Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN ANALISA FILM

“A BEAUTIFUL MIND”

DISUSUN OLEH :

NAMA : DEVI AFRIZA


NIM 1911438037

PEMBIMBING AKADEMIK : VENY ELITA, S.Kp, MN (MH)

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU
2020
LAPORAN ANALISA FILM

JUDUL FILM : “A BEAUTIFUL MIND”

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

A Beautiful Mind adalah film biografi drama Amerika Serikat tahun

2001 yang disutradarai oleh Ron Howard dan diproduseri oleh Brian Grazer

dan Ron Howard. Naskah film ini ditulis oleh Akiva Goldsman berdasarkan

buku A Beautiful Mind karya Sylvia Nasar. Film ini dibintangi oleh Russell

Crowe, Jennifer Connelly, Ed Harris, Paul Bettany, Josh Lucas dan

Christopher Plummer. Film ini diadaptasi berdasarkan kisah nyata peraih

nobel bidang ekonomi bernama John Forbes Nash Jr. Ia memberikan

kontribusi mendasar pada teori permainan, geometri diferensial, dan studi

tentang persamaan diferensial parsial. Namun sayangnya, pada usia 31 Nash

menderita skizofrenia paranoid yaitu suatu kondisi dimana adanya pikiran-

pikiran yang absurd, tidak logis, dan delusi yang berganti-ganti sering

diikuti halusinasi dengan akibat kelemahan penilaian kristis serta aneh tidak

menentu, tidak dapat diduga, dan kadang kadang berprilaku yang berbahaya.

Film “A Beautiful Mind” yang mengisahkan perjuangan seorang ahli

matematika genius yang bernama John Forbes Nash, yang berhasil

menciptakan konsep ekonomi yang kini dijadikan sebagai dasar dari teori

ekonomi kontemporer. Selama Perang Dingin berlangsung, Nash mengidap


schizophrenia yang membuatnya hidup dalam halusinasi dan selalu

dibayangi ketakutan hingga ia harus berjuang keras untuk sembuh dan

meraih hadiah Nobel tahun 1994, kala ia memasuki usia senja. Skizofrenia

adalah gangguan mental yang terjadi dalam jangka waktu panjang.

Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau

waham, kekacauan berpikir dan perubahan perilaku. Dalam film ini

menceritakan tentang seorang laki-laki berinisial Tn. N yang memiliki

gangguan kejiwaan yaitu skizofrenia atau mengalami halusinasi. Alasan

saya ingin menganalisa film ini karena sesuai dengan mata ajar Pendidikan

Ners yang sedang saya tempuh yaitu Keperawatan Jiwa. Keperawatan Jiwa

adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu

tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara

teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan

mental klien.

Dalam mata ajar Keperawatan Jiwa kita ketahui ada tujuh macam kasus

penyakit gangguan jiwa yang dialami oleh orang-orang tertentu yaitu

Halusinasi, Waham, Resiko Perilaku Kekerasan (RPK) , Harga Diri Rendah

(HDR) , Isolasi Sosial (ISOS), Defisit Perawatan Diri (DPD) dan Resiko

Bunuh Diri (RBD). Dalam film yang berjudul “A Beautiful Mind” dari

ketujuh macam kasus penyakit gangguan jiwa tersebut dalam film ini laki-

laki berinisial Tn. N mempunyai satu dari tujuh kasus penyakit gangguan

jiwa tersebut yaitu penyakit skizofrenia atau halusinasi. Kisah yang

diceritakan dalam film ini sangat bagus, menarik dan sangat berkaitan

dengan mata ajar yaitu Keperawatan Jiwa.


Dari latar belakang diatas maka ners muda akan melakukan analisa film

“A Beautiful Mind” dimana ners muda akan membandingkan bagaimana

kondisi klien dengan skizofrenia secara teori dengan kehidupan nyata.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mendiskripsikan makna dalam film “ A Beautiful Mind”

2. Untuk menganalisa lebih lanjut ilmu tentang kasus orang dengan gangguan jiwa

(ODGJ) serta tanda dan gejala dari ODGJ dalam film “A Beautiful Mind”

C. MANFAAT
Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang penyakit gangguan jiwa yaitu

skizofrenia/ halusinasi dan dapat menambah wawasan terkait tanda dan gejala dari

orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) serta pesan-pesan yang dapat diambil sekaligus

menjadi referensi tersendiri bagi penggemar film dan juga dapat memberikan banyak

pelajaran-pelajaran tentang kehidupan dan dapat mengambil hikmah positif dari film

tersebut.
BAB II

RESUME FILM

Film A Beautiful Mind ini dibuka dengan Nash muda di tahun 1948 yang memulai

hari-hari pertama kuliahnya di Universitas ternama, Princeton University. Nash adalah sosok

yang sederhana, jenius, penyendiri, pemalu, rendah diri, introvert, sekaligus aneh. Di samping

itu, sosok Nash juga dikenalkan sebagai pribadi yang arogan karena kepandaian yang dia

miliki. Hal ini ditujukan ketika Nash lebih memilih untuk meninggalkan kelas dan belajar di

luar kelas sendiri, Nash beranggapan bahwa dengan dia mengikuti kegiatan belajar di dalam

kelas, maka hal itu akan membuat otaknya tumpul dan dapat menghilangkan ide orisinal yang

dia miliki. Hal inilah yang membuat dia juga tertinggal dari teman-temannya untuk

menerbitkan jurnal-jurnal untuk bidang ilmu yang mereka tekuni, karena dia menganggap

untuk sekedar menerbitkan sebuah jurnal maka ide yang diangkat untuk menjadi jurnal itu

haruslah ide orisinal yang lahir dari pemikiran sendiri, tidak dipengaruhi oleh gaya berpikir

tokoh lain

kondisi Nash semakin terhimpit karena dia belum juga menemukan ide orisinal untuk

laporan disertasinya, di saat itulah Nash bertemu dengan Charles Herman yang tak lain

adalah teman sekamar Nash (pada pertengahan cerita diketahui bahwa sosok Charles ini

hanyalah delusi yang dialami oleh Nash). Obsesi Nash untuk menciptakan sebuah teori baru

digambarkan dari kegiatannya yang suka sekali menulis rumus-rumus persamaan di jendela

kamarnya, selain itu Nash juga mencari inspirasi untuk teorinya dari hal-hal yang terjadi di

lingkungan sekitarnya, seperti pergerakan burung merpati yang sedang berebut makan di

halaman taman ataupun kejadian pencopetan yang terjadi di jalan raya.


Dengan hadirnya Charles di kehidupan Nash, membuat kehidupan Nash menjadi lebih

hidup. Nash mempunyai teman untuk membicarakan keluh kesahnya dan semua beban yang

mengganjal di pikirannya. Setelah Nash akhirnya dapat meraih gelar doktornya, Nash

mengajar di MIT. Dan pada saat itulah Nash diminta untuk datang ke Pentagon untuk

memecahkan sandi rahasia yang dikirimkan tentara Sovyet. Kemudian Nash bertemu dengan

agen rahasia William Parcher. Oleh Parcher, Nash diberikan tugas untuk memecahkan sandi-

sandi lainnya yang bisa ditemukan dari beberapa surat kabar, sekaligus menjadi mata-mata.

Pekerjaan baru Nash inilah yang akhirnya membuat Nash terobsesi dan mengesampingkan

hubungannya dengan orang lain di sekitarnya, Nash lebih berfokus dan sibuk dengan

dunianya sendiri.

Hingga pada satu waktu Nash bertemu dengan Alicia Larde, seorang mahasiswi di

kelas Nash yang berhasil menarik perhatian Nash. Melalui Alicia, Nash bisa menemukan

cinta dan membuat hidupnya lebih berarti. Nash dan Alicia akhirnya menikah. Tetapi, pada

saat itulah kondisi Nash semakin buruk, dengan dia merasa bahwa keadaannya dan Alicia

terancam oleh tentara Sovyet yang tak segan-segan untuk membunuh mereka karena

pekerjaannya sebagai mata-mata pemerintahan. Kisah Nash mencapai klimaks ketika dia

sedang mengisi sebuah seminar di Harvard. Di mana dia saat itu bertemu dengan sahabat

lamanya, yaitu Charles. Namun pada saat itu Charles tidak datang sendiri, Charles datang

bersama dengan anak gadis kecil — Marcee, yang tak lain adalah keponakan Charles yang

dititipkan kepadanya karena orang tua Marcee meninggalkan Marcee. Di tengah acara saat

Nash mengisi seminar, Nash merasa ketakutan saat dia melihat tiga orang berbaju hitam

sedang memperhatikan setiap geriknya, yang mana menurut Nash orang-orang inilah yang

akhir-akhir ini selalu meneror kehidupannya. Nash berpikiran bahwa orang-orang ini adalah

mata-mata pemerintahan Sovyet yang tak akan segan-segan untuk membunuhnya. Dan

diketahui setelah pengejaran akan Nash ini, ternyata orang-orang ini adalah anak buah Dr.
Rosen — seorang ahli jiwa. Kehadiran Dr. Rosen inilah yang nantinya memberikan jawaban

atas kehadiran Charles, Marcee, dan Parcher — yang ternyata ketiga tokoh itu adalah delusi

yang dialami oleh Nash.

Sepertiga dari film A Beautiful Mind ini menceritakan perjuangan Nash untuk

melawan penyakitnya. Dan tentu saja, Nash sangat bersyukur karena kehadiran Alicia yang

selalu memberikan dukungan moril kepadanya untuk dapat melawan penyaktinya dan

sembuh kembali seperti sedia kala. Akhir cerita dari film ini diperlihatkan ketika Nash

mendapatkan penghargaan nobel dalam bidang ekonomi pada tahun 1994, meskipun pada

awalnya Nash berpikiran bahwa orang seperti dirinya tidak mungkin mendapatkan

penghargaan bergengsi seperti itu.


BAB III

PEMBAHASAN
A. Kondisi Klien

Kondisi yang dialami tokoh pada film ini adalah skizofrenia paranoid yang di tandai

dengan indikasi sebagai berikut :

1. Adanya delusi atau waham, yakni keyakinan palsu yang dipertahankan.

 Waham Kejar (delusion of persecution), yaitu keyakinan bahwa orang atau

kelompok tertentu sedang mengancam atau berencana membahayakan dirinya,

dalam film tersebut yaitu agen pemerintah dan mata – mata rusia. Waham ini

menjadikannya paranoid, yang selalu curiga akan segala hal dan berada dalam

ketakutan karena merasa diperhatikan, diikuti, serta diawasi.

 Waham Kebesaran (delusion of grandeur), yaitu keyakinan bahwa dirinya

memiliki suatu kelebihan dan kekuatan serta menjadi orang penting. John Nash

menganggap dirinya adalah pemecah kode rahasia terbaik dan mata – mata/agen

rahasia.

 Waham Pengaruh (delusion of influence), adalah keyakinan bahwa kekuatan dari

luar sedang mencoba mengendalikan pikiran dan tindakannya. Adegan yang

menunjukkan waham ini yaitu ketika disuruh membunuh isterinya, ketika disuruh

menunjukkan bahwa dia jenius, dan ketika diyakinkan bahwa dia tidak berarti

oleh para teman halusinasinya.

2. Adanya halusinasi, yaitu persepsi palsu atau menganggap suatu hal ada dan nyata

padahal kenyataannya hal tersebut hanyalah khayalan. John Nash mengalami

halusinasi bertemu dengan tiga orang yang secara nyata tidak ada yaitu Charles

Herman (teman sekamarnya), William Parcher (agen pemerintah) dan Marcee


(keponakan Charles Herman). Selain itu juga laboratorium rahasia, dan juga nomor

kode yang dipasang pada tangannya.

3. Gejala motorik dapat dilihat dari ekpresi wajah yang aneh dan khas diikuti dengan

gerakan tangan, jari dan lengan yg aneh. Indikasi ini sangat jelas ketika John Nash

berkenalan dengan teman – temannya dan juga jika dilihat dari cara berjalannya.

4. Adanya gangguan emosi, adegan yang paling jelas yaitu ketika John Nash

menggendong anaknya dengan tanpa emosi sedikitpun.

5. Social withdrawl (penarikan sosial), John Nash tidak bisa berinteraksi sosial seperti

orang – orang pada umumnya, dia tidak menyukai orang lain dan menganggap orang

lain tidak menyukai dirinya sehingga dia hanya memiliki sedikit teman.

6. Stressor atau kejadian – kejadian yang menekan yang membuat skizofrenia John Nash

bertambah parah, yaitu :

- Kalah bermain dari temannya

- Merasa gagal berprestasi untuk mendapatkan cita – citanya

- Merasa tidak dapat melayani isterinya

- Tidak bisa bekerja atau mendapatkan pekerjaan kembali

7. Karakter Pribadi John Nash, yaitu

- Pemalu, introvert, penyendiri, rendah diri (merasa dirinya tidak disukai orang lain),

kaku, tidak suka bergaul (tidak menyukai orang lain), penarikan diri dari

lingkungan sosial.

- Dalam kenyataannya (cerita sebenarnya bukan di film ini) John Nash adalah pribadi

yang pemarah, suka bermain wanita, keras, kaku dan antisemit.


B. Faktor Penyebab

1. Factor Predisposisi

Adapun faktor predisposisi yang berkaitan dengan Nash yaitu factor

perkembangan dan faktor sosial budaya. Faktor perkembangan dimana Nash merasa

bahwa dirinya tidak di sukai orang lain dan orang lain tidak menyukai dirinya yang

akan memberi ketidaknyamanan terhambatnya rasa percaya diri dan mengembangkan

curiga pada orang lain. Selanjutnya faktor sosial budaya, Nash mengasingkan diri

dari lingkungan dan sukit berinteraksi dengan sosial dengan teman-temannya.

2. Factor Presipitasi

Dari film yang berjudul ―A Beautiful Mind‖ ini faktor prespitasi yang

mempengararuhi Nash ini yaitu dimensi emosional, dimensi intelektual dan dimensi

sosial. Dimensi emosional pada Nash yaitu tidak menyukai perkuliahan dan suka

membolos, karena menurutnya berkuliah hanya membuang waktu saja dan

mengekang kreativitas seseorang, dan hanya membuat otak menjadi tumpul.

Selanjutnya dimensi intelektual yang dialami Nash yaitu hidup Nash di minta sebagai

agen utntuk memecahkan kode rahasia yang dikirim tentara Sovyet ia beranggaapan

bertemu agen rahasia William Parcher dan ia diberi pekerjaan sebagai mata-mata.

Pekerjaan barunya ini membuat Nash terobsesi dan akhirnya ia lupa dengan dunia

nyata.

Dalam dimensi sosial , Nash tidak biasa berinteraksi sosial seperti orang-orang

pada umumnya, dia tidak menyukai orang lain dan menganggap orang lain tidak

menyukai dirinya sehingga dia hanya memiliki sedikit teman dan ia di rendahkan.

Menurut Yosep (2010) dimensi emosional ditimbulkan adanya perasaan cemas yang
berlebihan, dimensi intelektual di sebabkan karena adanya penurunan fungsi ego dan

dimensi sosial yang mana klien mengalami gangguan interaksi

C. Tanda dan Gejala

Pada film tersebut, Nash memperlihatkan beberapa ciri-ciri penderita skizofrenia seperti :

1. Simptom Positif

Simptom ini mencakup hal-hal yang berebihan dan distorsi, seperti halusinasi

dan delusi. Pada Nash, delusi dan halusinasi terdapat pada dirinya yang awalnya tidak

disadarinya. Halusinasi yang muncul adalah Charles Herman sebagai teman

sekamarnya, Marcee sebagai keponakan dari Charles Herman dan William Parcher

sebagai kepala divisi mata-mata di Pentagon. Delusi Nash juga muncul akibat dari

William Parcher, delusi yang muncul adalah Nash mengira dirinya adalah seorang

mata-mata.

2. Simptom Negatif

Simptom negatif schizophrenia mencakup berbagai defisit behavioral, seperti

avolition, alogia, anhedonia, afek datar, dan asosialitas.

a) Avolition

Apati atau avolition merupakan kondisi kurangnya energi dan ketiadaan minat

atau ketidakmampuan untuk tekun melakukan apa yang biasanya merupakan

aktifitas rutin seperti berdandan, mandi, menyisir rambut, dll. Pada kasus ini, Nash

tidak memperlihatkan adanya avolition pada dirinya.

b) Alogia

Alogia dapat terwujud dalam beberapa bentuk seperti, miskin percakapan, jumlah

total pecakapan sangat jauh berkurang. Pada kasus ini, Nash memperlihatkan
adanya alogia pada dirinya seperti pada bagian ketika Nash ingin merayu wanita

akan tetapi dia tidak melakukan hal yang seharusnya dilakukan.

c) Anhedonia

Anhedonia adalah ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan. Ini tercermin

dalam kurangnya minat dalam berbagai aktifitas rekreasional, gagal untuk

mengembangkan hubungan dekat dengan orang lain, dan kurangnya minat dalam

hubungan seks. Pada kasus ini, Nash memperlihatkan beberapa kurangnya minat

dalam berbagai aktifitas seperti masuk dalam kelas sewaktu ia kuliah di Princeton,

gagal untuk mengembangkan hubungan dekat dengan orang lain sewaktu Nash

pertama kali masuk di Princeton dan gagal menjalin hubungan dengan teman-

temannya yang lain.

d) Afek datar

Ketidakadanya repson emosional akibat stimulus yang ada seperti mata kosong,

otot wajah kendur dan mata mereka tidak hidup. Pada kasus ini, beberapa kali

Nash memperlihatkan afek datar.

e) Asosialitas

Ketidakmampuan parah dalam hubungan sosial. Ini ditunjukan oleh Nash pada

keseluruhan filmnya, Nash hanya dapat bergaul pada sedikit orang saja.

3. Disorganisasi

Simptom-simptom disorganisasi mencakup disorganisasi pembiacaran dan perilaku

aneh (bizzare).

a) Disorganisasi pembicaraan

Dikenal sebagai gangguan berpikir formal, disorganisasi pembicaraan merujuk

pada masalah dalam merngorganisasi berbagai pemikiran dan dalam berbicara


sehingga pendengar dapat memahaminya. Pada kasus ini, Nash memperlihatkan

disorganisasi pembicaraan pada saat dia sedang ditantang untuk bermain catur igo.

b) Perilaku Aneh (bizzare)

Perilaku aneh terwujud dalam banyak bentuk seperti penderita dalam meledak

dalam kemarahan atau konfrontasi singkat yang tidak dapat dimengerti, memakai

pakaian yang tidak biasa, bertingkah laku seperti anak-anak atau dengan gaya

yang konyol, menyimpan makanan, mengumpulkan sampah, atau perilaku seksual

yang tidak pantas seperti melakukan masturbasi di depan umum. Mereka tampak

kehilangan kemampuan untuk mengatur perilaku mereka dan menyesuaikannya

dengan berbagai standar masyarakat. Mereka juga mengalami kesulitan

melakukan tugas-tugas sehari-hari dalam hidup. Pada kasus ini, Nash

memperlihatkan adanya perliaku aneh ketika dia sedang minum bersama teman

sekamarnya Charles dan Nash sempat meledak dalam kemarahan dan juga ketika

ia frustasi pada ide yang tidak muncul.

4. Simptom Lain

Dalam Psikologi Abnormal Edisi ke Sembilan, dijelaskan bahwa ada beberapa

simptom lain schizophrenia yang tidak termasuk dalam ketiga kategori diatas akan

tetapi ditunjukan oleh penderita schizophrenia adalah katatonik dan afek yang tidak

sesuai.

a) Katatonik

Beberapa abnormalitas motorik menjadi ciri katatonia seperti adanya gerakan

yang berulang, menggunakan urutan yang aneh dan kadang kompleks antara

gerakan jari, tangan dan lengan yang sering kali tampaknya memiliki tujuan

tertentu dan gerakan yang membeku pada seluruh tubuh penderita dalam jangka

waktu yang sangat lama. Nash memperlihatkan adanya gerakan katatonik


berulang dan gerakan kompleks antara jari, tangan dan lengan ketika ia sedang

mencoba menjelaskan sesuatu

b) Afek yang tidak sesuai

Beberapa penderita schizophrenia memiliki afek yang tidak sesuai. Respon yang

ditunjukan oleh penderita terkadang tidak sesuai dengan stimulus yang diberikan

seperti ketika mendapat berita duka, penderita bisa tertawa atau ketika mendengar

lelucon, penderita bisa menangis atau marah tanpa alasan yang jelas. Pada

simptom ini, Nash tidak menunjukan adanya afek yang tidak sesuai pada dirinya.

D. Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan yang dialami tokoh dalam film tersebut adalah :

1. Waham

2. Halusinasi

3. Isolasi sosial

4. Defisit perawatan diri

E. Intervensi Keperawata

Dari masalah ini, maka di buat rencana tindakan untuk klien dan keluarga. Adapun

intervensi dari halusiansi pendengaran yang dialami oleh Nash dalam film ―A Beautiful

Mind‖ yang telah dilakukan yaitu klien dapat melakukan interaksi sosial, klien dapat

mengenali, mengontrol dan menghardik halusinasinya dan klien mampu mengenali

halusinasinya. Ada pun beberapa terapi yang digunakan untuk mengontrol halusinasinya

yaitu terapi kejang listrik, dalam film tersebut John Nash dibawa ke rumah sakit jiwa dan

mendapatkan perawatan ECT (Electroshock Therapy) atau terapi elektrokonvulsif 5 kali

seminggu selama 10 minggu. ECT merupakan terapi yang sering digunakan pada tahun
1940 – 1960 sebelum obat antipsikotik dan anti depresan mudah diperoleh (Stuart G.W

and Laraia, 2009).

Cara kerja terapi ini yaitu mengalirkan arus listrik berdaya sangat rendah ke otak

yang cukup untuk menghasilkan kejang yang mirip dengan kejang epileptik. Kejang

inilah yang menjadi terapetik bukan arus listriknya. Sebelum dilakukan ECT pasien

disuntikkan insulin sebagai pelemas otot yang akan mencegah spasme konvulsif otot-otot

tubuh dan kemungkinan cedera. Efek samping penggunaan ECT adalah kelupaan atau

gangguan memori. Efek samping ini dapat dihindari dengan menjaga rendahnya arus

listrik yang dialirkan (Stuart and Laraia., 2005)

Setelah menjalani perawatan di rumah sakit jiwa, John Nash menjalani perawatan di

rumah dengan Obat Psikoterapetik. Obat ini harus terus diminum secara teratur oleh

penderita skizofrenia. Meskipun obat ini tidak dapat menyembuhkan skizofrenia, namun

obat – obat antipsikotik akan membantu penderita untuk menghilangkan halusinasi dan

konfusi, serta memulihkan proses berpikir rasional. Cara kerja obat – obat antipsikotik

yaitu menghambat reseptor dopamin dalam otak. Efek dari pemakaian obat tersebut yaitu

: Sulit berkosentrasi, menghambat proses berpikir, tidak memiliki gairah seksual

(Sianturi,2014).

Selain terapi biologis, John Nash juga mendapat terapi dari isterinya yaitu berupa

dukungan sosial yang diberikan kepadanya, rasa empati, penerimaan, mendorong untuk

mulai berinteraksi sosial (dengan tukang sampah), dan dorongan untuk tidak berputus asa

dan terus berusaha. Terapi Sosial ini sangat membantu penderita skizofrenia dalam

menghadapi peristiwa – peristiwa yang menjadi stressor bagi penderita.


F. Evaluasi

Berdasarkan rencana dan tindakan keperawatan yang telah di lakukan, evaluasi yang

di dapat adalah klien dapat melakukan interaksi sosial, klien dapat mengenali, mengontrol

dan menghardik halusinasinya dan karena klien telah mampu mengenali halusinasinya

maka dengan sendirinya klien menyadari dan mengenali bahwa ia adalah pemecah kode

rahasia terbaik dan menjadi agen rahasia itu tidak benar karna tidak sesuai dengan dunia

nyata.
BAB IV

KESIMPULAN

Skizofrenia adalah salah satu gangguan yang menyerang fungsi otak dan

mengakibatkan penderita mengalami delusi, halusinasi, gerakan motorik yang terhambat dan

efek negatif.Sampai saat ini gangguan skizofrenia masih banyak diteliti karena masih belum

diketahui pasti penyebab dari gangguan ini. Selain dari gangguan otak dan heritabilitas,

seseorang bisa mengidap gangguan skizofrenia oleh faktor sosial dan psikologis.

Pengobatan utama dalam menangani gangguan ini adalah berupa obat antipsikotik

yang meredakan delusi dan halusinasi. Akan tetapi efek dari penggunaan obat ini masih

diteliti agar mengurangi efek negatifnya. Selain dari pengobatan menggunakan obat

antipsikotik, terapi lain juga menggunakan sosial terapi merupakan salah satu terapi yang

efektif dalam menangani stressor yang dimiliki oleh penderita.


DAFTAR PUSTAKA

Stuart & Sundeen.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC.

Yosep, I.2010. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.

Saputra Tetra Arya. (2014). Paranoid Types Of Schizophrenia. Volume 1 Nomor 1. Faculti
Of Medicine, Universitas Lampung.

Sianturi, F. L. (2014). Risperidone and Haloperidol Comparative Effects of Positive


Symptoms Patient Schizophrenic. Journal of Biologi, Agriculture and Healtcare, Vol.
04 No. 28.

Stuart and Laraia. (2005). Principles and Practise of Psyhiatric Nursing. St.Louis: Mosby
YearB.

Stuart G.W and Laraia. (2009). Principles and Practise of Psyhiatric Nursing. StuartG.W.and
Laraia. (2009). Principles and Practise of Psyhiatric Nursing. St.Louis: Mosby
YearB.

Varcarolis, E.M. (2006). Psychiatric nursing guide assessment tooland diagnosis


Philadelphia: W.B.Sauders Co.
Videbeck, S. L. (2008). Psychiatric Mental Health Nursing. (4rd Ed). Philadhelpia:
Lippincott Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai