Anda di halaman 1dari 11

UJI VALIDITAS ALAT UKUR KECERDASAN

EMOSI (THE EMOTIONAL COMPETENCE


INVENTORY 2.0)
1
Rina Wulandari
Fakultas Psikologi UIN Jakarta

Abstrak

Kecerdasan emosi saat ini bukan hanya menjadi istilah yang sering digunakan
dalam dunia pendidikan namun juga telah menjadi salah satu istilah yang populer
dalam dunia kerja. Meskipun terdapat relevansi yang potensial dalam praktek kerja
sosial atau kemanusiaan, masih sangat sedikit penelitian yang membahas mengenai
kecerdasan emosi dalam aplikasinya pada seting kerja sosial. The Emotional
Competence Inventory 2.0 (ECI) merupakan salah satu alat ukur kecerdasan emosi
yang mulai banyak digunakan dalam mengukur kecerdasan emosi. Oleh karena itu
penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas konstruk dari item-item The
Emotional Competence Inventory (ECI) 2.0 yang telah diadaptasi sesuai kebutuhan
peneliti. Data yang digunakan adalah data yang diperoleh dari 120 relawan
bencana Bulan Sabit Merah Indonesia di Jakarta, Yogyakarta, dan Solo. Metode
analisis yang digunakan adalah Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan
bantuan software Lisrel 8.7. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat banyak
item dalam item The Emotional Competence Inventory 2.0 (ECI) yang sudah
diadaptasi oleh peneliti yang mengukur lebih dari satu faktor (multi-dimensional).

Kata kunci : Validitas konstruk, kecerdasan emosi, emotional competence, relawan,


confirmatory factor analysis

PENDAHULUAN menjelaskan kecerdasan emosi sebagai


kemampuan yang meliputi kontrol diri,

D aniel Goleman dalam


semangat,
kemampuan
dan ketekunan,
untuk
dan
memotivasi
seseorang (Gosling & Gosling, 2004).
bukunya yang berjudul Emotional Pada buku selanjutnya yang
Intelligence mempopulerkan konsep k
berjudul Working with Emotional
e c e r d a s a n e m o s i d a n
Intelligence, Goleman menjelaskan
menyamakannya dengan perilaku s o s
kecerdasan emosi sebagai
i a l y a n g b a i k . H a l i n i
melonggarkan makna dari kecerdasan e “The capacity for recognizing
mosiitusendiri.Goleman your own feelings and those others,
for motivating ourselves, and for
1
Penulis adalah alumni Fakultas Psikologi UIN Jakarta
Korespondensi tentang artikel ini dapat menghubungi : redaksi_jp3i@yahoo.co.id
504
managing emotions well in ourselves kemampuan kesadaran diri (self-
and in our relationships.” awareness), pengaturan diri (self-
Pengertian di atas kurang lebih management), kesadaran sosial
dapat diartikan kecerdasan emosi (social awareness), dan pengaturan
adalah kapasitas untuk mengenali hubungan (relationship management)
perasaan diri dan perasaan orang lain, yang diterjemahkan ke dalam
memotivasi diri dan orang lain, dan kesuksesan dalam bekerja. Model
mengatur emosi diri dengan baik dan kerangka ini berdasarkan pada
ketika berhubungan dengan orang kompetensi kecerdasan emosi yang
lain (Gosling dan Gosling, 2004). telah diidentifikasi dalam penelitian
Goleman telah merancang internal pada ratusan perusahaan dan
kerangka kecerdasan emosi yang organisasi (Cherniss & Goleman,
menggambarkan bagaimana potensi 2001).
seorang individu untuk menguasai
Self Other
(Personal Competence) (Social Competence)
Self-Awareness
Social Awareness
Emotional self-
Empathy
Recognition awareness
Service orientation
Accurate self-assessment
Organizational awareness
Self-confidence
Relationship Management
Self-Management Developing
others Influence
Emotional self-control
Communication
Trustworthiness
Conflict management
Regulation Conscientiousness
Visionary leadership
Adaptability
Catalyzing change
Achievement
Building bonds
drive Initiative
Teamwork and
collaboration
Gambar 1. Kerangka Kecerdasan Emosi
Model kerangka ini adalah yaitu; kesadaran diri (self-awareness),
perbaikan dari model yang dirancang pengaturan diri (self-regulation), dan
oleh Goleman sendiri pada tahun m o t i v a s i d i k a t a k a n s e b a g a
1998. Model kerangka sebelumnya i kompetensi diri yang artinya
mengidentifikasi lima aspek (atau kemampuan untuk mengetahui dan
dimensi) dari kecerdasan emosi yang mengatur emosi diri sendiri. Dua
terdiri dari 25 kompetensi. Tiga dimensi pada model sebelumnya yaitu;
dimensi pada model sebelumnya empati dan membina hubungan (social

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol II, No. 8, Oktober 2013 505
Rina Wulandari

skill) dikatakan sebagai kompetensi menunjukan perbedaan hasil yang


sosial yang artinya kemampuan untuk menonjol pada sampel. Kompetensi
mengetahui dan mengatur emosi orang Building Bonds diintegrasikan ke
lain (Cherniss & Goleman, 2001). dalam Teamwork and Collaboration
The Emotional Competence karena tingginya interkorelasi dan
Inventory (ECI) adalah alat yang kemiripan konseptual sedangkan
didesain untuk menilai kompetensi kompetensi Optimism ditambahkan
emosional individu dan organisasi. ke dalam alat ukur.
ECI didesain berdasarkan kompetensi Aspek-aspek kecerdasan emosi
emosi yang diidentifikasi oleh Dr. berdasarkanTheEmotion
Daniel Goleman dalam bukunya a l Competence Inventory 2.0 (ECI)
Working with Emotional Intelligence, antara lain (Hay Group, 2005):
dan pada kompetensi dari Generic
Competency Dictionary karya 1. Self Awareness
Hay/McBer, serta Self-Assessment Mengetahui keadaan internal,
Questionnaire (SAQ) karya Dr. preferensi, sumber daya, dan intuisi
Richard Boyatzis (Hay Group, 2005). seseorang.
The Emotional Competence a. Emotional Self-Awareness:
Inventory 2.0 (ECI) mengukur 18 Mengenali emosi seseorang dan
kompetensi yang diatur ke dalam pengaruhnya.
empat aspek (cluster) yaitu Kesadaran b. Accurate Self-Assessment:
diri (Self-Awareness), Pengaturan diri Mengenali kekuatan dan keterbatasan
(Self-Management), Kesadaran sosial seseorang.
(Social Awareness), dan Pengaturan h c. Self-Confidence: Pendirian
ubungan(Relationship yang kuat dalam diri seseorang akan
Management). Jumlah kompetensi kemampuan diri dan kapabilitasnya.
yang diukur dalam The Emotional
Competence Inventory 2.0 (ECI) 2.Self-Management
berbeda dengan jumlah kompetensi Mengatur keadaan internal,
pada model kerangka kecerdasan impuls, dan sumber daya seseorang.
emosi yang dirancang oleh Goleman. a.EmotionalSelf-Cont
Pada The Emotional Competence ro l : Menjaga emosi dan impuls yang
Inventory 2.0 (ECI) terdapat beberapa mengacaukan agar tetap dalam
perubahan nama atau label serta ada kendali.
beberapa kompetensi yang tidak b. Transparency: Menampilkan
digunakan. Demi kemudahan dan kejujuran, integritas, dan kepercayaan.
keringkasanpenggunaan, c. Adaptability: Keluwesan dalam
Conscientiousnessdan menyesuaikan diri dalam situasi yang
Communication tidak digunakan berubah-ubah atau dalam
karena kedua kompetensi ini tidak mengatasi rintangan.

506 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol II, No. 8, Oktober 2013
Uji Validitas Alat Ukur Kecerdasan Emosi
(the Emotional Competence Inventory 2.0)

d. Achievement: Dorongan f. Teamwork and Collaboration:


untuk meningkatkan kinerja agar Menciptakan sinergi kelompok dalam
sesuai dengan standar mutu. meraih tujuan kolektif.
e. Initiative: Kesiapan untuk
bertindak dan menggunakan peluang. Konstruk kecerdasan emosi
f. Optimism: Ketekunan dalam dalam penelitian ini dibagi menjadi
meraih tujuan meskipun terdapat empat aspek, yaitu self-awareness,
halangan dan kemunduran. self-management, social awareness,
dan relationship management .
3. Social Awareness Penyajian item-item The Emotional
Kesadaran akan perasaan, Competence Inventory 2.0 (ECI) yang
kebutuhan, dan urusan orang lain. telah diadaptasi dengan menggunakan
a. Empathy: Merasakan model skala Likert dengan empat
perasaan dan perspektif orang lain, alternatif jawaban berkisar 1 sampai 4
dan mengambil suatu tindakan pada untuk item positif (favorable). Skor
kebutuhan mereka. untuk menjawab Sangat Setuju (SS) =
b. Organizational Awareness: 4, Setuju (S) = 3, Tidak Setuju (TS) =
Membaca keadaan emosi dalam 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 1
kelompok dan kekuatan hubungan. dan sebaliknya untuk item negatif
c. S e r v i c e O r i e n t a t i o n (unfavorable) yaitu, Sangat Setuju
: Mengenali dan memenuhi (SS) = 1, Setuju (S) = 2, Tidak Setuju
kebutuhan klien. (TS) = 3, dan Sangat Tidak Setuju
(STS) = 4. Skala dalam penelitian ini
4. Relationship Management terdapat 4 kategori jawaban dan
Keahlian dalam mempengaruhi masing-masing kategori memiliki
respon yang diinginkan pada orang nilai tertentu.
lain.
a. D e v e l o p i n g O t h e r s : Metode
Merasakan perkembangan kebutuhan
oranglaindanmendukung Jumlah sampel dalam penelitian
kemampuan mereka. ini sebanyak 120 relawan bencana
b. Inspirational Leadership: dari Bulan Sabit Merah Indonesia di
Membimbing dan memotivasi dengan Jakarta, Yogyakarta, dan Solo.
gagasan yang memaksa. Pengambilan sampel dalam
c. C h a n g e C a t a l y s t : penelitian i n i m e n g g u n a k a n t
Memprakarsai, mengatur, dan e k i k n o n - probability sampling .
memimpin dalam sebuah arahan baru. Adapun kriterianya adalah:
d. Influence: Memiliki tingkat 1. Memiliki pengalaman sebagai
strategi untuk membujuk orang lain. relawan bencana sekurang-kurangnya
e. C o n f l i c t M a n a g e m e n t : satu tahun.
Bernegosiasi dan menyelesaikan
perselisihan.

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol II, No. 8, Oktober 2013 507
Rina Wulandari

2. Sudah pernah turun langsung b. Melihat koefisien muatan


ke lokasi bencana alam. faktor. Jika suatu item memiliki
Dalam penelitian ini validitas muatan faktor negatif, maka item
konstruk dari The Emotional tersebut akan di-drop dan sebaliknya.
Competence Inventory 2.0 (ECI) diuji c. Dilihat juga apabila kesalahan
per aspek dengan analisis faktor pengukuran item terlalu banyak
konfirmatori (Confirmatory Factor A berkorelasi (lebih dari tiga), maka
n a l y s i s / C FA ) . A d a p u n y a n item tersebut juga akan di-drop.
g dimaksud dengan CFA adalah Alasannya, karena item yang
bagian dari analisis faktor yang demikian selain mengukur apa yang
digunakan untuk menguji sejauh ingin diukur juga mengukur hal lain
mana masing-masing item valid di (multidimensional item).
dalam mengukur apa yang hendak 3. Menghitung faktor skor. Jika
diukur. Cara pengujian dengan CFA langkah - langkah di atas telah
terdiri dari tiga langkah, yaitu: dilakukan, maka diperoleh item-item
1. Dilakukan uji CFA dengan yang valid untuk mengukur apa yang
model satu faktor dan dilihat nilai ingin diukur.
chi-square yang dihasilkan. Jika nilai
chi-square tidak signifikan (p > 0,05) Hasil
berarti semua item hanya mengukur
satu faktor saja. Namun jika nilai chi- Pada skala kecerdasan emosi,
square signifikan (p < 0,05), maka peneliti membagi analisanya per
perlu dilakukan modifikasi terhadap aspek.
model dengan cara memperbolehkan
kesalahan pengukuran pada item-item 1. Self-Awareness
yang saling berkorelasi. Jika sudah
diperoleh model yang fit, maka d i l a Pada aspek ini peneliti menguji
kukanlangkah-langkah apakah 13 item yang ada bersifat
selanjutnya. unidimensional dalam mengukur self-
2. Menganalisis item mana yang awareness. Dari hasil analisis CFA
menjadi sumber tidak fit. Dalam yang dilakukan, model satu faktor
menganalisisnya terdapat beberapa menghasilkan chi-square = 255,82, df
hal yang perlu diperhatikan, yaitu: = 65, p-value = 0,00000, RMSEA =
a. Melakukan uji signifikansi 0,157 yang berarti tidak fit. Namun
terhadap koefisien muatan faktor dari setelah dilakukan modifikasi terhadap
masing-masingitemdeng model dimana kesalahan pengukuran
a n menggunakan t-test. Jika nilai t < pada beberapa item dibolehkan atau
1,96, maka item tersebut akan di-drop dibebaskan berkorelasi satu sama
karena dianggap tidak signifikan lainnya, maka diperoleh model
sumbangannya terhadap pengukuran unidimensional yang fit dengan chi-
yang sedang dilakukan. square = 59,29, df = 48, p-value =

508 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol II, No. 8, Oktober 2013
Uji Validitas Alat Ukur Kecerdasan Emosi
(the Emotional Competence Inventory 2.0)

0,12722, dan RMSEA = 0,044. aspek self-awareness ini bersifat


Dengan demikian, model satu faktor multidimensional pada dirinya masing-
dapat diterima, yang berarti bahwa masing, yang berarti bahwa item
seluruh item terbukti mengukur satu tersebut tidak hanya mengukur apa
hal saja, yaitu self-awareness. Hasil yang seharusnya diukur. Terdapat dua
pengujian CFA model fit aspek self- item yang tidak signifikan dan harus
awareness dapat dilihat pada lampiran. di-drop karena berkorelasi lebih dari
Selanjutnya, peneliti melihat tiga, yaitu item nomor 1 dan 2. Dengan
kualitas item yang dapat dilihat dari demikian, secara keseluruhan terdapat
signifikan tidaknya item tersebut tiga item yang tidak signifikan dan
mengukur faktor yang hendak diukur, harus di-drop, yaitu item nomor 1, 2,
sekaligus menentukan apakah item dan 4. Sedangkan sepuluh item sisanya
tersebut perlu di-drop atau tidak. Maka yaitu item nomor 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
dilakukan pengujian hipotesis nihil 11, 12, dan 13 signifikan dan dapat
tentang koefisien muatan faktor dari diikutsertakan dalam mengestimasi
setiap item. Pengujiannya dilakukan faktor skor aspek self-awareness.
dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, adapun tabel 2. Self-Management
dapat dilihat pada lampiran.
Berdasarkan muatan faktor Pada aspek ini peneliti menguji
item, dari 13 item yang mengukur apakah 27 item yang ada bersifat
aspek self-awareness, terdapat satu unidimensional dalam mengukur self-
item yang tidak signifikan dan harus management. Dari hasil analisis CFA
di-drop, yaitu item nomor 4 karena yang dilakukan, model satu faktor,
memiliki nilai koefisien negatif dan didapatkan hasil yang fit, dengan chi-
nilai t < 1,96. Hanya saja, pada model square = 270,47, df = 324, p-value =
pengukuran ini terdapat kesalahan 0,98627, RMSEA = 0,000 yang artinya
pengukuran pada item yang saling modeldengansatufaktor
berkorelasi,sehinggadap (unidimensional) dapat diterima bahwa
a t disimpulkan bahwa beberapa item seluruh item mengukur satu faktor saja
tersebut bersifat multidimensional yaitu self-management. Dikarenakan
pada dirinya masing-masing. Matriks hasil yang didapat langsung fit
kesalahan korelasi antar item dapat sehingga tidak perlu dilakukan
dilihat pada lampiran. modifikasi terhadap model, dimana
Berdasarkankorelasi kesalahan pengukuran pada beberapa
kesalahan pengukuran item dari aspek item dibebaskan berkorelasi satu sama
self-awareness, dapat diketahui bahwa lainnya. Hasil pengujian CFA model fit
seluruh item saling berkorelasi. Jadi, aspek self-management dapat dilihat
dapat dikatakan bahwa seluruh item pada lampiran.
yang digunakan untuk mengukur Selanjutnya, peneliti melihat

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol II, No. 8, Oktober 2013 509
Rina Wulandari

kualitas item yang dapat dilihat dari = 77, p-value = 0,00000, RMSEA =
signifikan tidaknya item tersebut 0,148 yang berarti tidak fit. Namun
mengukur faktor yang hendak diukur, setelah dilakukan modifikasi terhadap
sekaligus menentukan apakah item model dimana kesalahan pengukuran
tersebut perlu di-drop atau tidak. Maka pada beberapa item dibolehkan atau
dilakukan pengujian hipotesis nihil dibebaskan berkorelasi satu sama
tentang koefisien muatan faktor dari lainnya, maka diperoleh model
setiap item. Pengujiannya dilakukan unidimensional yang fit dengan chi-
dengan melihat nilai t bagi setiap square = 66,74, df = 54, p-value =
koefisien muatan faktor, adapun tabel 0,11430, dan RMSEA = 0,045. Dengan
dapat dilihat pada lampiran. demikian, model satu faktor dapat
Berdasarkan muatan faktor diterima, yang berarti bahwa seluruh
item, dari 27 item yang mengukur item terbukti mengukur satu hal saja,
aspek self-management, terdapat yaitu social awareness. Hasil
sembilan item yang tidak signifikan pengujian CFA model fit aspek social
dan harus di-drop, yaitu item nomor 3, awareness dapat dilihat pada lampiran.
4, 5, 6, 8, 9, 11, 14, dan 19 karena Selanjutnya, peneliti melihat
memiliki nilai koefisien negatif dan kualitas item yang dapat dilihat dari
nilai t < 1,96. Pada model pengukuran i signifikan tidaknya item tersebut
nitidakterdapatkesalahan mengukur faktor yang hendak diukur,
pengukuran pada item yang saling sekaligus menentukan apakah item
berkorelasi,sehinggadapat tersebut perlu di-drop atau tidak. Maka
disimpulkan bahwa item-item tersebut dilakukan pengujian hipotesis nihil
bersifat unidimensional dan mengukur tentang koefisien muatan faktor dari
apa yang seharusnya diukur. Dengan setiap item. Pengujiannya dilakukan
demikian secara keseluruhan item dengan melihat nilai t bagi setiap
nomor 1, 2, 7, 10, 12, 13, 15, 16, 17, koefisien muatan faktor, adapun tabel
18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, dan 27 dapat dilihat pada lampiran.
signifikan dan dapat diikutsertakan Berdasarkan muatan faktor item,
dalam mengestimasi faktor skor dari 14 item yang mengukur aspek
aspek self-management. social awareness, terdapat satu item
yang tidak signifikan dan harus di-
3. Social Awareness drop, yaitu item nomor 10 karena
memiliki nilai koefisien negatif dan
Pada aspek ini peneliti menguji nilai t < 1,96. Hanya saja, pada model
apakah 14 item yang ada bersifat pengukuran ini terdapat kesalahan
unidimensional dalam mengukur social pengukuran pada item yang saling b e r
awareness. Dari hasil analisis CFA korelasi,sehinggadapat
yang dilakukan, model satu faktor disimpulkan bahwa beberapa item
menghasilkan chi-square = 278,90, df tersebut bersifat multidimensional

510 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol II, No. 8, Oktober 2013
Uji Validitas Alat Ukur Kecerdasan Emosi
(the Emotional Competence Inventory 2.0)

pada dirinya masing-masing. Matriks Namun setelah dilakukan modifikasi


kesalahan korelasi antar item dapat terhadap model dimana kesalahan
dilihat pada lampiran. pengukuran pada beberapa item d i b
Berdasarkan korelasi kesalahan olehkanataudibebaskan
pengukuran item dari aspek social berkorelasi satu sama lainnya, maka
awareness, dapat diketahui bahwa diperoleh model unidimensional yang
sebagian besar item saling berkorelasi, fit dengan chi-square = 236,83, df =
hanya satu item saja yang tidak 206, p-value = 0,06921, dan RMSEA
berkorelasi, yaitu item nomor 2. Item- = 0,035. Dengan demikian, model
item yang saling berkorelasi dapat satu faktor dapat diterima, yang
dikatakan bersifat multidimensional berarti bahwa seluruh item terbukti
pada dirinya masing-masing, yang mengukur satu hal saja, yaitu
berarti bahwa item tersebut tidak hanya relationship management. Hasil
mengukur apa yang seharusnya diukur. pengujian CFA m o d e l f i t a s p e k
Sedangkan item yang tidak berkorelasi re l a t i o n s h i p management dapat
dapat dikatakan ideal dan dilihat pada lampiran.
unidimensional. Terdapat tujuh item Selanjutnya, peneliti melihat
yang tidak signifikan dan harus di-drop kualitas item yang dapat dilihat dari
karena berkorelasi lebih dari tiga, yaitu signifikan tidaknya item tersebut
item nomor 6, 7, 9, 10, 12, 13, dan 14 . mengukur faktor yang hendak diukur,
Dengan demikian, secara keseluruhan sekaligus menentukan apakah item
terdapat tujuh item yang tidak tersebut perlu di-drop atau tidak. Maka
signifikan dan harus di-drop, yaitu item dilakukan pengujian hipotesis nihil
nomor 6, 7, 9, 10, 12, 13, dan 14. tentang koefisien muatan faktor dari
Sedangkan tujuh item sisanya yaitu setiap item. Pengujiannya dilakukan
item nomor 1, 2, 3, 4, 5, 8, dan 11 dengan melihat nilai t bagi setiap
signifikan dan dapat diikutsertakan koefisien muatan faktor, adapun tabel
dalam mengestimasi faktor skor aspek dapat dilihat pada lampiran.
social awareness. Berdasarkan muatan faktor item,
dari 26 item yang mengukur aspek
4. Relationship Management relationship management, terdapat satu
item yang tidak signifikan dan harus
Pada aspek ini peneliti menguji di-drop, yaitu item nomor 24 karena
apakah 26 item yang ada bersifat memiliki nilai koefisien negatif dan
unidimensional dalam mengukur nilai t < 1,96. Hanya saja, pada model
relationship management. Dari hasil pengukuran ini terdapat kesalahan
analisis CFA yang dilakukan, model pengukuran pada item yang saling
satu faktor menghasilkan chi-square = berkorelasi, sehingga dapat
1064,33, df = 299, p-value = 0,00000, disimpulkan bahwa beberapa item
RMSEA = 0,147 yang berarti tidak fit. tersebut bersifat multidimensional

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol II, No. 8, Oktober 2013 511
Rina Wulandari

pada dirinya masing-masing. Matriks keseluruhan aspek, item yang paling


kesalahan korelasi antar item dapat banyak di-drop adalah item-item pada
dilihat pada lampiran. aspek relationship management.
Berdasarkankorelasi Banyaknya item-item yang tidak valid
kesalahan pengukuran item dari aspek pada aspek relationship management
relationship management, dapat karena item-item tersebut banyak yang
diketahui bahwa seluruh item saling berkorelasi dengan item lain. Peneliti
berkorelasi. Jadi, dapat dikatakan menduga banyaknya item yang gugur
bahwa seluruh item yang digunakan pada aspek relationship management
untuk mengukur aspek relationship karena pada aspek tersebut banyak
management ini bersifat menjelaskan mengenai kecerdasan
multidimensional pada dirinya emosi dalam konteks hubungan
masing-masing, yang berarti bahwa dengan orang lain namun lebih
item tersebut tidak hanya mengukur menekankan pada seting industri dan
apa yang seharusnya diukur. Terdapat organisasi. Hal ini peneliti rasa kurang
22 item yang tidak signifikan dan sesuai dengan sampel yang digunakan
harus di-drop karena berkorelasi lebih dalam penelitian ini, yaitu relawan
dari tiga, yaitu item nomor 2, 3, 4, 5, bencana. Berdasarkan banyaknya
7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, korelasi antar kesalahan pengukuran
19, 20, 21, 23, 24, 25, dan 26. pada aspek relationship management,
Dengan demikian, secara keseluruhan maka perlu dipertimbangkan lagi
terdapat 22 item yang tidak signifikan mengenai item-item yang ada pada
dan harus di-drop, yaitu item nomor aspek ini apabila pada penelitian
2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, selanjutnyainginmenguk
15, 16, 17, 19, 20, 21, 23, 24, 25, dan u r kecerdasan emosi secara
26. Sedangkan empat item sisanya individual dalam seting klinis.
yaitu item nomor 1, 6, 18, dan 22
signifikan dan dapat diikutsertakan Daftar Pustaka
dalam mengestimasi faktor skor
aspek relationship management. Goleman, D. (2001). Chapter three:
An EI-based theory of performance.
Kesimpulan dan Diskusi Dalam C. Cherniss & D. Goleman (
Eds.). The emotionally
Dari hasil uji validitas yang telah intelligent workplace: How to
dilakukan, diketahui bahwa dari 80 select for, measure, and improve e
item yang disiapkan peneliti untuk motionalintelligentini
mengukur kecerdasan emosi, ternyata n d i v i d u a l s , g ro u p s , a n d
hanya terdapat 39 item yang valid, organizations. (27 44). San
sedangkan 41 item sisanya dinyatakan Francisco: Jossey-Bass, A Wiley
tidak valid. Bila dilihat secara Company.

512 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol II, No. 8, Oktober 2013
Uji Validitas Alat Ukur Kecerdasan Emosi
(the Emotional Competence Inventory 2.0)

Gosling, M., & Gosling, K. S. (2004). Emotional competence inventory


Emotional leadership. Goldhill (ECI): Technical manual. Penn
Centre: Gosling International Pte Square, Philadelphia: Hay
Ltd. Acquisition Company I, Inc.
Hay Group McClelland Center for
Research and Innovation. (2005).

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol II, No. 8, Oktober 2013 513

Anda mungkin juga menyukai