Anda di halaman 1dari 9

PENGELOMPOKAN PERAN DARI MAN POWER DARI SEBUAH PRODUKSI

DRAMA DALAM 4 GENRE YANG BERBEDA.

Oleh :
Hammad Alfaf Silmy (201481009)
Kelas A

Mata Kuliah :
Perancangan Drama FTV

Dosen Pengampu :
Titus Soepono Adji, S.Sn, M.A.

PROGRAM STUDI FILM DAN TELEVISI


FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
2021
Pengelompokan peran dari man power dari sebuah produksi drama dalam 4 genre
yang berbeda :

1. Sutradara.
a. Joko Anwar dalam film Gundala
Film ini ber-genre aksi yang disutradarai oleh Joko Anwar, diproduksi oleh
Screenplay Films, Legacy Pictures, Ideosource Entertainment dengan pemilik hak
cipta yaitu Bumilangit Studios. Film ini dirilis pada tanggal 29 Agustus 2019,
dengan durasi 2 jam 3 menit. Keterlibatan Joko Anwar sebagai sutradara dalam
film ini bermula dari sebuah status yang diunggah Joko di Instagram pada 18
Januari 2018 yang menampilkan gambar sayap perak. Kemudian pada 4 April
2018, Joko Anwar diumumkan sebagai penulis dan sutradara untuk film gundala.
b. Joko Anwar dalam film Perempuan Tanah Jahanam
Film ini ber-genre horor yang disutradarai oleh Joko Anwar, dirilis pada tanggal
17 oktober 2019, film ini diproduksi oleh Ivanhoe Pictures, yang awalnya film ini
berjudul Impetigore kemudian diganti menjadi Perempuan Tanah Jahanam.
Semula dalam pencarian lokasi pengambilan gambar, ia memerlukan waktu 3
bulan karena ia perlu latar tempat yang sinematik guna mencari
tempat shooting yang pas. Bahkan ada 23 lokasi di Jawa Tengah maupun Jawa
Timur yang ia sisiri sebagai calon tempat pengambilan gambar, tetapi belum ada
yang sesuai dengan gambaran Joko. Pengambilan gambar utama dilakukan di
desa-desa sekitar Malang, Gempol, Lumbang, Bromo, Lumajang, Ijen, dan
Banyuwangi. Film ini juga banyak memakai hutan sebagai latar.
c. Faozan Rizal dalam film Abracadabra
Film ini ber-genre fantasi yang bertemakan sulap disutradarai oleh Faozan Rizal,
film ini diproduksi oleh Fourcolours Films, HOOQ, Ideosource
Entertainment, Aurora Media, WOA Entertainment, dan Focused Equipment.
Film ini pertama tayang pada 29 November 2019 di Jogja-NETPAC Asian Film
Festival dan dirilis di bioskop pada 9 Januari 2020.  Menurut Faozan Rizal sebagai
sutradara, dunia magis dan dunia sinema adalah dua dunia yang membuat ia hidup
dalam dunia imajinasinya sendiri.
d. Ernest Prakasa dalam film Cek Toko Sebelah
Film ini ber-genre komedi yang disutradarai oleh Ernest Prakasa, film ini
diproduksi oleh Starvision Plus yang dirilis pada 28 Desember 2016. Ide cerita
film ini dibuat berdasarkan pada realitas etnis Tionghoa saat anak beranjak
dewasa, kuliah yang tinggi, mirisnya ujung-ujungnya bekerja di toko orang tuanya
sendiri.
2. Pemeran.
a. Abimana Aryasatya dalam film Gundala
Abimana berperan sebagai sancaka yaitu superheo gundala itu sendiri. Joko
Anwar merasa bahwa Abimana Aryasatya adalah aktor yang sempurna untuk
memerankan Sancaka alias Gundala karena auranya yang lemah lembut namun
kuat. Abimana Aryasatya (lahir 24 Oktober 1979)
adalah aktor berkebangsaan Indonesia. Abimana mulai terkenal ketika
membintangi sinetron Lupus Millenia pada tahun 1999, ketika ia memakai nama
lahirnya, yakni Robertino. Setelah memeluk agama Islam, ia kemudian
menggunakan nama panggung Abimana Aryasatya.
b. Tara Basro dalam film Perempuan Tanah Jahanam
Dalam film Perempuan Tanah Jahanam Tara Basro berperan sebagai maya, yaitu
pemeran utama. Tara Basro (lahir 11 Juni 1990) adalah
seorang model dan pemeran Indonesia keturunan Lampung dan Bugis, Sulawesi
Selatan. Ia memulai kariernya dari dunia modeling dengan menjadi finalis pada
pemilihan GADIS Sampul tahun 2005. Ia merupakan istri dari aktor
Indonesia, Daniel Adnan.
c. Reza Rahardian dalam Film Abracadabra
Dalam film Abracadabra Reza Rahardian berperan sebagai Lukman.
Film Abracadabra sendiri menjadi film fantasi pertama Reza setelah berkarier
lebih dari 13 tahun di dunia seni peran. Tuntutan penggemarnya yang
menginginkan ia berganti-ganti peran dan mencoba sesuatu yang baru membuat ia
tak berpikir 2 kali untuk memerankan karakter Lukman. Reza Rahadian
Matulessy adalah seorang aktor dan model Indonesia keturunan Iran dan Ambon,
Maluku. Ia memulai kariernya dari dunia modeling dengan meraih juara Favorite
Top Guest untuk majalah Aneka Yess! tahun 2004.
d. Ernest Prakasa dalam film Cek Toko Sebelah
Dalam film Cek Toko Sebelah Ernest berperan sebagai Erwin. Ernest
Prakasa (lahir 29 Januari 1982) adalah seorang pelawak
tunggal, aktor, sutradara, penulis skenario dan kritikus berkebangsaan Indonesia.
Ia mulai dikenal sejak meraih peringkat ketiga dalam acara Stand-Up Comedy
Indonesia di tahun 2011, saat ia menjadikan pengalamannya ketika didiskriminasi
sebagai keturunan Tionghoa di Indonesia untuk materi komedi tunggal.[1] Ernest
Prakasa merambah ke industri film dengan mengawali kiprahnya sebagai aktor
dan kemudian berkembang menjadi penulis skenario dan sutradara, yang sudah
menghasilkan lima film yakni Ngenest (2015), Cek Toko Sebelah (2016), Susah
Sinyal (2017), Milly & Mamet: Ini Bukan Cinta & Rangga (2018), dan Imperfect:
Karier, Cinta & Timbangan (2019).
3. Penata Artistik
a. Wencislaus de Rozari dalam film Gundala
Wencislaus de Rozari menjadi penata artistik di film gundala. Mengenyam
pendidikan seni rupa di Jurusan Desain Grafis, Fakultas Seni Rupa Institut
Kesenian Jakarta (FSR-IKJ) mulai 1996. Memasuki dunia film sebagagai Property
Master dalam Ada Apa Dengan Cinta? (Rudi Soedjarwo, 2001) dan Rumah
Ketujuh (Rudi Soedjarwo, 2002). Menjadi penata artistik pertama kali
dalam Berbagi Suami (Nia Dinata, 2006). Dilanjutkan dengan Perempuan Punya
Cerita (Nia Dinata, Lasja F Susatyo, Fatimah T Rony, dan Upi, 2007), Kala (Joko
Anwar, 2007), Radit dan Jani (Upi, 2008), Pintu Terlarang (Joko Anwar, 2009)
dan Modus Anomali (Joko Anwar, 2012). Mendapat pernghargaan Penata Artistik
Terpuji Festival Film Bandung (FFB) 2006 serta Penata Artistik Terbaik berturut-
turut pada Festival Film Indonesia (FFI) 2006 dan 2007. Pernah menjadi anggota
Komite Nominasi FFI 2011.
b. Frans XR Paat dalam film Perempuan Tanah Jahanam
Frans XR Paat menjadi pengarah seni dan perancang produksi didalam film
perempuan tanah jahanam, Frans XR Paat juga menjadi perancang produksi dalam
film sang kiai, night bus, semesta mendukung, banyu biru.
c. Vida Sylvia Pasaribu dalam film Abracadabra
Menjadi pengarah seni dalam film Abracadabra, Sweet 20, 27 Steps of may.
Mendapat penghargaan piala citra untuk pengarah artistik terbaik, piala maya
untuk tata artistik terbaik.
d. Windu Arifin dalam film Cek Toko Sebelah
Menjadi pengarah seni dalam film Cek Toko Sebelah, A Copy of My Mind, I
Know What You Did on Facebook. Windu Arifin juga menjadi perancang
produksi dalam film Milly & Mamet, The Underdogs.
4. Penulis Cerita
a. Joko Anwar dalam film Gundala
Selain joko anwar menjadi sutradara dalm film Gundala, Joko Anwar juga
menjadi penulis cerita. Joko Anwar (lahir 3 Januari 1976) adalah
seorang aktor, penulis
skenario, produser dan sutradara Indonesia keturunan Jawa, Melayu dan Batak, Su
matera Utara. Sejak duduk di sekolah menengah pertama, dia juga telah menulis
dan menyutradarai pertunjukan drama. Joko kemudian kuliah di Institut Teknologi
Bandung untuk belajar Aerospace Engineering karena orang tuanya tidak sanggup
menyekolahkannya ke sekolah film. Setelah lulus kuliah pada tahun 1999, dia
menjadi wartawan di The Jakarta Post dan kemudian kritikus film, sebelum
akhirnya menjadi seorang sineas.
b. Joko Anwar dalam film Perempuan Tanah Jahanam
Selain joko anwar menjadi sutradara dalm film Perempuan Tanah Jahanam, Joko
Anwar juga menjadi penulis cerita.
c. Faozan Rizal dalam film Abracadabra
Selain Faozan Rizal menjadi sutradara dalm film Abracadabra, Faozan Rizal juga
menjadi penulis cerita. Faozan Rizal (lahir di Tegal, 1973; umur 48 tahun) adalah
sinematografer (penata kamera) dan sutradara berkebangsaan Indonesia. Namanya
mulai dikenal di industri perfilman nusantara sejak menyutradari film Habibie &
Ainun yang dibintangi oleh Reza Rahardian dan Bunga Citra Lestari (2012).
Sebelumnya, Faozan lebih banyak berada di belakang layar, bekerja sama
dengan Hanung Bramantyo sebagai penata sinematografi dan penata kamera.\
d. Ernest Prakasa dan Jenny Jusuf dalam film Cek Tokoh Sebelah
Selain menjadi suradara Ernest juga menjadi penulis naskah, tapi dia tidak sendiri
melainkan dibantu oleh Jenny Jusuf. Jenny Jusuf adalah seorang penulis, penulis
naskah, advokat pemberdayaan perempuan, praktisi sosialitas holistik.
5. Produser
a. Sukhdev Singh, Wicky V. Olindo, Bismarka Kurniawan dalam film Gundala
Mereka adalah produser dalam film gundala.
Sukhdev singh lahir pada tanggal 21 april 1967, dengan pekerjaan sebagai
produser film.
Wicky Victor Olindo merupakan produser film Indonesia dan juga COO
Screenplay Production, sebuah rumah produksi film yang beroperasi di Jakarta.
Pria kelahiran 8 Mei ini telah menjajaki kariernya di bidang perfilman sejak tahun
2004 dengan menjadi produser eksekutif di beberapa film produksi Multivision
Pictures. Hingga 2019, Wicky tercatat telah memproduseri (sebagai produser dan
produser eksekutif) setidaknya 49 judul film Indonesia. Pada tahun 2019, Wicky
memproduseri film Gundala (2019) yang diadaptasi dari komik Gundala karya
Hasmi Suraminata. Gundala (2019) merupakan film pembuka Jagad Sinema Bumi
Langit yang akan disusul dengan film-film dengan karakter jagoan yang lain,
seperti Patriot Taruna: Virgo and The Sparklings, Sri Asih, Si Buta dari Gua
Hantu: Mata Malaikat, Godam & Tira, Mandala: Golok Setan, dan Patriot. 
Bismarka Kurniawan merupakan CEO dan Pendiri Bumilangit Entertainment,
sebuah grup perusahaan hiburan berbasis IP yang memiliki perpustakaan komik
pahlawan dan pejuang seni bela diri terbesar di Asia dengan lebih dari 1.100
karakter. Bumilangit Entertainment berfokus pada produksi film & animasi,
penerbitan komik dan lisensi & merchandising dan merupakan yang terdepan
dalam menciptakan industri karakter berbasis komik lokal di Indonesia. Memiliki
pengalaman langsung dalam mengoperasikan dan membangun nilai di industri
media, serta di sektor properti, pertambangan, keuangan, dan telekomunikasi.
b. Shanty Harmain, Tia Hasibuan, Aoura Luvenson Chandra, Ben Soebiakto dalam
film Perempuan Tanah Jahanam.
Shanty Harmayn Hofman (lahir 29 Juli 1967) adalah produser film Indonesia. Ia
merupakan produser yang melahirkan film-film seperti Perempuan Tanah
Jahanam (2019) yang meraih Piala Citra untuk kategori Film Cerita Panjang
Terbaik Festival Film Indonesia 2020, Sang Penari (2011) yang meraih Piala
Citra kategori Film Terbaik di Festival Film Indonesia 2012, film box office
keluarga bertema sepakbola Garuda di Dadaku (2011) dan Garuda di Dadaku
2 (2011) serta Pasir Berbisik (2001). Film Perempuan Tanah Jahanam juga resmi
menjadi wakil Indonesia untuk bersaing di kategori Film Fitur Internasional di
kancah Academy Awards ke-93 yang acara puncaknya akan digelar pada April
2021. Karier di dalam perfilman sudah dimulai dari 1999 sebagai pencetus,
pendiri, sekaligus direktur dari Jakarta International Film Festival (JiFFest) dan
In-DOCS pada tahun 2002. Lulusan jurusan film dari Stanford University ini saat
ini juga aktif sebagai dewan penasihat untuk Asosiasi Produser Film Indonesia
(APROFI) dan Singapore Media Festival serta menjabat sebagai Chief
Executive BASE Entertainment di Jakarta, Indonesia.
Tia Hasibuan mendirikan sebuah organisasi sekaligus perusahaan produksi
bernama Lo-Fi Flicks, Tia juga mendapat penghargaan piala citra untuk film
panjang terbaik.
Aoura Lovenson Chandra adalah direktur dari Simple Media, perusahaan yang
bergerak dalam bidang creative media di Jakarta. Iai juga terlibat di Yayasan
Goelali, yang setiap tahun menyelenggarakan Goelali Children Film Festival.
Aoura merupakan finalis IYCE Screen Award 2009.
Bernhard adalah CEO dan pendiri dari Octovate dan juga CEO dari fimela.com.
Ia adalah pengusaha muda yang memulai usahanya sendiri sejak ia masih duduk
di bangku SMA. Dengan latar belakang pendidikan Brand Design, di tahun 2005,
ia mendirikan holding company Octovate Group, sebuah sebuah kelompok
inkubator untuk pengusaha muda yang kreatif di bidang marketing komunikasi.
Grup terdiri dari beberapa spesialis terkemuka di bidang industri, seperti Yoris
Sebastian (OMG Consulting), Gunadi Sugiharso, Sumardy (OnBee), Kevin
Mintaraga (Magnivate Group), Dian Muljadi (Fimela.com), Hanung Bramantyo
(Dapur Film), Hakim Lubis (Octocomm) dan Calvin Kizana sebagai partner
barunya.
c. Ifa Isfansyah dan Justin Deimen dalam film Abracadabra
Ifa Isfansyah (lahir 16 Desember 1979) adalah seorang sineas di Indonesia. Ia
menyelesaikan studinya di Jurusan Televisi Institut Seni Indonesia
Yogyakarta pada tahun 2007. Pada tahun 2001, ia menjadi salah satu pendiri
komunitas film independen bernama Fourcolours Films yang aktif memproduksi
film-film pendek. Film pendek pertamanya, Air Mata Surga (menyutradarai
bersama Eddie Cahyono), diundang oleh Festival Film-Video Indonesia 2002
sebagai film pembuka.
Justin Deimen adalah seorang produser film.

d. Ir. Chand Parwez Servia dan Fiaz Servia dalam film Cek Toko Sebelah

Ir. Chand Parwez Servia (lahir 18 Februari 1959) merupakan


seorang pengusaha dan produser film Indonesia yang berketurunan India-
Indonesia. Chand Parwez Servia lahir sebagai anak kampung. Ia sudah ikut
membantu kakaknya yang pengusaha bioskop di kota kelahirannya, Tasikmalaya,
Jawa Barat, sejak usia remaja. Chand Parwez memang besar di keluarga
pedagang. Sejak kecil, ia biasa membantu orang tuanya yang memiliki usaha di
industri batik. Ketika meneruskan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor,
Chand mulai memimpin bioskop di Cirebon milik kakaknya. Ia termasuk lulus
tepat waktu walau harus bolak balik Bogor-Cirebon. Pada masa itulah ia harus
bernegosiasi dengan para produser sekaligus mempelajari cara kerja produser film
bahkan hingga produksi. Kegiatan Chand Parwez di bisnis film mulai dikenal luas
ketika ia berusaha mendirikan Festival Film Bandung yang kemudian dilarang
pemerintah orde baru. Agar kegiatan festival film itu bisa tetap berlangsung, ia
pun mengubah nama kegiatan menjadi Forum Film Bandung. Hingga akhirnya,
Chand Parwez untuk pertama kalinya mendirikan rumah produksi sendiri yaitu
PT. Kharisma Jabar Film melalui film pertamanya yang berkerja sama dengan
Pemerintah tingkat 1 Jawa Barat, "Si Kabayan Saba Kota". Hingga karya "Si
Kabayan Mencari Jodoh" tahun 1994, Chand Parwez mulai memutar otak.
Bioskop Indonesia mulai merasakan film indonesia mati suri dan pertelevisian
makin berkembang pesat. Hingga tahun 1994, Chand Parwez mendirikan rumah
produksi Kharisma Starvision Plus.

Fiaz Servia merupakan seorang produser film, Fiaz mendapat penghargaan piala
maya untuk film cerita panjang terpilih.

Anda mungkin juga menyukai