Anda di halaman 1dari 11

Prinsip/ Teknik Modifikasi Perilaku

“ Extincion & Stimulus Kontrol ”

Kelompok 2

Zakiyah Nur Salsabil ( 201910230311001 )


Tripuji Prasetya ( 201910230311002 )
Chrisnanda Yanuar Fahmi ( 201910230311012 )
Iskha Maulida ( 201910230311014 )
Reni Rinenggowati ( 201910230311026 )
Rofiqoh Riza Auliya ( 201910230311030 )
Atifa Dwi Wahyuni ( 201910230311045 )
Zalfaa Ulayya ( 201910230311053 )
Laura Putri Anggraini ( 201910230311055 )

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Retno Firdiyanti, S.Psi., M.Psi

Asisten : Shafa Alvita

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

TAHUN 2021
A. Landasan Teori
Extinction
Prinsip dasar dari perilaku yaitu kepunahan atau Extinction.
Extionciton akan terjadi ketika perilaku yang sebelumnya telah diperkuat,
tidak lagi menghasilkan konsekuensi yang menguatkan, dan perilaku akan
berhenti terjadi di masa depan. Selama perilaku diperkuat, setidaknya
perilaku tersebut akan terus terjadi. Tetapi, jika suatu perilaku tidak lagi
disertai dengan konsekuensi yang kuat, maka orang tersebut akan berhenti
terlibat dengan perilaku tersebut. Ketika suatu perilaku berhenti karena tidak
lagi diperkuat, dapat dikatakan bahwa perilaku tersebut telah mengalami
kepunahan. Pada tahun1969 Lovaas dan Simmons melakukan penelitian
dengan menggunakah Extinctioni untuk mengurangi perilaku menyakiti diri
sendiri pada anak yang memilki keterbelakangan mental. Lovaas dan
Simmons yakin bahwa perilaku memukul kepala dari anak itu diperkuat oleh
konsekuensi social (perhatian) dari orang dewasa. prosedur Extinction yang
dilakukan yaitu dengan menghilangkan perhatian orang dewasa saat anak
tersebut memukul dirinya sendiri. Hasil penelitian tersebut menyatakan
bahwa frekuensi memukul kepala menurun dari 2500 hit lebih dalam sesi 1
jam menjadi nol per sesi. Penelitian ini membutuhkan sepuluh sesi Extinction
agar frekuensi perilakunya menurun menjadi nol.
 Definisi
Menurut Slamet Wahyudi (2017) Extinction adalah menghentikan
reinforcement terhadap tingkah laku yang sebelumnya telah diberi
reinforcement. Extinction akan terjadi jika selama sebuah perilaku dikuatkan
walaupun hanya sesaat atau tidak terlalu lama, maka perilaku tersebut akan
terus ada. Tetapi jika perilaku tersebut tidak disertai dengan konsekuensi
penguatan dalam waktu yang lama, seseorang akan menghentikan perilaku
tersebut. Ketika perilaku tersebut berhenti dikarenkan tidak ada penguatan
dalam waktu yang lama, dapat dikatakan bahwa perilaku tersebut telah
mengalami extinction atau penghapusan dan perilaku tersebut telah
dihilangkan (Mayati, 2013). Extinction dapat terjadi di kedua pengkondisian
klasik dan operan. Dalam pengkondisian klasik terjadi ketika stimulus
terkondisi disajikan sendiri sehingga tidak lagi mendahului stimulus
berkondisi yang akhirnya respon terkondisikan berhenti. Sedangkan dalam
pengkondisian operan, Extinction dapat terjadi ketika respon tidak lagi
diperkuat. Skinner (1938) dan Ferster dan Skinner (1957) mencontohkan
prinsip Extinction dengan hewan laboratorium. Saat seekor merpati di ruang
eksperimen tidak lagi menerima makanan sebagai penguat untuk mematuk
kunci, perilaku mematuk kunci merpati ini akan berhenti. Ketika seekor tikus
laboratorium tidak lagi menerima pelet makanan untuk menekan tuas, maka
perilaku menekan tuas tersebut berkurang dan akhirnya berhenti.
 Tujuan
Salah satu cara untuk mengurangi frekuensi perilaku yang tidak sesuai yaitu
dengan memastikan bahwa perilaku tersebut tidak pernah diberi penguatan
atau reinforcement. Tujuan Extinction yaitu untuk menghapus sesuatu dan
mengurangi perilaku, hal ini disebut dengan kepunahan. Jika timbulnya
perilaku operant yang telah diperkuat melalui proses conditioning dan tidak
disertai dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
menurun bahkan musnah.
 Kategori
Extinction terbagi menjadi beberapa jenis yaitu, extinction burst (ledakan
ekstensi), dimana terjadi peningkatan frekuensi, durasi atau intensitas dari
perilaku yang tidak diperkuat selama proses extinction. Dampak yang akan
terjadi jika tidak adanya penguatan saat Extinction yaitu akan menyebabkan
terjadinya peningkatan frekuensi, durasi/intensitas perilaku, munculnya
perilaku yang baru beserta respon emosional atau yang biasa disebut dengan
perilaku agresif. Contohnya yaitu Mawar tidak mendapatkan kopinya, ia
menekan tombol pada mesin kopi berulang kali (meningkatkan frekuensi),
kemudian mendorongnya lebih keras (peningkatan intensitas) sebelum
akhirnya ia menyerah. Karakteristik lain dari extinction burst yaitu perilaku
baru atau perilaku yang biasanya tidak terjadi dalam situasi tertentu dapat
terjadi untuk waktu yang singkat ketika perilaku tersebut tidak lagi diperkuat.
Dalam contoh pertama, Mawar tidak hanya menekan tombol pada mesin
secara berulang ketika kopi tidak keluar, tetapi ia juga menekan tombol
pengembalian koin dan mengguncang mesin (perilaku baru). Terkadang
perilaku baru yang terjadi selama extinction burst dapat mencakup respon
emosional. Misalnya, Mawar bertindak dengan cara yang marah dan
mengamuk. Spontaneous recovery, yaitu kecenderungan alami perilaku
kembali terjadi dalam situasi yang mirip dengan yang terjadi sebelum
Extinction. Jika extinction masih terjadi ketika spontaneous recovery terjadi
yaitu, jika tidak ada penguatan, perilaku tidak akan berlanjut untuk jangka
waktu yang lama.

Stimulus Kontrol

• Definisi

Stimulus Control didefinisikan sebagai penetapan rencana dari kondisi


lingkungan terhadap sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan untuk terjadi.
Kanfer (dalam Cormier, 1983:534). Sedangkan menurut Brian (19885:534)
menjelaskan bahwa stimulus control merupakan teknik yang
direalisasikan berdasarkan prinsip psikologi behavior.
Bagaimanapun tingkah laku yang dimiliki terdahulu dengan cepat
terjadi namun beberapa control dimasa depan dapat terjadi pada tingkah
laku. Maka dari itu, stimulus control didasarkan pada prinsip psikologi
behavior dengan pengondisian stimulus yang diharapkan dapat
menunculkan dan meningkatkan respon yang diharapkan bahkan
mengurangi respon yang tidak diharapkan.

• Tujuan

Berdasarkan contoh fenomena yang sering terjadi, teknik yang dipandang


efektif meningkatkan kemandirian belajar siswa adalah dengan melalui teknik
stimulus control, hal ini dikarenakan asumsi bahwa teknik stimulus control
dapat membantu siswa untuk mengatur diri dan kehidupannya serta
mengontrol respon dari berbagai stimulus yang muncul melalui
bimbingan kelompok yang bisa diaplikasikan pada kehidupannya
sehari-hari sehingga siswa mampu mandiri dan menginternalisasikannya
dalam dirinya dan tingkah lakunya setiap hari. Maka dari itu itu
diperlukan sebuah teknik baru serta pendekatan yang tepat untuk
mengembangkan model layanan bimbingan kelompok yang lebih
efektif meningkatkan kemandirian belajar siswa yaitu bimbingan
kelompok dengan teknik stimulus control.

Menurut Kazdin (2013), teknik prompting dan transfer of stimulus


control sangat sering digunakan untuk mempertahankan suatu perilaku yang
baru. Teknik ini bertujuan untuk membantu suatu individu menguasai target
perilaku yang diharapkan (Miltenberger, 2012). Oleh karena itu, teknik ini
diperkirakan cocok untuk membentuk perilaku baru. Teknik yang terkadang
banyak digunakan dalam modifikasi perilaku adalah teknik prompting dan
transfer of stimulus control atau fading. Prompt adalah peristiwa atau
kejadian yang membantu munculnya sebuah respon. Menurut Miltenberger
(2012) teknik prompting dan transfer of stimulus control adalah salah satu
teknik yang banyak digunakan serta sesuai untuk mengajarkan satu perilaku.
Sedangkan fungsi prompt ialah untuk menghasilkan sebuah perilaku yang
diinginkan dengan contoh yang benar sehingga anak mampu mencapai target
perilakunya. Menurut Skinner, stimulus control sebuah fenomena yang terjadi
ketika seorang individu berperilaku tertentu karena adanya stimulus yang
diberikan dan berperilaku berbeda ketika stimulus tersebut tidak ada.stimulus
control dalam suatu perilaku terjadi ketika adanya perilaku tertentu yang
dikendalikan oleh keberadaan atau ketidakadaan discriminative stimulus itu
sendiri.

Pelaksana memberikan rangsangan (petunjuk) bersama dengan SD


(stimulus discriminance) sehingga individu akan menunjukkan perilaku yang
benar (Skinner dalam Miltenberger, 2012). SD dalam teknik ini merupakan
anticedent dari perilaku. Dalam menggunakan teknik prompt akan lebih baik
bila menggunakan tipe prompt yang paling rendah tingkat bantuannya.
Menurut Miltenberger (2012) ranking dari tipe prompt dari sangat tinggi
hingga paling rendah yaitu physical prompt, modelling prompt, gesture
prompt, dan verbal prompt. Tipe-tipe prompt tersebut dapat digunakan baik
secara terpisah maupun kombinasi (Kazdin, 2013). Adanya penurunan secara
gradual atau bertahap ketika individu mulai mempelajari perilaku yang
diharapkan pada saat proses pelaksanaan sampai prompt tidak disediakan lagi
merupakan salah satu jenis transfer of stimulus control dengan teknik prompt
fading (Martin &Pear, 2015).

Stimulus control dalam modifikasi perilaku:


a. Pelatihan Diskriminasi Stimulus atau discrimination training, adalah
dasar dari stimulus kontrol operan. 
b. S Delta ialah stimulus yang akan muncul ketikaperilaku tidak mengalami
penguatan.
c. Stimulus Class merupakan kumpulan  dari stimulus yang memiliki efek
fungsional yang sama dalam sebuah perilaku tertentu.
d. Antecedent Stimulus, ialah stimulus yang ada untuk menunjukkan
perilaku yang telah dipelajari.
e. Stimulus Pelatihan dan Hukuman, stimulus diskriminasi juga bisa terjadi
dengan pemberian hukuman. Ketika sebuah perilaku diberi hukuman di
depan individu yang diberi stimulus, maka perilaku tersebut akan
menurun, bahkan berhenti di masa depan, meskipun stimulus yang sama
didapatkan Kembali.
f. Kontingensi tiga jangka, Skinner (1969) menjelaskan bahwa pelatihan
diskriminasi melibatkan kontingensi tiga jangka, yaitu konsekuensi yang
memperkuat memiliki ketergantungan terhadap terjadinya perilaku hanya
di depan stimulus yang spesifik.
g. Stimulus Control Penelitian, telah ada prinsip kontrol stimulus yang
dibentuk dan dilakukan eksplorasi pengaplikasiannya untuk bisa
mengubah perilaku atau kebiasaan seseorang.
h. Stimulus control dan Aturan, stimulus kontrol bisa terjadi saat perilaku
tertentu diperkuat dengan keberadaan SD dan perilaku pada akhirnya
akan muncul ketika ada SD tersebut. Umumnya, penguatan perilaku bisa
terjadi setelah diberi SD beberapa kali sebelum akhirnya kontrol stimulus
mengalami pengembangan
i. Stimulus Generalisasi,  ketika stimulus menjadi semakin tidak mirip
dengan stimulus diskriminasi, kekuatan respon semakin menurun.
Pengukuran terhadap respon ini disebut sebagai gradien generalisasi.
j. Matching to Sample,  sebuah stimulus disajikan di satu lokasi (sebai
contoh) dan subjek memilih stimulus di lokasi lain yang cocok dengan
contoh yang diberikan, misalnya memilih objek berdasarkan warna yang
sama atau bentuk yang sama.

B. Analisa Kasus
Extinction
Permasalahan Psikologis Perilaku Maladaptif
Maladaptif merupakan kegagalan individual
dalam memenuhi tuntutan lingkungan, dan
perilaku maladaptif ini juga merupakan
individu yang kesulitan dalam penyesuaian
diri terhadap lingkungan sekitarnya. Dan
perilaku maladaptif ini lebih berdampak
negatif bagi diri sendiri dan lingkungannya
seperti bolos sekolah, berbohong bahkan
sampai berkelahi dengan teman-temannya.
Antesenden Faktor kontrol diri yang lemah,faktor keluarga,
dan faktor lingkungan atau teman sebaya yang
tidak baik dan tidak mendukung dalam
penyesuaian terhadap lingkungan.
Perilaku Bentuk sederhananya seperti; mengantuk, suka
menyendiri, terlambat datang,
menyontek, tidak berpakaian rapi, dan
membuat keributan di kelas.
Konsekuensi Siswa cenderung tidak teratur dan
menyimpang. Tidak memperhatikan dan
menjalankan aturan yang ada dan cenderung
melakukan perilaku tersebut dengan
konsistensi waktu yang sering
Cara Penyesaian Dilakukan konseling kelompok. Teknik
extinction dapat dikatakan berhasil jika
ditandai dengan menurunnya skor pengukuran
perilaku maladaptif melalui perbandingan hasil
angket pre-test dan post-test. Untuk lebih
mengetahui seberapa efektif teknik extinction
dengan konseling kelompok untuk mengurangi
perilaku maladaptif pada peserta didik, maka
peneliti
menggunakan pengujian hipotesis untuk
mengetahui hipotesis alternatif diterima atau
ditolak. Pada perhitungan yang dilakukan
secara manual menggunakan rumus t-test
didapat bahwa thit > ttab (3,988 > 2,446
dengan probabilitas kesalahan 0.05 atau 5%).
Hasil Dari penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui efektivitas layanan konseling
kelompok dengan teknik extinction untuk
mengurangi perilaku maladaptive pada peserta
didik kelas IX di SMPN 10 Banjarmasih
dikatakan efektif. Ditandai dengan pengukuran
skor perilaku maladapatif melalui
perbandingan hasil angket pre-test dan post-
test. Dilihat dari total skor anggota kelompok
treatment atau dilakukannya pre-test termasuk
dalam kategori yang tinggi. Kemudian setelah
mengikuti serangkaian kegiatan konseling
kelompok dengan teknik extinction , total skor
yang diperoleh menurun dalam kategori
sedang.

Stimulus Kontrol
Permasalahan Psikologis Kemandirian belajar yang rendah pada siswa
MA NU Banat.
Antesenden Kurangnya pemanfaatan waktu belajar dan
kurangnya kepercayaan diri pada kemampuan
yang dimiliki siswa MA NU Banat.
Perilaku Bila terdapat kekosongan jam pada kelas,
siswa lebih memilih untuk pergi ke kantin
ataupun ke UKS dibandingkan mengerjakan
tugas yang telah diberikan oleh Guru mata
pelajarannya.
Konsekuensi Tugas yang diberikan oleh Guru mata
pelajaran tidak dapat dikumpulkan dengan
tepat waktu.
Hasil Hasil dari penelitian “Model Bimbingan
Dengan Teknik Stimulus Control Dapat
Digunakan Untuk Mengingkatkan
Kemandirian Belajar Siswa” menunjukkan :
1. Saat diberikan motivasi belajar dengan
bimbingan kelompok berbantuan media
audiovisual nilai signifikansi atau
probabilitas < 0,05.
2. Setelah dilakukan intervensi dengan
model bimbingan kelompok dengan
teknik stimulus control semuanya
menunjukkan adanya peningkatan
belajar dengan nilai signifikansi atau
nilai probabilitas < 0,05.
Dengan ini, dapat disimpulkan bahwa model
bimbingan kelompok dengan teknik stimulus
control untuk meningkatkan kemandirian
belajar siswa MA NU Banat menunjukkan
hasil yang efektif. Semua indikator motivasi
belajar siswa mengalami peningkatan yang
signifikan setelah mendapatkan intervensi
bimbingan kelompok.

Daftar Pustaka

Aidina, W., & Savitri, L. S. Y. (2018). Penerapan Teknik Prompting Dan Transfer
Of Stimulus Control Untuk Meningkatkan Perilaku Meminta Izin Pada
Anak Usia Dini. Seurune, Jurnal Psikologi Unsyiah. Vol. 1, No. 2.
Feist. (2010). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
Hidayati, R. (2013). Model Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Stimulus
Control Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa. Jurnal
Bimbingan Konseling, 2 (2): 92-98.
Mirnawati. (2020). Modifikasi Perilaku Anak Berkebutuhan Khusus. Sukoharjo:
CV Oase Pustaka.
Nurfadilah, M. F. (2021). Modifikasi Perilaku Anak Usia Dini untuk Mengatasi
Temper Tantrum pada Anak. Jurnal Pendidikan Anak, 69-76.
Ni’mah, K. (2021). Efektivitas Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik
Extinction Untuk Mengurangi Perilaku Maladaptif Pada Peserta Didik
Kelas Ix Di Smp Negeri 10 Banjarmasin. Jurnal Pelayanan Bimbingan
dan Konseling, 4(3): 213-221.
Santrock, J. W. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Media Group.

Anda mungkin juga menyukai