Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEKNIK EXTINCTION
TUGAS INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
ANALISIS PERUBAHAN TINGKAH LAKU

DISUSUN OLEH
NAMA : AULIA PUTRI WARDANI
NIM : 18862011033

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA AL-GHAZALI
CILACAP
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Allah SWT, atas rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya. Sholawat serta salam tidak lupa kepada junjungan kita
Rasulullah Muhammad SAW, sehingga penyusunan makalah yang berjudul
“TEKNIK EXTINCTION” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Kiranya dalam penulisan ini, penyusun menghadapi cukup banyak
rintangan dan selesainya makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu tak lupa penyusun ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
makalah ini menjadi lebih baik lagi. Kami berharap makala ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Cilacap, 19 April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 2


A. Asal Muasal Teknik Extinction ........................................................... 2
B. Definisi Teknik Extincition ................................................................. 3
C. Cara Mengimplemantasikan Teknik Extinction ................................... 3
D. Variasi-variasi Teknik Extincition ....................................................... 4
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Extinction .................. 4
F. Kegunaan dan Evaluasi Teknik Extincition ......................................... 6

BAB III PENUTUP ................................................................................... 7


A. Kesimpulan ......................................................................................... 7

Daftar Pustaka ........................................................................................... 8

ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konseling adalah hubungan yang dibangun anatara klien dan konselor
profesional yang dilandasi oleh kondisi-kondisi inti berupa ketulusan, empati dan
respek seperti yang didukung oleh Carl Roger, yang dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya dengan menggunakan ketrampilan komunikasi yang efektif seperti yang
digambarkan oleh Ivey.
Perilaku manusia dibentuk berdasarkan hasil dari segenap pengalamannya
berupa interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya. Perilaku menjadi kuat jika
mendapat ganjaran, atau sebaliknya, melemah jika mendapat hukuman.
Kecenderungan tingkah laku tertentu akan selalu terkait dalam hubungannya
dengan ganjaran dan hukuman.
Kebiasaan individu dapat terjadi kalau dia mendapat ganjaran. Ganjaran
menjadi bagian terpenting bagi upaya pembentukan perilaku pada individu. Tanpa
stimulus, perilaku tidak dapat dipertahankan dan terjadi extinction, yaitu penurunan
kekuatan perilaku karena tidak memperoleh stimulus bagaimana yang diharapkan
individu.
Cory mengemukakan, bahwa pada terapi perilaku, perilaku adalah hasil dari
belajar. Kita semua adalah hasil dari lingkungan dan sekaligus pencipta lingkungan.
Tidak ada dasar yang berlaku umum bisa menjelaskan semua perilaku, karena
setiap perilaku ada kaitan dengan sumber yang ada di lingkungan yang
menyebabkan terjadinya suatu perilaku tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas di atas, maka rumusan masalah
pada makalah ini adalah :
1. Bagaimana asal muasal Teknik Extincition?
2. Apa pengertian Teknik Extincition?
3. Bagaimana cara mengimplementasikan Teknik Extincition?
4. Bagaimana Variasi Variasi Teknik Extincition?
5. Bagaimana Kegunaan dan Evaluasi Teknik Extincition?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang perlu dicapai berdasarkan rumusan masalah diatas yaitu:
1. Untuk mengetahui asal muasal Teknik Extincition.
2. Untuk mengetahui pengertian atau definisi dari Teknik Extincition.
3. Untuk mengetahui cara mengimplementasikan Teknik Extincition.
4. Untuk mengetahui Variasi Variasi Teknik Extincition.
5. Untuk mengetahui kegunaan dan evaluasi Teknik Extincition

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. ASAL MUASAL TEKNIK EXTINCITION


Extincition adalah sebuah teknik perilaku klasik yang didasarkan pada
hukuman yang melibatkan menahan pemberian reinforcement guna mengurangi
frekuensi perilaku tertentu. Teknik ini lazim digunakan dalam pelatihan orangtua
dalam managemen kelas dan dikembangkan serta divalidasi lebih dari 50 tahun
yang lalu. Extinction dapat digunakan untuk mengeliminasi perilaku-perilaku yang
sebelumnya dipekuat (reinforced) (kadang-kadang tanpa sepengetahuan) di
lingkungannya. Contohnya, jika seorang siswa di kelas selalu meneriakan jawaban
sebelum dipanggil untuk mendapatkan perhatian guru, guru seharusya
mengabaikan siswa itu dan bukan mengakui jawaban siswa tersebut. pengakuan
terhadap siswa merupakan reinforcement positif untuk perilakunya. Begitu
reinforcement ditarik, perilaku tersebut seharusnya hilang.
Seperti bentuk-bentuk hukuman lain, extincition seringkali lebih evektif jika
dikombinasikan dengan reinforcement positif terhadap sebuah perilaku alternatif.
Strategi mengganti dengan perilaku yang lebih diharapkan untuk perilaku yang
tidak diharapkan kadang-kadang disebut sebagai counterconditioning (George &
Christianai, 1995). Sangat penting untuk dicatat bahwa extinction sering
menghasilkan peningkatan temporer pada perilaku target sebelum perilaku tersebut
kemudian menurun. Peningkatan perilaku negatif ini disebut extincition brust. Di
samping itu, ketika dilakukan sendirian, extincition menghasilkan penguerangan
gradual, bukan penguerangan segera, pada perilaku yang dimaksud. Akan tetapi,
mengombinasi extinction dengan reinforcement konsisten terhadap sebuah perilaku
alternative dapat membuahkan hasil yang lebih permanen dan lebih cepat.
Extinction merupakan salah satu fenomena-fenomena dalam kondisioning
klasik yang artinya adalah menurunnya frekuensi respon bersyarat bahkan akhirnya
menghilangnya respon bersyarat akibat ketiadaan stimulus alami dalam proses
kondisioning atau secara singkat dapat diartikan hilangnya perilaku akibat dari
dihilangkannya reinforcers.
Definisi Behavioral terkait dengan Extinction ini adalah bahwasanya Extinction
terjadi ketika :

1. Sebuah perilaku yang telah dikuatkan sebelumnya.


2. Tidak ada hasil dalam waktu yang lama dalam konsekuensi penguat
3. Dan bagaimanapun, perilaku terhenti terjadi di masa yang akan datang.

2
B. DEFINISI TEKNIK EXTINCTION
Extinction (kepunahan) adalah kecenderungan dari respon yang
sebelumnya telah dipelajari untuk secara bertahap mulai melemah setelah tidak
adanya penguatan. Kepunahandapat terjadi di kedua pengkondisian klasik dan
operan. Dalam pengkondisian klasik, itu terjadi ketika stimulus terkondisi disajikan
sendiri sehingga tidak lagi mendahului stimulus berkondisi. Akhirnya, respon
terkondisi akan berhenti. Dalam pengkondisian operan, kepunahan dapat terjadi
ketika respon tidak lagi diperkuat.
Ada dua poin dalam extinction, yaitu pertama, begitu penguatan berhenti,
respon yang sebelumnya diberikan penguatan tidak selalu berkurang dengan segera.
Terkadang perilaku itu meningkat untuk waktu yang tidak terlalu lama (lerman &
Iwata, 1995;McGill, 1999). Extinction adalah mengurangi atau menurunkan
tingkahlaku dengan menarik reinforcement yang menyebabkan perilaku tersebut
terjadi.

C. CARA MENGIMPLEMENTASIKAN TEKNIK EXTINCTION


Sebelum memutuskan untuk menggunakan sebuah prosedur extnction,
konselor profesional harus mempertimbangkan sifat perilaku yang akan diakhiri.
Jika perilaku target sangat mengganggu sampai ke titik di mana peningkatan
perilaku itu tidak akan bisa ditoleransi atau perilaku itu kemungkinan besar akan
ditiru oranglain jika diabaikan begitu saja, maka extinction bukan teknik yang tepat
untuk digunakan.
Langlah pertama dalam merancang sebuah prosedur extincition adalah
mengenali semua reinforcemet yang mungkin untuk perilaku target. Reinforcer-
reinforce yang lazim untuk perilaku disruptif adalah perhatian orang dewasa,
komentar orang dewasa, perhatian teman sebaya, atau mengundurkan diri dari suatu
kegiatan. Untuk menentukan reinforcer-reinforcer suatu perilaku, suatu analisis
contingency dapat dilaksanakan. Analisis ini mengharuskan untuk mempelajari
berbagai kejadian dan kondisi yang terjadi sebelum perikau yang tidak diharapkan
dan perilaku yang diharapkan serta konsekuensi masing-masing perilaku. Setelah
reinforcer-reinforcer diidentifikasi, sebuah metode untuk menahan pemberian
reinforcer ini harus dirancang. Jika semua reinforcer tidak dapat ditahan
pemberiannya, makan extinction tidak akan berhasil. Langkah terakhir sebelum
mengimplementasikan prosedur extinction adalah memilih sebuah perilaku
alternatif yang akan diberi reinforcement positif bersama prosedur extincition.
Ketika menerapkan extinction, konselor profesional seharusnya siap
menghadapi peningkatan pada perilaku target (extinction brust). Konselor
profesional seharusnya menahan pemberian semua reinforcemet ketika perilaku
target terjadi dan memberikan reinforcement positif bilamana perilaku alternative
(atau perilaku saingan) terjadi. Konselor profesional juga memantau atau membuat

3
grafik perilaku klien untuk menentukan keberhasilan prosedur extincition dan
reinforcement positif.
D. VARIASI-VARIASI TEKNIK ECTINCTION
Beberapa variasi klasik extinction telah diusulkan. Covert extinction identik
dengan extinction kecuali bahwa ia terjadi di dalam imajinasi klein (Ascher &
Cautela, 1974). Setelah perilaku target dan konsekuensi-konsekuensi yang
mempertahankan perilaku itu diidentifikasi, klien diinstruksikan untuk
membayangkan sebuah adegan di mana reinforcement tidak terjadi (Cautela, 1971).
Klien membayangkan adegan tersebut secara berulang-ulang sampai
perilakunya tereliminasi dalam kenyataan. Covert extincition bisa sanga berguna
ketika reinforcer-reinforcer-nya sulit dikontrol dalam lingkungan riil. Teknik ini
juga dapat digunakan berkonjungsi dengan extinction tradisional atau covert
reinforcement. Dalam sebuah penelitian laboratoris, Ascher dan Cautela (1974)
menemukan bahwa covert extinction berhasil dalam mengeliminasi respons yang
sebelumnya diberi reinforcement, terlepas apakah kondisi-kondisi eksternal
mendukung prosedur extinction.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEEFEKTIFAN


EXTINCTION
1. Controlling Reinforcers for the Behavior That Is to Be Decrease
Mengontrol reinforcer pada perilaku yang ingin diubah. Reinforcer
diperoleh dari orang lain atau dari lingkungan tempat individu tinggal.
Sebagai contoh, setiap orang yang berhubungan dengan klien, harus secara
konsisten menerapkan extinction, sebagai contoh seorang anak yang
meminta popcorn untuk dimakan sambil menonton TV. Ibu
mengabaikannya, sehingga anak berhenti menangis dan meminta. Tetapi
beberapa waktu kemudian, ayahnya pulang dan mengambilkan popcorn,
maka kelak anak akan menangis kembali ketika meminta popcorn.
2. Controlling Reinforcers for the Behavior That Is to Be Decrease
Pada perilaku-perilaku tertentu, jika extinction dikombinasikan
dengan positive reinforcement, akan memberi efek yang lebih cepat dalam
mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan. Sebagai contoh seorang ibu
mengabaikan rengekan anaknya ketika meminta es krim, setelah
rengekannya tidak terdengar lagi, maka segera berikan positive
reinforcement berupa pujian. Interval waktu dari perilaku ke positive
reinforcement bisa semakin lebar. Misal diberikan pujian setelah rengekan
berhenti selama 5 detik meningkat sampai 25 detik.
3. The Setting in Which Extinction is Carried Out

4
Perubahan setting (tempat diterapkannya program extinction)
dilakukan untuk meminimalisir reinforcer yang mungkin diberikan oleh
orang lain. Selain itu juga memaksimalkan peran behavior modifier
terhadap program.
4. Instructions : Make Use of Rules
Berikan penjelasan. Sebagai contoh, ketika setiap hari ketika suami
pulang bekerja ia selalu komplain tentang kemacetan. Istri mengatakan
bahwa kemacetan sepulang kerja akan tetap sama setiap harinya dan ia juga
mengatakan bahwa ia sebenarnya senang berbincang dengan suaminya,
namun jika suaminya komplain tentang kemacetan, maka ia akan
mengabaikannya. Walaupun memerlukan lebih dari 1 kali percobaan,
komplain suami tentang kemacetan akan berkurang.
5. Extinction May Be Quicker After Continuous Reinforcement
Extinction memiliki efek yang lebih cepat jika diikuti oleh
reinforcement yang berkesinambungan.
6. Behavior Being Extinguished May Get Worse Before It Gets Better
Selama extinction diterapkan, bisa jadi perilaku yang tidak
dinginkan semakin parah sebelum berkurang. Hal ini dinamakan extinction
burst. Misal ketika seseorang menekan tombol mesin minuman, maka
minuman kaleng akan keluar. Suatu ketika mesinnya rusak, seseorang
menekan tombol mesin tetapi minuman tidak keluar. Ia akan menekan
tombol mesin dengan lebih keras dan lebih sering lagi. Minuman kaleng
tetap tidak keluar, sehingga lama-kelamaan ia tidak lagi menekan tombol
mesin minuman tersebut. Karenanya penting untuk diketahui oleh behavior
modifier, jangan sampai ia menyerah karena melihat perilaku yang tidak
diinginkan justru semakin parah, namun jika diperkirakan extinction burst
akan membahayakan, maka tidak usah menggunakan program extinction.
7. Extinction May Produce Aggression That Interferes With The Program
Kesulitan lain dari program extinction adalah dapat menimbulkan
egresivitas. Sebagai contoh ketika mesin minuman tidak mengeluarkan
minuman, maka mungkin bisa saja kita menendang atau memukul mesin
tersebut. Penelitian memperlihatkan bahwa exticntion lebih banyak
menimbulkan agresivitas jika tidak dibarengi dengan pemberian
reinforcement positif.
8. Extinguished Behavior May Reappear After a Delay
Perilaku yang sudah hilang pada saat program extinction, bisa jadi
muncul kembali setelah beberapa waktu. Biasa disebut dengan spontaneous
recovery. Biasanya spontaneous recovery lebih sedikit terjadi daripada
perilaku yang tidak diinginkan ketika dalam program extinction.

5
F. KEGUNAAN DAN EVALUASI TEKNIK EXTINCTION
Banyak penelitian hasil tentang teknik extinction dilaksanakan hampir 50
tahun yang lalu dan dianggap klasik. Extincition dapat digunakan di beragam
situasi, selama perilaku targetnya tidak terlali disruptif atau cenderung ditiru oleh
orang lain (Benoir & Mayer, 1974). Penting bahwa konselor profesioanl memegang
kendali atas semua reinforcer yang mungkin untuk perilaku target sebelum
menggunakan extincition. Jika dikombinai denga reinforcement positif terhadap
perilaku alaternatif, extincition telah diguankan dengan sukses untuk
ketidakpatuhan dan agresi anak (Groden & Cautela, 1981).
Williams (1959) menemukan bahwa extincition efektif dalam
mengeliminasi perilaku tantrum pada seorang anak. Ketika orangtua tidak lagi
memberikan einforcemet tada tantrum anak dengan masuk lagi ke kamar tidur
setelah menidurkannya, perilau tantrum sama sekali hilang dalam 10 kesempatan.
Salat satu tantangan utama bagi keberhasilan implementasi teknik extincition
barangkali adalah motivasi orangtua : survei Borrego dan Pamberton (2007)
terhadap para oranngtua menunjukan bahwa extincition adalah teknik yang paling
kurang disukai di antara enam strategi perilaku yang disebutkan (setelah response
cost [paling dapat diterima], token economy, time out, overcorrection, dan
differential attemtion).

6
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Extincition adalah sebuah teknik perilaku klasik yang didasarkan pada
hukuman yang melibatkan menahan pemberian reinforcement guna mengurangi
frekuensi perilaku tertentu. Teknik ini lazim digunakan dalam pelatihan orangtua
dalam managemen kelas dan dikembangkan serta divalidasi lebih dari 50 tahun
yang lalu. Extinction dapat digunakan untuk mengeliminasi perilaku-perilaku yang
sebelumnya dipekuat (reinforced) (kadang-kadang tanpa sepengetahuan) di
lingkungannya. Contohnya, jika seorang siswa di kelas selalu meneriakan jawaban
sebelum dipanggil untuk mendapatkan perhatian guru, guru seharusya
mengabaikan siswa itu dan bukan mengakui jawaban siswa tersebut. pengakuan
terhadap siswa merupakan reinforcement positif untuk perilakunya. Begitu
reinforcement ditarik, perilaku tersebut seharusnya hilang.

Ada dua poin dalam extinction, yaitu pertama, begitu penguatan berhenti,
respon yang sebelumnya diberikan penguatan tidak selalu berkurang dengan segera.
Terkadang perilaku itu meningkat untuk waktu yang tidak terlalu lama (lerman &
Iwata, 1995;McGill, 1999). Extinction adalah mengurangi atau menurunkan
tingkahlaku dengan menarik reinforcement yang menyebabkan perilaku tersebut
terjadi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Elford, Brandle T. (2016). 40 teknik yang harus diketahui setiap konselor (edisi kedua)
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Feist & Feist.2010. Teori Kepribadian. Jakarta ; Salemba Humanika

Robert E. Slavin. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta ; PT Indeks

Anda mungkin juga menyukai