Anda di halaman 1dari 3

Review Film Perempuan Tanah Jahanam

Perempuan Tanah Jahanam bercerita tentang Maya yang diperankan Tara


Basro yang ingin menelusuri misteri keluarganya. Ia tahu bahwa di sebuah desa,
keluarganya meninggalkan rumah besar yang bisa dibuat jadi modal usaha.
Perempuan Tanah Jahanam merupakan salah satu film horror terbaik Indonesia.
Film besutan Joko Anwar ini tidak hanya menyajikan kisah horror saja, tetapi juga
memasukkan unsur-unsur budaya Indonesia di dalamnya. Nilai – nilai kebudayaan
yang dimasukkan dalam film ini terlihat dari tutur Bahasa para pemain dalam
mengucapkan dialognya serta rumah-rumah yang menjadi setting tempat dalam
film ini.
Maya berniat untuk mencari rumah tersebut dan mulai mencari tahu desa kecilnya
tersebut tentunya maya tidak sendiri, maya mengajak Sahabatnya yang bernama
Dini yang diperankan Marissa Anita memaksa ikut meski sudah dilarang berkali-
kali.
Akhirnya keduanya menempuh perjalanan yang cukup jauh, dan memasuki hutan
hutan belantara karena desa tersebut berada di tengah hutan.
dan Saat itulah situasi demi situasi 'jahanam' dimulai.

Perempuan Tanah Jahanam memiliki naskah cerita yang kuat dan matang. Alur
cerita tersusun dengan baik dari awal hingga akhir, sehingga tak ada kesan yang
dipaksa muncul.

Bukan hanya dieksekusi dengan baik oleh Joko Anwar selaku sutradara dan
penulis, cerita juga dibawakan dengan cemerlang lewat akting para pemain serta
pengambilan gambar.

Bila sempat terbersit Perempuan Tanah Jahanam akan sama dengan Pengabdi
Setan yang juga digarap oleh Joko Anwar pada 2017, maka anggapan itu akan
terbantahkan.

Perempuan Tanah Jahanam menyuguhkan film horor yang berbeda dengan


Pengabdi Setan.
Dari segi genre film, Perempuan Tanah Jahanam terbilang horor psikologis. Rasa
takut dalam film ini terbangun lewat psikologis para tokohnya, Maya dan Dini.

Kelebihan horor psikologis ini mampu membuat penonton merasakan ketakutan


yang sama dengan tokoh dalam film, dengan kata lain Joko mampu membawa
penonton ikut masuk ke dalam cerita.

Kesuksesan itu mungkin datang karena cerita dan akting yang kuat. Joko Anwar
berhasil menjaga unsur ini dalam Perempuan Tanah Jahanam.

Dari awal hingga akhir film, ketegangan datang secara intens meski ada canda
yang terselip di dalamnya.

Perbedaan yang dimiliki Perempuan Tanah Jahanam adalah tak banyak


menampilkan sosok hantu, dedemit, atau pun jumpscare yang biasa jadi andalan
film horor.

Joko Anwar agaknya sengaja tak memberikan penonton "aba-aba" bila


penampakan hantu bakal muncul. Kejutan dari Joko untuk para penikmat dan
pemburu hantu di layar lebar.

Bila diamati lebih mendalam, keseraman yang terbangun dalam Perempuan Tanah
Jahanam lebih ditunjukkan lewat inti cerita, bukan hanya penampakan. Penonton
akan merasa lebih ketakutan bila benar-benar memahami cerita secara utuh.

Film berdurasi 106 menit ini semakin menarik karena misteri rumit dibuka secara
perlahan. Rasa penasaran penonton seolah dipupuk dari satu adegan ke adegan
lainnya dengan sangat rapi.

Penonton diajak terus berpikir dan menduga, mulai dari adegan Maya dan Dini
menemukan kuburan anak kecil hingga mereka digantung terbalik.

Karena itu, amat disarankan untuk benar-benar memperhatikan adegan dari awal
sampai akhir karena banyak yang saling berkaitan. Bila terlewat, bisa jadi
penonton tak memahami cerita secara utuh.
Dari segi akting, kemampuan Christine Hakim sebagai Nyi Misni dan Ario Bayu
sebagai Ki Saptadi tidak perlu diragukan lagi.

Namun bila membandingkan Tara dengan Asmara Abigail yang berperan sebagai
salah satu warga desa, akting Asmara lebih baik ketimbang Tara.

Meski terbilang bagus, Perempuan Tanah Jahanam juga punya kekurangan. Salah
satunya adalah logat medok dan penggunaan bahasa Jawa yang tidak konsisten.
Hal ini cukup mengganggu kenyamanan dalam menyaksikan Perempuan Tanah
Jahanam.

Anda mungkin juga menyukai