menghafal rumus-rumus yang Negeri 3 Gorontalo terhadap materi
Alie, Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT …584

dimensi tiga masih tergolong rendah. Hal Struktur tujuan suatu pelajaran
ini dibuktikan dengan daya serap siswa adalah jumlah saling ketergantungan yang
hanya 58,86%. Hasil capaian ini masih di dibutuhkan siswa saat mereka mengerjakan
bawah standar Kriteria Ketuntasan tugas mereka. Terdapat tiga macam
Minimal (KKM) yang disepakati sebagai struktur tujuan yang telah berhasil
standar SMA Negeri 3 Gorontalo yaitu 75 diidentifikasi adalah sebagai berikut.
%. a. Individualistik, jika pencapaian tujuan
Penggunaan model pembelajaran itu tidak memerlukan interaksi dengan
merupakan salah satu cara yang tepat orang lain dan tidak bergantung pada
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. baik buruknya pencapaian orang lain.
Pemilihan model pembelajaran yang baik Siswa yakin upaya mereka sendiri
sangat menentukan keberhasilan guru untuk mencapai tujuan tidak ada
dalam proses belajar mengajar. Terdapat hubungannya dengan upaya siswa lain
beragam model pembelajaran yang dapat dalam mencapai tujuan tersebut.
digunakan sebagai atribut pembelajaran, b. Kompetitif, terjadi bila seorang siswa
diantaranya Numbered Heads Together dapat mencapai suatu tujuan jika dan
(NHT). Model pembelajaran ini dapat hanya jika siswa lain tidak mencapai
menciptakan pembelajaran matematika tujuan tersebut. Dengan demikian
yang efektif dan menyenangkan sesuai setiap usaha yang dilakukan oleh
dengan tujuan pembelajaran yang suatu individu untuk mencapai tujuan
diharapkan. merupakan saingan bagi individu
Model pembelajaran NHT memiliki lainnya.
tupoksi mengasah kemandirian siswa. c. Kooperatif, terjadi jika siswa dapat
Pengembangan kemandirian siswa mencapai tujuan mereka hanya jika
tercermin dari pelaksanaan model siswa lain dengan siapa mereka
pembejaran NHT yang dilakukan dengan bekerja sama mencapai tujuan
cara penomoran terhadap masing-masing tersebut. Siswa yakin bahwa tujuan
siswa, sehingga setiap siswa bertanggung mereka akan tercapai jika siswa
jawab atas materi yang diberikan. lainnya juga mencapai tujuan tersebut
Sehingga model NHT ini mengacu pada (lbrahim dkk, 2005 : 3).
keterlibatan total siswa (individual). Model Pembelajaran Numbered
Pembelajaran kooperatif merupakan Heads Together (NHT) merupakan tipe
suatu pembelajaran yang didasarkan pembelajaran kooperatif yang terdiri atas
kepada paham konstruktivisme. Model empat tahap yang digunakan untuk
Pembelajaran kooperatif adalah model mereview fakta-fakta dan informasi dasar
pembelajaran dengan penekanan pada yang berfungsi untuk mengatur interaksi
aspek sosial melalui kelompok-kelompok siswa. Model Pembelajaran NHT adalah
kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 siswa pendekatan yang dikembangkan oleh
yang sederajad secara heterogen untuk Spencer Kagan (1998). Model
menghasilkan pemikiran dan tantangan pembelajaran ini juga dapat digunakan
miskonsepsi siswa sebagai unsur kuncinya untuk memecahkan masalah yang tingkat
(Slavin,1995). kesulitannya terbatas.
Menurut Arends (2008:4) model Struktur NHT sering disebut
pengajaran yang disebut cooperatif berpikir secara kelompok. NHT digunakan
learning (pembelajaran kooperatif) untuk melibatkan lebih banyak siswa
berupaya membantu siswa untuk dalam menelaah materi yang tercakup
mempelajari isi akademis dengan berbagai dalam suatu pelajaran dan mengecek
keterampilan untuk mencapai berbagai pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
sasaran dan tujuan sosial dan hubungan tersebut.
antar manusia yang penting.
585 JURNAL ENTROPI, VOLUME VII, NOMOR 1, FEBRUARI 2013
Inovasi Penelitian, Pendidikan dan Pembelajaran Sains

NHT sebagai model pembelajaran dan dalam bentuk kalimat tanya atau
pada dasarnya merupakan sebuah variasi bentuk arahan.
diskusi kelompok. Adapun ciri khas dari Tahap 3: Berpikir bersama (Heads
NHT adalah guru hanya menunjuk seorang Together)
siswa yang mewakili kelompoknya. Dalam Siswa menyatukan pendapatnya
menujuk siswa tersebut, guru tanpa terhadap jawaban pertanyaan itu dan
memberi tahu terlebih dahulu siapa yang meyakinkan tiap anggota dalam
akan mewakili kelompok tersebut. timnya mengetahui jawaban itu.
Menurut Muhammad Nur dalam Azizah Tahap 4: Menjawab (Answering)
(2007 : 21), dengan cara tersebut akan Guru memanggil siswa dengan nomor
menjamin keterlibatan total semua siswa tertentu, kemudian siswa yang
dan merupakan upaya yang sangat baik nomornya sesuai mengacungkan
untuk meningkatkan tanggung jawab tangannya dan mencoba untuk
individual dalam diskusi kelompok. Selain menjawab pertanyaan untuk seluruh
itu model pembelajaran NHT memberi kelas.
kesempatan kepada siswa untuk Kelebihan dalam penggunaan
membagikan ide-ide dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
mempertimbangkan jawaban yang paling sebagai berikut:
tepat. a Setiap siswa menjadi siap semua
Dengan adanya keterlibatan total b Dapat melakukan diskusi dengan
semua siswa tentunya akan berdampak sungguh-sungguh
positif terhadap motivasi belajar siswa. c Siswa yang pandai dapat mengajari
Siswa akan berusaha memahami konsep- siswa yang kurang pandai
konsep ataupun memecahkan Kelemahan dalam penggunaan
permasalahan yang disajikan oleh guru model pembelajaran kooperatif tipe NHT
seperti yang diungkapkan oleh Ibrahim, adalah sebagai berikut:
dkk dalam Azizah (2007:21) bahwa a. Kemungkinan nomor yang dipanggil,
dengan belajar kooperatif akan dipanggil lagi oleh guru
memperbaiki prestasi siswa atau tugas- b. Tidak semua anggota kelompok
tugas akademik penting lainnya serta akan dipanggil oleh guru
memberi keuntungan baik pada siswa Sebagai seorang pendidik sudah
kelompok bawah maupun kelompok atas menjadi tugas kita untuk bias memikirkan
yang bekerja bersama menyelesaikan bagaimana caranya agar hasil belajar siswa
tugas-tugas akademis. dapat mneningkat, siswa memperhatikan
Tahapan dalam pembelajan NHT pada saat guru menjelaskan, siswa aktif
antara lain yaitu penomoran, mengajukan mengerjakan soal latihan, tumbuhnya
pertanyaan, berfikir bersama, dan interaksi belajar mengajar yang
menjawab (Nur, Ibrahim, dkk, dan menyenangkan sehingga nantinya dapat
Nurhadi, dkk) dalam Azizah (2007 : 21). meningkatkan hasil belajar siswa.
Tahap 1: Penomoran (Numbering) Salah satu usaha yang dapat
Guru membagi siswa ke dalam dilakukan adalah dengan menggunakan
kelompok beranggotakan 4-5 orang model pembelajaran kooperatif Tipe NHT
dan setiap anggota kelompok diberi guna menciptakan pembelajaran yang
nomor 1-5. efektif dan menyenangkan sehingga hasil
Tahap 2: Mengajukan pertanyaan belajar siswa dapat meningkat.
(Questioning) Adapun langkah-langkah
Guru mengajukan sebuah pertanyaan pembelajaran NHT adalah:
kepada siswa. Pertanyaan dapat a. Pendahuluan
bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik Fase 1: Persiapan
1) Guru melakukan apersepsi
Alie, Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT …586

2) Guru menjelaskan tentang model 3) Guru mengingatkan siswa untuk


pembelajaran NHT mempelajari kembali materi yang
3) Guru menyampaikan tujuan telah diajarkan dan materi
pembelajaran selanjutnya.
4) Guru memberikan motivasi METODE
b. Kegiatan inti Penelitian ini merupakan
Fase 2: Pelaksanaan pembelajaran Penelitian Tindakan Kelas bersiklus untuk
kooperatif tipe NHT melihat peningkatan hasil belajar dan
Tahap pertama kegiatan siswa dalam mengikuti
1) Penomoran: Guru membagi siswa pembelajaran materi jarak pada bangun
dalam kelompok yang beranggotakan ruang melalui model pembelajaran
4 orang dan kepada setiap anggota kooperatif tipe NHT. Banyaknya siklus
diberi nomor 1-4. yang dilaksanakan pada penelitian ini
2) Siswa bergabung dengan anggotanya adalah 2 siklus.
masing-masing Subjek yang dikenai tindakan
Tahap kedua adalah siswa Kelas X.2 SMA Negeri 3
Mengajukan pertanyaan: Guru mengajukan Gorontalo, dengan jumlah siswa sebanyak
pertanyaan berupa tugas untuk 21 orang yang terdiri dari 13 perempuan
mengerjakan soal-soal di LKS dan 8 laki-laki. 21 orang siswa tersebut,
Tahap ketiga memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Berpikir bersama: Siswa berpikir bersama 30% siswa memiliki semangat belajar yang
dan menyatukan pendapatnya terhadap tinggi dalam pembelajaran matematika
jawaban pertanyaan dalam LKS tersebut pada umumnya, dalam arti aktif dalam
dan meyakinkan tiap anggota dalam mengikuti pembelajaran; 55% siswa,
timnya mengetahui jawaban tersebut keaktifannya dalam pembelajaran sedang-
Tahap keempat sedang saja, belajar diselingi dengan
1) Menjawab: Guru memanggil siswa bermain; dan 15% siswa, sedikit
dengan nomor tertentu, kemudian perhatiannya dalam pembelajaran, suka
siswa yang nomornya sesuai bermain dan suka mengganggu teman
mengacungkan tangannya dan sekelas.
mencoba untuk menjawab pertanyaan
atau mempresentasikan hasil diskusi Teknik dan Alat Pengumpul Data
kelompoknya untuk seluruh kelas. Data dikumpulkan dengan menggunakan
Kelompok lain diberi kesempatan teknik Tes dan Observasi. Dengan
untuk berpendapat dan bertanya menggunakan lembar soal untuk mengukur
terhadap hasil diskusi kelompok hasil belajar serta lembar observasi untuk
tersebut. menilai kegiatan siswa dan pembelajaran
2) Guru mengamati hasil yang diperoleh oleh guru.
masing-masing kelompok dan
memberikan semangat bagi kelompok Analisis Data
yang belum berhasil dengan baik. Analisis dilakukan sejak awal, pada
Guru memberikan soal latihan sebagai setiap aspek kegiatan penelitian, yaitu
pemantapan terhadap hasil dari melalui observasi atau pengamatan tentang
pengerjaan LKS. kegiatan pembelajaran dikelas.
c. Penutup Dalam PTK ini, ada dua jenis data
Fase 3: penutup yang dikumpulkan yakni :
1. 1) Siswa bersama guru 1. Data Kuantitatif (nilai hasil belajar
menyimpulkan materi yang telah siswa) dianalisis secara deskriptif.
diajarkan. Dalam menetapkan tingkat
2) Guru memberikan tugas rumah keberhasilan siswa, digunakan Penilaian
587 JURNAL ENTROPI, VOLUME VII, NOMOR 1, FEBRUARI 2013
Inovasi Penelitian, Pendidikan dan Pembelajaran Sains

Acuan Patokan (PAP) sebagai berikut. b. Membuat Rencana Pelaksanaan


Nilai 89 sampai 100 termasuk kategori Pembelajaran dan Skenario
sangat baik, nilai 77 sampai 88 kategori Pembelajaran.
baik, nilai 65 sampai 76 kategori cukup, c. Menyiapkan alat dan bahan yang
nilai 53 sampai 64 kategori kurang dan diperlukan, dalam hal ini untuk
nilai  52 katerori sangat kurang. menentukan rumus jarak antara titik
Untuk menentukan keberhasilan dengan titik, titik dengan garis, titik
siswa secara perorangan, peneliti dengan bidang dengan pendekatan
menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal dalil phytagoras.
75. Ini berarti setiap siswa dikatakan d. Membuat Lembar Kerja Siswa.
berhasil jika tingkat capaian hasil belajar e. Membuat instrumen yang digunakan
mereka dalam pembelajaran hingga dalam siklus PTK.
evaluasi mencapai nilai minimal 75. f. Menyusun Alat Evaluasi.
2. Data Kualitatif yaitu data berupa 2. Pelaksanaan Tindakan
informasi berbentuk kalimat yang Pelaksanaan tindakan ini masuk
memberi gambaran tentang ekspresi pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran
siswa dan guru dalam pembelajaran. dengan langkah-langkah seperti pada
a. Siswa skenario pembelajaran
Kegiatan siswa diamati dan dinilai 3. Pengamatan atau Observasi dan
dari beberapa komponen. Evaluasi
Pengamatan kegiatan dilakukan Yaitu prosedur perekaman data
secara individual dan hasilnya mengenai proses dan produk dari
dianalisis secara kuantitatif implementasi tindakan yang dirancang.
dengan rentang nilai seperti pada Pemantauan kegiatan proses
tabel 3.1 dan menggunakan belajar mengajar pada PTK ini dilakukan
persentase. oleh satu orang guru pengamat dengan
b. Guru menggunakan alat pemantau berupa
Data hasil pengamatan kegiatan lembar observasi kegiatan guru dan lembar
guru dalam pembelajaran diolah observasi kegiatan siswa. Pemantauan
secara kuantitatif dengan rentang terhadap kegiatan guru meliputi
nilai seperti pada tabel 3.1 dan perencanaan dan pelaksanaan proses
menggunakan persentase. pembelajaran. Demikian pula pemantauan
kegiatan siswa dilakukan sejak mereka
Prosedur Penelitian memasuki kelas hingga pembelajaran usai.
Pembelajaran siklus I dilakukan Selanjutnya evaluasi dilakukan
dalam dua kali pertemuan. Alokasi waktu dengan menggunakan soal esay, yang
yang digunakan pada masing-masing dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
pertemuan adalah 2 jam pelajaran (90 penguasaan materi oleh siswa.
menit), sedangkan materi yang 4. Analisis dan Refleksi
dibelajarkan pada siklus I adalah jarak Pada tahap ini, hasil yang
antara titik dengan titik, titik dengan garis, diperoleh pada tahap observasi kegiatan
titik dengan bidang dan garis dengan garis. guru dan kegiatan siswa dan evaluasi
1. Perencanaan dikumpulkan kemudian dianalisis. Dari
Kegiatan-kegiatan yang hasil tersebut akan dilihat apakah telah
dilakukan pada tahap perencanaan memenuhi target yang ditetapkan pada
pembelajaran adalah : indikator kerja. Jika belum memenuhi
a. Melakukan analisis kurikulum untuk target, maka penelitian dilanjutkan ke
menentukan Standar Kompetensi dan siklus berikutnya. Kelemahan atau
Kompetensi Dasar yang akan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada
disampaikan kepada siswa.
Alie, Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT …588

siklus sebelumnya akan diperbaiki pada a. Kurangnya motivasi kepada siswa


siklus berikutnya. b. Membimbing dan mendorong siswa
Siklus II dilaksanakan karena untuk mengajukan pertanyaan,
tindakan pada siklus I belum memberikan menjawab pertanyaan, dan
hasil yang diharapkan, sehingga menyampaikan ide atau pendapat
dirumuskan strategi penyempurnaan masih kurang
tindakan yang meliputi : c. Siswa yang mengganggu proses
1. Perencanaan tindakan, yaitu pembelajaran belum teratasi secara
merumuskan strategi penyempurnaan optimal (mengelola kelas).
pelaksanaan tindakan d. Waktu yang digunakan dalam
2. Melaksanakan strategi pembelajaran sudah melebihi waktu
penyempurnaan pelaksanaan tindakan yang telah dialokasikan untuk 2 jam
3. Pengamatan, yaitu melakukan pelajaran (pengelolaan waktu).
pengamatan terhadap kegiatan Sedangkan hasil observasi
pembelajaran. kegiatan siswa oleh guru pengamat,
4. Refleksi, yaitu mengadakan refleksi menunjukkan bahwa kegiatan siswa belum
lanjutan. memenuhi kriteria yang diharapkan. Hal
ini disebabkan oleh :
HASIL PENELITIAN DAN a. Sebagian siswa belum berani
PEMBAHASAN mengajukan pertanyaan atau
menyampaikan ide / pendapat kepada
Hasil Penelitian pada Siklus I kelompok lain.
Hasil pengamatan terhadap 16 b. Siswa belum mampu membuat
aspek kegiatan guru pada siklus I rangkuman sendiri.
memperoleh nilai rata-rata 77,34 (kategori Demikian pula dengan hasil
baik). Hasil tersebut belum memenuhi belajar siswa yang masih tergolong rendah,
kriteria keberhasilan yakni minimal nialia sebagaimana ditunjukkan oleh hasil belajar
rata-rata 89 (kategori amat baik). pada lampiran 14. Dari 21 orang siswa,
Hasil pengamatan terhadap 7 hanya 61,90 % yang memenuhi kriteria
aspek kegiatan siswa diperoleh 15 dari 21 ketuntasan hasil belajar, sedangkan 38,10
orang siswa ( 71,43 %) memperoleh nilai % tidak tuntas.
dengan kategori baik dan sangat baik. Nilai Untuk memperbaiki kelemahan
tersebut belum mencapai kriteria dan mempertahankan keberhasilan yang
keberhasilan yang telah ditetapkan yakni telah dicapai pada siklus I, maka dibuat
(75 %) siswa memperoleh nilai baik dan perencanaan kembali untuk dilaksanakan
sangat baik. pada siklus II..
Untuk Hasil Belajar Siswa pada a. Memberikan motivasi kepada siswa
siklus I terdapat 13 orang (61,90 %) siswa agar lebih aktif lagi dalam
yang memenuhi Kriteria Ketuntasan pembelajaran, berani mengajukan
Minimal (KKM) sedangkan 8 orang (38,10 pertanyaan, berani memberikan ide /
%) siswa belum memenuhi KKM. pendapat tentang materi yang belum
dimengerti sehingga mempermudah
Refleksi dan Perencanaan Ulang siswa dalam memecahkan masalah,
Berdasarkan hasil observasi proses serta berani tampil didepan kelas.
pembelajaran pada siklus I, dari 16 aspek b. Memberikan pertanyaan secara
kegiatan guru yang diamati, terdapat 4 menyebar pada seluruh siswa agar
aspek yang menyebabkan tidak tercapainya semua siswa akan sibuk dengan
keberhasilan dalam pengelolaan kegiatannya sendiri sehingga tidak
pembelajaran. 4 aspek tersebut adalah ada siswa yang bermain disaat
sebagai berikut : pembelajaran berlansung.
589 JURNAL ENTROPI, VOLUME VII, NOMOR 1, FEBRUARI 2013
Inovasi Penelitian, Pendidikan dan Pembelajaran Sains

c. Menggunakan waktu pembelajaran untuk mempresentasikan hasil kerja


seefektif dan seefisien mungkin atau menyampaikan ide / pendapat.
d. Di akhir pembelajaran mengecek b. Pemberian pertanyaan dilakukan
pemahaman siswa secara individual, secara menyebar keseluruh siswa,
dan diiringi dengan membimbing sehingga siswa yang mengganggu
siswa membuat rangkuman materi proses pembelajaran sudah bisa
yang baru saja dipelajari. diatasi.
c. Penggunaan waktu dan pemberian
Siklus II bimbingan kepada siswa dalam
membuat rangkuman dapat terlaksana
Siklus II merupakan tindak lanjut dengan baik.
dari siklus I yang didasarkan pada hasil
refleksi peneliti dan guru mitra terhadap 3. Observasi dan Evaluasi
proses pembelajaran. Seperti pada siklus I, a. Hasil Observasi Kegiatan Guru
siklus II ini terdiri dari perencanaan, Hasil observasi kegiatan guru pada
pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta siklus II menunjukkan bahwa guru telah
refleksi. berhasil dalam mengelola pembelajaran
1. Perencanaan yakni 90,63 % dari 16 aspek yang
Perencanaan pada siklus II dipantau mencapai nilai dengan kategori
berdasarkan perencanaan ulang siklus I, sangat baik.
yaitu : b. Hasil Observasi Kegiatan Siswa
a. Membuat perangkat pembelajaran Hasil observasi kegiatan siswa
dengan model pembelajaran pada siklus II menunjukkan bahwa ada 18
kooperatif tipe NHT. orang (85,72 %) dari 21 siswa
b. Memberikan motivasi kepada siswa memperoleh nilai baik dan sangat baik.
agar lebih aktif lagi dalam Dengan demikian kegiatan siswa pada
pembelajaran, berani mengajukan siklus II telah memenuhi kriteria
pertanyaan, berani memberikan ide / keberhasilan yang telah ditetapkan.
pendapat tentang materi yang belum c. Hasil Belajar Siswa
dimengerti sehingga mempermudah Hasil belajar siswa pada siklus II
siswa dalam memecahkan masalah, mengalami peningkatan yakni 18 orang
serta berani tampil didepan kelas. (85,71%) dari 21 siswa telah memperoleh
c. Memberikan pertanyaan secara nilai ≥ 75 (telah tuntas)
menyebar pada seluruh siswa agar
semua siswa akan sibuk dengan 4. Refleksi Siklus II
kegiatannya sendiri sehingga tidak Siklus II merupakan tindak lanjut
ada siswa yang bermain disaat dari siklus I yang dilaksanakan untuk
pembelajaran berlansung. memperbaiki dan menyempurnakan aspek-
d. Menggunakan waktu pembelajaran aspek yang belum mencapai kriteria
seefektif dan seefisien mungkin dan ketuntasan pada siklus I.
diakhir pembelajaran membimbing Hasil obeservasi kegiatan guru
siswa membuat rangkuman materi pada siklus II menunjukkan bahwa tejadi
yang baru saja dipelajari secara peningkatan kegiatan guru dalam
individual. mengelola pembelajaran, dari nilai 77,34
pada siklus I meningkat menjadi 90,63
2. Pelaksanaan (kategori sangat baik) pada siklus II.
a. Sebagian besar siswa merasa Meningkatnya kegiatan guru dalam
termotivasi untuk bertanya, mengelola pembelajaran mengakibatkan
menanggapi presentasi dari kelompok keaktifan siswa ikut meningkat. Pada
lain dan berani tampil didepan kelas siklus I hanya 71,43 % dari 21 orang siswa
Alie, Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT …590

yang keaktifannya dalam pembelajaran siklus I dan II dapat dilihat pada grafik di
mencapai kategori baik dan sangat baik, bawah ini.
kemudian pada siklus II meningkat
menjadi 85,72 % yang keaktifannya
mencapai kategori baik dan sangat baik
dan hal ini berdampak pada peningkatan
hasil belajar siswa yang pada siklus I
hanya 61,90 % dari 21 orang siswa yang
memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar,
kemudian meningkat menjadi 85,71 % dari
21 orang siswa yang tuntas hasil
belajarnya.
Keberhasilan yang telah dicapai
pada siklus II, baik dari segi pengelolaan
pembelajaran, kegiatan siswa, maupun Gambar 4.1. Hasil Observasi Kegiatan
hasil belajar siswa menunjukkan bahwa Guru pada Siklus I dan II
untuk materi jarak pada bangun ruang di
Kelas X.2 SMA Negeri 3 Gorontalo sudah Grafik diatas menunjukkan bahwa
tuntas, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada siklus I, pengelolaan pembelajaran
tindakan yang dilakukan telah berhasil. yang dilaksanakan oleh guru belum
mencapai kriteria ketuntasan yang
Pembahasan diharapkan, kegiatan guru hanya
Pengajaran yang efektif dapat memperoleh skor 49,5 atau nilai 77,34
meningkatkan kualitas pembelajaran di (rata-rata pertemuan 1 dan 2), sedangkan
kelas sekaligus dapat meningkatkan kriteria keberhasilan pencapaian tindakan
penguasaan siswa pada materi yang seorang guru dalam pembelajaran berkisar
diajarkan. Makin baik kualitas belajar pada nilai 89 – 100 (sangat baik). Hal ini
mengajar guru maka makin baik pula disebabkan oleh pertama kurangnya
kualitas hasil belajar siswa. Hal ini telah pemberian motivasi kepada siswa, kedua
terlihat dari pelaksanaan penelitian adalah kurangnya pembimbingan dan
tindakan kelas ini. mendorong siswa untuk mengajukan
Hasil penelitian yang dilakukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan
dalam dua siklus menggambarkan bahwa menyampaikan ide atau pendapat, ketiga
pengelolaan pembelajaran yang baik oleh adalah siswa yang mengganggu proses
guru dalam menyajikan materi jarak pada pembelajaran belum teratasi secara optimal
bangun ruang melalui model pembelajaran (mengelola kelas), dan yang keempat
kooperatif tipe NHT, menciptakan adalah pengelolaan atau penggunaan waktu
keaktifan siswa dalam belajar materi yang melebihi waktu yang telah
tersebut dan keaktifan siswa berdampak dialokasikan untuk 2 jam pelajaran. Aspek-
pada meningkatnya hasil belajar siswa. aspek yang belum tuntas ini kemudian
Adapun hasil yang dicapai dalam diperbaiki pada siklus II, dan menurut hasil
penelitian ini adalah berikut ini. pengamatan guru pengamat, kegiatan guru
mengalami peningkatan yaitu mencapai
Observasi Kegiatan Guru pada Siklus I skor 58 atau mencapai nilai 90,63.
dan II
Hasil observasi oleh guru Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus I
pengamat tentang kegiatan guru dalam dan II
membelajarkan materi jarak pada bangun Hasil observasi kegiatan siswa pada
ruang kepada siswa melalui model siklus I dan II digambarkan dalam grafik di
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada bawah ini.
591 JURNAL ENTROPI, VOLUME VII, NOMOR 1, FEBRUARI 2013
Inovasi Penelitian, Pendidikan dan Pembelajaran Sains

Gambar 4.3. Hasil Belajar Siswa pada


Siklus I dan II
Rendahnya kegiatan siswa pada
siklus I menyebabkan rendahnya hasil
Gambar 4.2. Hasil Observasi Kegiatan belajar siswa seperti yang ditunjukkan oleh
Siswa Siklus I dan II grafik 4.3. Diatas yaitu hanya 61,90 % dari
Rendahnya kegiatan siswa pada 21 siswa yang tuntas hasil belajarnya yakni
siklus I disebabkan oleh kurangnya mencapai nilai ≥ 75. Selanjutnya diadakan
keberanian siswa dalam mengajukan perbaikan tindakan pada siklus II yang
pertanyaan atau menyampaikan ide / dimulai dari kegiatan guru yang kemudian
pendapat kepada kelompok lain, sehingga memicu peningkatan kegiatan siswa dan
siswa kurang lancar dalam memecahkan akhirnya berdampak pada peningkatan
masalah, adanya siswa yang belum mampu hasil belajar siswa sehingga 85,71 % dari
membuat rangkuman sendiri, kelemahan- 21 orang siswa tuntas hasil belajarnya
kelemahan ini merupakan dampak dari yaitu mencapai nilai ≥ 75 .
pengelolaan pembelajaran yang kurang Hasil yang dicapai dalam PTK ini,
optimal. Pada siklus II setelah guru baik dari segi kegiatan guru, kegiatan
mengadakan perbaikan terhadap siswa, maupun hasil belajar siswa
pengelolaan pembelajaran, kegiatan siswa menunjukkan bahwa hipotesis yang telah
meningkat karena kelemahan-kelemahan dirumuskan pada bab sebelumnya yaitu
tadi bisa diatasi sehingga pada siklus I “Jika digunakan Model Pembelajaran
kegiatan siswa hanya 71,42 % dari 21 Kooperatif Tipe NHT, maka hasil belajar
orang siswa yang mencapai nilai dengan siswa kelas X.2 SMA Negeri 3 Gorontalo
kategori baik dan sangat baik, mengalami dalam materi jarak pada bangun ruang
peningkatan pada siklus II menjadi 85,72 akan meningkat” dapat diterima.
% siswa yang meraih kategori baik dan
sangat baik, artinya kegiatan siswa PENUTUP
memenuhi kriteria keberhasilan yang telah Keimpulan
ditetapkan. Berdasakan hasil Penelitian
Tindakan Kelas yang telah diuraikan pada
Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan II bab sebelumnya, maka dapat ditarik
Hasil belajar merupakan tujuan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
akhir dari suatu pembelajaran. Hasil 1. Penggunaan model pembelajaran
belajar siswa pada siklus I dan II ini kooperatif tipe NHT dapat membantu
merupakan cermin dari penguasaan siswa siswa berpikir untuk menemukan
terhadap konsep jarak pada bangun ruang. sesuatu konsep jarak pada bangun
Berikut ini grafik yang menggambarkan ruang khususnya dan matematika
hasil belajar siswa pada siklus I dan II. pada umumnya, sehingga kualitas
pembelajaran meningkat sebagaimana
Alie, Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT …592

hasil observasi pada siklus I dan II. Kerja Siswa) Pada Pokok
Kegiatan guru pada siklus I hanya Bahasan Bangun Ruang Sisi
mencapai nilai 77,34, kemudian Datar (Kubus dan Balok) Siswa
diperbaiki pada siklus II hingga Kela VIII Semester 2 SMP N. 6
mencapai nilai 90,63 dengan kategori Semarang Tahun Pelajaran
sangat baik. Demikian pula kegiatan 2006/2007. Skripsi S1
siswa pada siklus I 71,42 % dari 21 Pendidikan Matematika
orang siswa mencapai nilai dengan UNNES.
kategori baik dan sangat baik, Buchori, dkk. 2007. Jenius Matematika I.
kemudian meningkat pada siklus II Semarang : Aneka Ilmu.
menjadi 85,72 % siswa mencapai nilai Ibrahim M., Rachmadiarti F.,Nur M. Dan
dengan kategori baik dan sangat baik. Ismono. 2005. Pembelajaran
2. Penggunaan model pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Pusat
kooperatif tipe NHT dapat Sains dan Matematika Sekolah,
meningkatkan penguasaan siswa UNESA.
terhadap materi jarak pada bangun Kasmina, dkk. 2008. Matematika Program
ruang yang nampak pada hasil belajar Keahlian Teknologi,
siswa pada siklus I mencapai 61,90 % Kesehatan, dan Pertanian
dari 21 orang siswa tuntas hasil untuk SMK Kelas XI. Jakarta :
belajarnya dan meningkat pada siklus Erlangga.
II menjadi 85,71 % siswa memenuhi
kriteria ketuntasan hasil belajar yaikni Kunandar. 2009. Langkah Mudah,
75. Penelitian Tindakan Kelas
Saran sebagai Pengembangan Profesi
Berdasarkan hasil penelitian, maka Guru. Jakarta. Rajawali Pers.
peneliti menyarankan hal-hal sebagai Kusrini, dkk. 2003. Matematika Kelas 1.
berikut : Jakarta : DEPDIKNAS.
1. Penggunaan model pembelajaran Mohidin, Abd. Djabar & Napu, Yakob.
kooperatif tipe NHT dalam 2008. Assesmen Pembelajaran
pembelajaran diharapkan dapat Pendidikan dan Latihan Profesi
dijadikan sebagai salah satu alternatif Guru. Gorontalo. Universitas
untuk meningkatkan kegiatan dan hasil Negeri Gorontalo.
belajar siswa. Nur, M., dan Budayasa K. 1998. Teori
2. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat Pembelajaran Sosial dan Teori
khususnya bagi guru dan siswa, maka Pembelajaran Perilaku.
diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan Surabaya : Pusat Sains dan
secara berkesinambungan terutama Matematika Sekolah.
dalam pembelajaran matematika. Pomalato, Sarson & Hulukati, Evi. 2010.
Penelitian Tindakan Kelas.
DAFTAR PUSTAKA Ombulo : Nurul Jannah.
Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning.
Arends, Richard. 2008. Learning To Second Edition. Boston, Allyn
Teach. Yogyakarta : Pustaka and Bacon Publisher
Belajar. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor
Azizah, Noor. 2007. Keefektifan Yang Mempengaruhinya.
Penggunaan Model Jakarta. Rineka Cipta.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Suprijono, Agus. 2009. Cooperative
NHT (Numbered Heads Learning Teori dan Aplikasi
Together) Dengan PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka
Pemanfaatan LKS (Lembar Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai