Anda di halaman 1dari 8

Penerapan Model Pembelajaran (Agus Septa Mulyanto) 221

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NHT UNTUK MENINGKATKAN


KEAKTIFAN DAN KERJA SAMA SISWA

IMPLEMENTATION OF NHT LEARNING MODEL TO INCREASE STUDENTS’ ACTIVENESS


AND COOPERATION

Oleh: Agus Septa Mulyanto, Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
E-mail: agussepta27@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui cara menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT), meningkatkan keaktifan dan kerja sama siswa pada mata pelajaran Kelistrikan Mesin dan
Konversi Energi (KMKE) siswa kelas X TP A SMK N 2 Depok. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam tiga
siklus. Subjek penelitian berjumlah 32 siswa. Pengumpulan data menggunakan metode observasi dan dokumentasi.
Analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini adalah bentuk model NHT terdiri dari
perumusan masalah, perencanaan penyelesaian masalah, memberikan kriteria keberhasilan penyelesaian masalah,
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dengan model NHT, observasi oleh pengamat dengan
instrumen penelitian, refleksi dan evaluasi. Menunjukkan ada peningkatan terhadap aspek keaktifan siswa pada
siklus I 76% meningkat pada siklus II 78% dan siklus III 80%. Menunjukkan ada peningkatan terhadap aspek kerja
sama siswa pada siklus I 73% meningkat pada siklus II 75% dan siklus III 78%.

Kata kunci: numbered head together (NHT), keaktifan siswa, kerja sama siswa

Abstract
This research aims to determine the implementation of cooperative learning model of the Numbered Head
Together (NHT) type; and to increase students’ activeness and cooperation in Machine Electricity and Energy
Convertion subject for class X TP A students at SMK N 2 Depok. This classroom action research is carried out in
three cycles. The research subject consists of 32 respondens. Data were collected using documentation and
observation, and was analysed using descriptive-quantitative. The result of this research are the NHT models
which comprises of problem definition, problem solving plans, setting the criteria for a successful problem solving,
lesson planning, implementation of model NHT in learning, observation by using observation sheet, reflection and
evaluation. The results shows that there is an improvement of the students’ activeness, from 76% at the cycle I, to
78% at cycle II and 80% at cycle III. There is also an improvement of students’ cooperation, from 73% at cycle I
increased to 75% at cycle II and 78% at cycle III.

Keywords: numbered head together, nht, activeness, cooperation

PENDAHULUAN dengan siswa lain. Sebagian siswa aktif, akan


Berdasarkan hasil wawancara terhadap tetapi terjadi kegaduhan di dalam kelas, misalnya
kepala program studi Teknik Pemesinan dan pada saat diskusi kebanyakan siswa cenderung
observasi pada mata pelajaran KMKE kelas X ramai dan diskusinya keluar dari topik atau materi
SMK N 2 Depok, guru sudah menggunakan pembelajaran. Hanya beberapa siswa yang
model pembelajaran kooperatif dengan metode mempunyai keberanian untuk aktif bertanya.
diskusi. Praktik pembelajaran hasilnya masih Kemudian siswa kurang aktif untuk
belum optimal. Belum optimal ini diindikasikan menyampaikan pendapatnya ataupun
dengan adanya siswa masih kurang memberikan menyanggah pendapat siswa lain.
perhatian ketika proses pembelajaran Guru sebagai pengelola proses
berlangsung. Siswa juga masih kurang antusias pembelajaran kurang bervariasi dalam
ketika mengikuti proses pembelajaran. Siswa menggunakan metode pembelajaran. Kurangnya
cenderung kurang aktif dan kurang berinteraksi variasi dalam proses pembelajaran seperti
penerapan model pembelajaran, penggunaan
222 Jurnal Pendidikan Vokasional Teknik Mesin Volume 4, Nomor 3, Tahun 2016

media pembelajaran, dan motivasi belajar siswa tersebut memberi peluang lebih besar pada siswa
menyebabkan pembelajaran cenderung monoton, untuk lebih aktif pada proses pembelajaran serta
kurang menarik serta antar siswa masih kurang memungkinkan terjadinya komunikasi dan
terlihat ketika siswa diminta untuk bekerja sama interaksi yang berkualitas antara siswa dengan
dalam mengerjakan tugas kelompok atau diskusi kelompok dan antara siswa dengan guru.
kelompok. Sebagian besar siswa masih terlihat Pembelajaran kooperatif merupakan
bekerja secara individual tanpa saling membantu pembelajaran yang berpusat pada siswa yang
dan bertanya antar anggota dalam mengerjakan melibatkan siswa secara aktif dalam proses
tugas kelompok, hal ini menunjukan bahwa pembelajaran. Peneliti memilih model
keaktifan dan kerja sama antar siswa di dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT yang
kelas masih belum optimal. dikembangkan oleh Spencer Kagan sebagai
Guru sebagai tenaga pendidik harus model pembelajaran yang akan diterapkan dalam
menerapkan metode yang tepat dalam penelitian ini. Sehingga dari latar belakang
pembelajaran agar dapat memberikan permasalahan tersebut, judul penelitin ini adalah
pengalaman yang bervariasi. Penerapan metode “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
pembelajaran yang tepat akan turut menentukan Numbered Head Together (NHT) untuk
efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Meningkatkan Keaktifan dan Kerja Sama Siswa
Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit pada Mata Pelajaran Kelistrikan Mesin dan
ceramah dan metode-metode berpusat pada siswa, Konversi Energi Siswa Kelas X TP A SMK N 2
serta lebih menekankan pada interaksi peserta Depok”.
didik. Penggunaan metode yang bervariasi dapat Rumusan permasalahan dalam penelitian
memberikan peserta didik pengalaman baru ini adalah bagamanakah cara menerapkan model
ketika menerima pelajaran di dalam kelas, pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata
terhindar dari rasa bosan, bahkan pelajaran akan pelajaran KMKE siswa kelas X TP A SMK N 2
menjadi menyenangkan dan tidak sulit karena Depok. Kedua bagamanakah peningkatan
adanya inovasi di dalam pemakaian metode keaktifan dan kerja sama siswa.
pembelajaran. Berdasarkan rumusan masalah, maka
Model pembelajaran yang dapat penelitian ini mempunyai tujuan mengetahui cara
mengaktifkan siswa dalam pembelajaran di kelas menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut NHT pada mata pelajaran KMKE siswa kelas X
Panitz dalam Agus Suprijono (2009: 54-55), TPA SMK N 2 Depok. Meningkatan keaktifan
pembelajaran kooperatif adalah konsep yang dan kerja sama siswa.
lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok Manfaat penelitian ini adalah bagi SMK,
termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum masukan untuk mengadakan variasi metode
pembelajaran kooperatif dianggap lebih pembelajaran guna memperbaiki kualitas proses
diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan pembelajaran. Bagi guru, dapat digunakan
tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta sebagai informasi mengenai sejauh mana tingkat
menyediakan bahan-bahan dan informasi yang keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar
dirancang untuk membantu peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran
menyelesaikan masalah yang dimaksud. kooperatif. Bagi siswa, dapat dijadikan sebagai
Menurut Slavin (2005: 10), semua metode bahan acuan untuk meningkatkan keaktifan dan
pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide kerja sama siswa dalam belajar. Bagi peneliti,
bahwa siswa yang bekerja sama dan bertanggung melatih diri agar mampu menerapkan ilmu yang
jawab terhadap teman satu timnya mampu diperoleh dalam perkuliahan sehingga dapat
membuat diri mereka belajar sama baiknya. Hal menambah wawasan, pengetahuan dan
Penerapan Model Pembelajaran (Agus Septa Mulyanto) 223

pengalaman bagi peneliti tentang penggunaan observasi, dan refleksi pada akhir siklus I untuk
metode pembelajaran dalam kegiatan belajar mereflesikan hasil tindakan dan menentukan
mengajar. perbaikan pada siklus selanjutnya. Dilanjutkan
siklus II sebagai perbaikan terhadap siklus I.
METODE PENELITIAN Langkah-langkah siklus II sama seperti siklus I.
Siklus dihentikan apabila hasil tindakan yaitu
Jenis Penelitian aspek keaktifan dan kerja sama siswa mencapai
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kriteria keberhasilan.
tindakan yang difokuskan pada situasi kelas atau
sering disebut Classroom Action Research. Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan
Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 3), penelitian Data
tindakan kelas merupakan suatu pencermatan Data hasil penelitian ini adalah berupa
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, data kuantitatif. Data dikumpulkan dengan
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam menggunakan metode observasi yang selanjutnya
sebuah kelas secara bersama. dibuat lembar observasi aspek kekatifan dan kerja
sama siswa sebagai instrumen penelitian. Metode
Waktu dan Tempat Penelitian observasi merupakan metode pengumpulan data
Waktu penelitian dilakukan pada saat melalui pengamatan dan pencatatan perilaku
pemberian tindakan dan disesuaikan dengan subjek penelitian yang dilakukan secara
jadwal pembelajaran mata pelajaran KMKE yaitu sistematik (Endang Mulyatiningsih, 2011: 26).
pada tanggal 1 Januari sampai 31 Januari 2016. Teknis pengumpulannya adalah selama perlakuan
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X TP A SMK tindakan atau pada saat penerapan model
N 2 Depok beralamatkan Mrican, Caturtunggal, pembelajaran kooperatif tipe NHT dilakukan
Depok, Sleman, Yogyakarta. observasi oleh pengamat dengan menggunakan
instrumen penelitian berupa lembar observasi
Subjek Penelitian
terhadap aspek keaktifan dan kerja sama siswa.
Subjek penelitian adalah siswa kelas X
Teknik Pemesinan A SMK N 2 Depok tahun Teknik Analisis Data
ajaran 2015/2016 yang berjumlah 32 siswa, Analisis data menggunakan teknik analisis
terdiri dari 30 siswa dan 2 siswi. deskriptif kuantitatif. Langkah-langkah analisis
data yaitu memberikan kriteria pemberian skor
Prosedur
terhadap masing-masing pernyataan pada setiap
Pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam
aspek keaktifan yang diamati. Menjumlahkan
dua langkah yaitu pra siklus dan siklus. Pra
skor untuk masing-masing aspek keaktifan yang
siklus, dilaksanakan untuk mengetahui kondisi
diamati kemudian dipersentasikan untuk
lapangan, mengumpulkan informasi dan
membuat kesimpulan mengenai keaktifan dan
mengamati permasalahan yang muncul selama
kerja sama siswa. Skor keseluruhan untuk semua
proses belajar mengajar berlangsung. Peneliti
aspek keaktifan dijumlah kemudian dicari rata-
berdiskusi dengan guru mengenai penerapan
ratanya. Menghitung skor rata-rata pengamatan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk
aspek keaktifan dan kerja sama menggunakan
meningkatkan keaktifan dan kerja sama siswa
Persamaan 1.
dalam pembelajaran materi pelajaran KMKE.
Langkah yang kedua adalah pelaksanaan
siklus. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga ..................................(1)
siklus. Setiap siklus diterapkan pada materi yang
berbeda. Siklus I dimulai dengan perencanaan Keterangan:
(planning), dilanjutkan pelaksanaan (action), X = Jumlah skor pada setiap aspek
224 Jurnal Pendidikan Vokasional Teknik Mesin Volume 4, Nomor 3, Tahun 2016

Y = Skor maksimum pada setiap aspek memberikan penjelasan yang lebih jelas dan
mudah dipahami mengenai model pembelajaran
Untuk menganalisis dan mengintrepretasi tersebut. Mengontrol kondisi kelas pada saat
hasil data tersebut menggunakan tabel konversi. pembelajaran berlangsung dan menegur siswa
Data kuantitatif dikonversi menjadi kualitatif atau untuk tidak ramai. Memberikan pemahaman
sebaliknya (Saur Tampubolon, 2014: 165). kepada siswa bahwa dalam diskusi dibutuhkan
Berikut ini adalah tabel konversi nilai menurut kerja sama, saling bertukar pendapat berbagi
Saur Tampubulon seperti Tabel 1. informasi, dan kerja kelompok. Mengalokasikan
waktu dengan optimal dan memantau siswa pada
Tabel 1. Konversi Nilai
saat diskusi agar tiap kelompok bekerja secara
Interval Nilai Kategori Makna kelompok serta tugas kelompok selesai tepat
81-100 A Sangat baik/Sangat
Tinggi waktu. Memacu siswa agar lebih berani untuk
61-80 B Baik/Tinggi bertanya, menjawab, dan menyampaikan ide atau
41-60 C Cukup baik/Cukup
pendapat.
tinggi
21-40 D Kurang baik/ Rendah Hasil pengamatan yang dilakukan oleh
0-21 E Jelek/Sangat rendah observer pada siklus I yang terdiri dari dua aspek
yaitu aspek keaktifan dan kerja sama siswa.
Indikator keberhasilan kualitas proses Aspek keaktifan siswa terdiri dari lima penyataan
pembelajaran pembelajaran minimal „baik‟ diantaranya: siswa berinteraksi dengan siswa lain
dengan interval nilai 61-80. Dengan kata lain mencapai 73,44%, siswa memperhatikan
apabila 61-80% siswa sudah memenuhi poin-poin penjelasan guru 75,00%, siswa berani
yang tertera dalam aspek keaktifan dan kerja mengajukan pertanyaan 64,06%, siswa berani
sama siswa maka tindakan dinyatakan berhasil. mengemukakan ide 83,59%, dan siswa berani
menanggapi petanyaan 83,59%. Dari lima
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN pernyataan tersebut penyataan yang paling rendah
pencapaiannya adalah penyataan siswa berani
Berdasarkan pengamatan pembelajaran
mengajukan pertanyaan. Maka penyataan ini pada
pada siklus I, pembelajaran bisa dikatakan sudah
siklus II harus diperhatikan. Secara rinci data
baik akan tetapi perlu ditingkatkan lagi pada
diatas dapat dilihat pada Tabel 2.
siklus II agar lebih maksimal. Evaluasi siklus I
adalah siswa masih belum terbiasa dengan model Tabel 2. Hasil Observasi Aspek Keaktifan Siswa
pembelajaran NHT. Terlihat siswa masih Siklus I
kebingungan saat diskusi selama proses No. Pernyataan Pencapaian
pembelajaran. Kondisi kelas yang gaduh akibat 1 Berinteraksi dengan siswa lain 73,44%
2 Memperhatikan penjelasan guru 75,00%
siswa yang ramai. Masih terdapat kelompok yang 3 Berani mengajukan pertanyaan 64,06%
bekerja secara individu dan belum menyelesaikan 4 Berani mengemukakan ide 83,59%
5 Berani menanggapi petanyaan 83,69%
tugas kelompok. Siswa masih takut untuk
Rata-rata 75,94%
mengemukakan pendapat atau ide, betanya,
menjawab pertanyaan. Dilakukan perbaikan pada
Berdasarkan hasil observasi, aspek kerja
siklus II untuk meyakinkan data hasil pengamatan
sama siswa yang terdiri dari lima penyataan
siklus I dan sesuai saran dari guru mata pelajaran
diantaranya: siswa mengambil giliran & berbagi
yaitu persentase setiap aspek harus mencapai
tugas 73,44%, siswa saling membantu kesulitan
76% mengacu pada kriteria ketuntasan minimal
anggota kelompok 73,44%, siswa menghargai ide
(KKM).
atau pendapat siswa lain 71,09%, siswa
Dari hasil pengamatan tersebut maka
mendorong siwa lain untuk kerja kelompok
sebagai perbaikan pada siklus II adalah guru
73,44%, dan siswa menyelesaikan tugas
Penerapan Model Pembelajaran (Agus Septa Mulyanto) 225

kelompok 73,44%. Dari semua pernyataan Tabel 4. Hasil Observasi Aspek Keaktifan Siswa
perbedaannya yang tidak terlalu besar. Secara Siklus II
rinci data diatas dapat dilihat pada Tabel 3. No. Pernyataan Pencapaian
1 Berinteraksi dengan siswa lain 75,78%
Tabel 3. Hasil Observasi Aspek Kerja Sama 2 Memperhatikan penjelasan guru 77,34%
3 Berani mengajukan pertanyaan 66,41%
Siswa Siklus I 4 Berani mengemukakan ide 84,37%
No. Pernyataan Pencapaian 5 Berani menanggapi petanyaan 84,37%
1 Mengambil giliran dan berbagi tugas 73,44% Rata-rata 77,67%
2 Saling membantu kesulitan anggota 73,44%
kelompok
3 Menghargai pendapat siswa lain 71,09% Berdasarkan hasil observasi, aspek kerja
4 Mendorong siswa lain untuk bekerja 73,44% sama siswa yang terdiri dari lima penyataan
kelompok diantaranya: siswa mengambil giliran & berbagi
5 Menyelesaikan tugas kelompok 73,44%
Rata-rata 72,97% tugas 74,22%, siswa saling membantu kesulitan
anggota kelompok 74,22%, siswa menghargai ide
Dari data yang diperoleh di atas, maka atau pendapat siswa lain 75,78%, siswa
dapat disimpulkan bahwa penerapan model mendorong siwa lain untuk kerja kelompok
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siklus I 74,22%, dan siswa menyelesaikan tugas
bisa dikatakan sudah terlihat pengaruhnya kelompok 72,22%. Dari semua pernyataan
terhadap proses pembelajaran yaitu terhadap perbedaannya yang tidak terlalu besar. Secara
aspek keaktifan dan kerja sama siswa, dan bisa rinci data diatas dapat dilihat pada Tabel 5.
dikatakan sudah baik atau mencapai kriteria
Tabel 5. Hasil Observasi Aspek Kerja Sama
keberhasilan. Akan tetapi untuk aspek kerja sama Siswa Siklus II
siswa belum mencapai 76%, sesuai dengan saran
No. Pernyataan Pencapaian
guru mata pelajaran. Untuk mengatasi 1 Mengambil giliran dan berbagi tugas 74,22%
permasalahan tersebut dilakukan perbaikan pada 2 Saling membantu kesulitan anggota 74,22%
kelompok
siklus II. 3 Menghargai pendapat siswa lain 75,78%
Berdasarkan pengamatan pembelajaran 4 Mendorong siswa lain untuk bekerja 74,22%
pada siklus II, sudah mengalami peningkatan kelompok
5 Menyelesaikan tugas kelompok 72,22%
dibandingkan dengan siklus I. Siswa pada siklus I Rata-rata 74,53%
belum terbiasa menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siklus Dari data yang diperoleh diatas, maka
siklus II sudah terbiasa. Siklus II juga terdapat dapat disimpulkan bahwa penerapan model
kekurangan yaitu karena masih terdapat siswa pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siklus II
yang ramai maka siswa yang duduk dibelakang bisa dikatakan sudah mengalami peningkatan
tidak bisa mendengarkan penjelasan guru. pada aspek keaktifan dan kerja sama siswa, dan
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh bisa dikatakan sudah baik atau mencapai kriteria
observer pada siklus II yang terdiri dari dua aspek keberhasilan. Akan tetapi untuk aspek kerja sama
yaitu aspek keaktifan dan kerja sama siswa. siswa masih belum mencapai 76%. Maka untuk
Aspek keaktifan siswa terdiri dari lima penyataan mengatasi permasalahan tersebut dilakukan
diantaranya: siswa berinteraksi dengan siswa lain perbaikan pada siklus III.
mencapai 75,78%, siswa memperhatikan Berdasarkan pengamatan pembelajaran
penjelasan guru 77,33%, siswa berani pada siklus III, mengalami peningkatan dari hasil
mengajukan pertanyaan 66,41%, siswa berani pengamatan pada siklus II. Hasil pengamatan
mengemukakan ide 84,37%, dan siswa berani yang dilakukan observer terhadap aspek keaktifan
menanggapi petanyaan 84,37%. Secara rinci data siswa yang terdiri dari lima penyataan
diatas dapat dilihat pada Tabel 4. diantaranya: siswa berinteraksi dengan siswa lain
226 Jurnal Pendidikan Vokasional Teknik Mesin Volume 4, Nomor 3, Tahun 2016

mencapai 78,13%, siswa memperhatikan sudah mencapai 76%. Maka pembelajaran


penjelasan guru 79,69%, siswa berani dihentikan pada siklus III.
mengajukan pertanyaan 71,88%, siswa berani Berdasarkan hasil penelitian diatas,
mengemukakan ide 85,16%, dan siswa berani ketercapaian aspek keaktifan siswa dari siklus I
menanggapi petanyaan 85,16%. Secara rinci data sampai siklus III bisa disimpulakan berhasil.
diatas dapat dilihat pada Tabel 6. Berhasil ini diindikasikan bahwa selama
perlakuan tindakan penelitian yaitu setiap siklus
ketercapaian aspek keaktifan siswa sudah baik
Tabel 6. Hasil Observasi Aspek Keaktifan Siswa
yaitu lebih dari 60,00%. Siklus I menunjukkan
Siklus III
keaktifan siswa sebesar 75,94%. Siklus II
No. Pernyataan Pencapaian
menunjukkan keaktifan siswa sebesar 77,66%.
1 Berinteraksi dengan siswa lain 78,13%
2 Memperhatikan penjelasan guru 79,69% Keaktifan siswa pada siklus II juga mengalami
3 Berani mengajukan pertanyaan 71,88% peningkatan sebesar 1,72%. Siklus III
4 Berani mengemukakan ide 85,16%
5 Berani menanggapi petanyaan 85,16% menunjukkan keaktifan siswa sebesar 80,00%.
Rata-rata 80,00% Aspek keaktifan siswa pada siklus III juga
mengalami kenaikan yaitu sebesar 2,34%.
Berdasarkan hasil observasi, aspek kerja Kemudian setiap siklus juga sudah sesuai dengan
sama siswa yang terdiri dari lima penyataan saran guru yang mana sudah mencapai 76%.
diantaranya: siswa mengambil giliran & berbagi Berikut grafik distribusi ketercapaian aspek
tugas 75,00%, siswa saling membantu kesulitan keaktifan siswa dari siklus I, siklus II dan siklus
anggota kelompok 77,34%, siswa menghargai ide III disajikan pada Gambar 1.
atau pendapat siswa lain 79,69%, siswa
mendorong siwa lain untuk kerja kelompok
75,78%, dan siswa menyelesaikan tugas
kelompok 80,49%. Dari semua pernyataan
Ketercapaian (%)

perbedaannya yang tidak terlalu besar. Secara


rinci data diatas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Observasi Aspek Kerja Sama


Siswa Siklus III
No. Pernyataan Pencapaian
1 Mengambil giliran dan berbagi tugas 75,00%
2 Saling membantu kesulitan anggota 77,34%
kelompok
3 Menghargai pendapat siswa lain 79,69%
4 Mendorong siswa lain untuk bekerja 75,78%
Gambar 1. Distribusi Ketercapaian Aspek
kelompok Keaktifan Siswa
5 Menyelesaikan tugas kelompok 80,49%
Rata-rata 77,66%
Penerapan model pembelajaran kooperatif
Dari data yang diperoleh diatas, maka tipe NHT dalam pembelajaran ini berdampak
dapat disimpulkan bahwa penerapan model terhadap keaktifan siswa. Sesuai grafik distribusi
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siklus III ketercapaian aspek keaktifan siswa di atas dapat
bisa dikatakan sudah mengalami peningkatan disimpulkan bahwa penerapan model
pada aspek keaktifan dan kerja sama siswa, dan pembelajaran ini mampu membuat siswa aktif
bisa dikatakan sudah baik atau mencapai kriteria berinteraksi dengan siswa lain, siswa
keberhasilan. Aspek kerja sama siswa masih memperhatikan saat guru sedang menjelaskan
materi pembelajaran, berani mengajukan
Penerapan Model Pembelajaran (Agus Septa Mulyanto) 227

pertanyaan, berani mengemukakan ide dan berani mendorong siswa lain untuk bekerja sama, dan
menanggapi pertanyaan. siswa menyelesaikan tugas kelompok.
Ketercapaian aspek kerja sama siswa pada
penelitian ini bisa disimpulakan berhasil. Berhasil SIMPULAN DAN SARAN
ini diindikasikan bahwa selama perlakuan
tindakan penelitian yaitu setiap siklus Simpulan
ketercapaian aspek kerja sama siswa sudah baik Kesimpulan penelitian ini adalah bentuk
yaitu lebih dari 60,00%. Siklus I menunjukkan model NHT yang diterapkan yakni perumusan
kerja sama siswa sebesar 72,94%. Siklus II masalah, perencanaan penyelesaian masalah,
menunjukkan kerja sama siswa sebesar 74,53%. memberikan kriteria keberhasilan penyelesaian
Kerja sama siswa pada siklus II juga mengalami masalah, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
peningkatan sebesar 1,59%. Siklus III pembelajaran dengan model NHT, observasi oleh
menunjukkan kerja sama siswa sebesar 77,66%. pengamat dengan instrumen penelitian, refleksi
Aspek kerja sama siswa pada siklus III juga dan evaluasi. Menunjukkan ada peningkatan
mengalami kenaikan yaitu sebesar 3,13%. terhadap aspek keaktifan siswa pada siklus I
Kemudian setiap siklus juga sudah sesuai dengan 75,94% meningkat pada siklus II 77,66% dan
saran guru yang mana sudah mencapai 76%. siklus III 80,00%. Menunjukkan ada peningkatan
Berikut grafik distribusi ketercapaian aspek kerja terhadap aspek kerja sama siswa pada siklus I
sama siswa dari siklus I, siklus II dan siklus III 72,97% meningkat pada siklus II 74,53% dan
disajikan pada Gambar 2. siklus III 77,66%.

Saran
Penelitian ini menggunakan metode
observasi dalam pengumpulan data. Metode ini
mempunyai kelemahan yaitu tidak bisa maksimal
Ketercapaian (%)

jika digunakan untuk mengobservasi atau


mengamati banyak siswa. Untuk mengatasi
kelemahan ini maka disarankan pada saat
pelakasanaan penelitian menggunakan rekaman
gambar atau video agar bisa diamati dilain waktu.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. (2009). Cooperative Learning:
Gambar 2. Distribusi Ketercapaian Aspek Kerja Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Sama Siswa Pustaka Pelajar.
Endang Mulyatiningsih. (2011). Riset Terapan:
Penerapan model pembelajaran kooperatif Bidang Pendidik & Teknik. Yogyakarta:
tipe NHT dalam pembelajaran ini berdampak UNY Press.
terhadap kerja sama siswa. Sesuai grafik Saur Tampubulon. (2014). Penelitian Tindakan
distribusi ketercapaian aspek kerja sama siswa Kelas: Sebagai Pengembangan Profesi
diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pendidik dan Keilmuan. Jakarta: Penerbit
pembelajaran ini dalam diskusi atau kerja Erlangga.
kelompok mampu membuat siswa mengambil Slavin. (2010). Cooperative Learning: Teori,
gilirian dan berbagai tugas, siswa saling Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
membantu kesulitan anggota kelompok, siswa Suharsimi Arikunto. (2007). Penelitian Tindakan
menghargai ide/pendapat siswa lain, siswa Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
228 Jurnal Pendidikan Vokasional Teknik Mesin Volume 4, Nomor 3, Tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai