Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Pada era globalisasi ini di Indonesia maupun di luar Indonesia sering terjadi bencana alam, terjadinya peningkatan persaingan SDM akibat dari perkembangan manusia dan perkembangan IPTEK oleh karena itu, timbulah masalah- masalah baru yang perlu dipecahkan oleh ahlinya, sehingga munculah istilah konselor, psikiater, dan psikolog. Konselor merupakan sebutan orang yang menangani masalah-masalah pendidikan, psikiater merupakan sebutan untuk seseorang yang menangani masalah-masalah pribadi yang sudah patologis, sedangkan psikolog adalah sebutan untuk seseorang yang memberikan treatment kepada individu yang memiliki masalah pribadi. Adapun bantuan atau layanan yang diberikan kepada seseorang agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal di sebut dengan bimbingan konseling. Maka dari itu masalah-masalah pribadi pada era globalisasi ini bisa terselesaikan dengan bantuan bimbingan konseling. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konseling terpadu terencana dan bertahap untuk anak (Mosel SPICC) ? 2. Bagaimana konseling anak dalam konteks terapi keluarga ? 3. Bagaimana konseling anak dalam kelompok ?

C. Tujuan 1. Agar kita sebagai calon pendidik khususnya calon guru PAUD dapat memahami mengenai konseling terpadu terencana dan bertahap untuk anak (Mosel SPICC) . 2. Agar kita sebagai calon pendidik khususnya calon guru PAUD dapat memahami mengenai konseling anak dalam konteks terapi keluarga. 3. Agar kita sebagai calon pendidik khususnya calon guru PAUD dapat memahami mengenai konseling anak dalam kelompok.

4. Metode Penulisan Penulis dalam mencari bahan untuk pembuatan dan penyelesaian karya tulis menggunakan metode studi literatur yang artinya dalam pembuatan karya tulis penulis mengumpulkan data yaitu dari media elektronik dan media cetak.

BAB II PEMBAHASAN

A. Konseling Terpadu Terencana dan Bertahap untuk Anak (Model SPICC). Model layanan bimbingan telah dibangun untuk memecahkan suatu permasalahan seseorang, salah satu model umum untuk memecahkan suatu masalah adalah squentialy planned integrative counseling for children (Model SPICC) atau bisa diartikan sebagai konseling terpadu terencana dan bertahap untuk anak. Model ini merupakan integratif yang telah memperoleh dukungan riset sejak tahun 1995 ( Geldard dan Geldard, 2010). Model tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Anak bergabung dengan konselor

Anak berlatih merasakan dan menilai sikapnya

Kesadaran anak pada isu meningkat

Anak berhubungan dengan keyakinan yang merusak

Anak mengembangkan persefektif diri

Jadi dilihat dari bagan diatas dalam model SPCC kelima hal tersebut saling berhubungan satu sama lainnya.

Maka inilah model SPICC apabila digambarkan dengan tabel : Konseling Terpadu Terencana dan Bertahap untuk Anak (Model SPICC) Fase Proses yang dibutuhkan Pendekatan Strategi Berbagi cerita dengan anak agar anak mulai merasa lebih baik

Fase 1 a. Anak bergabung dengan Konseling konselor. berbasis

b. Anak mulai menceritakan klien kisah mereka. Fase 2 a. Anak melanjutkan kisah Terapi mereka. b. Kesadaran anak terhadap masalah mulai meningkat. c. Anak-anak mulai gestalt

atau nyaman. Mencoba memunculkan kesadaran terhadap secara jelas anak masalah untuk

berhubungan dengan emosi dan bahkan terharu Fase 3 Anak mengembangkan sudut Terapi pandang yang berbeda naratif Merekontruksi menebalkan yang dimasalahkan dan kisah lebih anak-

terhadap dirinya sendiri.

anak dan memperkuat sudut mereka. Fase 4 a. Anak-anak dengan berhubungan Terapi yang perilaku kogitif Proses dimana kita harus pikiran menantang anak agar anak pandang

keyakinan

merusak diri b. Anak-anak mencari pilihan

membantu

dalam merubah sikap Fase 5 Anak berlatih merasakan dan Terapi menilai sikapnya sendiri perilaku Menghasilkan baru dan sikap mulai

menyesuaikan diri

Adapun bimbingan yang baik harus dikelola secara tim. Tim yang terlibat dalam bimbingan adalah : 1. Konselor (terapis). 2. Guru. 3. Orang tua. 4. Pembantu terapi atau petugas lain. 5. Anak itu sendiri.

B. Konseling Anak dalam Konteks Terapi Keluarga

Keluarga adalah unit tekecil suatu organisasi dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Menurut pandangan Pieget bahwa anak sangat membutuhkan orang dewasa atau orangtua karena membawa pengaruh yang sangat besar pada diri anak. Oleh karena itu kelurga ataupun orang dewasa harus bisa menjadi suri tauladan yang baik supaya anak dalam

mengembangkan kepribadiannya dan dapat bersosialisasi dengan lingkungan yang sesuai dengan norma yang ada. Begitu anak bermain dengan temannya, anak bisa mengelola emosi, bekerjasama dan berkomunikasi dengan baik, karena anak mengembangkan pribadi dan intelektualnya dengan melihat keluarga atau orangtuanya. Dengan itu anak tumbuh dengan kepribadian yang sosial berkat dukungan dan keberadaan keluarga sebagai media awal untuk berinteraksi dengan lingkungan. Keluarga yang baik untuk menjaga hubungan dengan anaknya adalah keluarga memberikan waktu luang bersama dengan anaknya untuk berbagi pengalaman dan perasaannya. Dan keluarga juga harus sering mengawasi dan memonitor apa yang sesuai dengan proposi yang mereka butuhkan, seperti orangtua mengajak anak yang lain sesuai dengan usianya untuk bermain

bersama, dan tidak boleh sering anak bermain dengan orang yang lebih dewasa darinya, karena pemikirannya anak yang dewasa dan masih kecil itu jauh berbeda. Sehingga dengan begitu bisa menjadikan pribadi anak yang terbuka.

Ada juga menurut Tizard dan Hughes menjelasakan bahwa hubungan antara orangtua dengan anak, anak dalam mengembangkan kepribadiannya dengan mendengar, bertanya, berdebat, bernegosiasi, memanipulasi, dan membuat aturan. Dengan berbagai cara yang hendak dilakukan oleh anak itu, anak akan merasa nyaman, dapat berekspresi dan dapat melakukan kegiatankegiatan yang disenanginya. Cara anak mengekspresikan perasaanya itu dengan bahasa tubuh yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk memilah dan memilih aktifitas atau pendidikan yang sesuai dengannya. Masalah anak yang harus ditangani di dalam keluarga seperti anak mengalami kesulitan belajar, selain sekolah yang menanganinya orang tua juga harus bekerjasama dan berperan aktif dalam memecahkan suatu masalah pada anak karenayang harus bertanggung jawab di keluarga itu adalah orang tuanya sendiri.. Dan keluarga harus selalu mendukung segala aktivitas anak mulai dari bangun tidur, mandi, makan, bermain, mengerjakan pekerjaan rumah, menonton televisi, belajar , bersantai sampai tidur lagi, karena dengan adanya jadwal anak merasa harus melakukan apa yang sudah tercantum di jadwal. Dan bagaimana orang tua mengingatkan atau menyuruh anak itu seolah-olah orang tua tidak menyuruhnya. Dan anak itu tiadak boleh selalu tergantung pada orang tua terus menerus, karena ada masa-masa dimana anak akan mengenal lingkungan yang akan memberikan hubungan emosi kepadanya. Setelah itu orang tua harus membing dan membina atau membimbing proses belajar mengajar yang efektif serta memberikan ruangan tersendiri yang terbebas dari gangguan seperti suara televisi, bunyi-bunyian, supaya anak terfokus pada belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah (PR), serta jauhkan meja belajar dari mainan atau benda-benda yang akan mengganggu anak. Selain itu orang tua harus menyadari bahwa kesulitan belajar yang dialami anak bukan suatu yang diinginkan melainkan akibat

berkurangnya fungsi saraf anak. Karena anak dengan begitu merasa dimengerti oleh orang tuanya. Dan orang tua harus berkonsultasi dengan para ahlinya dan guru jadi orang tua tau bagaimana menangani anak di rumah. Dengan cara orang tua mengatakan dan memahami kesulitan yang anak hadapi anak akan

merasa aman pada diri anak itu. Setelah itu berilah pujian-pujian dan persetujuan apabila anak melakukan hal yang positif karena akan membantu pengembangan konsep diri yang baik. Untuk terapi keluarga pada prilaku anak yang kesulitan belajar akan mendorong orang tua untuk memikirkan resikonya.Dan terapi dan keluarga ini bersama-sama mencoba merubah kejadian yang sudah tidak diinginkan terjadi. Perubahan ini akan menghasilkan prilaku yang baik yang dapat menggantikan prilaku yang buruk.Dengan metode ini orang tua harus menjelaskan secara jelas perilaku anak yang diharapkan dan tidak diharapkan, contohnya Ibu senang kamu mau membereskan mainanmu sendiri. Dengan demikian oarang tua perlu memberikan komentar pada perilaku anak, sehingga anak mengerti apa yang diharapkan dari mereka. Dan jelaskan kepada anak konsekuensi dari perilaku yang baik, sehingga anak menyadari apa yang dia akan dapatkan apabila dia itu melakukan hal yang baik. Dengan itu orang tua harus memberikan reward apabila anak melakukan prilaku yang positif, sehingga anak akan merasa lebih percaya jika prilaku yang positif itu akan menuju keberhasilan.Dengan itu orang tua mengajarkan abagaimana anak menjadi anak, maksudnya anak di biasakan untuk berlaku dewasa dan tidak membiarkan untuk bermain sebagaimana usia mereka harus bermain.

C. Konseling Anak dalam Kelompok

Berikut beberapa masalah umum yang sering dialami anak dalam kelompok 1. Bersosialisasi Bersosialisasi adalah kunci utama agar anak menjadi seorang yang aktif. Namun setiap individu anak berbeda, beberapa anak lebih suka bermain sendiri dan menghindar ketika anak anak lainya mendekatinya anak yang seperti ini biasa disebut dengan anak yang berkepribadian introvert. Berikut ada beberapa cara untuk membantu anak bersosialisasi : a. Kelompok kecil Konselor atau pendidik bisa mengajak anak untuk mengikuti aktifitas yang dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2 atau 3 anak, ini dilakukan agar anak usia dini yang baru memulai dengan kegiatan keompok tidak terlalu takut. b. Sahabat dalam kelompok bermain Bagi anak usia dini memasuki suatu kelompok adalah hal baru, sehingga sering kita temukan anak yang sering menangis karena susah mendapat teman untuk bersosialisasi. Pada masalah ini konselor dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri anak dengan cara memasangkannya dengan anak yang lebih percaya diri, yang bisa mengajaknya bermain dengan seorang lainnya hingga beberapa kali permainan.

2. Menangis Sesering apapun anda memberi dorongan kepada anak agar anak tidak menangis dalam kelompok bermain, anak anda bisa saja mendapat gangguan dalam bermain. Berikut beberapa cara untuk menangani anak yang sering menangis dalam kelompok bermain : a. Perhatian individual Anak anda sering menangis ? mungkin yang ia butuhkan adalah perhatian yang teratur dan konsisten untuk membantunya dalam menyesuaikan diri dalam kelompok bermain. Salah satu cara efektif adalah mengajaknya berbicara dengannya secarateratur sepanjang hari. Perhatian yang ekstra akan membuatnya merasa aman dan nyaman bagian dari kelompok. b. Menolak makan Jika anak sudah mampu bersosialisasi dengan baik dalam kelompok bermain biasanya anak sangat sulit makan dan sering menolak walaupun anda memberikan beberapa pilihan makanan kecil ketika jam istirahat, Tetapi ketika di rumah anak terlihat sangat lapar. Berikut cara untuk mengatasi masalah tersebut : 1) 2) makanan kelompok bermain di rumah. Bawalah makanan kelompok bermain dalam porsi yang sedikit dan

cobalah menyajikannya untuk anak anda di rumah dalam suasana yang dikenalnya. 3) Makanan rumah di kelompok bermain.

4) Biasakan memberi bekal anak dengan makanan rumah untuk ia makan di sekolah dalam porsi yang cukup. 3. Menolak Menggunakan Toilet Beberapa anak menahan buang air kecilnya karena enggan atau malu dengan anak anak lainnya dan suasana toilet yang berbeda dengan suasana di rumah. Maka dari itu ajak anak mencoba hal berikut untuk memperkenalkan kebiasaan baru ini :

Mengenai privasi, anda bisa mengantarnya ke toilet dan memberitahu anak anda bahwa tidak akan ada anak anak lain yang melihatnya. Privasi ini bisa membantu meningkatkan rasa percaya diri anak hingga nanti ia berani ke toilet sendiri tanpa diminta. 4. Kesulitan Mencapai Kemajuan Sebagai contoh : anak mengalami kesulitan mengenal warna warna dan menyusun puzzle. Berikut solusi mengatasi masalah tersebut : a. Anak yang memiliki kesulitan belajar bisa memperbaiki prestasinya jika ia mendapat kan dukungan yang terencana dari pendidik. b. Program individual Pendidik bisa meluangkan waktu untuk membuatnya mengenal warna hingga ia memahami prinsipnya. Pendekatan ini bisa digunakan dalam berbagia aspek belajar. Tidak semua anak mengalami masa kelompok bermain tanpa hambatan ada beberapa anak yang mengaggap tantangannya sangat sulit sehingga anak tersebut membutuhkan dukungan emosional dan bimbingan yang ekstra dengan diberikan rasa aman dan nyaman agar anak dapat melalui dengan sendirinya. Berikut prinsip praktis dalam menangani masalah anak dalam kelompok bermain : a. Bersikap sabar pada anak Permasalahan yang dialami anak dalam kelompok bermain terlihat kecil dimata anda, namun masalahtersebut besar bagi anak. Jadi tanggapi keluhan anak dengan serius, karena anak memerlukan pemahaman dan dukungan dari orang terdekat untuk melalui masa sulit. b. Bicaralah dengannya Langkah pertama dalam memahami hal hal yang mengganggu anak adalah menanyakan langsung padanya. Hal ini layak dicoba.

10

c. Coba pikirkan berbagai solusi. Luangkan waktu untuk berpikir kembali akan berbagai hal yang harus dilakukan untuk masalah anak anda. d. Taati solusi yang telah ditentukan. Ketika anda memerlukan bantuan konselor dan mendapat solusi dan anda telah menentukan apa yang harus anda lakukan untuk mengurangi tekanan pada anak, berusahalah untuk konsisten

menjalaninya hingga masalah dapat diselesaikan. e. Meninjau kembali proses yang dilakukan. Anak melaluli pengalaman, karena itu bicarakan masalah dan penyelesaian masalah tersebut. Cara ini akan meningkatkan

kepercayaan dirinya dan menanamkan pemikiran bahwa tantangan dalam hidup selalu bisa dihadapi.

11

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Squentialy planned integrative counseling for children (Model SPICC) atau diartikan sebagai konseling terpadu terencana dan bertahap untuk anak, model ini merupakan salah satu model umum yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah. Ada berbagai macam masalah yang terjadi pada individu misalnya masalah dalam keluarga dan masalah dalam dalam kelompok namun kedua masalah tersebut dapat terselesaikan dengan cara konseling dalam konteks terapi keluarga dan konseling dalam kelompok. B. Saran Diharapkan untuk para pembaca khususnya calon guru bisa mengaplikasikan hal diatas dalam proses pendidikan. Serta mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah ini.

12

DAFTAR PUSTAKA Gerdard, Kathryn, Geldard. (2011). Konseling Anak-anak, Panduan Praktis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Martinis, Yamin. dan Jamilah, S. S. (2013). Panduan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini.Ciputat:Gaung Persada PressGroup. Willis, S. S. (2009). Konseling Keluarga. Ciputat: CV Alfabeta. Woolfson, C. R.(2006). Mengapa Anakku Begitu?. Jakarta: Erlangga. Sugiyanto, Konseling Kelompok. [Online] Tersedia di: staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Konseling%20kelompok.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai