Anda di halaman 1dari 2

NAMA : ELSA GRATIA MANULLANG

NIM : 9223610185
PRODI : PPG PGSD
MATA KULIAH : FILOSOFI PENDIDIKAN

Kesimpulan Dan Refleksi

Kesimpulan

Pendidikan dan pengajaran tidak dapat dipisahkan. Menurut Ki Hajar Dewantara (KHD),
pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan
dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan
Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak
agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
seorang manusia maupun sebagai amggota masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk
menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama
untuk mencapainya.

Ki Hajar Dewantara memberikan pemikirannya tentang Dasar-dasar Pendidikan. Menurut


KHD, Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu hanya dapat
menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat
memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Peran Pendidik diibaratkan seorang Petani atau tukang kebun yang tugasnya adalah
merawat sesuai kebutuhan dari tanaman-tanamannya itu agar tumbuh dan berbuah dengan baik,
tentu saja beda jenis tanaman beda perlakuanya. Artinya bahwa kita seorang pendidik harus bisa
melayani segala bentuk kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda (berorientasi pada
anak). Kita harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir
kreatif, mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukan berarti
kebebasan mutlak, perlu tuntunan dan arahan dari guru supaya anak tidak kehilangan arah dan
membahayakan dirinya.

KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka dan mengikuti perkembangan
zaman yang ada namun tidak semua yang baru itu baik, jadi perlu diselaraskan dulu. Indonesia
juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. KHD
menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman.
Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat
zaman berkaitan dengan isi dan irama. Artinya bahwa setiap anak sudah membawa sifat atau
karakternya masing-masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa menghapus sifat dasar tadi, yang bisa
dilakukan adalah menunjukan dan membimbing mereka agar muncul sifat-sifat baiknya sehingga
menutupi/mengaburkan sifat-sifat jeleknya.
Kodrat zaman bisa diartikan bahwa kita sebagai guru harus membekali keterampilan
kepada siswa sesuai zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya dan menyesuaikan diri. Dalam
konteks pembelajaran sekarang, ya kita harus bekali siswa dengan kecakapan Abad 21. Budi
pekerti juga harus menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pengajaran yang kita
lakukan sebagai guru. Guru harus senantiasa memberikan teladan yang baik bagi siswa-siswanya
dalam mengembangkan budi pekerti. Kita juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan di
sekolah untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti/akhlak mulia kepada anak.

Dalam pembelajaran di kelas hendaknya kita juga harus memperhatikan kodrati anak yang
masih suka bermain. Lihatlah ketika anak-anak sedang bermain pasti yang mereka rasakan
adalah ‘kegembiraan’ dan itu membuat suatu kesan yang membekas di hati dan pikirannya.
Hendaknya guru juga memasukan unsur permainan dalam pembelajaran agar siswa senang dan
tidak mudah bosan. Apalagi menggunakan permainan-permainan tradisional yang ada, selain
menyampaikan pembelajaran melalui permainan , kita juga mendidik dan mengajak anak untuk
melestarikan kebudayaan.

Hal terpenting yang harus dilakukan seorang guru adalah menghormati dan
memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus
hati, memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho), membangun semangat (ing madyo mangun
karso) dan memberikan dorongan (tut wuri handayani) bagi tumbuh kembangnya anak. Menuntun
mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mereka akan
mencapai kebahagiaan dan keselamatan.

Refleksi

Sebelum mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya percaya bahwa


dengan tindakan-tindakan tegas dan menghukum siswa bisa merubah perilakunya. Tapi perubahan
yang terjadi cuma didasari oleh rasa takut dan bersifat sementara, bukan atas kesadaran pribadinya.
Saya belum sepenuhnya menyadari akan keberadaan kodrat alam sang anak, sehingga sering
marah-marah ketika ada anak yang lamban dalam satu pelajaran. Belum banyak memberikan
model-model pembelajaran yang menyenangkan bagi anak.

Setelah mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, pemikiran yang berubah


dari saya adalah bahwa saya harus memberikan tuntunan kepada anak didik dengan lebih sabar
dan ikhlas, karena mereka masing-masing unik dan berbeda. Tidak perlu memberikan hukuman
yang sifatnya tidak mendidik, memberikan teladan agar mereka bisa melihat dan menirunya.
Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka dengan mencoba berbagai macam
model pembelajaran. Yang segera bisa saya terapkan dari pemikiran-pemikiran Ki Hajar
Dewantara tidak memberikan hukuman-hukuman kepada siswa, lebih sabar dalam membimbing,
mengenali lebih dalam karakter dan latar belakang siswa (keluarga/lingkungan) dengan menjalin
komunikasi dengan orang tuanya, hal ini bisa dilakukan dengan kunjungan rumah atau home
visit. Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa melalui pemilihan media
pembelajaran yang bervariasi baik berupa gambar, video maupun audio, atau pembelajaran yang
berbasis permainan (gamebased learning).

Anda mungkin juga menyukai