Anda di halaman 1dari 16

TOKEN ECONOMY DAN REINFORCEMENT

Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Modifikasi Perilaku

Dosen pendamping:
Agus Iqbal Hawabi, M.Psi

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Suci Mulyani 18410069
Khildah Majidah Billah 18410071
Mery Anjasari 18410078
Rama Dea Nugraha 18410082

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha-Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TOKEN ECONOMY DAN
REINFORCEMENT” dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Modifikasi Perilaku yang diampu oleh Bapak Agus Iqbal Hawabi, M.Psi. Semoga
dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan setiap orang yang membacanya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Agus Iqbal Hawabi, M.Psi selaku
pembimbing yang telah memberikan tugas yang bermanfaat ini. Tidak lupa juga ucapan
terima kasih kami berikan kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari dalam penyelesaian makalah ini masih mengalami banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, guna
memperbaiki makalah ini.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Reinforcement..........................................................................................................3
B. Token Economy........................................................................................................3
C. Kasus-kasus Non Klinis yang Sesuai Untuk Diberikan Reinforcement dan Token.
Economy..................................................................................................................7
D. Prosedur Intervensi..................................................................................................9

BAB III PENUTUP.............................................................................................................12


A. Kesimpulan..............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Token Economy merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam
hubungannya dengan merubah tingkah laku seseorang. Token Economy adalah
teknik yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku individu yang diinginkan dan
untuk mengurangi perilaku individu yang tak diinginkan. Perilaku manusia adalah
suatu fungsi dan interaksi antara individu dengan lingkungannya. Individu
membawa kedalam tatanan organisasi, kemampuan, kepercayaan, pribadi,
kebutuhan, dan pengalaman masa lampaunya.
Bagi individu yang mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain
biasanya terdapat satu ketentuan atau pola-pola perilaku yang menurut khalayak
merupakan perilaku baku yang harus diikuti oleh semua individu yang tergabung
dalam satu komunitas yang diterapkan dalam peraturan dan pabila karakteristik
organisasi maka akan terwujud perilaku individu dalam organisasi. Oleh karena
itu, perubahan perilaku seorang individu dalam hal ini penulis membahas
perubahan perilaku dengan teknik “Token Economy”.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Teknik reinforcement serta token economy dalam
psikologi?
2. Bagaimana cara mengidentifikasi kasus-kasus non klinis yang sesuai untuk
diberikan reinforcement dan token economy?
3. Bagaimana cara merencanakan tahap-tahap pelaksanaan intervensi?

C. Tujuan
Dari rumusah masalah di atas, maka dapat dikemukakan bahwa tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mampu memahami teknik reinforcement serta token economy dalam
psikologi.

1
2. Mampu mengidentifikasi kasus-kasus non klinis yang sesuai untuk diberikan
reinforcement dan token economy.
3. Mampu merencanakan tahap-tahap pelaksanaan intervensi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Reinforcement (Penguatan)
Reinforcement (penguatan) adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal
ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru
terhadap tingkah laku peserta didik, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau
feed back (umpan balik) bagi si penerima (peserta didik) atas perbuatannya sebagai
suatu tindak dorongan ataupun koreksi (Hamid Darmadi, 2010).
Reinforcement (penguatan) sebagai satu bagian kegiatan dalam proses
pembelajaran dan mempunyai tujuan yang sangat penting. Menurut (Sobry Sutikno
2010) disamping sebagai pendorong bagi peserta didik untuk lebih giat melakukan
suatu kegiatan, Reinforcement (penguatan) juga dapat meningkatkan frekuensi suatu
tingkah laku positif yang ditampilkan oleh peserta didik. Selanjutnya (Sobry Sutikno
2010) mengemukakan tujuan pemberian penguatan dalam proses pembelajaran (1)
meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pelajaran, (2) merangsang dan
meningkatkan motivasi belajar, (3) Meningkatkan kegiatan belajar dan membina
tingkah laku peserta didik yang produktif.

B. Token Economy
Kartu berharga (Token Economy) merupakan teknik konseling behavioral yang
didasarkan pada prinsip operant conditioning Skinner yang termasuk didalamnya
adalah penguatan. Token Economy adalah strategi menghindari pemberian
reinforcement secara langsun. Token merupakan penghargaan yang dapat ditukar
kemudian dengan berbagai barang yang diinginkan oleh konseli. Kartu berharga
(Token Economy) dapat diterapkan di berbagai seting dan populasi mulai dari anak-
anak hingga orang dewasa (Corey dalam Komalasari dkk., 2016).
Token Economy merupakan sistem perlakuan pemberian penghargaan kepada
siswa yang diwujudkan secara visual. Token Economy adalah usaha mengembangkan
perilaku sesuai dengan tujuan yang diharapkan melalui penggunaan penghargaan.
Setiap individu mendapat penghargaan setelah menunjukkan perilaku yang
diharapkan. Hadian dikumpul selanjutnya setelah hadian terkumpul ditukar dengan
penghargaan yang bermakna. Menurut Corey (2005), Token Economy dapat

3
diaplikasikan untuk membentuk tingkah laku ketika penghargaan dan berbagai
reinforcement sosial (intangible) tidak berhasil digunakan.
Metode Token Economy dikembangkan oleh Ayllon dan Azrin (dalam Indrijati,
2002). Konsep Token Economy adalah pemberian reinforcement yang langsung
terhadap perilaku sesuai dengan yang ditentukan dalam aturan-aturan dalam kelas.
Menurut Indrijati (2002), metode Token Economy ini efektif pada seluruh tingkat usia.
Pada situasi dimana kontrol yang sangat ketat dibutuhkan maka metode Token
Economy menjadi metode intervensi yang baik
Tujuan dari Token Economy menurut Erford (2017) , sebagai berikut :
1. Meningkatnya kepuasan dalam mendorong peningkatan kompetensi siswa melalui
penghargaan yang kongkrit atau visual sehingga tingkat kesenangan siswa
melakukan sesuatu prestasi benar-benar tampak.
2. Meningkatnya efektivitas waktu dalam pelaksanaan pembelajaran.
3. Berkurangnya kebosanan.
4. Meningkatnya daya respon.
5. Berkembangnya penguatan yang lebih alami.
6. Meningkatnya penguatan.

Ketika melaksanakan program Token Economy perlu memperhatikan dan memilih


tipe dan jenisnya dengan tepat agar perubahan perilaku sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Ada beberapa tipe dari teknik Token Economy diantaranya adalah
respons cost system, mistery motivator, self-monitoring, dan group versus individual
intervention (Erford, 2017). Berikut penjelasannya:
1. Respons Cost System
Respons cost adalah pelaksanaan teknik dengan cara penambahan sistem biaya
respon berdasarkan hukuman. Pelaksanaan tipe ini yakni dengan cara tidak hanya
klien yang mendapatkan token untuk menampilkan perilaku yang positif, tapi
ketika klien juga mendapatkan hukuman ketika melanggar perilaku target atau
aturan yakni dengan cara klien menyerahkan salah satu token miliknya.
Respons cost system merupakan upaya mengurangi kemungkinan perilaku
yang tidak diharapkan dan meningkatkan kemungkinan perilaku yang diharapkan
di masa mendatang.

4
2. Mistery Motivator
Dalam variasi ini, alih-alih memberi tahu partisipan apa backup reinforcernya,
reward diletakkan dalam amplop dan tetap misterius. Variasi motivator misterius
lebih meningkatkan kepatuhan perilaku dibanding prosedur Token Economy.
3. Self- Monitoring (Pemantauan Diri)
Hal ini dimaksudkan sebagai upaya memperluas perubahan perilaku setelah
reward tidak diberikan lagi. Bersama prosedur Token Economy, partisipan diminta
mencatat saat-saat di mana dirinya berperilaku baik. Aturannya ditempelkan dan
bersifat spesifik, sehingga partisipan dapat melihat dengan mudah ketika aturan
dilanggar.
4. Implementasi Kelompok Versi Individual
Menggunakan Token Economy dengan seluruh kelompok, apakah itu seluruh
kelas, sekolah atau penjara, membutuhkan lebih banyak waktu, perencanaan dan
kesabaran di pihak implementer. Dari uraian diatas, jenis atau tipe token yang
digunakan dalam penelitian ini adalah respons cost system, dimana siswa tidak
hanya mendapatkan token untuk memunculkan perilaku positif, tetapi siswa juga
akan mendapatkan hukuman apabila melanggar perilaku target atau aturan yang
telah disepakati bersama.
5. Sasaran Pengguna
Token Economy dapat digunakan untuk mengubah perilaku kelompok atau
individu dalam berbagai pengaturan yang berbeda. Dalam lingkungan pendidikan,
Token Economy dapat digunakan untuk meningkatkan manajemen kelas,
khususnya dengan siswa yang memiliki masalah perilaku, namun tidak terbatas
pada perilaku yang mengganggu, seperti gangguan pemusatan perhatian atau
hyperactivity disorder (AD/ HD), dan masalah emosional yang serius.
Token Economy juga dapat digunakan untuk meningkatkan partisipasi kelas
atau semakin meningkatkan perilaku positif dari perilaku yang tidak sesuai seperti
fobia sekolah, tantrum, mengisap ibu jari, encopresis, dan lain sebagainya (Erford,
2017).
Intervensi Token Economy bisa dipakai untuk mendidik anak di rumah dan
disekolah, khususnya kepada anak yang lambat belajar, autisik, dan delinkuen (di
rumah sakit jiwa dipakai untuk mengubah tingkah laku penderita psikiatrik
kronik) (Alwisol, 2005). Teknik yang didasarkan pada prinsip kondisioning
operan didesain untuk mengubah tingkah laku klien. Intervensi ini bisa dipakai

5
untuk mendidik anak di rumah dan di sekolah, khususnya kepada anak yang
lambat belajar, autistik, dan delinkuen. (di rumah sakit jiwa dipakai untuk
mengubah tingkah laku penderita psikiatrik kronik).
Sasaran pengguna dalam penelitian ini adalah siswa dengan gangguan
pemusatan perhatian. Dalam hal ini siswa yang memiliki atensi belajar rendah
merupakan siswa yang mengalami gangguan pemusatan perhatian. Siswa yang
memiliki atensi belajar yang rendah akan mudah merasa bosan dengan kegiatan
belajar mengajar. Karena merasa bosan maka tersebut melakukan hal lain yang
tidak ada kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar seperti bergurau dengan
teman sebangku, bermain smartphone, berjalan di dalam kelas, memainkan alat
tulis dan perilaku lainnya yang tidak memperhatikan guru saat kegiatan belajar
mengajar. Harapannya setelah siswa mendapatkan perlakuan teknik Token
Economy siswa dapat meningkatkan perilaku memperhatikan guru.
6. Prosedur dan Aplikasi Token Economy
Token Economy memiliki beberapa prosedur dalam pengaplikasiannya.
Berikut merupakan simpulan dari prosedur/tahapan pelaksanaan teknik Token
Economy menurut (Erford, 2017):
a. Mengidentifikasi perilaku-perilaku yang diubah. Reid mengusulkan untuk
menyebutkan secara spesifik perilaku-perilaku itu dan mendeskripsikan
standar untuk kinerja yang dianggap memuaskan.
b. Membuat dan men-display aturan. Sangat penting untuk memastikkan bahwa
semua partisipan memahami aturan untuk memberi token, kuantitas token
yang dianugerahkan untuk perilaku-perilaku yang berbeda, dan kapan klien
dapat menukarkan token untuk mendapatkan reward.
c. Konselor profesional perlu memilih apa yang akan digunakan sebagai token.
Token seharusnya aman, kuat, mudah diberikan, dan sulit untuk direplikasi.
Penting bahwa backup reinforcer itu memiliki signifikansi atau daya tarik
tertentu bagi klien.
d. Menetapkan “harga” dengan memilih berapa banyak token yang harus dimiliki
partisipan sebelum menukarkannya untuk backup reinforcer. Hadiah dalam
bentuk kartu berharga diberikan kepada klien setiap kali klien memunculkan
tingkah laku yang dikehendaki. “Pemberian reinforcement diatur dalam
interval atau rasio, bisa divariasikan dengan memberi hukuman, yakni
mengambil kartu yang sudah dimiliki klien kalau dia melakukan kesalahan.

6
Sesudah kartu di tangan klien mencapai jumlah tertentu, dapat ditukar dengan
reinforcement primer yang disukainya” (Alwisol, 2009).

C. Kasus-kasus Non Klinis yang Sesuai Untuk Diberikan Reinforcement dan Token
Economy
Menurut Syah (dalam Muriyawati & Rohmah, 2016) Token Economy merupakan
suatu sistem dalam modifikasi perilaku yang melalui penguatan (reinforcement)
positif atas dasar operant conditioning, dengan kata lain Token Economy adalah salah
satu bentuk dari penguatan (reinforcement) positif. Tujuan utama dari Token
Economy adalah untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan atau sesuai dalam
lingkungan pada umumnya (wajar) serta mengurangi perilaku yang tidak sesuai atau
tidak diinginkan dalam lingkungan pada umumnya (tidak wajar) (Rohmania &
Krisnani, 2019).
Prosedur dalam mengaplikasikan teknik Token Economy menurut Martin & Pear
(dalam Muriyawati & Rohmah, 2016) adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi perilaku (target behavior)
Perilaku yang menjadi target dapat ditentukan dari individu, yaitu dengan
siapa individu tersebut bekerja, dan dengan menenntukan jarak pendek dan
panjang perilaku yang menjadi target dari masalah perilaku yang ditemukan.
Perilaku sasaran yang ingin dicapai harus dijelaskan secara spesifik. Contohnya
merubah masalah perilaku seperti keributan di dalam kelas dengan perilaku baik
seperti duduk manis dan mendengarkan penjelasan guru. Identifikasi ini dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, seperi observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
2. Pengambilan data dasar (taking baselines)
Sebelum melanjutkan tahap pelaksanaan program Token Economy, perlu
dilakukan pengambilan data dasar (baselines) yang nantinya akan digunakan
sebagai pembanding hasil data yang ditemukan setelah dilaksanakannya Token
Economy. Data perilaku ini dilakukan sebelum pelaksaan program Token
Economy, supaya memungkinkan subjek dapat merasakan kelebihan dari
penerapan program ini, seperti tidak memerlukan waktu, tenaga dan biaya.
3. Memilih penguat cadangan (selecting backup reinforcers)

7
Memilih metode yang sama untuk memperkuatperilaku yang diinginkan.
Sistem Token Economy merupakan sistem yang praktis dan dapat digunakan tanpa
batas, dimanapun token diberikan setelah perilaku yang diingankan muncul.
4. Memilih jenis token ekonomi yang digunakan (selecting the type of Token
Economy to use)
Token yang dipilih dapat berupa sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan
subjek. Contoh token yang sering digunakan adalah poker chips seperti cek
pribadi, tanda pada grafik di dinding, atau catatan dalam buku, bintang atau
perangko yang ditempel dalam buku dalan lain sebagainya.
5. Mengidentifikasi bantuan yang tersedia (identifying available help)
Bantuan dari orang lain mungkin tidak terlalu penting dalam Token Economy
kecil yang dilakukan dilakukaan dalam kelas, namun hal ini tetap dibutuhkan
terutama pada tahap-tahap awal program. Ada beberapa sumber yang dapat
memberikan bantuan : a) orang-orang yang ditugaskan bekerja dengan klien
seperti asisten pengajar, pembantu guru; b) relawan yaitu anggota organisasi sipil
dan kelompok-kelompok aksi masyarakat; c) perilaku individu dalam lembaga;
dan d) anggota atau peserta dalam Token Economy itu sendiri.
6. Memilih lokasi atau tempat (choosing the location)
Tidak ada pengaturan khusus lokasi yang akan digunakan untuk melakukan
program Token Economy. Jadi lokasi yang digunakan tergantung dari jenis Token
Economy yang dipakai.
Berikut ini kasus yang dapat diintervensi menggunakan teknik reinforcement
positif berupa Token Economy :
Kasus ini diambil dari penelitian yang dilakukan oleh Rezky Sahyani dengan
judul “Token Ekonomi Untuk Meningkatkan Perilaku Makan Pada Anak Yang
Mengalami Sulit Makan”. Pada survei awal yang dilakukan dalam penelitiannya,
ditemukan lima dari 12 ibu di salah satu SD swasta Yogyakarta pada 12 April
2012 yang menyatakan bahwa anaknya yang berusia sekitar 6-7 tahun (kelas 1
SD) mengalami sulit makan. Dari hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa
anak-anak menujukkan beberapa gejala seperti suka memilih-milih makanan,
menolak makan sayuran, tidak menghabiskan makanan, sering jajan, dan selalu
dipaksa untuk membuka mulutnya lebih dari 30 menit. Alasan yang diberikan
anak-anak beragam diantaranya sudah kenyang, menurutnya sayuran itu pahit dan
ia tidak menyukai lauk pauk yang sudah disiapkan. Sehingga perilaku sulit makan

8
pada anak tersebut berdampak pada gangguan asupan gizi yaitu kekurangan
vitamin dan mineral, gangguan pertumbuhan ditandai dengan berat badan yang
kurang atau sulit naik, selain itu juga gangguan perilaku seperti gerakan motorik
yang berlebihan, agresif, gangguan tidur dan gangguan konsentrasi serta gangguan
belajar.
Dari kasus diatas dapat diidentifikasi melalui observasi dan wawancara, dimana
wawancara awal berkaitan dengan 1) perilaku makan; 2) perilaku sulit makan beserta
alasannya dan jenis makanan yang disukai; 3) kebiasaan dan kegiatan sehari-hari; 4)
riwayat penyakit; dan 5) kegemaran subjek terkait dengan bentuk token dan reward
(hadiah) yang nantinya akan ditukarkan. Observasi dilakukan melalui kerjasama
dengan orangtua yang sebelumnya sudah dijelaskan mengenai prosedur pelaksanaan
token ekonomi (Sahyani, 2013).
Dari observasi dan wawancara ditemukan perilaku sulit makan pada anak yang
meliputi beberapa aspek yaitu : 1) tidak mau makan, 2) tidak menghabiskan
makanannya, 3) menolak makan, 4) lama waktu makan lebih dari 30 menit, dan 5)
hanya mau makan makanan tertentu saja. Hasil observasi pada fase baseline pertama
ini dapat menjadi acuan untuk menentukan jumlah token yang dapat ditukarkan
dengan hadiah pada fase perlakuan. Kemudian diberlakukannya program Token
Economy untuk menguatkan perilaku yang diinginkan, sehingga dapat menjadi
kebiasaan yang dilakukan oleh anak-anak. Perilaku yang diinginkan tersebut meliputi
1) mau makan, 2) menghabiskan makanannya, 3) tidak menolak makan, 4) lama
waktu makan kurang dari 30 menit, 5) tidak pilih-pilih makanan (Sahyani, 2013).

D. Prosedur Intervensi
Penelitian ini terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap penelitian dan tahap
evaluasi, yaitu:
1. Tahap persiapan terdiri dari 4 proses, yaitu perkenalan, wawancara pendahuluan,
penjelasan kepada ibu subjek, dan persiapan alat-alat penelitian, lebih rinci
dijelaskan sebagai berikut:
a. Perkenalan dengan subjek dan ibu subjek
b. Wawancara pendahuluan pada subjek dan orangtua subjek untuk memperoleh
informasi mengenai:
- Perilaku makan, perilaku sulit makan seperti lama waktu makan, alasan
sulit makan, jenis makanan yang disenangi dan tidak disenangi.

9
- Kebiasaan dan kegiatan sehari-hari.
- Riwayat penyakit
- Kegemaran subjek terkait dengan bentuk token dan reward (hadiah) yang
nanti akan ditukarkan.
c. Orangtua melakukan observasi awal terkait kesulitan makan anak.
d. Orangtua subjek diberi penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, prosedur pelaksanaan Token Economy,
lama penelitian yang ± 1 bulan dan pemberian informed consent.
e. Persiapan alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian seperti modul
eksperimen, pedoman observasi, token berupa stiker bergambar kartun,
kamera, dan reward (hadiah).
2. Tahap penelitian teridiri dari 3 fase, yaitu fase baseline pertama (A1), fase
perlakuan (B), fase baseline kedua (A2), lebih rinci dijelaskan sebagai berikut:
a. Fase Baseline pertama (A1)
- Orangtua subjek melakukan observasi check list dengan menggunakan
guide observasi selama satu minggu berturut-turut setiap kali orangtua
menyajikan makanan pada waktu makan dua kali sehari (siang dan
malam).
- Selanjutnya, hasil observasi yang telah dilakukan orangtua pada fase
baseline pertama (A1) dicek (diperiksa) dan dikumpulkan. Berdasarkan
data yang diperoleh pada fase baseline pertama dapat ditentukan berapa
jumlah token yang dapat ditukarkan dengan hadiah pada akhir minggu
pertama dan kedua pada fase perlakuan (B).
b. Fase Perlakuan (B)
- Sebelum fase perlakuan, subjek diberitahu bahwa selama dua minggu ini
subjek akan menerima token-token yang nantinya bisa ditukarkan dengan
barang kesukaan subjek pada akhir minggu pertama dan kedua, jika subjek
mau makan, menghabiskan makanannya, tidak menolak makan, ketika
makan menghabiskan waktu kurang dari 30 menit dan tidak memilih-milih
makanan.
- Selama dua minggu orangtua subjek melakukan observasi dan ketika
perilaku target muncul ketika itu juga subjek diberikan token berupa stiker
bergambar yang akan ditempelkan oleh subjek sendiri pada buku gambar

10
yang telah disediakan. Stiker diberikan berdasarkan banyaknya jumlah
indikator perilaku yang muncul.
- Hasil observasi yang telah dilakukan orangtua subjek penelitian selama
satu minggu pertama dicek (diperiksa) dan dikumpulkan. Token yang telah
terkumpul selama satu minggu pertama dan memenuhi target perilaku,
maka dapat ditukarkan dengan hadiah yang disukai subjek. Pada satu
minggu kedua, jika subjek dianggap dapat melampaui target perilaku
minimal, maka jumlah token dapat dikurangi. Sebaliknya, jika subjek
belum mampu melampaui target perilaku minimal yang ditentukan, maka
jumlah token dapat ditambah.
- Hasil observasi yang telah dilakukan orangtua subjek penelitian selama
satu minggu kedua dicek (diperiksa) dan dikumpulkan. Token yang telah
terkumpul selama satu minggu kedua dan memenuhi target perilaku, maka
dapat ditukarkan dengan hadiah yang disukai subjek.
c. Fase Baseline kedua (A2)
- Pada fase baseline kedua (A2), subjek diberitahu bahwa pada minggu ini
tidak akan ada token yang diberikan. Orangtua melakukan observasi
kembali selama satu minggu.
- Hasil observasi yang telah dilakukan orangtua subjek penelitian selama
satu minggu dicek (diperiksa) dan dikumpulkan.
3. Tahap Evaluasi, pada tahap ini peneliti dan ibu subjek bertemu dan mereview
proses penelitian, membahas mengenai hasil yang diperoleh pada saat penelitian,
serta hambatan-hambatan yang kemungkinan dihadapi oleh ibu subjek selama
proses observasi berlangsung.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan diatas dapat diatarik suatu
kesimpulan. Reinforcement dan Token Economy merupakan dua contoh sistem yang
digunakan dalam modifikasi perilaku. Reinforcement sendiri merupakan sistem yang
memberikan penguatan ataupun respon positif terhadap individu. Tujuan dari
reinforcement yakni untuk meningkatkan motivasi serta mendukung atau memberi
penguatan pada individu untuk melakukan perubahan. Sedangkan token economy
yakni teknik konseling behavioral yang didasarkan pada prinsip operant conditioning
Skinner yang juga merupakan penguatan. Tujuan dari token economy yaitu
meningkatkan kepuasan hingga dapat memicu berkembangnya penguatan yang
alami.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Corey, G. (2005). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.

Erford, B. T. (2017). 40 Teknik yang Harus Diketahui Setiap Konselor (II). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Komalasari, G., Wahyuni, E., & Karsih. (2016). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT
Indeks.

Muriyawati & Rohmah. (2016). Pengaruh Pemberian Token Ekonomi Terhadap Motivasi
Belajar Siswa Sekolah Dasar. JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2
Agustus 2016.

Rohmania & Krisnani. (2019). Penggunaan Metode Token Economy Untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Pada Penyandang Tunanetra Demi Meraih Prestasi. Jurnal Pekerja
Sosial, Vo.2 No.1, Hal: 84-96, ISSN: 2620-3367.

Sahyani, Rezky. (2013). Efektivitas Token Ekonomi untuk Meningkatkan Perilaku Makan
pada Anak yang Mengalami Sulit Makan. Jurnal Lilis. 2(2)

13

Anda mungkin juga menyukai