Anda di halaman 1dari 2

Nama: Christina Hutabarat

Rumpun : Bahasa
Mata Kuliah: Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya

Koneksi Antar Materi Kerangka Strategi Pembelajaran PPDP TOPIK 4

1. Develepmentally Appropriate Practice (DAP)


DAP atau pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan proses pembelajaran yang
disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak, memberikan proses belajar yang
patut dan menyenangkan, interaktif, aplikatif, dan konstruktivis. Tujuan dari DAP
adalah memusatkan perhatian kita sebagai guru pada segala sesuatu yang kita ketahui
tentang anak dan apa yang dapat kita pelajari tentang anak sebagai individu dan
keluarga mereka sebagai dasar pengambilan keputusan. Konsep DAP yang
dikembangkan melalui baragam kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan
anak menyebabkan anak memiliki pengalaman yang kongkrit serta menyenangkan
saat terjadinya proses belajar, sehingga dapat menumbuhkan kesadaran (awareness)
pada anak. Dalam pembelajaran ini guru hanya sebagai fasilitator dan tidak lagi
sebagai tokoh paling utama dalam pembelajaran dalam kelas dan siswa tidak hanya
sebagai penerima yang tidak aktif dalam pembelajaran, tetapi para siswa bertanggung
jawab untuk atas pembelajaran mereka sendiri. Ciri khas dari pengimplementasian
pembelajaran dengan menggunakan DAP ini adalah pembelajaran dengan students
centered yang dimana ini sangatlah berkaitan sekali dengan apa yang akan kita
lakukan didalam mengimplementasikan kurikulum merdeka sebagai pembelajaran
paradigma baru. Pengajaran ini disesuaikan dengan capaian dan tingkat kemampuan
serta kompetensi peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan dengan
diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk / hasil.

2. Pengajaran yang Responsif Kultur (Pedagogi Responsif Secara Budaya)


Pendidikan tanggap budaya merupakan model pendidikan yang tidak hanya bertujuan
untuk meningkatkan prestasi peserta didik tapi juga membantu peserta didik dalam
meningkatkan kesadaranya, menggali pengetahuannya dan melestarikan serta
memperkokoh identitas budayannya dalam berbagai aspek termasuk aspek kearifan
lokal yang berkembang pada setiap komunitas, untuk mendukung terselenggaranya
pendidikan yang lebih bermakna. Ini sangatlah berkaitan dengan pemikiran- pemikiran
Ki Hajar Dewantara yang hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak
sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman.
Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak
untuk memiliki Keterampilan Abad 21 sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka
konteks lokal sosial budaya peserta didik di Indonesia Barat tentu memiliki karakteristik
yang berbeda dengan peserta didik di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur.
Mengenai Pendidikan dengan perspektif global, KHD mengingatkan bahwa pengaruh
dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal sosial budaya
Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh KHD adalah muatan atau
konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai
kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia. Kekuatan sosial budaya
Indonesia yang beragam dapat menjadi kekuatan kodrat alam dan zaman dalam
mendidik. Oleh karena itu nilai sosial budaya sangatlah penting diimplementasikan
dalam pembelajaranya seperti dalam pembelajaran bahasa Inggris, Guru dapat
memberikan stimulus kepada peserta didik dikaitkan dengan jenis teks Descriptive
dengan memberikan contoh pada unsur budaya di Indonesia atau di daerah seperti di
Sumatera Utara terdapat "Istana Maimun" sehingga peserta didik memiliki kompetensi
belajar yang dicapai adalah mengenal dan aktualiasas pada sosial budayanya sendiri.

3. Teaching at The Right Level (TaRL).


Teaching at the right level (TaRL) merupakan sebuah approach yang tidak mengacu
pada tingkat kelas melainkan mengacu pada tingkat kemampuan awal siswa atau dengan
kata lain pendekatan belajar ini merupakan pembelajaran yang student oriented: yaitu
berpusat pada kesiapan belajar murid, bukan pada tingkatan kelas. Dengan kata lain,
peserta didik tidak terikat pada tingkatan kelas, namun di sesuaikan berdasarkan
kemampuan peserta didik yang sama. Setiap fase, ataupun tingkatan tersebut
mempunyai capaian pembelajaran yang harus dicapai. Proses pembelajaran peserta didik
akan disusun mengacu pada capaian pembelajaran tersebut, namun disesuaikan dengan
karakteristik, potensi, kebutuhan peserta didiknya.

Adapun tujuan dari TaRl ini adalah :

• Sebagai bentuk pelaksanaan atau implementasi filosofi ajar KHD: Ki Hadjar


Dewantara yakni pembelajaran yang berpusat pada murid.
• Menguatkan kemampuan atau kompetensi numerasi dan literasi murid.
• Bertujuan juga agar setiap murid atau siswa mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.

Pembelajaran TARL berkaitan dengan Kurikulum Merdeka saat ini yaitu memastikan
praktik pembelajaran yang berpusat pada murid, yang mana setiap murid belajar sesuai
dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya. Dalam Kurikulum Merdeka, peserta didik
dikategorikan dalam fase yang mana setiap fase memiliki capaian pembelajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Dalam pembelajaran, pendidik harus
mampu merancang pembelajaran melalui diagnosa kebutuhan peserta didik sesuai dengan
karakteristiknya sehingga pendidik mampu memberikan pembelajaran yang sesuai dengan
gaya belajar, perkembangan dan kompetensi peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai