Anda di halaman 1dari 2

I GUSTI NGURAH PUTU WIJAYA

(Sumber Gambar : merdeka.com/I Gusti Ngurah Putu Wjaya)

I Gusti Ngurah Putu Wijaya adalah seorang sastrawan asal Bali yang telah menghasilkan
kurang lebih 30 novel, 40 naskah drama, seribu cerpen, ratusan esai, artikel lepas dan kritik
drama.
Rampan, Korrie (2000:367) mengatakan bahwa Putu Wijaya adalah seorang pelukis,
penulis drama, cerpen, esai, novel, skenario film dan sinetron yang lahir di Puri Anom Tabanan,
Kabupaten Tabanan, Bali pada tanggal 11 April 1944. Beliau merupakan anak bungsu dari lima
bersaudara. Sejak kecil Putu Wijaya menyukai dunia sastra. Ia pun menulis cerpen pertamanya
yang berjudul “Etsa”, dimana cerpen tersebut dimuat di harian Suluh Indonesia, Bali.
Putu Wijaya berkuliah di Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada. Putu Wijaya
mempelajari Seni Rupa Indonesia dan drama di Akademi Seni Drama dan Film. Putu Wijaya
meraih gelar sarjana hokum pada tahun 1969. Selama ia tinggal di Yogyakarta, ia bekerja
sebagai redaktur di majalah Ekspres dari tahun 1972 sampai 1979. Setelah itu Putu Wijaya
menjadi redaktur di majalah Tempo di tahun 1973, pada saat itu ia mendapat beasiswa untuk
belajar drama di Jepang selama satu tahun. Namu ia hanya bertahan selama 10 bulan dan
memutuskan untuk melanjutkan bekerja sebagai redaktur di majalah Tempo pada tahun 1974.
Lalu Putu Wijaya Bersama dengan rekan – rekannya di majalah Tempo memutuskan untuk
mendirikan Teater Mandiri.
Ketika Putu Wijaya duduk di bangku SMA, Ia memainkan drama pertamanya. Dimana
drama yang ia mainkan ia sutradarai sendiri dan dimainkan dengan kelompok yang ia dirikan di
Yogyakarta. Selama 7 tahun ia tinggal di Yogyakarta, akhirnya ia pindah ke Jakarta. Di Jakarta
ia bergabung dengan Teater Kecil, setelah itu ia melanjutkan dengan Teater Mandiri yang
didirikan pada tahun 1971. Adapun konsep dari Teater Mandiri tersebut yaitu “Bertolak dari
Yang Ada”.
Kemampuan Putu Wijaya dalam bermain drama membawanya ke luar negeri, ia bermain
drama di Festival Teater Sedunia di Nancy, Prancis pada tahun 1974 dan Festival Horizonte III
di Berlin Barat, Jerman pada tahun 1985. Ia juga berkeliling Amerika membawa Teater Mandiri
dalam pementasan drama Yel pada tahun 2001. Tidak hanya itu, Putu Wijaya juga perna
mengajar di Negara Amerika pada tahun 1985 sampai 1988.
Disamping itu, Putu Wijaya menulis scenario dan menjadi sutradara film. Adapun film
yang ia sutradarai yaitu Zig Zag, Plong dan Cas Cis Cus. Sedangkan sinetron yang ia sutradarai
sendiri yaitu None, PAS, Warteg, Duku Palsu dan Jari – jari. Tidak hanya itu, tiga skenario yang
ia tulis telah memenangkan Piala Citra, dimana tiga skenario yang ia tulis itu antara lain adalah
Perawan Desa, Kembang Kertas serta Ramadhan dan Ramona.
Selama ia tinggal di Yogyakarta, ia lebih sering mengikuti kegiatan yang berfokus pada
teater. Karena Putu Wijaya lebih terlihat menonjol di bidang teater, ia pun lebih dikenal sebagai
dramawan. Disamping berteater, Putu Wijaya juga menulis cerpen, novel dan esai. Dimana karya
– karyanya tersebut telah diterjemahkan kedalam Bahasa asing.
Menurut Kroco (1995:126) Cerita pendek karangannya kerap mengisi kolom pada Harian
Kompas dan Sinar Harapan. Novel-novel karyanya sering muncul di majalah Kartini, Femina,
dan Horison. Sebagai penulis skenario, ia telah dua kali meraih Piala Citra di Festival Film
Indonesia (FFI), untuk Perawan Desa (1980), dan Kembang Kertas (1985). Sebagai seorang
penulis fiksi yang produktif, sudah banyak buku yang dihasilkannya. Di antaranya, yang banyak
diperbincangkan adalah Bila Malam Bertambah Malam, Telegram, Pabrik, Keok, Tiba-Tiba
Malam, Sobat, dan Nyali. Sejumlah karyanya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda,
Inggris, Rusia, Perancis, Jepang, Arab, dan Thailand.
Gaya menulis Putu Wijaya cenderung menggunakan gaya objektif. Bahasaya ekspresif
karena ia lebih mementingkan perenungan ketimbang riwayat. Rachmat Djoko Pradopo memberi
komentar pada drama yang diciptakan oleh Putu Wijaya, dimana ia berkomentar bahwa Putu
Wijaya berani mengungkapkan kenyataan hidup karena naluri yang terpendam dalam alam
bawah sadar.

Anda mungkin juga menyukai