Anda di halaman 1dari 3

Nama :

1. Mardhatillah Birrul Walidain (23660422)


2. Maria Yuliani Anu (23660423)
3. Maya Hikmatul Maulidah (23660424)
4. Mufidatul Ulum (23660426)

Prodi : PPG Prajab / PGSD


MK : Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya
Topik IV : 4.b Ruang Kolaborasi (Kasus II)

Memberikan Tanggapan terhadap Kasus di Ruang Kelas


Kasus 2
Dito adalah peserta didik yang duduk di bangku kelas VIII SMP. Dito tercatat sudah lebih dari
3 kali terlambat datang ke sekolah karena belajar terlalu malam untuk mengejar ketertinggalan
nilai IPA. Orang tua Dito meminta untuk belajar keras agar nilainya terus meningkat. Namun
ternyata hal tersebut mengakibatkan kedisiplinan Dito menurun. Berdasarkan studi kasus di
atas, jawablah pertanyaan di bawah ini, kaitkan dengan disiplin positif, peranan keluarga,
sekolah, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi
peserta didik.

Berdasarkan studi kasus di atas, jawablah pertanyaan di bawah ini, kaitkan dengan peranan
keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan
nyaman bagi peserta didik.

1. Tuliskan pendapat Anda tentang orang tua Dito yang meminta agar Dito belajar keras untuk
mengejar ketertinggalan nilai IPA.
2. Jika Anda menjadi guru Dito di sekolah, bagaimana Anda mengkomunikasikan pendapat
Anda kepada orang tua Dito? Hal apa yang akan Anda tekankan ketika berkomunikasi
dengan orang tua Dito? Jelaskan.
3. Menurut pendapat Anda, bagaimana sebaiknya sikap orang tua Dito ketika nilai IPA Dito
tertinggal dari teman-temannya? Jelaskan.

Jawaban

1. Orang tua Dito tentu memiliki niat baik dengan mendorongnya belajar keras untuk
meningkatkan nilai IPA. Mereka menginginkan yang terbaik bagi anaknya dan berharap
Dito meraih kesuksesan di sekolah. Dorongan ini dapat menjadi motivasi bagi Dito untuk
lebih giat belajar dan menunjukkan kemampuannya. Selain itu, dukungan orang tua juga
dapat meningkatkan rasa percaya diri Dito dalam menghadapi tantangan akademis.
Namun, perlu diingat bahwa dorongan yang berlebihan dapat berubah menjadi tekanan
yang berdampak negatif. Dito mungkin merasa stres dan cemas jika merasa tidak mampu
memenuhi harapan orang tuanya. Tekanan ini juga dapat mengalihkan fokus Dito dari hal-
hal penting lainnya, seperti kesehatan fisik dan mental, pengembangan bakat, dan
kehidupan sosial. Alih-alih memotivasi, tekanan yang berlebihan justru dapat menurunkan
semangat belajar dan merusak hubungan antara orang tua dan anak.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menyeimbangkan harapan dengan
kemampuan Dito. Memberikan dukungan yang positif, menghargai usaha, dan fokus pada
proses belajar akan lebih efektif daripada memberikan tekanan untuk mencapai nilai tinggi.
Dengan begitu, Dito dapat belajar dengan optimal tanpa mengorbankan aspek penting
lainnya dalam kehidupannya.Sebagai guru Reina, saya akan menggunakan pendekatan
secara personal. Pertama, saya akan membangun hubungan baik dengan Reina,
menciptakan ruang yang aman dan nyaman baginya untuk berbicara. Kemudian, saya akan
mengajaknya berbicara secara pribadi, menunjukkan bahwa saya peduli dan ingin
memahami situasinya. Dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, saya akan
menjelaskan manfaat merapikan barang-barang, seperti memudahkan pencarian barang,
menjaga kebersihan kelas, dan menumbuhkan rasa tanggung jawab. Memberikan contoh
nyata dari kehidupan sehari-hari akan membantu Reina memahami konsep tersebut dengan
lebih baik. Selanjutnya, saya akan memberikan dukungan dan motivasi kepada Reina untuk
memulai kebiasaan merapikan barang. Kita bisa memulainya dari hal-hal kecil, seperti
merapikan pensil warna setelah digunakan atau meletakkan buku kembali ke tempatnya.
Saya akan menawarkan bantuan jika diperlukan dan yang terpenting, memberikan pujian
dan apresiasi atas usahanya. Kerjasama dengan orang tua Reina juga penting untuk
memastikan konsistensi dan dukungan di rumah. Dengan pendekatan yang sabar dan
positif, saya yakin Reina dapat belajar pentingnya merapikan barang dan mengembangkan
rasa tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya.
2. Sebagai guru Dito, saya akan memulai komunikasi dengan orang tuanya dengan
mengapresiasi perhatian dan dukungan mereka terhadap pendidikan anaknya. Saya juga
akan menunjukkan empati terhadap kekhawatiran mereka mengenai nilai IPA Dito dan
keinginan mereka agar Dito berhasil. Selanjutnya, saya akan menyampaikan pengamatan
saya tentang kondisi Dito di sekolah, termasuk kemampuan akademik, partisipasi di kelas,
dan perubahan perilaku yang mungkin menunjukkan tanda-tanda kelelahan atau stres.
Dengan bijaksana, saya akan menjelaskan dampak negatif dari tekanan berlebihan pada
anak, baik secara akademis maupun psikologis. Saya akan menekankan bahwa pendidikan
bukan hanya tentang nilai, tetapi juga tentang pengembangan potensi anak secara holistik.
Selanjutnya, saya akan mengajak orang tua Dito untuk bekerja sama mencari solusi terbaik.
Kita bisa mengeksplorasi berbagai pilihan seperti mencari metode belajar yang efektif,
mengatur waktu belajar dan istirahat dengan lebih baik, menyediakan bimbingan belajar
tambahan, atau bahkan mempertimbangkan konseling jika diperlukan. Saya juga akan
menekankan pentingnya menghargai usaha Dito dan fokus pada perkembangannya secara
keseluruhan, bukan hanya nilai IPA. Dengan mengenali bakat dan minatnya, kita dapat
membantu Dito mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Tujuan utama dari
komunikasi ini adalah membangun kerja sama yang positif antara guru dan orang tua untuk
mendukung perkembangan Dito secara holistik, baik di sekolah maupun di rumah. Dengan
komunikasi yang terbuka dan empatik, kita dapat membantu Dito mengatasi tantangan
yang dihadapinya dan mencapai potensi terbaiknya. Selain orangtua mengusahakan
perkembangan kemampuan Dito dalam pengajaran yang harus dilakukan orang tua di
rumah, namun kita perlu mengkomunikasikan terkait orangtua juga harus juga perlu
menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi Dito, sehingga Dito dapat
belajar dengan optimal.
3. Ketika nilai IPA Dito tertinggal dari teman-temannya, sikap orang tua memegang peranan
penting dalam membantu Dito menghadapi situasi tersebut. Berikut beberapa sikap yang
sebaiknya diterapkan orang tua: hindari reaksi berlebihan seperti marah, kecewa, atau
membandingkan Dito dengan teman-temannya. Hal ini hanya akan menambah tekanan dan
membuat Dito merasa rendah diri. Tunjukkan empati dan pengertian bahwa setiap anak
memiliki kecepatan belajar yang berbeda. Yakinkan Dito bahwa Anda tetap
mendukungnya. Mengajak Dito berbicara dengan tenang untuk memahami kesulitan yang
dihadapinya dalam belajar IPA, Dengarkan dengan seksama dan hindari menghakimi.
Tanyakan bagaimana perasaan Dito dan apa yang ia butuhkan untuk meningkatkan
pemahamannya. Selain itu, Bersama Dito, coba identifikasi penyebab nilai IPA-nya
tertinggal. Apakah kesulitan memahami konsep? Apakah metode belajarnya kurang
efektif? Apakah ada masalah lain yang mengganggu konsentrasinya? Selanjutnya Libatkan
Dito dalam mencari solusi untuk mengatasi kesulitannya.
Beberapa opsi yang bisa dipertimbangkan:
a. Metode belajar: Mencoba metode belajar yang berbeda, seperti belajar kelompok,
menggunakan media pembelajaran interaktif, atau mencari tutor.
b. Manajemen waktu: Membuat jadwal belajar yang terstruktur dan memastikan Dito
memiliki waktu istirahat yang cukup.
c. Komunikasi dengan guru: Berdiskusi dengan guru IPA Dito untuk mendapatkan
masukan dan saran.
d. Lingkungan belajar : membuat lingkungan yang nyaman dan kondusif membuat
kegiatan belajar menjadi lebih fokus.

Anda mungkin juga menyukai