Disusun Oleh:
2015 M
1
Black Swan merupakan film yang memiliki aspek psikologi di dalamnya. Film ini tayang
pada tahun 2010 dan dibintangi oleh Natalie Portman, Mila Kunis, Vincent Cassel, dan Winona
Ryder. Tentu saja film ini mempunyai daya tarik tersendiri mengingat aktor dan aktris yang
bermain memiliki pengalaman yang banyak di dunia seni peran. Apalagi dengan cerita yang anti
Film ini bercerita tentang Nina (diperankan oleh Natalie Portman) yang memiliki ambisi
untuk bisa lolos dalam casting pemeran utama untuk pementasan balet. Pementasan balet kali ini
akan mengusung tema tentang dua saudara kembar, yaitu White Swan dan Black Swan, yang
kemudian diberi judul Black Swan. Nina harus berusaha keras agar bisa mendapatkan peran
2
tersebut. Tentu saja bukan hal yang mudah agar bisa memerankan White Swan dan Black Swan
sekaligus.
Pementasan ini bercerita tentang saudara kembar,White Swan dan Black Swan. White
Swan memiliki karakter yang lembut, baik, dan penyayang. Sedangkan Black Swan selalu iri
dengan White Swan. Dia jahat, licik, dan akan melakukan segala cara agar keinginannya
tercapai. Suatu hari, White Swan sudah memiliki kekasih. Black Swan tidak suka dengan itu.
Black Swan pun merebut kekasih White Swan dengan merayunya sehinga dia berhasil
mendapatkan kekasih White Swan tersebut. White Swan yang patah hati akhirnya bunuh diri dan
meninggal.
Nina memiliki karakter portagonis sehingga cocok untuk menjadi White Swan.
Sedangkan, Black Swan belum ada dalam diri Nina. Dengan cara apapun ia lakukan agar
karakter Black Swan bisa masuk dalam dirinya. Karena jika berhasil, Nina akan bisa
Inspirasi Nina adalah Beth (diperankan oleh Winona Ryder). Dia merupakan penari balet
senior di sanggar tari. Beth selalu dibangga-banggakan oleh Thomas Leroy (diperankan oleh
Vincent Cassel) yang merupakan guru balet. Beth adalah penari balet terbaik, populer, dan
sempurna. Beth memiliki aura yang anggun dan begitu feminin seperti layaknya penari balet.
Namun, masa Beth telah berakhir. Saatnya Thomas mencari pemeran baru yang lebih muda dan
segar.
Meskipun begitu, kekaguman Nina terhadap Beth tidak berkurang. Beth menjadi kiblat
Nina dalam dunia balet. Dengan Nina berhasil mendapatkan peran utama sebagai White Swan
dan Black Swan, karir Nina dalam balet akan semakin bersinar. Nina akan menjadi the next of
3
Beth. Karena itulah, Nina berusaha sangat keras agar Thomas memilihnya dalam pementasan
tersebut.
Saat Nina berhasil mendapatkan peran tersebut, bukan tanpa latihan yang keras supaya
Thomas percaya bahwa Nina bisa. Thomas masih ragu karena Nina masih sering salah dalam
latihan ketika memerankan Black Swan. Meskipun begitu, Nina tidak pantang menyerah. Dia
tetap berlatih dengan keras agar bisa membuktikan kepada Thomas bahwa dia bisa.
Caranya yang paling efektif adalah dengan menjadikan Nina sebagai Black Swan
tersebut. Terjadi pergulatan batin yang hebat dalam diri Nina ketika dia harus mencari dan
menemukan sosok Black Swan dalam dirinya. Unsur psikologi di sini sangat kental ketika
Ditengah-tengah gejolak dalam diri Nina agar bisa tampil sempurna, datanglah Lily
(diperankan oleh Mila Kunis). Lily dijadikan cadangan untuk pemeran Black Swan oleh Thomas.
Sebenarnya, Lily memiliki karakter yang sempurna sebagai pemeran utama. Dia mempunyai dua
karakter yang dibutuhkan sekaligus. Namun, Lily baru saja datang dari luar negeri sehingga
melewatkan casting yang sudah berlangsung. Maka dengan dijadikannya Lily sebagai cadangan
Black Swan karena Nina belum cukup mahir, menurut Thomas itu sudah cukup.
Tapi tidak untuk Nina. Dia tidak suka jika ada seseorang yang menjadi saingannya.
Apalagi sangat jelas bahwa Lily merupakan cadangan. Artinya kapanpun Nina tidak sanggup,
maka Lily akan siap menggantikan Nina. Hal itu menjadi acuan keras bagi Nina agar bisa tampil
sempurna. Meskipun jalannya tidaklah lurus, namun Nina harus bisa melewati itu semua.
Kali ini saya akan menganalisis film Black Swan dari aspek psikologi. Ada beberapa teori
yang digunakan. Seperti Teori Komunikasi Intrapersonal dan teori yang dikemukakan oleh
4
Barthes tentang tanda-tanda. Hal ini cukup menarik dilakukan mengingat dalam film Black Swan
sendiri sudah memiliki unsur psikologi di dalamnya. Saya akan mencoba menganalisis film ini
Sebelum menganalisis, saya akan menuliskan tentang teori-teori yang akan dipakai.
Kemudian saya akan menganalisisnya melalui gambar yang diambil dalam film tersebut. Dengan
begitu, pembaca akan lebih mudah memahami mengenai apa yang saya analisis berdasarkan
scene film.
Secara psikologis, kita dapat mengatakan bahwa setiap orang mempresepsi stimuli sesuai
dengan karakteristik personalnya. Dalam ilmu komunikasi kita berkata, pesan diberi makna
berlainan oleh orang yang berbeda. Words don’t mean; people mean. Kata-kata tidak mempunyai
Proses pengolahan informasi, yang di sini kita sebut komunikasi intrapersonal, meliputi
sensasi, presepsi, memori, dan berpikir. Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Presepsi ialah
proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan
kata lain, presepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyipan
informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah mengolah dan memanipulasi informasi
Tahap paling awal dalam penerimaan informasi adalah sensasi. Apa pun definisi sensasi,
fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Melalui alat indera,
manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu, melalui alat inderalah
manusia memeroleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya.
1
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Rosdakarya: Bandung, hal. 48
5
Presepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Presepsi ialah memberikan
makna pada stimulus indrawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan presepsi sudah jelas.
Sensasi adalah bagian dari presepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi
tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori (Desiderato,
1976: 129)2
Memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup
perilakunya. Ini adalah definisi dari Schlessinger dan Groves (1976: 352). Setiap saat stimulus
mengenai indera kita, setiap saat pula stimulus itu direkam secara sadar atau tidak sadar.
Griffith, ahli matematika, menyebutkan 1011 (seratys triliun) bit. John von Neumann, ahli teori
informasi, menghitungnya sampai 2.8 x 1020 (280 kuintiliun) bit. Asimov menerangkan bahwa
otak manusia selama hidupnya sanggup menyimpan sampai satu kuidriliun bit informasi.3
Proses keempat yang memengaruhi penafsiran kita terhadap stimulus adalah berpikir.
Dalam berpikir kita melibatkan semua proses yang kita sebut di muka: sensasi, presepsi, dan
memori. Berpikir kita lakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan
(decision making), memecahkan persoalan (problem solving), dan menghasilkan yang baru
penjelasan dari realitas eksternal dan internal. Sehingga dengan singkat, Anita Taylor et al.
2
Ibid hal. 49
3
Ibid hal. 62
4
Ibid hal. 67
6
Teori selanjutnya yang akan digunakan untuk menganalisis film Black Swan adalah teori
yang dikemukakan oleh Roland Barthes. Ia berpendapat bahasa adalah sebuah sistem tanda yang
mengajukan pandangan ini dalam Writing Degree Zero (1953; terj. Inggris 1977) dan Critical
Barthes berpendapat bahwa Serrasine (novel kecil yang dianalisis oleh Barthes) ini
terangkai dalam kode rasionalisasi, suatu proses yang mirip dengan yang terlihat dalam retorika
tentang tanda mode. Lima kode yang ditinjau Barthes adalah kode hermeneutik (kode teka-teki),
kode semik (makna konotatif), kode simbolik, kode proaretik (logika tindakan), dan kode gnomik
Kode hermeneutik atau kode teka-teki berkisar pada harapan pembaca untuk
mendapatkan “kebenaran” bagi pernyataan yang utama dalam narasi tradisional. Di dalam narasi
ada suatu kesinambungan antara pemunculan suatu peristiwa teka-teki dan penyelesaiannya di
dalam cerita.
Kode semik atau kode konotatif banyak menawarkan banyak sisi. Dalam proses
pembacaan, pembaca menyusun tema suatu teks. Ia melihat bahwa konotasi kata atau frase
tertentu dalam teks dapat dikelompokan dengan konotasi kata atau frase yang mirip. Jika kita
melihat suatu kumpulan satuan konotasi, kita menemukan suatu tema di dalam cerita. Jika
sejumlah konotasi melekat pada suatu nama tertentu, kita dapat mengenali suatu tokoh dengan
atribut tertentu. Perlu dicatat bahwa Barthes menganggap denotasi sebagai konotasi yang paling
Kode simbolik merupakan aspek pengkodean fiksi yang paling khas bersifat struktural,
atau tepatnya menurut konsep Barthes, pascastruktural. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa
5
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Rosdakarya: Bandung, hal. 65
7
makna berasal dari beberapa oposisi biner atau pembedaan-baik dalam taraf bunyi menjadi
fonem dalam proses produksi wicara, maupun pada taraf oposisi psikoseksual yang melalui
proses. Misalnya, seorang anak belajar bahwa ibunya dan ayahnya berbeda satu sama lain dan
bahwa perbedaan ini juga membuat anak itu sama dengan satu di antara keduanya dan berbeda
Kode proaretik atau kode tindakan/lakuan dianggapnya sebagai perlengkapan utama teks
yang dibaca orang; artinya, antara lain, semua teks yang bersifat naratif. Jika Aristoteres dan
Todorov hanya mencari adegan-adegan utama atau jalur utama, secara teoritis Barthes melihat
semua lakukan dapat dikodifikasi, dan terbukanya pintu sampai petualangan yang romantis. Kita
mengenal kode lakuan atau peristiwa karena kita dapat memahaminya. Pada kebanyakan fiksi,
kita selalu mengharap lakuan di-“isi” sampai lakuan utama menjadi perlengkapan utama suatu
teks.
Kode gnomik atau kode kultural banyak jumlahnya. Kode ini merupakan acuan teks ke
benda-benda yang sudah diketahui dan dikodifikasi oleh budaya. Menurut Barthes, realisme
tradisional didefinisi oleh acuan ke apa yang telah diketahui. Rumusan suatu budaya atau
subbudaya adalah hal-hal kecil yang telah dikodifikasi yang di atasnya para penulis bertumpu.6
Kemudian, Black Swan yang merupakan film juga dapat dianalisis berdasarkan aspek
komunikasi. Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmn sosial, lantas membuat
para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya. Sejak itu, maka
merebaklah berbagai penelitian yang hendak melihat dampak film terhadap masyarakat. Ini,
misalnya, dapat dilihat dari sejumlah penelitian film yang mengambil berbagai topik seperti:
pengaruh film terhadap anak, film dan agresivitas, film dan politik, dan seterusnya.
6
Ibid, hal 65-66
8
Pada tema yang umumnya menimbulkan kecemasan dan perhatian masyarakat ketika
disajikan dalam film adalah adegan-adegan seks dan kekerasan. Kadangkala perhatian ini
dikemukakan karena penggambarannya bertentangan dengan standar selera baik dari masyarakat.
Namun seringkali kecemasan masyarakat berasal dari keykinan bahwa isi seperti itu mempunyai
efek moral, psikologis, dan sosial yang merugian, khsusnya kepada generasi muda, dan
menimbulkan perilaku antisosial. Baik seks maupun kekerasan telah menjadi subjek penelitian
komisi-komisi yang disponsori secara federal akhir-akhir ini mengenai efek komunikasi massa,
Dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat, hubungan antara
film dan masyarakat selalu dipahami secara linier. Artinya, film selalu memperngaruhi dan
membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) di baliknya, tanpa pernah berlaku
sebaliknya. Kritik yang muncul terhadap prespektif ini didasarkan atas argumen bahwa film
adalah potret dari masyarakat di mana film itu dibuat. Film selalu merekam realitas yang
tumbuhh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar
(Irwanto, 1999:13).7
Sekarang saya akan mulai menganalisis film Black Swan dari sudut pandang psikologis
atau teori-teori komunikasi lainnya. Terdapat gambar dimana scene dalam film Black Swan itu
dibuat. Setelah itu, dibawahnya akan dicantumkan penjelasan mengenai analisis film dari tiap
scene tersebut.
Film Black Swan memiliki kode semik yang cukup kuat. Film ini tersusun dari topik
berupa psikologi. Kemudian, diangkatlah tema tentang hubungan antara psikologi tentang cerita
7
Ibid, hal 127
9
yang memiliki unsur tari balet di dalamnya. Konotasi akan film ini terasa kental. Mengingat
penonton film Black Swan awalnya tidak mengetahui bahwa di balik cerita tentang balet yang
Gambar di atas merupakan scene ketika para penari sedang berlatih untuk pementasan
Black Swan. Terlihat setiap penari menghayati gerakan yang sedang dibawakan. Jika dianalisis
dari sudut pandang komunikasi dan psikologi, terciri komunikasi kelompok dan komunikasi non
verbal.
Dalam komunikasi kelompok, para individu akan mengalami interaksi satu sama lain di
satu ruangan. Para penari akan mensinkronisasi gerakan yang mereka ciptakan setelah mendapat
rangsangan atau sensasi dari hal yang dilihat. Bagaimana caranya agar mereka tetap kompak dan
Secara tidak langsung, dalam komunikasi kelompok tersebut juga terjadi komunikasi non
verbal. Setiap gerakan yang mereka lakukan menandakan sesuatu bahwa itu merupakan
10
komunikasi terhadap individu-individu yang lain di ruangan yang sama. Seperti komunikasi non
verbal yang seharusnya, informasi tetap dapat diterima dengan baik meskipun tanpa kata-kata.
Wanita berbaju hitam tersebut adalah Beth. Dia inspirasi terbesar Nina. Dalam scene
tersebut dikisahkan bahwa Beth sedang mengintimidasi Nina secara halus. Beth tidak suka jika
ada seseorang yang mengikuti kesusksesannya di bidang tari balet. Bahwa Beth selalu ingin
Jika dianalisis melalui teori Barthes, hal yang dilakukan Beth memiliki unsur kode
proaretik atau kode tindakan/lakuan dianggap sebagai perlengkapan utama. Karena, di sinilah
tindakan yang menjadi kunci tentang kebencian Beth terhadap Nina, juga kebenciannya terhadap
Kesempurnaan memiliki waktu yang terbatas. Karena ketika kesempurnaan itu telah diraih dalam
waktu tertentu, maka akan ada waktunya pula bahwa kesempurnaan tersebut berakhir.
11
Kesempurnaan tersebut akan terpendam dalam sesuatu yang lebih baru dan lebih disukai oleh
Setelah mendapat intimidasi dari Beth, secara tidak langsung Nina ikut merasakan apa
yang Beth rasakan. Bagaimana tidak enaknya ketika eksistensi atau popularitas orang tersebut
sudah berakhir. Maka mulai dari sini, Nina ingin mencapai kesempurnaan tersebut dengan
sempurna. Nina tidak ingin mengalami apa yang dialami oleh Beth. Maksudnya adalah, setelah
Nina mencapai kesempurnaan tersbut, dia akan menghentikannya dengan sesuatu yang elegan.
Sosok White Swan yang diperankan oleh Nina memiliki karakter yang portagonis. Bisa
dilihat dari raut wajah yang ditampilkan betapa White Swan adalah seorang yang lembut dan
baik hati. Namun di sisi lain, raut itu juga terlihat White Swan sedang dalam keadaan rapuh.
Nina tidak memiliki kesulitan yang berarti saat menjalani peran ini. Karena Nina yang
asli memiliki karakter seperti White Swan. Dia terlihat nyaman dan tanpa tekanan ketika
12
memerankan sosok White Swan. Dia hanya perlu berkonsentrasi terhadap gerakan-gerakan yang
diberikan agar mencapai sesuatu yang indah untuk dinikmati oleh para hadirin.
Perubahan karakter yang drastis telah terjadi di sini. Nina harus berkutat dengan dua
tokoh yang memiliki karakter sangat berbeda. Setelah dia memerankan sosok White Swan yang
portagonis, dia harus berganti peran sebagai sosok Black Swan yang antagonis. Bisa terlihat dari
Dari tatapannya pun, sangat terlihat bahwa Black Swan memiliki pribadi yang licik dan
akan mendapatkan segala sesuatunya tanpa ada yang bisa menghalangi. Di sini, komunikasi non
verbal pun terjadi. Komunikasi yang dilakukan antara Nina sebagai pemeran Black Swan dengan
para hadirin yang menonton pentas tersebut. Maka dapat dikatakan bahwa komunikasi yang
terjadi berlangsung efektif. Karena setiap Nina berganti peran dan melakukannya dengan baik,
hadirin akan memberikan feedback berupa tepuk tangan sebagai tanda apresiasi.
13
Hasilnya, dari berhari-hari latihan yang telah dilakukan, Nina sanggup membawakan
karakter White Swan dan Black Swan secara bersamaan. Telah terjadi rangkaian antara proses
sensasi, presepsi, memori, dan berpikir dengan sempurna. Hal ini terbukti jelas dari apa yang
telah Nina persembahkan kepada para hadirin bahwa ia sanggup membawakan peran tersebut.
Sensasi yang pertama dirasakan oleh Nina adalah bagaimana respon penonton terhadap
dirinya ketika ia mulai tampil. Hal ini menuai rangsangan yang positif terhadap dirinya.
14
Kepercayaan diripun timbul dan membuat Nina semakin kuat dalam menjalankan perannya
adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Maka tafsiran pesan bagi Nina tentang respon
sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. Terlihat jelas dari respon tersebut
yang merupakan atensi, akan memberikan ekspektasi kepada Nina bahwa pementasan kali ini
akan berjalan dengan sukses. Ekspektasi atau harapan inilah yang kemudian memberikan
Ketika pementasan sedang berlangsung, Nina pun memanfaatkan memori yang dia miliki
sebagai sesuatu yang utama. Memori akan sesuatu yang berhubungan dengan pementasan
tersebut, yaitu latihan. Memori inilah yang menjadi hal dasar bagi Nina ketika ia akan
melanjutkan pementasan. Karena tanpa memori, Nina tidak akan ingat apapun tentang apa yang
Dari memori yang sudah Nina miliki, ia mulai berpikir. Bagaimana saat berpikir adalah
saat yang menentukan. Karena dia harus cepat tanggap menggunakan memori yang sebelumnya
ia telah miliki dengan berpikir. Sepanjang pertunjukan pun. Nina tidak berhenti berpikir tentang
transformasi dari gerakan yang satu ke gerekan yang lainnya, juga tentang perubahan karakter
15
Gambar ini bisa dibilang memiliki peran penting di keseluruhan cerita. Di situ terlihat
Nina sedang berusaha membunuh Lily. Masih dengan dendam yang sama akan kecemburuannya
Tapi, ini tidak semata-mata terjadi tanpa alasan yang jelas. Seorang Nina tidak mungkin
melakukan hal yang sangat kejam seperti membunuh. Kita diingatkan bahwa saat itu Nina
sedang berada dalam suatu kefrustasian dan pergolakan emosi yang sangat dahsyat. Dimana
ketika itu, dia harus melawan batas-batas nilai baik dalam dirinya untuk bertransformasi kepada
16
Saat itu Nina baru selesai tampil sebagai peran White Swan. Dalam hitungan menit, dia
harus membuat dirinya menjadi Black Swan. Lily tidak beruntung karena saat itu Nina sedang
berada di titik teratas dalam emosinya untuk mencapai karakter Black Swan. Hasilnya, dia
menjadi korban.
Bisa kita lihat, terdapat kode hermeneutik terjadi di sini. Teka-teki akan kebenaran bagi
penonton film Black Swan yang bertanya-tanya, apakah benar terjadi pembunuhan? Bahwa Nina
benar-benar membunuh Lily? Karena pada kenyataannya tidak. Kode hermeneutik akan
memunculkan penyelesaiannya di akhir cerita. Penonton akan dibuat terkejut jika mengtahui
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, terjadi pergulatan batin yang sangat dahsyat
dalam diri Nina. Dia harus berjuang sangat keras agar bisa konstan memainkan peran White
Swan dan Black Swan dalam waktu bersamaan. Di sinilah teka-teki sebelumnya terjawab.
Karena ketika Nina selesai memainkan peran Black Swan, dia kembali ke ruang ganti
tempat dia membunuh Lily. Namun dalam perjalanan, ia menemukan Lily dalam keadaan baik
17
dan akan tampil bersama para penari lainnya. Nina menjadi sangat bingung akan hal yang dia
lihat.
Kebingungannya bertambah ketika ia tidak mendapati jasad Lily di ruang ganti tersebut.
Kemudian dia merasakan sesuatu yang menyakitkan dari perutnya. Barulah dia menyadari bahwa
sebenarnya bukan Lily yang dia bunuh. Melainkan, ketika transformasi karakter itu terjadi, dia
menusuk dirinya sendiri dari pecahan kaca yang lagi-lagi dia sendiri yang melakukannya.
Sesuatu yang cukup dramatis mengingat sebentar lagi dia akan kembali tampil sebagai
White Swan di scene terakhir pertunjukan. Namun Nina harus menjalankannya. Maka, saat cerita
berakhir dengan White Swan bunuh diri karena ulah Black Swan, Nina pun benar-benar seperti
‘bunuh diri’. Di gambar terlihat ekspresi Nina yang menahan rasa sakit akibat ulahnya sendiri.
Meski begitu, penonton sangat puas dengan pertunjukan yang diberikan Nina. Begitupun
dengan Thomas Leroy dan semua crew. Nina menampilkan sesuatu yang sempurna. Ambisinya
Tapi, kesempurnaan telah berhasil Nina capai. Dia tidak ingin seperti Beth yang hidup
dalam kemerosotan karir dan tidak menjadi sempurna seperti sebelumnya. Nina pun
menghebuskan nafas terakhir dan menorehkan kesempurnaan tiada akhir dalam hidupnya.
18