Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pendidikan di zaman sekarang memasuki zaman sosialisme yang merupakan reaksi
terhadap dampak liberalisme, positivisme, dan individualisme. Masyarakat memiliki arti yang
lebih penting daripada individu. Oleh karena itu, pendidikan harus diabdikan untuk tujuan-tujuan
sosial. Pendidikan di Indonesia juga menekankan pada kompetensi berbasis sikap, keterampilan,
dan juga pengetahuan. Pendidikan tidak hanya tentang nilai akademis juga mengenai pendidikan
moral, karakteristrik, mental dan perilaku. Dalam proses belajar mengajar terdapat berbagai
macam permasalahan dari peserta didik dan yang paling sering adalag permasalahan perilaku
maladaptif peserta didik. Perilaku maladaptif peserta didik adalah perilaku peserta didik yang
tidak mampu menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan peraturan sekolah, dan tidak mampu
beradaptasi sesuai dengan tahapan perkembangan usianya sehingga peserta didik mengalami
hambatan dalam proses belajar mengajar, hal ini berdampak pada nilai akademis peserta didik.
Untuk menangani perilaku-perilaku maladaptif maka mulai muncul teori belajar behavioristik.
Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku peserta
didik sebagai hasil proses pembelajaran. Terjadinya perubahan tingkah laku diakibatkan oleh
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Teori belajar ini berorientasi pada perilaku yang
lebih baik. Teori belajar behavioristik menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dari beberapa teori belajar
behavioristik yang dikembangkan dapat disimpulkan bahwa untuk memunculkan respon yang
diharapkan dibutuhkan penguatan (reinforcement). Teori belajar ini dianggap sudah kuno oleh
sebagian kalangan. Namun, sampai saat ini teori ini masih sering digunakan di Indonesia. Di
awal abad 20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai ditinggalkan dan banyak ahli
psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar kognitif dengan asumsi dasar bahwa
kognisi mempengaruhi prilaku. Penekanan kognitif menjadi basis bagi pendekatan untuk
pembelajaran. Walaupun teori belajar tigkah laku mulai ditinggalkan diabad ini, namun
mengkolaborasikan teori ini dengan teori belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting
untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak
ada satu pun teori belajar yang betul-betul cocok untuk menciptakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang pas dan efektif, khususnya dengan model pembelajaran konstruktivisme.
Dalam mengubah perilaku terdapat teknik-teknik yang dapat digunakan diantaranya 1)
teknik yang positif seperti reinforcement, reward, motivasi, token ekonomi dam 2) teknik yang
negative seperti punishment, satiasi, aversi, coercion, ekstinsi. Perlu diingat dalam mengubah
perilaku harus dipertimbangkan baik-baik teknik yang akan digunakan karena tidak semua
perilaku manusia dapat diamati secara langsung sehingga mengalami kesulitan untuk mendata
perilaku dan perilaku manusia sangat kompleks.
Berdasarkan uraian di atas maka di buatlah makalah ini untuk membahas mengenai
teknik perubahan perilaku atau modifikasi perilaku dengan menggunakan teknik aversi dan
teknik satiasi. Putra,dkk (2017) menyatakan bahwa teknik aversi adalah satu prosedur yang
efektif untuk menstabilkan self endurance (ketidakmampuan mengendalikan emosi) dengan
pemberian hukuman dan pengukuh positif dapat dijadikan motivasi agar tidak mengulangi
perbuatan yang dilakukan sebelumnya. Teknik Satiasi adalah suatu prosedur menyuruh
seseorang melakukan perbuatan berulang-ulang sehingga ia menjadi lelah atau jera. Contoh:
seorang ayah yang memergoki anak kecilnya merokok menyuruh anak merokok sampai habis
satu pak sehingga anak itu bosan. Kedua teknik tersebut merupakan teknik yang negatif karena
menggunakan hukuman untuk mengubah perilaku.

2. Batasan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Teknik Aversi dan Teknik Satiasi
b. Bagaimana tahapan dan prosedur Teknik Aversi dan Teknik Satiasi

3. Tujuan
a. Untuk dapat mengetahui mengenai Teknik Aversi dan Teknik Satiasi
b. Untuk dapat memahami tahapan dan rosedur Teknik Aversi dan Teknik Satiasi

4. Manfaat
a. Sebagai materi pembelajaran yang akan digunakan untuk pelajaran modifikasi
perilaku di dalam kegiatan perkuliahan yang di dalamnya mahasiswa saling Tanya
jawab mengenai materi teknik Teknik Aversi dan Teknik Satiasi
b. Sebagai bahan pengingat atau bahan pustaka mahasiswa untuk pembelajaran ke
depannya.
c. Mudah-mudahan sebagai nilai tambah bagi mahasiswa untuk mendapatkan nilai A.
d. Mahasiswa dapat memberikan masukan atau saran yang bagus untuk pembelajaran ke
depannya.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. TEKNIK AVERSI

1. Pengertian Teknik Aversi

Teknik Aversi Menurut Hasan aversi adalah perasaan tidak senang atau suka terhadap benda, orang,
tingkah laku atau situasi tertentu. Perasaan ini dinyatakan atau disertai dengan tindakan untuk selalu
berusaha menghindari hal yang tidak disukai tersebut. Sedangkan teknik terapi aversi pada teori
pengondisian klasik dikemukakan oleh Pavlov (dalam id.wikipedia.org), teori ini menghubungkan secara
langsung perilaku yang tidak dikehendaki dengan situasi yang dibenci atau menyakitkan.

Menurut Corey (2013: 216), aversi adalah teknik yang digunakan untuk meredakan gangguan perilaku
spesifik, menghubungkan gejala perilaku dengan stimulus yang menyakitkan hingga perilaku yang tidak
dikehendaki komunculannya terhambat. Teknik aversi adalah metode paling kontroversional yang
dimiliki oleh para behavioris. Teknik aversi dapat mengontrol perilaku dengan berbagai cara, teori ini
pada dasarnya digunakan karena dua alasan, yang pertama untuk menghambat atau mengurangi
perilaku yang tidak dikehendaki dan kemudian yang kedua memberikan stimulus yang dibenci atau
menyakitkan (Purwanta, 2012: 172).

Putra,dkk (2017) menyatakan bahwa teknik aversi adalah satu prosedur yang efektif untuk menstabilkan
self endurance (ketidakmampuan mengendalikan emosi) dengan pemberian hukuman dan pengukuh
positif dapat dijadikan motivasi agar tidak mengulangi perbuatan yang dilakukan sebelumnya.

Anggara,S(2016) menyatakan bahwa prosedur aversi adalah suatu cara yang efektif dalam menangani
dan mengubah perilaku-perilaku yang menyimpang dengan pemberian hukuman.seperti pemberian
balsam ketika perilaku yang tidak diinginkan muncul.

2. Jenis-Jenis Teknik Aversi

Menurut Komalasari (2011: 157) teknik ini digunakan untuk menghentikan perilaku maladaptif
kemudian memperkuat perilaku positif sebagai ganti. Terdapat berbagai media yabg dapat digunakan
untuk melakukan terapi teknik aversi, antara lain:

a. Aversi kimia, memasukan bahan kimia yang dapat memicu rasa mual ke dalam alkohol (untuk
pecandu alkohol).

b. Kejutan listrik, memakai elektroda yang dipasang pada bagian tubuh seperti lengan, betis atau jari
untuk memberi efek kejut ketika hal yang diinginkan dilakukan.
c. Convert Sensitization, klien membayangkan perilaku maladaptif dan akibat negatifnya hingga klien
merasa bersalah atau menyesal.

d. Penjenuhan (satiation), membuat klien jenuh dengan tingkah lakunya sehingga memutuskan untuk
tidak melakukannya lagi serta memberi penguatan pada perilaku baru yang positif agar klien merasa
puas dan berhenti berperilaku yang tidak diinginkan.

3. Tahapan Teknik Aversi

Willis (2016:71) mengemukakan tahap dari teknik aversi ada 4 langkah yaitu: assesment, menentukan
tujuan apa yang ingin dicapai, menerapkan teknik,dan yang terakhir adalah follow up.

1). Assesment dalam melakukan assesment konselor melakukan hal yang bertujuan untuk menentukan
apa yang akan dilakukan oleh klien pada saat proses konseling,

2). menentukan Tujuan setelah melakukan assesmen tentunya perlu menentukan tujuan dari proses
konseling yang akan dilakukan. Tujuan konseling ini dilakukan sesuai kesepakatan antara konselor dan
klien berdasarkan dengan informasi yang telah diterima konselor dan dianalisa,

3). menerapkan teknik yaitu menentukan teknik yang baik untuk dilakukan adalah inti dari proses
konseling karena teknik juga dapat memengaruhi berhasil atau tidaknya suatu proses konseling dalam
melakukan tujuan yang hendak dicapai,

4). Follow Up adalah proses follow up ini merupakan proses menjadi tahap akhir dalam proses
konseling, dimana dalam tahap ini juga dilakukan evaluasi selama proses konseling dari awal hingga saat
ini apakah ada perubahan dalam diri klien ataukah sebaliknya

4. Prosedur Teknik Aversi

Menurut Purwanta (2012: 173) prosedur teknik aversi dapat mengontrol perilaku dengan berbagai cara,
prosedur teknik aversi digunakan karena dua alasan, yakni:

(a) prosedur teknik aversi digunakan untuk mengurangi atau menghambat perilaku maldaptif dengan
memberikan konsekuensi aversi sesuai dengan perilaku yang mucul, dan

(b) digunakan untuk membuat stimulus menyenangkan menjadi kurang menarik dengan
menghubungkan stimulus tersebut dengan beberapa stimulus yang tidak diinginkan yang telah dipilih
sebelumnya. Menurut Corey (2013: 196) terapi perilaku merupakan penerapan berbagai macam teknik
yang didasarkan pada teori belajar untuk menentukan usaha melakukan perubahan perilaku. Terapis
behavior memainkan peran yang cukup aktif dalam pemberian treatment yaitu dalam penerapan
pengetahuan yang bersifat ilmiah dalam memecahkan permasalahan yang dialami konseli.
B. TEKNIK SATIASI

1. Pengertian Satiasi

Satiasi adalah suatu prosedur menyuruh seseorang melakukan perbuatan berulang-ulang


sehingga ia menjadi lelah atau jera. Contoh: seorang ayah yang memergoki anak kecilnya
merokok menyuruh anak merokok sampai habis satu pak sehingga anak itu bosan. Satiasi Yaitu
tindakan menyuruh seseorang melakukan perubahan berulang-ulang sehingga ia menjadi jera
atau lelah. Contoh: Seseorang yang merobek catatan temannya maka ia disuruh mencatat
kembali dalam sepuluh buku catatan tersebut memberikan stimulus yang memperkuat perilaku
bermasalah dalam jumlah yang besar sehingga menimbulkan pengaruh menolak pada individu
yang menerimanya (menimbulkan kejenuhan) dan berkurangnya perilaku bermasalah Menurut
Komalasari (2011), penjenuhan (satiation) adalah varian dari flooding untuk self control. Kontrol
diri (self control) berasumsi bahwa tingkah laku dipengaruhi variabel eksternal. Kontrol diri
adalah bagaimana individu mengontrol variabel eksternal yang menentukan tingkah laku. Hal ini
dilakukan dengan memindahkan atau menghindar (removing/avoiding) dari situasi berpengaruh
buruk. Memperkuat diri (reinforce oneself) yaitu memberi reinforcement kepada diri sendiri,
terhadap “prestasi” dirinya. Janji nonton kalau prestasi belajar baik. Self punishment yaitu
menghukum diri sendiri bisa hukuman fisik atau mengurangi hakhaknya seperti menonton TV
atau membeli makanan atau barang yang diinginkannya.

Penjenuhan (satiation) adalah membuat diri jenuh terhadap suatu tingkah laku, sehingga
tidak lagi bersedia melakukannya. Menurunkan atau menghilangkan tingkah laku yang tidak
dinginkan dengan memberikan reinforcement yang semakin banyak dan terus menerus, sehingga
individu merasa puas dan tidak akan melakukan tingkah laku yang tidak diinginkan lagi.
Penjenuhan (satiation), membuat klien jenuh dengan tingkah lakunya sehingga memutuskan
untuk tidak melakukannya lagi serta memberi penguatan pada perilaku baru yang positif agar
klien merasa puas dan berhenti berperilaku yang tidak diinginkan. Satiasi sementara mendorong
perilaku negative dengan membiarkan siswa terlibat dalam perilaku tersebut hingga mereka
bosan, malu, atau menyadari bahwa perilaku tersebut tidak berguna.

Prinsip satiasi yaitu untuk mengehentikan seorang anak yang bertidak secara tertentu,
dengan cara meyuruh anak untuk melanjutkan (atau bersikeras bahwa dia melanjutkan ) tindakan
yang anak lakukan sehingga anak bosan dengan tindakan tersebut. Jadi teknik satiasi adalah
teknik dimana dari pada menghukum perilkau negative, guru memutuskan untuk benar-benar
mendorong perilaku negative tersebut sampai siswa benar-benar bosan atau jenuh dengan
perilaku negatifnya sendiri.

2. Prosedur Satiasi
Prosedur kejenuhan dapat sangat berguna untuk menangani perilaku anak yang kurang
sesuai seperti: Terus menerus meraut pensil hingga habis, Membuang-buang kertas, Minum terus
dalam sesi belajar, dll. Namun, perlu diketahui bahwasanya prosedur dalam pelaksanaan satiasi
diantanya:

1. Tanpa pre sesi

Dilakukan 20 menit sebelum kelas dimulai. Misalnya barang-barag yang disenangi anak diambil
dengan paksa.

2. Melalui pre sesi

1. Asesmen

2. Menentukan tujuan untuk dibuatkan program

3. Pola pembiasaan perilaku

4. Teknik perubahan perilaku

5. Teknik satiasi

BAB III

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, Soni. 2016. Efektifitas Prosedur Aversi Untuk Mengurangi Perilaku Menyimpang Pada Anak
Tunagrahita Ringan Di SLB Amal Bhakti Sicincin.

Corey, Gerald. 2013. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Hasanah, Uswatun. 2018. Pengembangan Buku Panduan Terapi Aversi untuk Mengurangi Emosi Negatif
pada Anak.

Purwata Edi, (2012). Modifikasi Perilaku Alternatif Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Jakarta
Pusat: Depdiknas.

Putra, dkk. 2017. Perbedaan Efektivitas Model Konseling Behavioral Teknik Modeling dengan Teknik
Aversi terhadap Self Endurance siswa kelas X SMKN 2 Singaraja.

Ula, R. N., & Pratiwi, T. I. (2018). Penerapan Konseling Individu dengan Teknik Aversi untik Mengurangi
Perilaku Agresif Siswa SMPN 3 Gresik. Bimbingan dan Konseling: Universitas Negeri Surabaya.

Willis, Sofyan S. 2016. Konseling Individual : Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai