Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PSIKOEDUKASI QUARTER LIFE CRISIS

Dalam Rangka Integrasi Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dalam Pembelajaran

Oleh :
Chelsea Anggraini (1971008)
Valensia Gosal (1971011)
Anrika Pauang Pongmasakke (1971012)
Tristan Hans Halim (1971019)

Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi


Universitas Atma Jaya Makassar
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tugas perkembangan manusia yaitu menjadi dewasa. Di dalam psikologi
perkembangan menjelaskan bahwa tahapan dewasa dibagi menjadi tiga yaitu dewasa
awal, menengah, dan akhir. Menjadi dewasa merupakan suatu tuntutan untuk dapat
menjadi mandiri baik dalam pekerjaan maupun pernikahan. Peralihan dari masa remaja ke
masa dewasa awal disebut juga dengan Quarter Life Crisis.
Masa Quarter Life Crisis memiliki tantangan kehidupan yang cukup berat dimana
emosi dan berpikir merupakan suatu hal yang kompleks. Menjadi individu yang dewasa
bukanlah suatu hal yang mudah, banyak individu pada usia 20an menandai dirinya
dengan pencapaian – pencapaian yang telah dicapai oleh individu lain. Quarter life Crisis
merupakan istilah baru yang berkaitan dengan perkembangan sosioemosional dalam diri
manusia.
Arnett (Amalia, Suroso & Pratitis, 2021) mengemukakan bahwa emerging adulthood
yang biasa dialami oleh individu mulai dari usia 18 tahun hingga 29 tahun. Periode
tersebut merupakan masa peralihan dimana individu mempersiapkan diri dengan baik
untuk bekal menuju ke masa dewasa, hal tersebut dikarenakan individu akan
mendapatkan banyak tuntutan – tuntutan baik dalam segi pengetahuan maupun
keterampilan individu tersebut. Tanner, Arnet dan Leis (Amalia, Suroso & Pratitis, 2021)
mengemukakan bahwa emerging adulthood merupakan masa dimana individu mencari
identitas diri, mendalami diri, mengalami peralihan dalam hal pendidikan dan karir
hingga hubungan dengan lawan jenis.
Individu yang menuju usia 25 tahun biasanya telah menghadapi kehidupan baru seperti
pekerjaan, status pernikahan dan perubahan pola pikir yang lebih matang dari remaja
yang menuju tahap dewasa. Individu yang memasuki usia 25 tahun sedang berada
dipuncak pendewasaan diri yang akan mempertanyakan hidupnya, ragu akan pilihan,
bingung atas apa yang dijalani, mulai meninjau masalalu serta apa saja yang telah
dilakukan selama hidup dan mempertanyakan kehidupan seperti apa yang akan
dijalaninya dimasa depan.
Herawati & Hidayat (2020) mengemukakan bahwa Robbins dan Wilner merupakan
ahli yang pertama kali mengemukakan istilah dari Quarter Life Crisis pada tahun 2001
berdasarkan hasil penelitian mereka terhadap kaum muda di Amerika. Robbins dan
Wilner memberikan julukan kepada kaum muda tersebut sebagai “Twentysomethings”
yakni individu yang baru saja meninggalkan kenyamanan hidup sebagai pelajar dan mulai
memasuki dunia nyata, memulai kehidupan dengan tuntutan untuk bekerja atau menikah.
Individu yang baru saja lulus pada perguruan tinggi sering memicu kepanikan tentang
masa depan yaitu perasaan ketakutan alami dari kejutan budaya dan perbedaan
lingkungan yang akan datang.
Herawati & Hidayat (2020) mengemukakan bahwa Robbins dan Wilner menjelaskan
beberapa karakteristik individu yang mengalami Quarter Life Crisis yaitu individu
merasa tidak mengetahui keinginan dan tujuan hidupnya, pencapaian pada usia 20-an
tidak sesuai dengan harapan, takut akan kegagalan, tidak ingin merelakan masa kecil dan
masa remaja berakhir, merasa takut tidak mampu menempatkan pilihan yang tepat untuk
sebuah keputusan serta cenderung membandingkan pencapaian dan keadaan diri sendiri
dengan orang lain sehingga membuat diri merasa tidak mampu dan tidak berguna.
Amalia, Suroso dan Pratitis (2021) mengemukakan bahwa krisis yang dialami
individu ada usia sekita 20-an sering diakibatkan oleh paksaan dan tekanan hidup. Arneet
(Amalia, Suroso dan Pratitis, 2021) mengemukakan bahwa tuntutan yang sering dialami
yaitu tuntutan orangtua dalam mengambil keputusan yang penting untuk masa depan.
Amalia, Suroso dan Pratitis (2021) mengemukakan bahwa krisis yang dialami
individu dapat mengakibatkan dampak negative pada hidup mereka salah satu yaitu stress
bahkan hingga sampai depresi. Jakckson dan Warren (Amalia, Suroso dan Pratitis, 2021)
mengemukakan bahwa stress yang tertumpuk dapat memunculkan banyak masalah baru
seperti emosi serta tingkah laku seperti perlika agresif, perilaku kekerasan dan kurungnya
kemampuan mengontrol emosi yang baik, kesejahteraan psikologis yang rendah, menarik
diri secara sosial dan lain-lain.
Menjadi dewasa merupakan tantangan tersendiri bagi individu yang bisa dikatakan
sebagai masa sulit bagi seorang individu karena pada masa ini individu dituntut untuk
bisa melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan berusaha untuk bisa mandiri.
Salah satu upaya individu dalam mengokohkan kemandirian baik secara finansial maupun
psikologis adalah dengan memilih pekerjaan yang tepat. Berdasarkan pemaparan materi
di atas kami menyadari bahwa penting melakukan intervensi kepada individu yang akan
memasuki masa dewasa awal.
Sehingga kami menyadari bahwa pentingnya memberikan penyuluhan kepada para
remaja yang akan memasuki masa dewasa awal yaitu 20 hingga 25 tahun, agar remaja
yang akan memasuki masa dewasa awal tersebut tidak bingung bagaimana cara
menghadapi quarter life crisis tersebut.
A. Tujuan
Tujuan kegiatan ini termasuk tujuan umum, yang dijabarkan sebagai berikut yaitu :
a) Memberikan pemahaman kepada masyarakat terkhusus remaja yang akan memasuki
masa dewasa awal mengenai quarter life crisis.
b) Memberikan tips kepada individu agar dapat melalui masa quarter life crisis dengan
baik.
B. Manfaat
Manfaat kegiatan psikoedukasi mengenai quarter life crisis yang akan dilakukan,
yaitu:
a) Untuk memberikan informasi kepada individu yang sedang dalam masa quarter life
crisis .
b) Membantu menanamkan kepercayaan diri untuk dapat melewati masa quarter life
crisis
c) Perserta akan memiliki pemahaman mengenai quarter life crisis, seperti apa yang
dimaksud dengan quarter life crisis, fase quarter life crisis itu seperti apa, bagaimana
mengelola kesehatan mental dan tips untuk menghadapi wuarter life crisis.
d) Untuk penyelenggara, penyelenggara dapat lebih memahami bagaimana menjalankan
psikoedukasi secara terorganisir.
e) Penyelenggara dapat melatih skill-skill yang diperlukan.
BAB II
RANCANGAN KEGIATAN

A. Sasaran
Individu yang berusia 20-25 tahun yang baru atau akan meninggalkan kenyamanan
hidup sebagai pelajar dalam pendidikan di universitas dan mulai memasuki dunia
nyata, memulai kehidupan dengan tuntutan untuk bekerja atau menikah.
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Adapun kegiatan psikoedukasi ini dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Sabtu, 26 Juni 2021
Pukul : 10.00 WITA - Selesai
Tempat : Dilakukan secara Online melalui media Zoom Meeting

C. Metode / Teknik
Dalam pelaksanaan kegiatan ini digunakan metode yaitu psikoedukasi yang
dilaksanakan secara online yang berupa webinar. Webinar yang akan dilakukan yaitu
mengangkat topik mengenai quarter life crisis. Seperti apa yang dimaksud dengan
quarter life crisis, bagaimana fase quarter life crisis, bagaimana mengelola kesehatan
mental dan tips untuk menghadapi quarter life crisis tersebut.
D. Media
Media yang akan digunakan yaitu zoom premium yang dapat digunakan oleh lebih
dari 100 orang dan memiliki waktu yang tidak terbatas dalam penggunaannya.
E. Tahap Pelaksanaan (Tabel Kegiatan)
No. Kegiatan Jam Durasi Penanggung Keterangan
jawab
1. Pembukaan: 10.00 15’ Chelsea MC
 Salam pembuka -
 Kata sambutan: Ibu 10.15
Heni dan
Perwakilan dari
kelomopok
2. Pembangunan raport 10.15 5’ Hans Moderator
(sebelum masuk ke -
materi) 10.20
3. Pemaparan Materi 10.20 45’ Valensia -
- Anrika
11.05
4. Sharing Session 11.05 30’ Hans Moderator
-
11.35
5. Sesi Tanya Jawab 11.35 20’ Chelsea MC
-
11.55
6. Penutup: 11.55 15’ Chelsea MC
 Kesan dan Pesan : -
Ibu Heni, 12.10
Perwakilan
Kelompok dan
Perwakilan
Peserta.
 Pembagian link
evaluasi di group
WA dan Chat
Zoom
 Foto Bersama
 Penutup

F. Rencana Evaluasi
Rencana evaluasi akan dilakukan dengan menggunakan google form. Google form
tersebut berisi tanggapan – tanggapan para peserta setelah mengikuti kegiatan seperti
apa yang dirasakan, evaluasi dan apa yang perlu ditingkatkan.

G. Materi
a) Pengertian
1. Murphy (2011) mengemukakan bahwa istilah quarter life crisis dikemukakan
pertama kali oleh Alexandra Robbins dan Abbby Wilner tahun 20021
berdasarkan penelitian pada kaum muda di Amerika.
2. Robbins dan Wilner (Murphy, 2001) mengemukakan bahwa penelitian
tersebut mengenai twentysomethings. Penelitian tersebut menjelaskan
mengenai permasalahan atau krisis berat yang dialami individu yang baru saja
meninggalkan kenyamanan hidup sebagai mahasiswa dan mulai memasuki
kehidupan kerja.
3. Fischer (Murphy, 2001) mengemukakan bahwa quarter life crisis merupakan
suatu perasaan yang timbul saat individu mencapai usia 20 tahunan, dimana
perasaan tersebut yaitu perasaan takut terhadap kelanjutan hidup dimasa
depan, mencakup urusan karir, relasi maupun kehidupan sosial.
4. Olsen Madden (Murphy, 2001) mengemukakan bahwa quarter life crisis
merupakan masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Dalam quarter life
crisis individu akan mencari otonomi secara fisik dan emosional dari orangtua,
membangun karir, membentuk identitas yang mengunttungkan, menjadi
bagian dari kelompok masyarakat, serta memiliki pasagan dan menyesuaikan
diri dalam pernikahan.
5. Robbins dan Wilner (Murphy, 2011) mengemukakan bahwa individu yang
mengalami quarter life crisis akan merasakan kondisi tidak stabil yang luar
biasa, perubahan besar yang terjadi terus menerus, pilihan yang terlalu banyak
dan perasaan panic hingga tidak berdaya karena ketidakpastiaan di masa
depan.
b) Fase quarter life crisis
Murphy (2011) mengemukakan bahwa terdapat 5 fase dalam quarter life crisis
yaitu:
1. Perasaan terjebak dalam berbagai macam pilihan, perasaan terjebak dalam
berbagai macam pilihan yaitu ketika individu dihadapkan sebuah pilihan
mereka akan merasa bingung karena konsekuensi – konsekuensi yang ada
pada pilihan – pilihan tersebut.
2. Dorongan mengubah situasi, dorongan mengubah situasi yaitu individu
memaksa dirinya untuk dapat mengubah suatu situasi tertentu.
3. Melakukan tindakan-tindakan krusial
4. Membangun potensi baru
5. Fokus pada minat dan nilai – nilai dianut
c) Tanda individu sedang mengalami quarter life crisis
Robins dan Wilner (Murphy, 2011) mengemukakan bahwa terdapat 7 tanda
seseorang sedang mengalami quarter life crisis, yaitu:
1. Kebimbangan dalam pengambilan keputusan
2. Putus asa
3. Penilaian negatif
4. Terjebak dalam situasi sulit
5. Cemas
6. Tertekan
7. Khawatir terhadap hubungan interpersonal
d) Quarter life crisis dan kesehatan mental
WHO mengemukakan ada 4 ciri-ciri individu sehat mental, yaitu mengetahui
potensi-potensi yang dimiliki untuk mencapai tujuan, mampu mengaasi masalah
atau stress, produktif dan berkontribusi atau bermanfaat bagi oranglain.
e) Tips menghadapi quarter life crisis
Robbins (Murphy, 2011) mengemukakan bahwa terdapat faktor – faktor cepat
lambat terelesaikannya quarter life crisis, yaitu:
1. Faktor internal yaitu harapan dan mimpi individu serta agama dan spiritual
2. Faktor eksternal yaitu tantangan akademis, hubungan percintaan, keluarga dan
pertemanan serta kehidupan pekerjaan
f) Cara memenuhi faktor eksternal dan internal dang cara menghadapi quarter life
crisis dengan baik
1. Temukan apa yang menjadi permasalahan quarter life crisis
2. Selesaikan masalah tersebut dengan berbagai cara, jangan takut salah dan
teruslah bergerak : misalnya merasa tidak mendapat pekerjaan terus menerus
3. Tulislah alternative-alternatif solusi ketika kita merasa tidak mendapatkan
pekerjaan. Hal-hal yang harus diubaha yaitu mengubah mindset, menemukan
passion, membangun riset mengenai peluang pekerjaan.
4. Eksekusi satu persatu alternative yang ditemukan dari yang kita bisa hingga
permasalahan tuntas.
5. Cek pandangan kita pada masa lalu, saat ini dan masa depan.
- Sudah puaskah dan berdamaikah kita dengan pengalaman-pegalaman masa
lalu yang menyakitkan? Jika belum bisa berdamai dengan pengalaman
masa lalu yang menyakitkan dan membawanya sampai sekarang, kamu
perlu memaafkan dan bersyukur.
- Jika kamu merasa pikiran dan tindakanmu saat ini merasa kurang positif
dan produktif, kamu perlu penuhi 4 kriteria sehat mental dan mindfulness
(fokus sekarang dan saat ini).
- Jika kamu merasa ragu atau khawatir berlebihan pada masa depan kamu
perlu tingkatkan optimism dan tingkatkan harapan.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Suroso., Pratitis, N., R. (2021). Psychological Well Being, Self Efficacy Dan Quarter
Life Crisis Pada Dewasa Awal. Repository Untag.

Herawati, I., & Hidayat, A. (2020). Quarterlife Crisis Pada Masa Dewasa Awal di Pekanbaru.
Journal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi, 5(2), 145–156.
https://doi.org/10.33367/psi.v5i2.1036

Murphy, M. (2011). Emerging adulthood in Ireland: Is the quarter-life crisis a common


experience? Thesis, September, 1–44.
https://pdfs.semanticscholar.org/0f75/a32d8463a5b30b4c5c435219805e33a73eeb.pdf

Anda mungkin juga menyukai