Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AKUNTANSI KEUANGAN DAN LEMBAGA


PENCATATAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Disusun Oleh Kelompok 3:

Gusti Ayu Amelia Dewi (02/ XI Akuntansi)


I Gusti Ayu Agung Rasya Laksmi P. S (03/ XI Akuntansi)
Ni Putu Gita Putri Pratiwi (15/ XI Akuntansi)
Ni Putu Idalaina Megawangi (16/ XI Akuntansi)
Ni Putu Reva Julia Dewi (17/ XI Akuntansi)

PEMERINTAH PROVINSI BALI


DINAS PENDIDIKAN, KEPEMUDAAN, DAN OLAHRAGA
SMK KHARISMA MENGWI
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................ii
1.1. Latar Belakang........................................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah................................................................................................2
1.3. Tujuan.....................................................................................................................3
1.4. Manfaat...................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Pengelolaan Keuangan Daerah..............................................................................4
2.2 Pencatatan Pendapatan..........................................................................................5
2.3 Pencatatan Belanja.................................................................................................6
2.4 Pencatatan Pembiayaan.........................................................................................7
2.5 Pencatatan Kewajiban...........................................................................................8
2.6 Pencatatan Ekuitas.................................................................................................9
2.7 Pengakuan, Pengukuran, dan Pengungkapan........................................................10

BAB III PENUTUP.............................................................................................................11


3.1 Kesimpulan..................................................................................................................12
3.2 Saran............................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahaan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah
tersebut. Dalam bab ini akan dibahas pencatatan pendapatan,belanja, dan penbiayaan. Untuk
menyelenggarakan akuntansi pemerintah daerah, kepala daerah menetapkan system
akuntansi pemerintah daerah dengan mengacu pada peraturan daerah tentang pokok-pokok
pengelolaan keuangan daerah. Sistem akuntansi pemerintahaan daerah disusun dengan
berpedoman pada prinsip pengendalian internentitas pelaporan dan entitas akuntansi yang
menyelenggarakan system akuntansi pemerintahaan daerah.

Untuk mewujudkan transparasi dang akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah


(pemda), salah satu upaya yang bisa dilakukan dengan melalui penyampaian laporan
pertanggungjawaban APBD berupa laporan keuangan yang memnuhi prinsip tepat waktu
dan tepat saji serta disusun sesuai standar akuntansi pemerintahan secara umum. Terdapat
bebrapa peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan pengelolaan dan laporan
pertanggungjawaban keuangan daerah. Undang- Undang yang dimaksud adalah undang-
undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, Undang- Undang No 1 Tahun 2004
tentang pembendaharaan Negara, Undang-Undang No 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Keuangan Daerah yang merupakan penjabaran dari berbagai perundang-undangan di


atas. Memenuhi amanat peraturan perundangan yaitu pasal 150 Peraturan Pemerintah No. 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan pasal 330 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerahyang
menyatakan bahwa ketentuan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah diatur
dengan peraturan daerah sesuai dengan Ketentuan praturan perundang- undangan maka
disusunlah Peraturan Bupati Bandung No. 9 Tahun 2008 tentang system dan prosedur
pengelolaan Keuangan daerah.dalam rangka memenuhi kebutuhan Kabupaten untuk
memiliki pedoman dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan yang lebih rinci dan
implementatif, maka perlu disusun Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan
Keuangan Daerah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah?
2. Bagaimana Sistem Pencatatan Pendapatan Daerah?
3. Apa pengertian pengelolaan keuangan daerah
4. Bagaimana definisi pencatatan pendapatan.
5. Bagaimana definisi pencatatan belanja
6. Bagaimana definisi pencatatan pembiayaan
7. Bagaimana pencatatan kewajiban
8. Bagaimana definisi pencatatan ekuitas
9. Apa itu pengakuan, pengukuran dan pengungkapan
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui system akuntansi pemeritah daerah
2. Untuk mengetahui pembaharuan dalam system akuntansi pemrintah daerah
3. Untuk mengetahui arus system akuntansi pemerintah daerah

1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan para siswa terkait system akuntansi pemerintah
2. Sebagai referensi materi akuntansi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengelolaan Keuangan Daerah


1. Pengertian Umum
Berdasarkan Ketentuan Umum UU No. 23 Tahun 2014 Tentang pemerintah daerah:
1. Daerah otonomi adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan Mengurus sengi,
2. Urusan Pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia Wilayah administratif adalah wilayah kerja perangka
pemerintah pusat untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah pusat di daerah dan wilayah kerja gubernur dan bupati wali
kota dalam melaksanakan urusan pemerintah umum di daerah.
3. Urusan pemerintah wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan
oleh semua daerah. Urusan pemerintah pilihan adalah urusan pemerintahan yang
wajib diselenggarakan oleh daerah semua daerah
4. Urusan pemerintah pilihan adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan
oleh daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah.
5. Pelayanan dasar adalah pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar warga
negara.
6. Standar pelayanan minimal adalah ketentuan mengenal jenis dan mutu pelayanan
dasar yang merupakan urusan pemerintahan wajib yang berhak diperoleh setiap
warga negara secara minimal.
7. Cakupan wilayah adalah daerah kabupaten/kota yang akan menjadi cakupan wilayah
daerah provinsi atau kecamatan yang akan menjadi cakupan wilayah daerah
kabupaten/kota.
8. Perangkat daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan DPRD dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.

2. Keuangan Daerah
Ruang lingkup keuangan daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
Pasal 2, meliputi sebagai berikut.
a. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan
pinjaman.
b. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan
membayar tagihan pihak ketiga
c. Penerimaan daerah
d. Pengeluaran daerah
e. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, Surat
berharga piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk
kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daefah.
f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.)

3. Pengelolaan Keuangan Daerah


Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang melputi perencanaan,
Pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, penanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah. pengelolaan keuangan daerah diatur dalam peraturan pemerintah Nomor 58 Tahun
2005 Pasal 3, meliputi sebagai Pemerintah
1) Asas Umum pengelolaan keuangan daerah
2) Pejabat-pejabat yang mengelola keuangan daerah
3) Struktur APBD
4) Penyusunan RKPD, KUA, PPAS, dan RKA-SKPD
5) Penyusunan dan penetapan APBD
6) Pelaksanaan dan perubahan APBD
7) Penatausahaan keuangan daerah.
8) Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
9) Pengendalian defisit dan penggunaan surplus APBD.
10) Pengelolaan kas umum daerah
11) Pengelolaan piutang daerah
12) Pengelolaan investasi daerah
13) Pengelolaan barang milik daerah.
14) Pengelolaan dana cadangan.
15) Pengelolaan utang daerah
16) Pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah.
17) Penyelesaian kerugian daerah.
18) Pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah.
19) Peraturan pengelolaan keuangan daerah.

4. Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah


Asas Umum pengelolaan keuang daerah diatur dala Peraturan Pemerintah Nomo 58 Tahun
2005 Pasal 4, meliputi sebagai berikut:
a. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan
efisiensi, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan asas keadilan, kepatuhan, dan manfaat untuk masyarakat.
b. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi
yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan
daerah.

2.2 Pencatatan Pendapatan


1. Pengertian pendapatan
Pendapatan dalam akuntansi komersial adalah aliran kas masuk atau kenaikan aset
entitas atau penurunan utang atau kombinasi keduanya dalan suatu periode yang berasal dari
penyerahan barang, jasa atau kegiatan utama lain dari suatu entitas. Sementara itu,
pendapatan dalam akuntansi pemerintah adalah semua penerimaan rekening kas
umum/daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali. Menurut
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006, pendapatan sebagai hak pemerintah
daerah yang diakui sebagai penambahan nilai kekayaan bersih. Pendapatan daerah adalah
hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambahan nilai kekayaan bersih.

2. Pendapatan Laporan Realisasi Anggaran (LRA)


Pendapatan LRA adalah semua penerimaan rekening kas umum/daerah yang menambah
saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah dan tidak perlu dibayar oleh pemerintah. Pendapatan LRA dicatat berdasarkan
basis kas.
3. Pendapatan Laporan Operasional (LO)
Pendapatan LO merupakan hak pemerintah sebagai penambahan ekuitas dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. Pendapatan LO dicatat
berdasarkan basis akrual.
4. Jenis Pendapatan Daperah
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan daerah yang bersumber dari daerah itu
sendiri.
b. Dana Perimbangan (transfer pendapatan)
Pendapatan transfer adalah pendapatan yang bersumber dari transfer pemerintah pusat
dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.
c. Lain-lain Pendapatan yang Sah
Lain-lain pendapatan yang sah adalah pendapatan yang tidak diklasifikasikan ke dalam
pendapatan asli daerah maupun pendapatan transfer.
d. Surplus nonoperasional
Pos surplus/defisit dari kegiatan nonoperasional terdiri dari pendapatan dan beban
yang sifatnya tidak rutin dan bukan tugas pokok dan fungsi entitas. Sementara itu,
surplus anggaran daerah adalah selisih lebih antara pendapatan daerah dan belanja
daerah. Dan defisit anggaran daerah adalah selisih kurang antara pendapatan daerah
dan belanja daerah.
e. Pendapatan Luar Biasa
Pos luar biasa terdiri dari pendapatan dan beban yang sifatnya tidak sering terjadi,
tidak dapat diramalkan, dan berada di luar kendali entitas.

2.3 Pencatatan Belanja


1. Definisi Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh bendaharawan umum
pemerintah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Berdasarkan PP No.71 Tahun 2010, belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas
umum negara/daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran
berjalan yang tidak akan diperoleh tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang
menurunkan ekuitas, baik berupa pengeluaran aset maupun timbulnya kewajiban.Beban
menggambarkan kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih
dan merupakan istilah yang digunakan untuk pengeluaran pada laporan operasional.

2. Jenis Belanja
a. Belanja operasi, yaitu pengeluaran anggaranuntuk kegiatan sehari-hari pemerintah
pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi meliputi belanja
pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, dan bantuan sosial.
b. Belanja modal, yaitu pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya
yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi
belanja modal untuk perolehan tanah, gedung, dan bangunan, peralatan, dan aset tak
berwujud.
c. Belanja tak terduga, yaitu pengeluaran anggaranuntuk kegiatan yang bersifat tidak
biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana
sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.
d. Beban transfer, yaitu beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk
mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain yang
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.

Belanja Beban

 Pengeluaran Kas  Kewajiban Pemrintah


 Mengurangi SAL  Pengurang Ekuitas
 Tahun anggaran yang  Tahun anggaan yang
bersangkutan bersangkutan
 Tidak diterima  Tidak diperoleh
kembali kembali
 Dicatat dengan bsis kas  Dicatat dengan basis
akrual
 Disajikan dalam  Disajikan dalam LRO
LRA

2.4 Pencatatan Pembiayaan


1. Definisi Pembiayaan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 02,
pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan
maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksud untuk menutup defisit dan/atau memanfaatkan
surplus anggaran. Sementara itu, pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu
dibayar dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun anggaran yang akan datang.
2. Elemen Pembiayaan
a. Penerimaan pembiayaan, yaitu semua penerimaan rekening kas umum daerah antara
lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi
perusahaan daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada pihak ketiga,
penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadagangan.
Berikut ini adalah standar Jurnal untuk mencatat transaksi penerimaan kas
pendapatan di SKPD:
No Transaksi Standar Jurnal
1 Penerimaan kas Dr. Kas di Bend. Penerimaan........................XX
pendapatan pajak Cr. Pajak Daerah ..........................XX
daerah

2 Penerimaan kas Dr. Kas di Bend. Penerimaan........................XX


pendapatan Cr. Retribusi Daerah.......................................XX
retribusi daerah
3 Penerimaan kas Dr. Kas di Bend. Penerimaan........................XX
hasil pengelolaan Cr. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
kekayaan daerah dipisahkan.................................................XX
yang dipisahkan
4 Penerimaan kas Dr. Kas di Bend. Penerimaan........................XX
Lain-lain PAD Cr. Lain-lain PAD yang Sah ...........................XX
yang Sah

 Ilustrasi Jurnal

Pada bagian ini akan diberikan beberapa contoh transaksi penerimaan kas, pada
Dinas Pendapatan (Dispenda) yang bertindak sebagai SKPD:

Pada tanggal 5 Februari 2011 PPK-SKPD Dispenda menerima SPJ Bendahara


Penerimaan beserta lampirannya dari Bendahara Penerimaan. Berdasarkan SPJ
dan lampiran tersebut diketahui bahwa selama bulan Pebruari 2011, Dispenda
menerima pendapatan yang diantaranya adalah sebagai berikut (asumsi
penerimaan kas pendapatan melalui bendahara penerimaan):

5 Pebruari 2011 Dispenda menerima pendapatan yang berasal dari pembayaran


pajak hotel bintang Tiga sebesar Rp10.000.000,00.
5 Pebruari 2011 Dispenda menerima pendapatan dari pembayaran pajak
restoran dari Cafe Del Mar sebesar Rp2.500.000,00

Tanggal Kode Akun Uraian Debit Kredit


5/2/2011 1.2.1.20.06.1.1.02.01 Kas di 10.000.000,00
Bend.
Penerim
aan
1.20.1.20.0600.00.4.1.1.01 Pajak Hotel 10.000.000,00
Bintang
Tiga
5/2/2011 1.20.1.20.061.1.1.02.01 Kas di 2.500.000,00
Bend.
Penerim
aan
1.20.1.20.06.00.00.4.1.1.02 Pajak 2.500.000,00
Restoran
Cafe
10/2/2011 1.20.1.20.06. 1.1.1.02.01 Kas di 500.000.00
Bend
Penerim
aan
1.20.1.20.06.00.00.4.1.2.02 Retribusi 500.000,00
Pemakaian
Kekayaan
Daerah

b. Pengeluaran pembiayaan, yaitu semua pengeluaran rekening kas umum negara/daerah,


antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaaan modal pemerintah,
pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan
pembentukan dana cadangan. Pembentukan dana cadangan berfungsi untuk mendanai
kegiatan yang penyediaan dananya tidak dana sekaligus/sepenuhnya dibebankan
dalam satu tahun anggaran.
c. Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi
pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu.

2.5 Pencatatan Kewajiban


1. Pengertian Kewajiban
Pengertian kewajiban sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
(PSAP) Nomor 09 adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah Kewajiban pemerintah juga
dapat terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah, kewajiban
kepada masyarakat luas berupa kewajiban tunjangan, Kompensasi, ganti rugi, kelebiahan
setoran pajak dari wajib pajak, alokasi/realokasi pendapatan ke enyitas lainnya.

2. Klasifikasi Kewajiban
Kewajiban dapat dikualifikasikan menjadi kewajiban jangka pendek dan kewajiban
jangka Panjang. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika
diharapkan dibayar dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan. Semua kewajiban
lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka Panjang
hanya terdapat di PPKD. Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos kewajiban
yang mencakup jumlah -jumlah yang diharapkan akan diselesaikan setelah tanggal
pelaporan. Informasi tentang tanggal jatuh tempo kewajiban keuangan bermanfaat untuk
menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas pelaporan.
Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang sama seperti asset
lancar. Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu
12 bulan setelah tanggal pelaporan, misalnya bunga pinjaman, utang jangka pendek dari
pihak ketiga, utang perhitungan pihak ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka
Panjang. Berikut penerapan nilai keungan untuk masing-masing pos kewajiban pada laporan
keuangan:
a. Utang Pihak Ketiga
Pada saat Pemerintah menerima ha katas barang, termasuk barang dalam
perjalanan yang telah menjadi haknya, Pemerintah harus mengakui kewajiban atas
jumlah yang belum dibayarkan untuk barang tersebut.
b. Utang Transfer
Adalah kewajiban suatu entitas pelaporan untuk melakukan pembayaran kepada
entitas lain sebagai akibat ketentuan perundang-undangan.
c. Utang Bunga
Utang bunga atas utang pemerintah harus dicatat sebesar biaya bunga yang telah
terjadi dan belum dibayar. Bunga yang dimaksud berasal dari utang pemerintah, baik
dari dalam maupun luar negeri.
d. Utang Perhitungan Pihak Ketiga
Pada Akhir periode pelaporan, saldo pungutan/ potongan berupa Perhitungan Pihak
Ketiga (PPK) yang belum disetorkan kepada pihak lain harus dicatat pada laporan
keuangan sebesar jumlah yang harus disetorkan.
e. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Nilai yang dicantumkan dalam laporan keuangan untuk bagian lancar utang jangka
panjang adalah jumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan setelah tanggal
pelaporan.
f. Kewajiban Lancar Lainnya
Kewajiban lancar lainya merupakan kewajiban lancar yang tidak termasuk dalam
kategori yang ada. Yang termasuk dalam kewajiban lancar tersebut adalah biaya yang
masih harus dibayar pada saat pelaporan keungan disusun.
g. Utang Pemerintah yang tidak Diperjualbelikan
Nilai nominal yang atas utang pemerintah yang tidak diperjualbelikan (non-traded-
debt) merupakan kewajiban entitas kepada pemberi utang sebesar pokok utang dan
bunga sesuai yang diatur dalam kontrak perjanjian dan belum diselesaikan pada
tanggal pelaporan.
h. Utang Pemerintah yang dapat Diperjualbelikan
Jenis sekuritas utang pemerintah harus dinilai sebesar nilai pari (original face value)
dengan memperhitungkan diskonto atau premium sebelum diamontrisasi. Sekruitas
yang dijual dengan harga diskonto akan bertambah nilainya selama periode penjualan
dan jatuh tempo. Sementara itu nilai sekuritas yang dijual dengan harga premi akan
berkurang.

Klasifikasi Kewajiban Jangka Pendek:

Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)


21101 Utang Taspen
21102 Utang Iuaran Jaminan Kesehatan
21103 Utang PPh Pusat
21104 Utang PPN Pusat
21105 Utang Taperum
21106 Utang Iuran Wajib Pegawai
21107 Utang Jaminan
21108 Utang Perhitungan Pihak Ketiga Lainnya
Utang Bunga
21201 Utang Bunga kepada Pemerintah
21202 Utang Bunga kepada Pemerintah Lainnya
21203 Utang Bunga kepada BUMN/BUMD
21204 Utang Bunga kepada Bank/Lembaga Keuangan Bukan Bank
21205 Utang Bunga Dalam Negeri Lainnya
21206 Utang Bunga Luar Negeri
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
21301 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan
21302 Bagian Lancar Utang dari Lembaga Keuangan Bukan Bank
21303 Bagian Lancar Utang Pemerintah Pusat
21304 Bagian Lancar Utang Pemerintah Provinsi Lainnya
21305 Bagian Lancar Utang Pemerintah Kabupaten/Kota
Pendapatan Diterima di Muka
21401 Setoran Kelebihan Pembayaran dari Pihak ke-3
21402 Uang Muka Penjualan Produk Pemda dari Pihak ke-3
21403 Uang Muka Penjualan Aset Daerah
21404 Pendapatan diterima dimuka Lainnya
Utang Belanja
21501 Utang Belanja Pegawai
21502 Utang Belanja Barang dan Jasa
21503 Utang Belanja Modal
21404 Utang Belanja Subsidi
21405 Utang Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
21406 Utang Belanja Lain-lain
Utang Jangka Pendek Lainnya
21601 Utang Kelebihan Pembayaran PAD
21602 Utang Kelebihan Pembayaran Transfer
21603 Utang Kelebihan Pembayaran Lain-lain Pendapatan yang
Sah
21604 Utang Transfer
21605 Utang Jangka Pendek Lainnya

Klasifikasi Kewajiban Jangka Panjang:


Utang Dalam Negeri
22101 Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan
22102 Utang Dari Lembaga Keungan Bukan Bank
22103 Utang Dalam Negeri Obligasi
22104 Utang Pemerintah Pusat
22105 Utang Pemerintah Daerah Lainnya
22106 Utang Dalam Negeri Lainnya
Utang Jangka Panjang Lainnya
22201 Utang Jangka Panjang Lainnya

2.6 Pencatatan Ekuitas


1. Laporan Perubahan Ekuitas
Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 09,
Ekitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara asset dan
kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Berikut perubahan ekuitas menyajikan
sekurang-kurangnya pos-pos:
a. Ekuitas awal: yaitu ekuitas yang berasal dari akhir tahun sebelumnya, yang diperoleh
dari laporan perubahan laporan ekuitas tahun sebelumnya.
b. Surplus/defisit LO Pada periode bersangkutan atau tahun berjalan.
c. Koreksi-koreksi yang langsung menambah/ mengurangi ekuitas, yang antara lain
berasal dari dampak komulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi
dan koreksi kesalahan mendasar
d. Ekuitas Akhir, yang diperoleh dari hasil penjumlahan antara ekuitas awal ditambah
surplus/ defisit LO periode berjalan dan koreksi kesalahan.

2. Ekuitas SAL
Ekuitas SAL digunakan untuk mencatat akun perantara dalam rangka penyusunan
laporan Perubahan SAL, yang mencakup antara lain entimasi pendapatan, entimasi
penerimaan pembiayaan, apropriasi belanja, apropriasi pengeluaran pembiayaan, dan
entimasi perubahan SAL, surplus/ defisit-LRA. Ekuitas untuk dikonsolidasikan digunakan
untuk mencatat reciprocal account untuk kepentingan konsolidasi yang mencakup rekening
koran PPKD.

2.7 Pengakuan, Pengukuran, Dan Pengungkapan


1. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan LRA
a. Pengakuan Pendapatan LRA
Pendapatan diakui pada saat:
 Diterima di rekening kas umum daerah, atau
 Diterima oleh SKPD, atau
 Diterima entitas Iain di luar pemerintah daerah atas nama BUD.

b. Pengukuran Pendapatan LRA


1) Akuntansi Pendapatan — LRA dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya
(setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
2) Pendapatan – LRA diukur dengan menggunakan nilai nominal kas yang
masuk ke kas daerah dari sumber pendapatan dengan menggunakan asas
bruto, yaitu pendapatan dicatat tanpa dikurangkan/dikompensasikan dengan
belanja yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
3) Dalam hal besaran pengurang terhadap Pendapatan LRA bruto (biaya)
bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan
terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat
dikecualikan.
4) Pengecualian asas bruto dapat terjadi jika penerimaan kas dari pendapatan
tersebut lebih mencerminkan aktivitas pihak lain dari pada pemerintah daerah
atau penerimaan kas tersebut berasal dari transaksi yang perputarannya cepat,
volume transaksi banyak, dan jangka waktunya singkat.

2. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan 1.0


a. Pengakuan pendapatan LO
Pendapatan LO diakui pada saat:
 Timbulnya hak atas pendapatan. Kriteria ini dikenal juga Dengan earned.
 Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi baik
sudah diterima pembayaran secara tunai (realized) maupun masih berupa
piutang (realizable)

1) Pengakuan pendapatan-LO pada PPKD ) Pendapatan asli daerah (PAD)


Merupakan pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
 PAD melalui penetapan
PAD yang masuk ke dalam kategori ini adalah tuntutan ganti kerugian daerah,
pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda
pajak, dan pendapatan denda retribusi
 PAD tanpa penetapan
PAD yang masuk ke dalam kategori ini antara lain penerimaan jasa giro,
pendapatan bunga deposito, komisi, potongan dan selisih nilai tukar rupiah,
pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan fasilitas umum, pendapatan
dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari
angsuran/cicilan penjualan, dan hasil dari pemanfaatan kekayaan daerah.

 PAD dari hasil eksekusi jaminan


Pendapatan hasil eksekusi jaminan diakui saat pihak ketiga tidak menunaikan
kewajibannya.

b) Pendapatan transfer
Pemerintah pusat akan mengeluarkan ketetapan mengenai jumlah dana transfer yang
akan diterima oleh pemerintah daerah.Walaupun demikian, pendapatan transfer dapat
diakui pada saat terbitnya peraturan mengenai penetapan alokasi, jika itu terkait
dengan kurang salur.
c) Lain-lain pendapatan daerah yang sah Merupakan kelompok pendapatan lain yang
tidak termasuk dalam kategori pendapatan sebelumnya,Naskah perjanjian hibah yang
ditandatangani belum dapat dijadikan dasar pengakuan pendapatan LO mengingat
adanya proses dan persyaratan untuk realisasi pendapatan hibah tersebut
d) Pendapatan nonoperasional
Pendapatan nonoperasional mencakup antara lain surplus penjualan aset nonlancar,
surplus penyelesaian kewajiban jangka panjang, surplus dari kegiatan nonoperasional
lainnya. Pendapatan nonoperasional diakui ketika dokumen sumber berupa berita
acara kegiatan (misal: berita acara penjualan untuk mengakui surplus penjualan aset
nonlancar) telah diterima.

2) Pengakuan pendapatan – LO pada SKPD


Pendapatan daerah pada SKPD hanya sebagian dari pendapatan asli daerah, yaitu
pendapatan pajak daerah dalam hal instansi pungutan pajak terpisah dari BUD,
pendapatan retribusi dan sebagian dari lain-lain PAD yang sah! Alternatif pengakuan
pendapatan tersebut dapat dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
a) Alternatif satu (1), yaitu kelompok pendapatan pajak yang didahului oleh penerbitan
surat ketetapan pajak daerah (SKP Daerah) untuk kemudian dilakukan pembayaran
oleh wajib pajak yang bersangkutan.
b) Alternatif dua (2), yaitu kelompok pendapatan pajak yang didahului dengan
perhitungan sendiri oleh wajib pajak (self-assessment) dan dilanjutkan dengan
pembayaran oleh wajib pajak berdasarkan perhitungan tersebut
c) Alternatif tiga (3), yaitu kelompok pendapatan retribusi yang pembayarannya
diterima untuk memenuhi kewajiban dalam periode tahun berjalan.

b. Pengukuran pendapatan LO
 Pendapatan LO nonpertukaran diukur sebesar aset yang diperoleh dari
transaksi nonpertukaran yang pada saat perolehan tersebut diukur dengan
nilai wajar.
 Pendapatan LO dari transaksi pertukaran diukur dengan menggunakan harga
sebenarnya (actual price) yang diterima ataupun menjadi tagihan sesuai
dengan perjanjian yang telah membentuk harga.

3. Pengakuan dan Pengukuran Belanja


a. Pengakuan belanja
1) Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening kas umum
daerah.
2) Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan terjadi pada
saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh pengguna
anggaran.
b. Pengukuran belanja
Akuntansi belanja dilaksanakan berdasarkan asas bruto dan tercantum dalam
dokumen pengeluaran yang sah.

4. Pengakuan dan Pengukuran Pembiayaan


a. Pengakuan pembiayaan
1) Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada rekening kas umum
daerah.
2) Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari rekening kas umum
daerah.
b. Pengukuran pembiayaan
1) Pengukuran pembiayaan menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai
sekarang kas yang diterima atau yang akan diterima dan nilai sekarang kas
yang dikeluarkan atau yang akan dikeluarkan.
2) Pembiayaan yang diukur dengan mata uang asing Dikonversikan ke mata uang
rupiah berdasarkan nilai Tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada tanggal
transaksi Pembiayaan.

5. Pengakuan dan Pengukuran Kewajiban


a. Pengakuan kewajiban
Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya
ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat
pelaporan.Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima oleh pemerintah atau
dikeluarkan oleh kreditur sesuai dengan kesepakatan, dan/atau pada saat kewajiban
timbul Kewajiban dapat timbul dari:
 Transaksi dengan pertukaran (exchange transactions).
 Transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transactions), sesuai Hukum yang
berlaku dan kebijakan yang diterapkan, yang belum dibayar luas sampai
dengan saat tanggal pelaporan.
 Kejadian yang berkaitan dengan pemerintah (government- related events).
 Kejadian yang diakui pemerintah (government-acknowledged events).

b. Pengukuran kewajiban
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing
dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing
menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. Nilai nominal atas
kewajiban mencerminkan nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali
transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera pada lembar surat utang pemerintah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari materi yang sudah disampaikan tadi dapat kita simpulkan bahwa Standar
Akuntansi Pemerintah Daerah berpengaruh Terhadap Peningkatan Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah yang artinya apabila Standar Akuntansi Pemerintah Daerah
baik maka, Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah akan mengalami peningkatan,
dan sebaliknya apabila Standar Akuntansi Pemerintah Daerah kurang baik maka Kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah akan menurun. Permasalahan yang terjadi pada
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah adalah kurang relevannya laporan keuangan pada
Satuan Kerja Perangkat.
Ketidaksiapan pemerintah daerah ditandai dengan hasil penelitian dilapangan yang
menunjukan bahwa regulasi standar akuntansi pemerintah masih terdapat kelemahan karena
ketidaksiapan pemerintah dalam mengimplementasikannya. Kekurangan ini ditandai dengan
hasil penelitian dilapangan yang menunjukan bahwa ketepatan waktu pemerintah dalam
menyampaikan informasi masih kurang berjalan dengan baik.

3.2 Saran
Pencatatan keuangan untuk usaha tentunya akan membantu Anda mengetahui berapa
modal usaha yang sudah dikeluarkan sehingga mempermudah dalam menentukan target dan
rencana kedepannya Tidak hanya pengeluaran saja, catatan pemasukan juga sangat penting
dilakukan oleh setiap perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai