Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 2: Yuliana

Sherina Bella Aryanti


Ulfa Fauzia
Vitaloka Mawaddhah
Wa Ode Hasra

1. Apa praktik pendidikan yang saat ini “membelenggu” kemerdekaan peserta didik
dalam belajar dengan melihat perjalanan pendidikan nasional sebelum kemerdekaan
dan sesudah kemerdekaan?
Apabila melihat pendidikan Indonesia sebelum kemerdekaan, dimana
pendidikan Indonesia memiliki sarana dan prasarana yang kurang memadai, sistem
pendidikan yang hanya menguntungkan kaum kolonial Belanda, jumlah guru yang
terbatas, sekolah hanya diperuntukkan untuk bangsa kolonial dan pribumi
diperbolehkan sekolah namun diajarkan membaca, menulis dan berhitung dengan
tujuan unutk kepentingan kolonial belanda. Sedangkan setelah kemerdekaan, adanya
pemerataan pendidikan baik di kota maupun daerah. Pendidikan sudah bisa diakses
oleh semua kalangan, pemerintah memberikan beasiswa pada siswa yang kurang
mampu dan berprestasi. Adanya program pemerintah seperti KIP (Kartu Indonesia
Pintar) merupakan salah satu upaya pemerintah dalam pemerataan pendidikan dan
upaya pemerintah dalam memutus rantai kemiskinan (Madani, 88:2022). Sehingga
masyarakat yang kurang mampu dalam segi ekonomi juga dapat bersekolah dan
mendapatkan pendidikan yang baik. Pemerintah juga memberika dana BOS kepada
sekolah-sekolah untuk penunjang keperluan dan kelengkapan fasilitas sekolah. Guru
juga diberikan pelatihan agar dapat mengembangkan pembelajaran yang yang baik
Disamping hal-hal positif dari kebijakan pemerintah terhadap pendidikan
Indonesia, seringnya pergantian kurikulum membuat guru dan peserta didik harus
beradaptasi dengan perubahan sistem pendidikan. Keterbatasan sarana dan prasarana
khususnya di sekolah daerah-daerah terpencil menjadi penghambat dalam proses
pembelajaran seperti bangunan sekolah yang tidak layak, fasilitas sekolah yang tidak
lengkap, tidak tersedianya ruang lab komputer maupun lap penunjang mata pelajaran,
dan sebagainya. Hal-hal tersebut secara tidak langsung membelenggu kemerdekaan
peserta didik dalam belajar.
2. Adakah model-model pendidikan saat ini yang anda lihat dapat melepaskan
„belenggu‟ yang belum memerdekaan peserta didik?
Ki Hadjar Dewantara juga mencetuskan lima asas pendidikan yang dikenal
dengan Pancadharma, yaitu Asas kodrat alam memiliki makna bahwa secara lahiriah
akal pikiran manusia dapat berkembang dan dikembangkan. Kemudian asas
kemerdekaan dapat diartikan bahwasanya para peserta didik diarahkan untuk merdeka
secara lahir dan batin baik pikiran maupun tenaganya dimana mereka tidak hanya
diberikan pengetahuan searah, tetapi juga diberi kebebasan untuk merdeka dalam
mengembangkan diri mereka secara mandiri. Asas ketiga ialah kebudayaan, yaitu asas
yang menyadarkan peserta didik bahwa pendidikan didasari sebagai sebuah proses
yang dinamis. Selanjurnya adalah asas kebangsaan yang artinya dalam belajar peserta
didik harus menimbuhkan rasa cinta tanah air dalam dunia mereka. Terakhir adalah
asas kemanusiaan dimana diharapkan pendidikan dapat mengatasi segala perbedaan
dan diskriminasi daerah, suku, keturunan dan agama.
Konsep dan filosofi Ki Hadjar Dewantara inilah yang menjadi pedoman serta
acuan bagi perkembangan pendidikan di Indonesia hingga saat ini. Salah satunya
adalah dikembangkannya Kurikulum Merdeka supaya siswa dapat memilih apa yang
diminatinya dalam pembelajaran sehingga nantinya tujuan dari pendidikan nasional
tercapai, yaitu merdeka belajar, merdeka mengajar untuk Indonesia merdeka
sesungguhnya.
Kurikulum merdeka merupakan salah satu model pendidikan yang dapat
melepaskan belenggu dan memerdekaan peserta didik dalam memilih pelajaran yang
sesuai dengan minat dan bakatnya. Dalam konsep merdeka belajar, peserta didik
diharapkan dapat lebih mengekplorasi pengetahuan dan kreatifitas mereka dalam
belajar. Sehingga diharapkan agar pemerintah lebih memperhatikan pemerataan
pembangunan dalam dunia pendidikan agar kemerdekaan peserta didik dalam proses
belajar dapat tercapai.
Kurikulum Merdeka merekonstruksi sistem pendidikan dalam rangka
menyongsong perubahan dan kemajuan bangsa sesuai perkembangan perubahan
zaman. Caranya adalah mengembalikan hakekat dari pendidikan sesungguhnya yaitu
pendidikan untuk memanusiakan manusia atau pendidikan yang membebaskan.
Dalam konsep merdeka belajar, guru bukan dijadikan sumber kebenaran peserta didik,
namun guru dan peserta didik berkolaborasi bergerak mencari kebenaran. Maksudnya
adalah posisi guru di kelas tidak hanya menanam atau menyeragamkan kebenaran
menurut guru namun menggali kebenaran, daya nalar dan kritisnya peserta didik
melihat dunia dan fenomenanya. Perkembangan internet dan teknologi menjadi
peluang dan momentum kemerdekaan belajar. Karena dapat meretas sistem
pendidikan yang kaku atau tidak membebaskan. Sehingga kebebasan untuk
berinovasi, belajar dengan mandiri, dan kreatif dapat dilakukan oleh unit pendidikan,
guru dan peserta didik (Suyitno, Dkk, 2023)
3. Apa yang anda tawarkan sebagai model pendidikan yang dapat melepaskan belenggu
dan memerdekakan peserta didik?
- Menciptakan pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada mata pelajaran umum
tetapi juga mata pelajaran yang bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan.
- Menyampaikan penjelasan yang baik dan jelas tentang mata pelajaran sehingga
membantu peserta didik memahami materi yang sudah disampaikan.
- Memberikan inspirasi kepada peserta didik dalam mengeksplorasi ide-ide baru,
mengembangkan kreativitas, dan memunculkan gagasan inovatif.
- Memberikan arahan dan nasehat dalam mengatasi hambatan dalam proses
pembelajaran.
- Memberikan informasi terbaru dan referensi yang relevan khususnya bidang Ilmu
Pengetahuan Sosial.

Referensi :
Madani, 2022. Implementasi Program Kartu Indonesia Pintar Kuliah di Perguruan Tinggi
Swasta. Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan Vol 14 No 1 (P-ISSN 2085 -
143X) (E-ISSN 2620 – 8857. Universitas Islam Darul „Ulum Lamongan. Tersedia:
https://media.neliti.com/media/publications/501571-none-c93a91ac.pdf
Suyitno, Dkk. 2023. Penerapan Kurikulum Merdeka Sebagai Upaya Dalam Mengatasi Krisis
Pembelajaran (Learning Loss) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Kelas X Di SMA Negeri 12 Bandar Lampung. Journal on Education. Volume 06,
No. 01, September-Desember 2023, pp. 3588-3600 E-ISSN: 2654-5497, P-ISSN:
2655-1365. Tersedia: https://jonedu.org/index.php/joe/article/view/3456

Anda mungkin juga menyukai