Pemain/aktor :
- Tatjana Saphira sebagai Naya
- Deva Mahenra sebagai Vino
- Widyawati sebagai Anna
- Endy Arfian sebagai Darto
- Moh Iqbal Sulaiman sebagai Billy
- Annisa Hertami sebagai Siti
- Ernest Prakasa sebagai Alvin
- Asri Welas sebagai Bu Broto
- Arie Kriting sebagai Iwan
- Muhadkly Acho sebagai Abdul
- Arief Didu sebagai Pak Saidi
- Minati Atmanagara sebagai Siska
- Sahila Hisyam sebagai Nisa
- Ardit Erwandha sebagai Johan
- Djenar Maesa Ayu sebagai Kirana Widuri
- Keira Vanaya sebagai Murni
- Dea Panendra sebagai Ida
- Kiki Narendra sebagai Jarot
- Tanta Ginting sebagai Topan
- Donny Alamsyah sebagai Aktor laga
- Awwe sebagai Sutradara
- Randhika Djamil sebagai Dimas
- Rachman Avri sebagai Jeremi
- Bene Dion Rajagukguk sebagai Stevan
- Ebel Cobra sebagai Cahyadi
- Mamat Alkatiri sebagai Oday
- Rully Bobon sebagai Sapto
- Uppi Ashabul Kahfi sebagai Jupri
- Erwin Belo sebagai Tukang ojek daring
- Farah Alves sebagai Pengunjung toko buku
- Azzura Pinkania Imanda sebagai Perawat Anna
- Jiwa Romeo sebagai Asisten sutradara FTV/Pemeran pengganti Naya
- Famisa Yusuf El Fajri sebagai Pemeran pengganti Vino
- Larasati Nugroho sebagai Artis FTV
- Fendy Chow sebagai Artis FTV
- Stella Cornelia sebagai Artis FTV
- Kenny Austin sebagai Artis FTV
Pesan moral :
Berbalut horor dan komedi, film Ghost Writer memiliki banyak pesan moral yang bisa diambil
memiliki bakat cenayang memang tidak mudah. Tapi jika kita dapat mengarahkannya dengan
benar, seperti Naya yang menuangkannya ke buku, tentu akan menjadi hal yang bermanfaat.
Mencoba hal baru itu bagus, tapi memperdalam hal yang kita kuasai juga tidak ada salahnya,
tidak memaksakan pekerjaan, apalagi yang membahayakan diri sendiri, tidak gegabah
mengambil keputusan, meskipun itu adalah kesempatan besar, mencoba melihat sudut pandang
lain tentang hal yang tidak disukai, mengalah merupakan bentuk menghormati orang yang lebih
tua.
Kelebihan :
Relatif mudah ditangkap oleh siapa saja, cerita ini dibumbui dengan guyonan yang pas, tidak
terlalu banyak, tidak terlalu singkat. Sama seperti di film pertamanya, karakter Dart dan Billy
masih menjadi sorotan karena aksi mereka yang selalu mengundang tawa.
Kekurangan :
Sama seperti film-film Starvision, mereka mencoba memanfaatkan sisi hangat kemanusiaan
dengan menghadirkan sesuatu yang bisa dihubungkan dengan penonton. "Ghost Writer 2" juga
hadir dengan formula ini. Melalui masalah keluarga di atas, penonton didorong untuk menyatu
dengan masalah tersebut. Sayangnya, implementasinya agak tanpa kata di beberapa tempat.
Durasinya yang hampir memilukan selama dua jam (film pertama hanya berdurasi sekitar 90
menit) membuat film ini sedikit membingungkan dalam penyelesaiannya.
Kondisi Sosial saat film di buat:
Konteks Sosial Dalam Film Ghost Writer
Tidak dapat dipungkiri walaupun sudah di era modern (2022) masyarakat Indonesia masih
banyak yang percaya dengan hal-hal ghaib. Memang pengaruh agama sangat kuat merawat
paradigma tersebut. Di tahun 2022 juga viral " pesulap merah" yang mencoba melawan sudut
pandang yang mistis tersebut. Film ini juga menyajikan tokoh utama (Naya) yang mencoba
menolak dirinya disangkutpautkan dengan makhluk gaib. Walaupun pada perjalanannya naya
aktif berinteraksi dengan tokoh hantu di film itu.
Selain itu di tengah film ada adegan yang memunculkan majalah porno yang dibicarakan oleh
remaja sekolahan. Hal tersebut juga membawa ingatan kita bahwa ada lelucon yang juga
mungkin realitas. Istilah "pemersatu bangsa" yang konotasinya adalah pornografi. Di tahun
2022 juga viral mulai dari video kebaya merah dan seterusnya.
Di kota besar seperti Jakarta kita masih sering melihat anak-anak atau wanita yang hidup di
jalanan (gelandangan) yang sering kali menjadi korban penculikan yang muaranya
perdagangan manusia. Pada film ini juga terang menampilkan kondisi tersebut.
Di era digital ini juga "viral" adalah kemewahan atau bukti eksistensi manusia. Di film ini juga
menampilkan dua remaja yang bahkan memanfaatkan hantu untuk viral (gila).
Kesimpulan
Di tengah gempuran film horor yang naik ke IP(Intellectual Property) besar, komedi horor
seperti Ghost Writer 2 adalah sesuatu yang patut disyukuri. Bertolak belakang dengan ide
aslinya, sekuel ini berhasil mempertahankan kualitas yang sama dengan film sebelumnya
meski disutradarai oleh sutradara yang berbeda.
Pemeran dari film pertama kembali untuk film kedua dan mampu memberikan penampilan
yang sama mulusnya. Meski beberapa bagian film cenderung monoton dan terlalu berbelit-
belit, Muhadkly Acho berhasil menjaga portofolio penyutradaraannya tetap hijau.