PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
(audio) termasuk didalamnya tokoh cerita, musik, sebagai pendukung kuat. Film
dengan tepat, itupun tergantung pada tema yang diangkat untuk dipertontonkan
serta kepiawaian dan ketelitian sutradara untuk menggali tema dengan mendetail.
Film biasa dikategorikan menurut genrenya. Kata genre sendiri berasal dari
bahasa Perancis, yang berarti ‘macam’ atau ‘jenis’. Sebuah film bisa juga
memiliki lebih dari satu genre. Pada intinya, bukanlah hal yang mudah untuk
menentukan genre dari sebuah film. Genre film terkadang ditentukan dari subjek
atau temanya. Pada beberapa kasus, genre ditentukan oleh efek emosi yang
ditimbulkan oleh film tersebut. Namun tidak jarang, genre ditentukan dari
orang. Berbagai macam genre film telah diproduksi menjadi film layar lebar.
Salah satu genre film yang bisa membuat penontonnya menjadi ketakutan dan
Film horor merupakan salah satu genre film yang muncul di negara
penghasil film manapun juga, termasuk Indonesia. Sejak pertama kali diproduksi,
1
film horor selalu mendapat tempat tersendiri dalam masyarakat. Film bertema
horor dipilih sebagai objek dalam penelitian ini karena banyak orang dari
para penonton pun tetap bertahan di kursi masing-masing karena rasa penasaran
muncul di dalam kancah film nasional di Indonesia seperti halnya horor komedi,
lalu disusul dengan genre Narrative horor dan visual horor. Horor komedi yang
intinya penampilan setan yang seram tetapi bertingkah laku aneh di hadapan
manusia sehingga menjadi biar tidak terlalu menakutkan, konyol, lucu, kaku,
anak-anak dibawah umur (padahal tidak juga, anak kecil juga tetap takut). Film
seorang gadis yang mati akibat “digilir” oleh beberapa pria, setelah itu roh sang
satu-persatu pria yang dirasa telah menggilir si gadis tadi. Sedangkan film horor
visual, yaitu horor yang bertumpu pada elemen-elemen visual (make-up atau
2
kostum) dalam menakuti para penontonnya. Seperti halnya setan itu mukanya
berlumuran darah, baunya tidak sedap, rambutnya kusut panjang panjang tidak
beraturan, yang penting seram dan membuat takut penonton. Walaupun tidak tahu
ini setan jenis apa, pokoknya yang mukanya jelek suka mengganggu manusia
itulah setan.
elemen lain seperti, cerita atau makna dibalik peristiwa, namun dalam film horor
lokal penyakit mengabaikan cerita dan makna ini tidak hanya terjadi pada film
horor zaman sekarang, tetapi dari dulu film horor lokal juga banyak terjangkit
penyakit ini. Film horor lokal selalu dianggap menjadi film yang tidak serius,
satu insting purba yang dimiliki oleh manusia. Sehingga tidak pantas masuk ke
dalam wilayah seni tinggi dengan segala pretensi budaya. Tidak hanya itu saja,
menggelikan, menakutkan tidak lucu pun juga tidak. Walaupun terkadang jika
tidak di pikirkan secara kritis film horor dapat mengubah persepsi manusia akan
adanya sesuatu diluar nalar, seperti halnya jika manusia mati dibunuh atau mati
penasaran akan berubah menjadi setan. Dan tempat yang cocok bagi setan untuk
berkumpul tidak lain, tidak bukan yaitu kuburan, berarti kuburan adalah tempat
yang angker. Padahal jika dipikir-pikir kuburan adalah tempat yang kita hormati
3
karena kuburan tempat beristirahatnya orang yang kita cintai. Bahkan yang lebih
parah ketika setan membunuh manusia, dari sini sudah ketahuan bohongnya.
Seharusnya setan tidak memiliki kuasa atas nyawa manusia. Akan tetapi tetap saja
digambarkan bahwa setan seolah-olah memiliki hak yang sama seperti Tuhan
nyaris tak ada lagi film-film horor Indonesia yang bermutu. Hampir semua, film
horor Indonesia sekarang nyaris menceritakan adegan vulgar, dan bukan cerita
horor yang diangkat. Mungkin hanya ada segelintir film-film horor sekarang yang
benar-benar mengangkat tema horor. Itupun masih bisa kita hitung dengan
hitungan jari. Film horor yang lainnya bisa ditebak, pasti dibumbui dengan
film yang muncul di Indonesia sejak tahun 1941 melalui Film Tengkorak Hidoep
ini juga diminati banyak penikmat film tanah air. Sebut saja film Sundel Bolong
yang menjadi Film Terlaris III di Jakarta di tahun 1981 setelah ditonton 301.280
orang. Di tahun 1982, film Nyi Blorong bahkan menjadi Film Terlaris I di Jakarta
di tahun 1982, dengan jumlah penonton 354.790 orang. Penonton sebanyak itu,
mampu membuat Nyi Blorong menggondol Piala Antemas FFI (Festival Film
juga terus mampu meraup jumlah penonton yang besar. Kalaupun tidak menjadi
4
yang terlaris, pendapatan daripembeli tiket bioskop dapat memberikan
keuntungan yang tidak sedikit. Indonesia merupakan salah satu negara yang
‘aktif’ dalam memproduksi film horor. Tidak hanya itu, beberapa sutradara juga
melakukan beberapa adaptasi terhadap film horor luar negeri, baik dari sesama
negara Asia maupun dari negara-negara barat. Akan tetapi banyak pihak yang
adalah, bumbu adegan seks yang banyak ada di film-film horor Indonesia.
Malahan di sebagian film horor, unsur pornografi tidak lagi menjadi sekedar
bumbu. Unsur pornografi seakan menjadi bahan dasar dalam racikan film.
Seperti pada film “ Pacar Hantu Perawan” karya Yoyok Dumprink, film
ini menceritakan tentang Vicky (Vicky Vette), Mandy (Dewi Perssik), dan Misa
(Misa Campo), adalah kakak beradik sekandung. Suatu hari Mandy yang sedang
jenuh pergi berwisata dengan sahabat sekaligus managernya Joyce (Natha Narita),
dan pacarnya Alex (Rafi Cinoun), ke sebuah hutan yang asri. Tempat itu dijuluki
“Hutan Jodoh”, karena memiliki pancuran yang konon bisa memperekat jodoh.
Siapa yang pernah mandi di pancuran air itu akan cepat mendapat jodoh. Joyce
sendiri merasa menemukan Alex setelah melakukan ritual mandi di tempat itu.
Film ini menggunakan plot maju dengan awal cerita bersetting di sebuah
tempat tidur. Plot adalah jalan cerita atau alur cerita dari awal, tengah, dan akhir
(Sony S. & Sita Sidharta, 2004: 26). Dalam film ini terdapat komunikasi antara
tokoh utama dengan pemeran film lainnya yang mengandung unsur pornografi,
baik dari segi visual berupa akting, dan audio berupa dialog. Peneliti memilih film
5
Pacar Hantu Perawan untuk diteliti dengan alasan kisah dalam cerita ini
peneliti tertarik untuk mengetahui bentuk - bentuk unsur pornografi dalam film ini
pornografi yang paling banyak muncul dalam film Pacar Hantu Perawan.
B. RUMUSAN MASALAH
ini adalah seberapa banyak kemunculan unsur pornografi yang terdapat pada film
C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengukur porsi unsur pornografi dalam film Pacar Hantu Perawan
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Secara Akademis
pengetahuan baru bagi pembaca tentang bahasan yang ada dan diharapkan
6
dapat bermanfaat sebagai bahan referensi, di Jurusan Ilmu Komunikasi
2. Secara Praktis
yang sarat dengan nilai sosial kemasyarakatan yang nyata terjadi dalam
masyarakat.
E. TINJAUAN PUSTAKA
public yang divert yaitu cenderung menghindari aksi-aksi sosial karena hiburan
kepasifan karena hiburan yang disajikan media cenderung membuat orang terlena,
7
humor, artikel humor, irama, musik, tarian, film komedi dan lain-lain. Dimana
kebutuhan masyarakat akan informasi terpenuhi dengan adanya media cetak dan
pesan adalah milik publik, artinya pesan diterima oleh banyak orang. Fungsi
Film adalah media hiburan yang mempunyai nilai persuasi yang cukup
besar. Film bisa diartikan sebagai sebuah gambar yang ditampilkan secara Audio
Visual, yaitu dengan gambar bergerak, suara dan mempunyai suatu pesan tertentu
didalamnya, banyak hal pesan positif yang terkandung dalam film, tujuan
khalayak menonton film adalah untuk mencari sebuah hiburan. Menurut Ron
Mottram (dalam Idi Subandi, 2007 : 172) didalam film terdapat tiga fungsi yang
penting, yakni fungsi artistik, industrial dan komunikatif. Fungsi Artistik diartikan
bahwa film mempunyai struktur narasi yang terdiri dari rangkaian peristiwa.
8
Fungsi Industrial diartikan bahwa film juga bagian dari produksi ekonomi
diputarnya gambar hidup yang pertama dalam teater Vaudeville. Menurut Phil
Astrid (1982 : 58) esensi film adalah gambar yang bergerak. Dalam bahasa
Indonesia, dahulu dikenal dengan istilah “ gambar hidup “, dan gerakan itulah
yang memberi kesan “ hidup “. Film diiringi dengan suara, bisa berupa dialog atau
musik sebagai pelengkap untuk meningkatkan kesan dari film. Dengan demikian,
untuk dinikmati pada saat tertentu oleh khalayak, seakan – akan sedang
dimaksud film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media
dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan/atau bahan hasil
penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses
kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang
elektronik dan / atau lainnya. Sedangkan perfilman adalah seluruh kegiatan yang
9
yang berhubungan dengan pembuatan, jasa teknik, pengeksporan, pengimporan,
dibuat sekitar tahun 1890 – an. Grierson berpendapat dokumenter merupakan cara
dari banyak pihak, namun tetap relevan sampai sekarang karena dokumenter
menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan.
dunia. Ini bisa dilihat dari banyaknya film dokumenter yang bisa kita saksikan
melalui saluran televisi seperti program National Geographic dan Animal Planet.
Negara seperti Jerman, Australia, Kanada dan Amerika Serikat, film cerita pendek
sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film
ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang / kelompok
yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik.
10
memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah –
100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini.
Beberapa film, misalnya Dances With Wolves, bahkan berdurasi lebih 120 menit.
Film – film produksi India rata – rata berdurasi hingga 180 menit.
dengan kegiatan yang mereka lakukan, misal tayangan “ Usaha Anda “ di SCTV.
audio – visual yang jelas tentang produk tersebut. Sedangkan iklan layanan
fenomena sosial yang diangkat sebagai topik iklan tersebut. Dengan demikian,
11
f. Program Televisi ( TV Programme )
umum, program televisi dibagi menjadi dua jenis yakni cerita dan noncerita. Jenis
cerita terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok fiksi dan kelompok
FTV ( populer lewat saluran televisi SCTV ) dan film cerita pendek. Kelompok
nonfiksi menggarap aneka program pendidikan, film dokumenter atau profil tokoh
Sejatinya video klip adalah sarana bagi para produser musik untuk
lewat saluran televisi MTV tahun 1981. Di Indonesia, video klip ini sendiri
pertumbuhan televisi swasta. Akhirnya video klip tumbuh sebagai aliran dan
industri tersendiri. Beberapa rumah produksi mantap memilih video klip menjadi
bisnis utama ( core business ) mereka. Di Indonesia, tak kurang dari 60 video klip
Dari jenis - jenis film diatas, film Pacar Hantu Perawan termasuk
dalam film cerita panjang (feature-length films) dengan durasi 67 menit dan
diputar di bioskop.
12
E.3. Pornografi
penonjolan seksualitas dan unsur erotisme. Dan pada kenyataannya yang lebih
banyak menjadi objek eksploitasi dari kegiatan ini adalah perempuan. Tidak
memungkiri kenyataan bahwa ada juga pria yang dijadikan objek pornografi, tapi
yang memang diciptakan dan diperuntukkan bagi kaum pria - walau tidak bisa
yang sudah kita tahu, dimana dimana pornografi menjadi komoditas maka
ini tentunya membuka luka lama yang telah ada, dimana wajah perempuan
Indonesia tidak lagi dipandang sebagai subjek namun hanya sebatas obyek yang
bisa kita nikmati, penonton sudah tidak peduli dengan apa yang bisa diambil dari
film tersebut entah dari pembelajaran yang ingin disampaikan ataupun seni yang
hendak disalurkan pada kita, penonton seakan mulai bergeser dari motivasi
mendapat hiburan yang dianggapnya ‘segar’ dan sayangnya kesegaran itu didapat
dari sebuah komoditas yang dinamakan pornografi. Dari melihat review diatas
film kita. Memang ceritanya ringan, alurnya longgar, tanpa akting yang menonjol
13
dari pemain-pemainnya, tapi sayangnya di semua frame yang ada yang penting
dalam hitam. Penokohan yang ada tidak harus bagus yang penting punya tubuh
seakan menjadi daya tarik utama, bukan ceritayang ada di dalamnya. Dalam film
ini juga seakan pria digambarkan mempunyai power untuk mengatur perempuan,
dan tindakan represif juga dianjurkan supaya perempuan menurut apa yang
dikatakan laki-laki. Sayangnya perempuan menganggap hal ini wajar dan biasa,
dimana patriarkhi yang ada telah membentuk mind set perempuan bahwa tidak
ada kuasa untuk melawan atau sekedar untuk disetarakan yang membedakan di
tidak sebesar ketertarikan kaum pria. Dan ketika perempuan kerapkali dan secara
intens ditampilkan sebagai objek seks, maka opini pria akan menganggap bahwa
perempuan pada dasarnya adalah kaum yang fungsi dan perannya semata hanya
sebagai pemuas nafsu pria sehingga mereka merasa sah dan wajar untuk terus
memperalat perempuan dan menjadikannya bagian dari imajinasi kaum pria. Cara
memperlakukan perempuan sebagai kaum yang derajatnya lebih rendah dan ini
rasa tidak bersalah dan tanpa beban. Kebanyakan pembicaraan masalah pornografi
adalah dalam kaitan dengan norma kesusilaan atau moral seksual. Selain itu,
dalam konteks sosial, pornografi dapat pula dibicarakan dalam tiga tataran, yaitu
pertama dari niai yang terkandung secara intrinsik dalam muatan informasi.
14
Untuk itu perhatian ditujukan pada nilai-nilai yang terkandung dalam materi
merendahkan posisi perempuan ini ada yang bersifat terbuka (overt) dan manifes,
seksual dan tujuan sensualitas. Sementara ada pula bersifat tertutup (covert) dan
atau kualitas fitur (feature) tubuh, bukan pada figur (figure) personafikasi dan
peran sosialnya.
masyarakat. Keberadaan pornografi ikut sikap permissif dalam seks pada satu
pihak, dan pada pihak lain membentuk persepsi yang mendorong berkembangnya
perempuan dalam kehidupan sosial, dimulai dari persepsi yang terbentuk dalam
15
membentuk cara pandang yang khas, yang menyebabkan perempuan menerima
merupakan salah satu bumbu tayangan, tidak terkecuali pada film horor di
tindakan seksual yang tidak memiliki makna spiritual dan tidak berdasarkan
perasaan halus, tidak memiliki konteks dengan masalah medis dan keilmuan
umumnya, atau lebih jauh merupakan penggambaran dorongan erotis tidak untuk
tujuan estetika. Dalam rumusan lain, pornografi dilihat sebagai obyek yang
pornografi dalam media massa sudah terlalu sering kita dengar. Apalagi saat
bersifat media elektronik yaitu film. Kalau dilihat secara cermat banyak sekali
film-film Indonesia yang bersifat pornografi. Seperti gambar dalam film, wanita
16
Dengan semakin berkembangnya teknologi komunikasi, saat ini hampir tidak ada
yang bisa mengendalikan dan melakukan sensor terhadap film yang dikategorikan
pornografi.
Begitu banyak masyarakat yang pro dan kontra dengan adanya hal
tersebut. Semakin merajalela lah unsur pornografi dalam media film. Sebenarnya
tersebut agar tidak terjadi dan keadaannya tidak lebih buruk adalah masyarakat
atau penonton film itu sendiri yang kedepannya bisa lebih baik dan lebih berkarya
perempuan di “benda” kan sudah ada sejak lama. Dekade tahun 90an menjadi
puncak kematian film Indonesia dimana banyak film erotis yang mengarah pada
menggunakan unsur seks sebagai daya tarik dan tidak memperlihatkan wajah
memang tidak secara terus terang memperlihatkan adegan seks, justru lebih
banyak menampilkan tubuh perempuan. Melalui cara ini, penonton dapat terus
melihat film untuk dapat tontonan “lebih”. Pada tahun 2011, perfilman Indonesia
tidak juga jera mengumbar pornografi dan erotisme sempait untuk ada dalam alur
ceritanya, sampai-sampai kita dibuat bingung ketika film horor yang seharusnya
adegan setengah bugil dalam filmnya. Bukan soal banyak atau sedikit, tapi banyak
17
yang tidak relevan dengan alur cerita dan sengaja hanya dimaksudkan untuk
seakan di semua frame yang ada yang penting banyak adegan tubuh-tubuh mulus
tergolek dengan hanya terbungkus pakaian dalam. Penokohan yang ada tidak
harus bagus yang penting punya tubuh yang indah, karakterisasinya absurd,
dengan dialog yang asal-asalan. Pornografi seakan menjadi daya tarik utama,
horor. Seks atau unsur pornografi yang selama ini tidak ingin dilihat dan disajikan
oleh film-film selain film horor. Horor menjadi tempat bagi hal-hal yang bersifat
tabu dan terlarang yang muncul dan menjadi sesuatu yang penting. Dalam film
terbatas pada perspektif moralis saja, masih banyak sudut pandang lain. Dalam
materi konten pornografi yang ada pada film Pacar Hantu Perawan.
18
a. Pembelajaran Sosial
Teori ini fokus pada pembelajaran sosial yang dipelajari dari media
dalam Perse, 2008). Konten seksual merupakan hal yang relevan dan adaptif
dalam keseharian khalayaknya, oleh karena itu peniruan sangat mungkin terjadi
karena hal yang digambarkan merupakan sesuatu yang dekat dengan keseharian
unsur pornografi yang ada di film Pacar Hantu Perawan, penggambaran cara
keseharian mereka.
b. Perubahan Sikap
Teori ini dapat dirujuk, jika khalayak mendapat adegan unsur pornografi
secara terus-menerus dan dalam jangka wajtu yang lama. Namun, tidak ada
fenomena di film Pacar Hantu Perawan, ini seperti diafirmasi dengan adanya
dua orang temannya sedang mandi, dan bertingkah seksi setiap saat. Ataupun
ketika adegan lain yang menggambarkan bahwa wanita menjadi objek seks
dengan berpakaian mini dan ada mata lelaki yang memandang mereka dengan
19
gairah. Jika tayangan seperti ini terus-menerus beredar dan ditonton dengan orang
yang sama, bisa jadi ia akan mengalami perubahan sikap dan menganggap bahwa
c. Arousal
materi seksual, karena arousal diproduksi oleh materi seksual yang mengarah
pada respon intens lebih lanjut. Arousal yang dialami oleh beberapa penonton,
seperti yang diamati oleh peneliti, adalah ketika adegan Mandy sedang mandi dan
pakaian yang dikenakan akan menerawang jika terkena air, sehingga hampir
berkeringat dingin. Ada juga adegan pasangan yang sedang berciuman dengan
penuh gairah dan hal itu tentu saja meningkatkan sirkulasi darah dan denyut
jantung.
d. Habituation-Desensitization
konten pornografi. Khalayak dengan terpaan konten pornografi yang lebih tinggi
akan cenderung mencari bentuk baru dari konten bermateri seksual, daripada
20
ini akan kehilangan sensitivitasnya untuk menolak dan risih dengan konten berbau
Perawan dan film-film sejenisnya yang muatan pornografinya cukup besar, maka
e. Katarsis
meredakan kegelisahan seksual. Film Pacar Hantu Perawan bisa saja menjadi
secara seksual. Dengan kata lain, film Pacar Hantu Perawan dapat digunakan
sebagai sarana berfantasi seksual lagi untuk mereka terhadap Dewi Persik yang
jugaVicky Vette dan Misa Campo yang sering memamerkan buah dadanya dan
bertingkah seksi.
21
Pornografi dan media seakan menjadi senyawa baru yang sukar dipisahkan
dari industri. Hal ini karena begitu populernya muatan ini di benak penonton,
khalayaknya. Ramainya frame dan adegan-adegan panas pada film Pacar Hantu
film tersebut.
F. METODE PENELITIAN
kuantitatif terhadap pesan yang tampak (Wimmer & Dominick, 2000: 135).
Sedangkan menurut Budd (1967), analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk
menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi
dan meganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang
dipilih.
Metode analisis isi yang paling awal dan yang paling sentral sering kali
disebut sebagai analisis isi “tradisional”. Analisis isi diyakini sebagai metode
isi komunikasi itu sendiri. Pendekatan dasar dalam menerapkan analisis isi adalah:
22
1. Memilih contoh (sample) atau keseluruhan isi.
pribadi dan bias yang mungkin ditimbulkan oleh peneliti tidak boleh masuk ke
hendak dianalisis hendaknya diseleksi secara gamblang dan sesuai dengan aturan
23
Dalam penelitian ini analisis isi diartikan sebagai prosedural pembagian
memetakan secara replikatif dan membuat referensi dan membuat referensi yang
Ruang lingkup penelitian ini adalah film Pacar Hantu Perawan karya
Yoyok Dumprink yang memiliki 76 scene dan durasi 67 menit 20 detik dengan
unit analisis setiap scene yang berupa dialog dan adegan yang hanya mengandung
unsur pornografi.
Bernard Berelson mengatakan bahwa analisis isi tidak bisa lebih baik dari
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan: 1) kategori harus relevan dengan tujuan
Dilihat dari rumusan masalah yang ingin diteliti, maka dibuat struktur
kategori berupa adegan seks dan sensualita yang termasuk unsur pornografi,
sebagai berikut:
24
1. Aktifitas Seksual
indikatornya meliputi:
- Onani
- Bersetubuh
kepuasan.
2. Gaya Berbusana
- Memakai pressbody
25
- Memperlihatkan bra
- Memakai hotpants
Unit analisis penelitian ini adalah scene baik audio dan visual dalam film
yang berjudul Pacar Hantu Perawan. Dengan keseluruhan scene yang berjumlah
69 scene, dalam film yang berdurasi 67 menit, setiap scene akan dianalisis dari
Satuan ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah durasi dalam
satuan detik yang terdiri kategori yang terdapat dalam tiap scene.
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan dua cara yang
a. Data primer : diperoleh melalui VCD yang sudah ada, yaitu dengan
pengamatan langsung. Versi VCD ini rilis pada 6 Oktober 2011 yang
26
b. Data sekunder : diperoleh melalui literature untuk menunjang
Yang pertama dilakukan adalah melihat dan mengamati dari film Pacar
Hantu Perawan dan unrtuk memperoleh data berupa akting maupun dialog yang
terdapat dalam tiap scene yang mengandung unsur pornografi. Kemudian data
Tabel 1.1
Lembar Coding
Kategori
A1 A2 A3 B1 B2 B3
A V A V A V A V A V A V
Jumlah
27
Keterangan :
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang dipakai penulis adalah
penelitian.
28
F.8. Contoh Surat Pernyataan Koder
Nama :
Alamat :
Pendidikan :
Oleh:
(08220201
Malang,
Yang menyatakan
29
G. Uji Reliabilitas
sendiri oleh peneliti sehingga belum memiliki standar yang telah teruji, maka
sebaliknya dilakukan uji reliablitas. Salah satu uji reliabilitas yang dapat
pretest dengan cara mengkoding sampel ke dalam kategorisasi. Kegiatan ini selain
dilakukan peneliti juga dilakukan oleh seseorang yang lain yang ditunjuk peneliti
sebagai pembanding atau hakim. Uji ini dikenal dengan uji antarkode. Kemudian
Reliabilitas CR
2M
N1 N 2
Keterangan :
CR : Coefisien Reliability
M : Jumlah coding yang disepakati oleh peneliti dan dua (2) orang
coder.
N1, N2 : Total jumlah coding dari coder pertama dan coder kedua.
Hasil yang diperoleh dari rumus di atas disebut Observed Agreement (persetujuan
30
Pi = % observed agreement - % expected agreement
1 - % expected agreement
Keterangan :
Pi = nilai keterhandalan
pernyataaan yang disetujui antar pengkoder (yaitu nilai CR). Expected Agreement
adalah persentase persetujuan yang diharapkan, yaitu proporsi dari jumlah pesan
yang dikuadratkan.
adalah 0,75. Jika persetujuan antara pengkoding tidak mencapai 0,75, maka
(Kriyantono, 2006:236).
31