Kelompok 2:
Anggota Kelompok :
Dede Nora Sumirat (039223334)
Dilla Aura Dwiputri (039223335)
Eka Setiawan (039223336)
Elis Nurul Huda (039223337)
Fajar Hidayat (039223338)
Hana Septiani Dinila (039223339)
Intan Julita (039223340)
Prodi : Guru Kelas A/PPG Prajabatan Gel. 1 202
Mata Kuliah : Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya
Dosen Pengampu : Fitri Siti Sundari, M.Pd.
Kasus 1
Reina adalah seorang peserta didik yang duduk di bangku kelas III SD.
Ketika Reina mengikuti pembelajaran SBK (Seni Budaya dan Keterampilan)
dengan materi melukis, Reina tidak mencuci dan mengembalikan palet lukis yang
telah ia gunakan. Hal itu karena Reina tidak pernah mendapat tugas untuk
merapikan barang ketika di rumah dengan alasan bahwa Reina masih terlalu kecil
untuk melakukan hal tersebut.
Berdasarkan studi kasus di atas, jawablah pertanyaan di bawah ini, kaitkan
dengan peranan keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan
belajar yang aman dan nyaman bagi peserta didik.
Kasus 2
Dito adalah peserta didik yang duduk di bangku kelas VIII SMP. Dito
tercatat sudah lebih dari 3 kali terlambat datang ke sekolah karena belajar terlalu
malam untuk mengejar ketertinggalan nilai IPA. Orang tua Dito meminta untuk
belajar keras agar nilainya terus meningkat. Namun ternyata hal tersebut
mengakibatkan kedisiplinan Dito menurun.
Berdasarkan studi kasus di atas, jawablah pertanyaan di bawah ini, kaitkan
dengan disiplin positif, peranan keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk
menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi peserta didik.
1. Tuliskan pendapat Anda tentang orang tua Dito yang meminta agar Dito
belajar keras untuk mengejar ketertinggalan nilai IPA.
Menurut kelompok kami tentang orang tua Dito yang meminta agar Dito
belajar keras untuk mengejar ketertinggalan nilai IPA adalah hal yang baik
karena orang tua Dito menunjukkan kepedulian orang tua terhadap prestasi
akademis dito. Hal ini merupakan sebuah bentuk dorongan positif untuk
meningkatkan kinerja belajar Dito. Namun, sebagai orang tua harus diingat
bahwa pendekatan ini harus seimbang dan memperhatikan aspek keseimbangan
antara prestasi akademis dan kedisiplinan Dito. Orang tua Dito jangan terlalu
memaksakan tanpa melihat kemampuan Dito untuk memiliki nilai yang tinggi
di mata pelajaran IPA. Orang tua Dito seharusnya bersama dengan Dito dapat
mengkomunikasikan lagi harapan dan aturan Dito agar dapat mampu mengejar
ketertinggalan nilai IPA tersebut, seperti dengan memberikan kebebasan
kepada Dito untuk belajar sesuai dengan minat dan gaya belajar Dito dengan
membuat jadwal belajar yang teratur yang sesuai dengan keinginan Dito,
sehingga belajarnya tidak sampai larut malam.
2. Jika Anda menjadi guru Dito di sekolah, bagaimana Anda
mengkomunikasikan pendapat Anda kepada orang tua Dito? Hal apa
yang akan Anda tekankan ketika berkomunikasi dengan orang tua Dito?
Jelaskan.
Menurut kelompok kami, sebagai guru untuk mengkomunikasikan
pendapat mengenai kasus yang dialami Dito kepada orang tuanya yaitu dengan
cara mengundang orang tua Dito ke sekolah untuk diajak diskusi terbuka.
Ketika kegiatan diskusi antara guru dengan orang tua, gunakan pendekatan
empati terhadap kasus yang dialami Dito. Guru tidak boleh menyudutkan
perlakukan orang tua yang memaksakan Dito untuk belajar lebih keras dalam
mempelajari pelajaran IPA. Hal yang akan ditekankan ketika berkomunikasi
dengan orang tua Dito yaitu mengajak orang tua untuk sama-sama mencari
solusi. Sisipkan pembicaraan mengenai keterampilan pengelolaan waktu,
keseimbangan antara belajar dan istirahat bagi perkembangan peserta didik,
serta dampak dari keterlambatan secara objektif, tanpa menyudutkan
perlakukan orang tua. Guru juga mengajak orang tua untuk terlibat dalam
menjaga keseimbangan antara akademis dengan kesehatan, sehingga dapat
memberikan kesempatan untuk membantu peserta didik lebih baik di masa
yang akan datang.
3. Menurut pendapat Anda, bagaimana sebaiknya sikap orang tua Dito
ketika nilai IPA Dito tertinggal dari teman-temannya? Jelaskan.
Menurut kelompok kami, sikap yang sebaiknya orang tua Dito dapat
diterapkan yaitu :
1. Memberikan dukungan dan pujian atas usaha dan kemajuan yang telah
dicapai. Hal tersebut dilakukan, karena untuk mempertahankan motivasi
belajar Dito.
2. Membimbing Dito untuk mencapai potensi maksimal tanpa memaksakan
kemampuannya. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi kecemasan
yang dapat menghambat kemampuan belajar.
3. Melibatkan Dito dalam proses perbaikan dengan cara belajar mengatur
waktu agar menanamkan sikap bertanggung jawab atas tugas yang
diberikan. Hal tersebut dilakukan, karena keterampilan mengelola waktu
merupakan keterampilan yang berguna dalam kehidupannya, dapat
menentukan skala prioritas dalam hidupnya.
4. Tidak membandingkan hasil belajar Dito dengan teman-temannya,
karena menyadari bahwa setiap orang memiliki jenis kecerdasan yang
berbeda-beda.
5. Memberikan kebebasan kepada Dito untuk belajar sesuai dengan minat
dan gaya belajar. Hal tersebut dilakukan, untuk mendorong
pengembangan potensi belajar Dito, serta mampu meningkatkan
kemampuan dan pemahaman terhadap materi yang diminati Dito.