Anda di halaman 1dari 19

MACAM-MACAM INTERVENSI KELOMPOK

(KONSELING KELOMPOK, FGD DAN TERAPI KELOMPOK)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Teori dan Teknik Intervensi Kelompok
Dosen Pengampu: Defi Astriani, M.Psi., Psikolog.

TIM PENYUSUN

Arinda Roisatun Nisa’ 2073201002


Aulia Zanetti Alfreda 2073201011
Laila Putri Ananda 2073201013
Adzinat Robbi Malik 2073201017
Eka Wati Putri Lestari 2073201020
M. Hariyono 2073201022

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa


ta’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Sebagai tugas mata kuliah teori dan teknik intervesi kelompok.

Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, tidak terlepas dari bimbingan,
bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Defi Astriani, M.Psi., Psikolog. selaku dosen pengampu mata kuliah teori dan
teknik intervesi komunitas, dan
2. Teman-teman yang selalu memberikan semangat serta membantu untuk
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari akan keterbatasan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami
harapkan dan kami mengucapkan mohon maaf atas kekurangan dari makalah ini. Semoga
makalah ini membawa manfaat bagi semua pihak dan menambah wawasan bagi kita
semua. Aamiin ya Robbal alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Blitar, Maret 2023


Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... 2


DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4

C. Tujuan Penulisan Makalah .......................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 5

A. Konseling Kelompok .................................................................................. 5

B. Focus Group Discussion ............................................................................. 12

C. Terapi Kelompok ........................................................................................ 15

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 19

A. Kesimpulan ................................................................................................ 19

B. Saran .......................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Intervensi kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam rangka
memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya dan juga bersifat
pencegahan. Intervensi kelompok dapat pula bersifat penyembuhan masalah atau topik
yang dibahas dalam konseling kelompok bersifat pribadi, yaitu masalah yang di bahas
merupakan masalah pribadi yang secara langsung dialami atau lebih tepat lagi merupakan
masalah atau kebutuhan yang sedang dialami oeh para anggota kelompok yang
menyampaikan topik atau masalah.
Intervensi kelompok dapat berjalan dengan baik apabila komponen-komponen dalam
kelompok itu terbentuk, misalnya di tetapkannya Pemimpin kelompok (PK), Anggota
kelompok (AK). Pada masa modern ini permasalahan kerap muncul akibat desakan
kehidupan yang semakin menanjak, sebagian besar disebabkan akibat himpitan ekonomi,
pergaulan bebas, keluarga yang kurang harmonis dan lainnya. Intervensi kelompok
memiliki beberapa macam atau jenis diantaranya adalah psikoanalisa, psikodrama, teknik
gestalt dan analisis transaksional. Dalam makalah ini akan kami bahas lebih mendetail
mengenai macam-macam dalam proses intervensi kelompok.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis dapat mengambil rumusan penyusunan makalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep konseling kelompok?
2. Bagaimana konsep FGD?
3. Bagaimana konsep terapi kelompok?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Dari rumusan penyusunan makalah diatas, dapat kami jabarkan tujuan penyusunan
makalah sebagi berikut:
1. Mengetahui konsep konseling kelompok,
2. Mengetahui konsep FGD, dan
3. Mengetahui konsep terapi kelompok.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konseling Kelompok
1. Pengertian Konseling
Secara etimologis istilah konseling berasal dari kata counsel yang diambil dari
bahasa Latin yaitu counselium artinya “bersama” atau “bicara bersama-sama” yang
dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”.
Counseling dalam kamus bahasa Inggris berkaitan dengan kata Counsel, yang
mempunyai arti sebagai berikut: nasihat (to obtion counsel); anjuran (to give counsel);
pembicaraan (to task counsel). Dengan demikian, counseling diartikan sebagai
pemberian nasihat, pemberian anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.
Berikut ini beberapa definisi yang dikemukakan oleh para tokoh:Menurut Shertzer dan
Stone: “Counseling is an interaction process which facilitates meaningful
understanding of self and environment and result in the establishment and/or
clarification of goals and values of future behavior”. Konseling adalah upaya
membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan
konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat
keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga
konseli merasa bahagia dan efektif prilakunya.
Menurut Lewis konseling adalah proses mengenai seseorang individu yang
sedang mengalami masalah (klien) dibantu untuk merasa dan bertingkah laku dalam
suasana yang lebih menyenangkan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak
bermasalah, yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien
untuk mengembangkan tingkahlaku yang memungkinkannya berperan secara lebih
efektif bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.
Menurut W.S. Winkel pengarang buku bimbingan dan konseling di institusi
pendidikan, berpendapat bahwa ada dua aspek pokok dalam konseling. Yaitu aspek
proses dan aspek aspek pertemuan tatap muka. Aspek proses menunjuk pada
kenyataan bahwa konseli/klien mengalami suatu rangkaian perubahan dalam diri
sendiri, yang membawa dia saat masalah disadari, diungkapkan dan belum ada
penyelesaiannya ke saat masalah telah terpecahkan secara memuaskan. Rangkaian
perubahan dalam diri sendiri itu biasanya mengikuti urutan: mengungkapkan masalah
secara tuntas, melihat inti masalah dengan lebih jelas, menyadari semua reaksi dalam

5
alam perasaan terhadap masalah itu secara lebih utuh, menghadapi masalah dengan
perasaan yang lebih bening dan lebih rasional, menemukan penyelesaian yang
memuaskan atas masalah yang dibahas, mendapat keberanian untuk mewujudkan
penyelesaian itu dalam tindakan-tindakan konkret setelah konseling berakhir. Aspek
tatap muka menunjuk pada periode waktu konseli/klien berhadapan muka dengan
konselor serta berwawancara dengan konselor mengenai masalah yang dihadapinya.
Aspek-aspek yang lain, yaitu komunikasi antar pribadi dan tanggapan-tanggapan
konselor yang bersifat membantu, merupakan suatu konkretisasi dan perwujudan dari
kedua aspek tersebut diatas. Proses konseling terwujud dalam komunikasi manusiawi
antara konselor dan konseli/klien, dalam pertemuan tatap muka konselor
menggunakan teknik-teknik tertentu, yang memperlancar komunikasi antarpribadi dan
memungkinkan untuk akhirnya menemukan penyelesaian atas masalah yang sedang
dibahas.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konseling adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli
(disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut
klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
2. Pengertian Konseling Kelompok
Berikut ini definisi konseling kelompok oleh para tokoh:
Menurut Latipun konseling kelompok (group counseling) merupakan salah
satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi
umpan balik (feed back) dan pengalaman belajar. Konseling kelompok dalam
prosesnya menggunakan prinsip-prinsip dinamika kelompok (group dynamic).
Menurut W.S. Winkel konseling kelompok merupakan bentuk khusus dari
layanan konseling, yaitu wawancara konselor profesional dengan beberapa orang
sekaligus yang tergabung dalam suatu kelompok kecil. Di dalam konseling kelompok
terdapat dua aspek pokok yaitu aspek proses dan aspek pertemuan tatap muka. Aspek
proses dalam konseling kelompok memiliki ciri khas karena proses itu dilalui oleh
lebih dari dua orang; demikian pula aspek pertemuan tatap muka karena yang
berhadapan muka adalah sejumlah orang yang tergabung dalam kelompok, yang saling
memberikan bantuan psikologis.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli
(disebut konselor) kepada beberapa individu yang tergabung dalam suatu kelompok

6
kecil dengan mempunyai permasalahan yang sama (disebut klien) dan membutuhkan
bantuan yang bermuara pada terselesaikannya masalah yang sedang dihadapi oleh
segenap anggota kelompok.
3. Fungsi Konseling
a) Fungsi pemahaman
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu siswa agar memiliki
pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan,
pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan
mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
b) Fungsi prefentif
Yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya koselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya
mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini konselor
memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari
perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
c) Fungsi pengembangan
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-
fungsi lainnya.Konselor senantiasa menciptakan lingkungan yang kondusif, yang
memfasilitasi perkembangam konseli.
d) Fungsi penyembuhan
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif.Fungsi ini
berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah
mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun
karier.Teknik yang digunakan adalah konseling dan remidial teaching.
e) Fungsi penyaluran
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan, atau program studi, dan
memantapkan karier atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian
dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
f) Fungsi adaptasi
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu para pelaksana
pendidikan, kepala sekolah dan staf, konselor dan guru untuk menyesuaikan

7
program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan,minat, kemampuan
dan kebutuhan konseli.
g) Fungsi penyesuaian
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat
menyesuaikan diri dengan diri dan lingkunganya secara dinamis dan kontruktif
h) Fungsi perbaikan
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli, sehingga
dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan dan bertindak
berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap
konseli supaya memiliki pola pikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan
yang tepat, sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak
yang produktif dan normatif.
i) Fungsi fasilitator
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling memberikan kemudahan kepada konseli
dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi selaras dan
seimbang pada seluruh aspek dalam kehidupan konseli.
j) Fungsi pemeliharaan
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat
menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam
dirinya.
4. Tujuan Konseling Kelompok

Menurut literatur profesional mengenai konseling kelompok, sebagaimana


tampak dalam karya Erle M.Ohlsen (1977) Don C. Dinkmeyer dan James J Muro
(1979), serta Gerald Corey (1981) dapat ditemukan sejumlah tujuan umum dari
pelayanan bimbingan dalam bentuk konseling kelompok sebagai berikut:

a) Masing-masing konseli memahami dirinya dengan lebih baik dan menemukan


dirinya sendiri. Berdasarkan pemahaman diri itu dia lebih rela menerima
dirinya sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek positif dalam
kepribadiannya.
b) Para konseli mengembangkan kemampuan komunikasi satu sama lain,
sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan dalam menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan yang khas untuk fase perkembangan mereka.

8
c) Para konseli memperoleh kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri dan
mengarahkan hidupnya sendiri, mula-mula dalam kontak antar pribadi di
dalam kelompok dan kemudian juga dalam kehidupan sehari-hari di luar
lingkungan kelompoknya.
d) Para konseli menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih
mampu menghayati perasaan orang lain. Kepekaan dan penghayatan ini akan
membuat mereka lebih sensitif terhadap kebutuhan psikologis dan perasaan
sendiri.
e) Masing-masing konseli menetapkan sasaran yang ingin mereka capai, yang
diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang lebih konstruktif.
f) Para konseli lebih menyadari dan menghayati makna dari kehidupan manusia
sebagai kehidupan bersama, yang mengandung tuntutan menerima orang lain
dan harapan akan diterima oleh orang lain.
g) Masing-masing konseli semakin menyadari bahwa hal-hal yang
memprihatinkan bagi dirinya kerap juga menimbulkan rasa prihatin dalam hati
orang lain. Dengan demikian, dia tidak merasa terisolir lagi, seolah-olah hanya
dia yang mengalami ini dan itu.
h) Para konseli belajar berkomunikasi dengan seluruh anggota kelompok secara
terbuka, dengan saling menghargai dan saling menaruh perhatian. Pengalaman
bahwa komunikasi yang demikian dimungkinkan, akan membawa dampak
positif dalam kehidupan dengan orang yang dekat padanya.
5. Tahapan Konseling Kelompok
Tahapan konseling kelompok menurut model Nixon dan Glover, adalah sebagai
berikut:
a) Pembukaan
Diletakkan dasar bagi pengembangan hubungan antar pribadi (working
relationship) yang baik, yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah
pada penyelesaian masalah. Hal yang paling pokok adalah pembukaan pada
awal proses konseling kelompok, bila kelompok saling bertemu untuk pertama
kali. Mengingat jumlah pertemuan pasti lebih dari satu kali saja, pertemuan-
pertemuan berikutnya juga memakai suatu pembukaan, tetapi caranya akan
lain dibanding dengan pembukaan pada waktu saling bertemu untuk pertama
kali.

9
Bila saling bertemu untuk pertama kali, para konseli disambut oleh
konselor. Kemudian seluruh anggota kelompok saling memperkenalkan diri,
dengan menyebutkan nama, umur, alamat, kelas, dan program studinya, serta
menceritakan sedikit mengenai asal usulnya.
Perkenalan ini sedikit banyak berfungsi sebagai basabasi, supaya para
konseli dapat sedikit menyesuaikan diri dengan situasi tegang. Kemudian
mereka mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh konselor, mengajukan
pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas, dan menyatakan kerelaanya untuk
mengikuti tatacara yang ditetapkan.
Kemudian dilanjutkan konselor yang memperkenalkan diri dengan
menyebutkan nama, umur, taraf pendidikan, dan lamanya berpengalaman
dilapangan. Serta sedikit menceritakan tentang asal-usulnya. Setelah itu dia
mempersilakan konseli memperkenalkan diri secara bergiliran. Lalu konselor
memberikan rangkaian penjelasan yang diperlukan, dilanjutkan para konseli
mengemukakan masalah yang mereka alami dengan materi pokok yang
menjadi bahan diskusi. Bila kelompok bertemu kembali untuk melanjutkan
pembicaraan terdahulu, konselor menyambut kedatangan para konseli dan
kemudian mengajak untuk melanjutkan diskusi bersama, setelah memberikan
ringkasan tentang kemajuan kelompok sampai pada saat tertentu dalam proses
konseling.
b) Penjelasan Masalah
Masing-masing konseli mengutarakan masalah yang dihadapi berkaitan
dengan materi diskusi, sambil mengungkapkan pikiran dan perasaanya secara
bebas. Selama seorang konseli mengungkapkan apa yang dipandangnya perlu
dikemukakan, konseli lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan
berusaha menghayati ungkapan pikiran dan perasaan temannya. Mereka dapat
menanggapi ungkapan teman dengan memberikan komentar singkat, yang
menunjukkan ungkapan itu telah ditangkap dengan tepat. Karena konselor
pada akhir pembukaan sudah memberikan kesempatan untuk berbicara
menurut selaranya sendiri-sendiri, diharapkan para konseli akan dapat
mengatasi rasa ragu-ragu membuka isi hatinya. Sambil seorang konseli
mengungkapkan pikiran dan perasaanya, konselor pun ikut mendengarkan
dengan seksama, membantu konseli itu untuk mengungkapkan diri dan
menunjukkan pemahamannya serta penghayatannya, dengan menggunakan

10
teknik-teknik pemantulan seperti Refleksi Pikiran dan Klarifikasi Perasaan.
Bila mana konseli lain menanggapi ungkapan temannya dengan kata-kata yang
kurang memadai, konselor membantu merumuskan dengan lebih tepat, dan
meminta umpan balik kepada pembicara apakah memang itulah yang
dimaksudkannya. Setelah semua konseli selesai mengungkapkan masalahnya
menurut pandangannya sendiri-sendiri, konselor meringkas apa yang dikatan
konseli dan mengusulkan suatu perumusan masalah yang umum, yang
mencakup semua ungkapan yang telah dikemukakan oleh para konseli.
Perumusan umum tersebut ditawarkan kepada kelompok untuk diterima atau
diubah seperlunya, sampai anggota menerima perumusan tersebut sebagai
konkretisasi dari materi diskusi.
c) Penggalian Latar Belakang Masalah
Fase ini merupakan pelengkap dari fase penjelasan masalah, karena
pada fase kedua masalah-masalah yang diungkapkan para klien belum
menyajikan gambaran lengkap mengenai kedudukan masalah dalam
keseluruhan situasi kehidupan masingmasing klien. Sehingga pada fase ini
diperlukan penjelasan lebih detail dan mendalam. Oleh karena itu, masing-
masing dalam fase analisis kasus ini menambah ungkapan pikiran dan perasaan
sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh konselor.Seperti pada fase kedua
di atas, para konseli mendengarkan ungkapan yang telah diberikan oleh teman
tertentu dan menanggakapi ungkapan tersebut dengan memberikan komentar
singkat, yang menunjukkan pemahamannya atau mohon penjelasan lebih lanjut
dengan bertanya. Pada umumnya beberapa ungkapan yng lebih mendalam dan
mendetail itu menciptakan suasana keterikatan dan kebersamaan (cohesion),
sehingga mereka semakin bersedia untuk mencari penyelesaian bersama atas
masalah yang dihadapi bersama. Pada fase terakhir ini, atas petunjuk konselor,
para konseli menentukan keadaan diri yang didambakan, yaitu keadaan ideal
yang akan ada setelah masalahnya terselesaikan.
d) Penyelesaian Masalah
Berdasarkan apa yang telah digali dalam fase analisis kasus, konselor
dan para konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Kelompok
konseli selama ini harus ikut berpikir, memandang, dan mempertimbangkan,
namun peranan konselor di institusi pendidikan dalam mencari penyelesaian
pemasalahan pada umumnya lebih besar. Oleh karena itu, para konseli

11
mendengarkan lebih dahulu penjelasan konselor tentang hal-hal apa yang
ditinjau dan didiskusikan. Kemudian dimantapkan kembali tujuan yang ingin
dicapai bersama, selaras dengan keadaan ideal yang telah dirumuskan pada
fase ketiga.Misalnya; “kelompok ingin dapat melakukan penyesuaian sosial
yang baik”. Setelah itu dibahas bersama dengan cara bagaimana tujuan itu
dapat dicapai. Dengan menetapkan sejumlah langkah-langkah untuk
mewujudkan keinginan bersama tersebut. Pada fase ini konselor harus
mengarahkan arus pembicaraan dalam kelompok, sesuai dengan pendekatan
yang telah ditetapkan
e) Penutup
Bilamana kelompok sudah siap untuk melaksanakan apa yang telah
diputuskan bersama, proses konseling dapat diakhiri dan kelompok dibubarkan
pada pertemuan terakhir. Bilamana proses konseling belum selesai, pertemuan
yang sedang berlangsung ditutup untuk dilanjutkan pada lain hari:
-Bilamana proses konseling sudah akan selesai, para konseli mendengarkan
ringkasan yag diberikan oleh konselor tentang jalannya proses konseling dan
melengkapinya kalau dianggap perlu.
-Bilamana proses konseling belum selesai dan waktu untuk pertemuan kali ini
sudah habis, konselor meringkas apa yang sudah dibahas bersama,
menunjukkan kemajuan yang telah dicapai, dan memberikan satu-dua
pertanyaan untuk dipikirkan selama hari-hari pertemuan berikutnya.

B. Focus Group Discussion


Focus Group Discussion atau FGD atau diskusi kelompok terfokus merupakan suatu
metode pengumpulan data yang lazim digunakan pada penelitian kualitatif sosial, tidak
terkecuali pada penelitian keperawatan. Penggunaan metode FGD juga telah dilaporkan
di area penelitian keperawatan untuk mempelajari fenomena kehidupan dan isu-isu sosial
yang dialami manusia sepanjang rentang kehidupan (Anonim, 2012).
Pendefinisian metode FGD berhubungan erat dengan alasan ataujustifikasi utama
penggunaan FGD itu sendiri sebagai metode pengumpulan data dari suatu penelitian.
Justifikasi utama penggunaan FGD adalah memperoleh data/informasi yang kaya akan
berbagai pengalaman sosial dari interaksi para individu yang berada dalam suatu
kelompok diskusi. Definisi awal tentangmetode FGD menurut Kitzinger dan Barbour
(dalam Setyobudi, 2012) adalah melakukan eksplorasi suatu isu atau fenomena khusus

12
dari diskusi suatu kelompok individu yang berfokus pada aktivitas bersama diantara para
individu yang terlibat didalamnya untuk menghasilkan suatu kesepakatan bersama.
1. Tujuan dan Fungsi FGD
Tujuan utama metode FGD adalah untuk memperoleh interaksi data yang
dihasilkan dari suatu diskusi sekelompok partisipan atau responden dalam hal
meningkatkan kedalaman informasi menyingkap berbagai aspek suatu fenomena
kehidupan, sehingga fenomena tersebut dapat didefinisikan dan diberi penjelasan.
Data dari hasil interaksi dalam diskusi kelompok tersebut dapat memfokuskanatau
memberi penekanan pada kesamaan dan perbedaan pengalaman dan memberikan
informasi atau data yang padat tentang suatu perspektif yang dihasilkan dari hasil
diskusi kelompok tersebut (Yusuf, 2011).
Adapun fungsi dari FGD adalah sebagai berikut:
a) Alat utama pengumpulan data
b) Sumber dan alat pengumpulan data tambahan di samping sumber dan alat
pengumpulan data utama
c) Salah satu alat dalam metode penelitian yang menggunakan metode campuran
dalam pengumpulan data.
2. Jenis-Jenis FGD
Adapun jenis-jenis dari FGD menurut (Setyobudi, 2012) sebagai berikut:

a) Two – way focus group (FGD dua arah). Terdapat dua kelompok FGD. Satu
kelompok akan mengamati dinamika dan interaksi kelompok lain.
b) Dual moderator focus group (Dual moderator fokus grup). Moderator pertama
memastikan sesi berlangsung lancar, sementara moderator kedua memastikan
bahwa semua topik yang dibahas.
c) Dueling moderator focus group. Dua moderator berada pada sisi yang
berlawanan saat berdiskusi.
d) Teleconfrence FGD. Kehadiran para partisipan secara fisik tidak terjadi.
Sebagai gantinya para partisipan menggunakan teknologi telewicara untuk
berperan secara aktif dalam diskusi.
e) Online FGD. Para partisipan berinteraksi menggunakan media tertulis melalui
internet , misalnya, group chat.
3. Prinsip Pelaksanaan FGD
Adapun beberapa prinsip-prinsip dalam pelaksanaannya sebagai berikut:

13
a) FGD adalah kelompok diskusi bukan wawancara atau obrolan. Ciri khas metode
FGD yang tidak dimiliki oleh metode riset kualitatif lainnya (wawancara
mendalam atau observasi) adalah interaksi.
b) FGDadalah groupbukan individu.Prinsipinimasihterkaitdenganprinsip
sebelumnya. Agar terjadi dinamika kelompok, moderator harus memandang para
peserta FGD sebagai suatu group, bukan orang perorang.
c) FGD adalah diskusi terfokus bukan diskusi bebas. Selama diskusi berlangsung
moderator harus fokus pada tujuan diskusi, sehingga moderator akan selalu
berusaha mengembalikan diskusi ke “jalan yang benar” (Yusuf, 2011).
4. Tahap Pelaksanaan Kegiatan FGD
Dibawah ini tahap-tahap pelaksanaan kegiatan FGD (Setyobudi, 2012):

a) Tahap awal
1) Pengorganisasian
2) Pemeriksaan lanjut atau topik yang akan dibahas
3) Menyesuaikan resepon dalam kelompok homogen
4) Mengkondusifkan situasi dan tempat diskusi
b) Langkah persiapan
1) Merumuskan tujuan
2) Merumuskan permasalahan dengan jelas dan ringkas
3) Mempertimbangkan karakteristik resipian dengan benar
4) Menyiapkan kerangka diskusi
c) Tahap pelaksanaan
1) Menyampaikan tujuan diskusi
2) Menyiapkan pokok-pokok yang akan didiskusikan
3) Menjelaskan prosedur diskusi
4) Mengatur kelompok-kelompok diskusi
5) Melaksanakan diskusi
C. Terapi Kelompok
Terapi kelompok menurut (Jaenuddin,2013) merupakan suatu psikoterapi yang
dilakukan sekelompok pasien bersama-sama berdiskusi satu sama lain yang dipimpin
atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih.
Keuntungan yang diperoleh individu melalui terapi aktivitas kelompok ini adalah

14
dukungan (support), pendidikan, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,
meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal dan meningkatkan uji realitas.
Sehingga terapi aktivitas kelompok ini dapat dilakukan pada karakteristik ganggguan
seperti, gangguan konsep diri, harga diri rendah, perubaha persepsi sensori halusinasi.
Selain itu, dapat mengobati klien dalam jumlah banyak, dapat mendiskusikan masalah
secara kelompok. Belajar bermacam masalah dan belajar peran di dalam kelompok.
Namun, pada terapi ini juga terdapat kekurangan yaitu, kehidupan pribadi klien tidak
terlindungi dan klien sulit mengungkapkan masalahnya. Dengan sharing pengalaman
pada klien dengan isolasi sosial diharapakan klien mampu membuka dirinya untuk
berinteraksi dengan orang lain.
1. Jenis-Jenis Terapi Kelompok
a) Psikoanalisis
Psikoanalisis didefinisikan sebagai metode penelitian, sebagai teknik penyembuhan
dan juga sebagai pengetahuan psikologi. Psikoanalisis menurut definisi modern
adalah pengetahuan psikologi yang menekankan pada dinamika, faktor-faktor
psikis yang menentukan perilaku manusia, serta pentingnya pengalaman masa
anak-anak dalam membentuk kepribadian masa dewasa. Psikoanalisis adalah teknik
yang khusus menyelidiki aktivitas ketidaksadaran (bawah sadar).Psikoanalisis
adalah metode interpretasi dan penyembuhan gangguan mental. Psikoanalisis
merupakan salah satu aliran besar dalam sejarah ilmu psikologi. Layaknya aliran
besar lainnya, marxisme misalnya, psikoanalisis telah merambah ke berbagai sektor
keilmuan. Tokoh penting aliran ini adalah Sigmund Freud, Carl Gustav Jung dan
Alffred Alder (Hambali, 2013).
b) Psikodrama
Psikodrama menurut (Hambali, 2013) adalah sebuah kegiatan pengajaran yang
bertitik tolak dari permasalahan yang lebih menyangkut psikologi manusia atau
dalam hubungan antar manusia. Psikodrama dilakukan dengan tujuan sebagai
terapi, yaitu agar individua tau peserta didik memperoleh insight (pemahaman)
yang lebih baik tentang dirinya. Menemukan konsep diri, serta menyatakan reaksi
terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya. Psikodrama sebagai intervensi
terapeutik teathre Moreno ditujukan pada kemanfaatan bermain peran dalam
kelompok psikoedukasional, psikoterapeutik, manajemen, sedangkan kelompok
bantuan diri tumbuhdari adanya kebutuhan untuk memperoleh bantuan, dukungan,
dan pengetahuan yang tidak dapat diperoleh dari helpper yang profesional.

15
c) Terapi Gestalt
Terapi ini dikembangkan oleh Frederick S. Pearls (1894-1970) yang didasari oleh
empat aliran, yaitu psikoanalisis, fenomenologis, dan eksistensialisme, serta
psikologi gestalt. Menurut Pearls individu itu selalu aktif sebagai keseluruhan.
Individu bukanlah jumlah dari bagian-bagian atau organ-organ semata. Individu
yang sehat adalah yang seimbang antara ikatan organisme dengan lingkungan.
Karena itu pertentangan antara keberadaan sosial dengan biologis merupakan
konsep dasar terapi gestalt. Terapi gestalt menekankan pada “apa” dan
“bagaimana” dari pengalaman masa kini untuk membantu klien menerima
perbedaan-perbedaan mereka. Konsep pentingnya adalah holisme, proses
pembentukan figur, kesadaran, unfinished business dan penolakan, kontak dan
energy (Hambali, 2013).
Jadi, terapi Gestalt adalah sebuah terapi yang didasari oleh aliran psikoanalisis,
fenomenologis, dan eksistensialisme, serta psikologi gestalt yang mengutamakan
pada tanggung jawab diri dan keutuhan atau totalitas organisme seorang individu,
individu bukanlah organisme yang terpotong-potong pada bagian tertentu dalam
menjalani kehidupannya.
d) Analisis Transaksional
Prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh Eric Berne dalam analisis transaksional
adalah upaya untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya
sendiri, pemikiran yang logis, rasional, dan tujuan-tujuan yang realistis,
berkomunikasi denga terbuka, wajar, dan pemahaman dalam berhubungan dengan
orang lain. Teori analisis transaksional diintegrasikan dengan beberapa konsep,
antara lain: anak-anak tumbuh dengan injungsi (injunctions) dan basis dari pesan-
pesan orang tuadalam membuat pengambilan keputusan awal (early decision). Pada
dasarnya Analisis Transaksional memandang bahwa individu ditentukan oleh
pengalaman masa kecil dan putusan yang telah dibuatnya pada masa lalu, namun
dapat diubah. Analisis Transaksional berpijak pada asumsi bahwa individu dapat
memahami putusan-putusan masa lampaunya dan mampu untuk memutuskan ulang
(Jenuddin, 2013).

2. Kelebihan dan Kekurangan Terapi Kelompok


Terapi kelompok memiliki beberapa keuntungan khusus menurut (Jaenuddin, 2013),
diantaranya sebagai berikut:

16
a) Terapi kelompok lebih murah, krena beberapa pasien ditangani pada waktu yang
sama.
b) Format kelompok member peluang kepada pasien untuk mempelajari bagaimana
orang lain mengalami masalah-masalah yang serupa menangani kesulitan-
kesulitan mereka, dan para anggota lain dalam kelompok dan terapis memberi
merekan dukungan sosial.
c) Terapi kelompok memungkinkan terapis menggunakan sumber daya terbatas.
Format kelompok mungkin meningkatkan jumlah orang-orang yang dapat
ditangani oleh seorang terapis, dan dapat mengurangi kewajiban orang untuk
menantikan giliran wawancara dengan terapis.
d) Terapi kelompok dapat memberikan sumber informasi dan pengalaman hidup
yang dapat ditimba oleh pasien.
e) Adanya dukungan kelompok untuk tingkah laku yang tepat. Para pasien
mungkin
f) menginginkan terapis memberikan dukungan pada mereka, tetapi dukungan yang
diberikan oleh kawan-kawan sekelompok mungkin memiliki pengaruh yang lebih
besar terhadap peningkatan harga diri dan kepercayaan diri.
g) Belajar bahwa masalah atau kegagalan yang dialami seseorang bukanlah hal-hal
yang unik.
h) Para anggota kelompok yang bertambah baik merupakan sumber pengharapan
bagi anggota-anggota lain dalam kelompok.
i) Adanya peluang-peluang untuk belajar menangani orang secara efektif.
Sementara itu (Jenuddin, 2013) juga mengungkapkan kelemahan terapi kelompok
diantaranya adalah:
a) Tidak semua klien cocok : tertutup, masalah verbal, interaksi
b) Peran terapis menyebar: menangani banyak orang sekaligus
c) Sulit menumbuhkan kepercayaan: kurang personal
d) Klien sangat tergantung dan beharap terlalu banyak pada kelompok
e) Kelompok tidak dijadikan sarana untuk berlatih
f) Membutuhkan terapis terlatih.

17
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

konseling kelompok adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui


wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada beberapa individu
yang tergabung dalam suatu kelompok kecil dengan mempunyai permasalahan yang
sama (disebut klien) dan membutuhkan bantuan yang bermuara pada terselesaikannya
masalah yang sedang dihadapi oleh segenap anggota kelompok.

Focus Group Discussion atau FGD atau diskusi kelompok terfokus merupakan
suatu metode pengumpulan data yang lazim digunakan pada penelitian kualitatif
sosial, tidak terkecuali pada penelitian keperawatan. Penggunaan metode FGD juga
telah dilaporkan di area penelitian keperawatan untuk mempelajari fenomena
kehidupan dan isu-isu sosial yang dialami manusia sepanjang rentang kehidupan.
18
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien
bersama-sama berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang
terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih.
Terapi kelompok memiliki beberapa pendekatan diantaranya adalah
psikoanalisis, psikodrama, terapi gestalt dan analisis transaksional.
2. Saran

Alhamdulillahirabbil’aalamiin, sebagai manusia yang hidup di dunia ini,


hendaklah kita selalu mempunyai angan untuk selalu haus akan ilmu pengetahuan,
dari ilmu kita bisa menjalankan hidup ini dengan sebaik-baiknya. Adapun dengan
selesainya penulisan makalah ini, semoga bisa bermanfaat untuk pembelajaran teori
dan teknik intervensi kelompok nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. Apa Itu Diskusi Kelompok Terarah atau Focus Group Discussion

Setyobudi, Wahyu T. 2012. Teknik Moderasi Focus Group Discussion (FGD). GrahaIlmu.
Yogyakarta

Yusuf, Awaluddin. 2011. Memahami Focus Group Discussion (FGD). RajaGrafindo. Jakarta

Hambali Andang, Ujam Jaenuddin. 2013. Psikologi Kepribadian Lanjutan: Studi Atas Teori
dan Tokoh Psikologi Kepribadian, Bandung: Pustaka Setia.

Jaenuddin, Ujam, dan Hambali Andang. 2013. Psikologi Kepribadian Lanjutan: Studi Atas
Teori dan Tokoh Psikologi Kepribadian, Bandung: Pustaka Setia.

19

Anda mungkin juga menyukai