Anda di halaman 1dari 4

NAMA : YULI AGUSTINA

NIM : 9223610171
PROGRAM : PPG PRAJABATAN
MATKUL : PPL II
DPL : Elvi Mailani,S.Si.,M.Pd
Guru Pamong : Nurningsih,S.Pd

1.Apa yang membedakan PTK dengan PTK Kolaboratif?

Jawab :

Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk
meningkatkan situasi praktis. Tentu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk
meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan ia disebut ’penelitian
tindakan kelas’ atau PTK. Kegiatan penelitian tindakan tidak akan mengganggu proses
pembelajaran, penelitian tindakan kelas (PTK) bersifat situasional, kontekstual, berskala kecil,
terlokalisasi, dan secara langsung gayut (relevan) dengan situasi nyata dalam dunia kerja, subyek
dalam PTK termasuk murid-murid.Sedangkan Kolaborasi atau kerja sama perlu dan penting
dilakukan dalam PTK karena PTK yang dilakukan secara perorangan bertentangan dengan hakikat
PTK itu sendiri (Burns, 1999). Beberapa butir penting tentang PTK kolaboratif Kemmis dan
McTaggart (1988: 5; Hill & Kerber, 1967, disitir oleh Cohen & Manion, 1985, dalam Burns, 1999:
31):

(1) penelitian tindakan yang sejati adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu yang dilakukan
oleh sekelompok peneliti melalui kerja sama dan kerja bersama,

(2) penelitian kelompok tersebut dapat dilaksanakan melalui tindakan anggota kelompok
perorangan yang diperiksa secara kritis melalui refleksi demokratik dan dialogis;

(3) optimalisasi fungsi PTK kolaboratif dengan mencakup gagasan-gagasan dan harapan-harapan
semua orang yang terlibat dalam situasi terkait;

(4) pengaruh langsung hasil PTK pada Anda sebagai guru dan murid-murid Anda serta sekaligus
pada situasi dan kondisi yang ada.
Kolaborasi atau kerja sama dalam melakukan penelitian tindakan dapat dilakukan dengan:
mahasiswa; sejawat dalam jurusan/sekolah/lembaga yang sama; sejawat dari lembaga/sekolah
lain; sejawat dengan wilayah keahlian yang berbeda (misalnya antara guru dan pendidik guru,
antara guru dan peneliti; antara guru dan manajer); sejawat dalam disiplin ilmu yang berbeda
(misalnya antara guru bahasa asing dan guru bahasa ibu); dan sejawat di negara lain

2.Mengapa PPL II mengadopsi PTK Kolaboratif?

Jawab :

Karena, Penelitian tindakan kelas atau lazim disingkat PTK, sebaiknya dilakukan secara
kolaboratif antar sesama guru dan-atau dapat melibatkan dosen/universitas/LPTK. Melalui
kolaborasi Penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat lebih obyektif serta memanfaatkan
saran-saran orang lain/ahli. Berikut beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian tindakan kelas
yang kolaboratif:

Permasalahan penelitian tindakan kelas harus digali atau didiagnosis secara kolaboratif dan
sistematis oleh dosen dan guru dari masalah yang nyata dihadapi guru dan/atau siswa di sekolah.
Masalah penelitian bukan dihasilkan dari kajian teoretik atau dari hasil penelitian terdahulu, tetapi
masalah lebih ditekankan pada permasalahan aktual pembelajaran di kelas.

Penelitian ini bersifat kolaboratif, dalam pengertian usulan harus secara jelas menggambarkan
peranan dan intensitas masing-masing anggota pada setiap kegiatan penelitian yang dilakukan,
yaitu: pada saat mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan penelitian
(melaksanakan tindakan, observasi, merekam data, evaluasi, dan refleksi), menganalisis data,
menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir.Dalam PTK, kedudukan dosen setara dengan
guru, dalam arti masing-masing mempunyai peran dan tanggungjawab yang saling membutuhkan
dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan.
3.Aspek apa yang ditekankan pada PTK Kolaboratif dan Lesson Study?

Jawab :

Aspek-aspek yang perlu ditekankan pada PTK Kolaboratif :

a. Metode belajar yang digunakan pada satuan pendidikan,

Metode belajar merupakan cara guru melakukan pendekatan kepada siswa atau dapat pula
dijelaskan sebagai gaya yang dilakukan oleh guru mengelola kelas belajar selama proses
pembelajaran. Metode menjadi faktor penentu keberhasilan pembelajaran, misalnya metode
pembelajaran kooperative learning. Bagaimana mendorong siswa untuk menyelesaikan tugas-
tugas atau proses pembelajaran secara kolaboratif atau kerjasama dalam kelompok. Metode
pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang diajarkan, respon siswa, dan kesiapan media
pembelajaran. Kalau tidak tersedia media yang menunjang pembelajaran, guru harus merancang
media inovatif guna meningkatkan motivasi belajar siswa.

b. Kemampuan artikulasi guru dalam menjabarkan konsep-konsep melalui metode belajar yang
digunakan.

Tujuan pembelajaran adalah agar siswa menjadi “tahu sesuatu”. Untuk mengetahui sesuatu maka
siswa harus mampu memahami konsep-konsep tentang sesuatu itu. Kemampuan siswa melakukan
analisis terhadap sesuatu membutuhkan bantuan dari guru. Dengan demikian guru harus selalu
meningkatkan kompetensinya agar mampu menguraikan dan menjabarkan konsep-konsep menjadi
lebih sederhana dan mudah dipahami oleh siswa. Sumber belajar dan bahan ajar harus lebih
variatif, menantang dan menyenangkan, sehingga siswa terdorong untuk terus belajar.

c. respons siswa terhadap metode belajar yang diterapkan oleh guru dalam kegiatan belajar
mengajar

Metode pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sebaliknya metode
pembelajaran yang membingungkan atau bersifat ambigu bagi siswa dapat menurunkan motivasi
belajarnya. Kesalahan menerapkan metode pembelajaran berdampak pada keberhasilan
pembelajaran.
Berikutnya, guru harus manguasai metode pembelajaran, jangan menerapkan metode yang baru
dikenalnya. Pembelajaran bukan sesuatu yang dicoba-coba karena akan berpengaruh secara
psikologis bagi siswa. Oleh karena itu sebelum menerapkan metode yang diinginkan atau metode
yang diyakini menjadi solusi, maka guru wajib menguasai metode pembelajaran tersebut sebelum
diterapkan kepada siswa.

Lesson Study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran
secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-rinsip kolegalitas dan mutual learning
untuk membangun komunitas belajar .Lesson Study merupakan proses yang dilakukan guru yang
secara progressif berusaha meningkatkanmotode pembelajaran mereka dengan cara berkerjasama
dengan guru lain

Lesson Study sebagai Alternatif Pengembangan Kompetensi Calon GuruMahasiswa LPTK


dipersiapkan untuk menjadi guru (terlepas dari aturan baru bahwa guru bisa berasal dari non-
keguruan (ilmu murni) denganmenjalani matrikulasi dan Pendidikan Profesi Guru (PPG) selama
1 tahun).Sebagai calon guru, mahasiswa LPTK harus menjalani pengalaman sebagaiguru baik
dalam mata kuliah Micro Teaching maupun dalam ProgramPengalaman Lapangan (PPL).

Anda mungkin juga menyukai