Suatu teknik yang melanjut (advanced) yang mencakup mendesensitisasi
sistematik klien dengan cara meminta klien membayangkan suatu situasi penimbul anxietas yang bisa berakibat parah. Klien tidak diajarkan untuk rileks terlebih dahulu. Implosif lebih ringan sifatnya, karena siatuasi penimbul anxietas yang dibayangkan tidak menimbulkan konsekuensi yang parah. Menurut Stampt (dalam Corey,2003:216), mengatakan bahwa teknik implosif adalah suatu metode langsung yang menantang klien untuk menatap mimpimimpi buruknya. Ia mencatat beberapa contoh bagaimana teknik implosif itu berlangsung dan melukiskan seorang klien yang mengalami kecendrungankecendrungan obsesif pada kebersihan. Dari pengertian di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa teknik implosive dan pembanjiran adalah suatu teknik yang berlandaskan paradigma mengenai penghapusan eksperimental. Teknik ini terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa pemberian perkuatan. Terapis memunculkan stimulus-stimulus penghasil kecemasan, klien membayangkan situasi dan terapis berusaha mempertahankan kecemasan klien Sumber : ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJBK/article/view/854
Teknik pembanjiran dan implosif
Teknik-teknik pembanjiran berlandaskan paradigma mengenai penghapusan eksperimental. Teknik terdiri atas stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa pemberian perkuatan. Teknik ini terdiri atas permunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa pemberian perkuatan. Teknik pembanjiran berbeda dengan teknik desentisisasi sitematik dalam arti teknik pembanjiran tidak menggunakan agen pengomdisian balik maupun tingkatan kecemasan. Stampfl (1975) mengembangkan teknik yang berhubungan dengan teknik pembanjiran, yang disebut terapi implosif. Seperti halnya dengan desentisisasi
sistematik, terapi implosive berasumsi bahwa tingkah laku neurotic melibatkan
penghindaran terkondisi atas stimulus-stimulus penghasil kecemasan. Stampfl (1975) mencatat beberapa contoh bagaimana terpi implosive berlangsung . Ia melukiskan seorang klien yang mengalami kecendrungankecendrungan obsesif kepada kebersihan. Klien mencucitangannya lebih dari seratus kali sehari dan memiliki ketakutan yang berlebihan kepada kuman. Stampfl (1975) juga mencatat sejumlah study yang membuktikan kemajuran terapi implosive dalam menangani para pasien gangguan jiwa yang dirumahsakitkan, para pasien neurotik, para pasien pskiotik, dan orang-orang yang menderita fobia-fobia. Tingkah laku mengaskan diri pertama-tama dipraktekan dalam situasi permainan peran, dan dari sana diusahakan agar tingkah laku menegaskan diri itu dipraktekan dalam kehidupan nyata.
Sumber : https://www.scribd.com/doc/239941079/Terapi-Implosif-Dan-Pembanjiran