Disusun oleh :
Yusuf Ibrahim
(16.S1.05.00..)
Nurhudaya
(16.S1.05.00...)
Izul Abdillah
(16.S1.05.0033)
Dosen Pembimbing :
Rahmat Fauzi, S.E., M.E.Sy
DAFTAR ISI........................................................................................................................1
BAB I PEDAHULUAN.......................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................5
BAB V PENUTUP………………………………………………………………………… 19
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................19
4.2 Saran........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bagian penting dari pengelolaan
keuangan daerah yang mencakup keseluruhan kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, Akuntansi, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan Keuangan
daerah. Pengelolaan keuangan daerah khususnya yang berkenaan dengan akuntansi,
pelaporan dan pertanggungjawaban mengacu pada peraturan perundang-undangan yaitu
antara lain UU Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara, UU Nomor 15 tahun
2004 tentang Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara, UU
Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, peraturan pemerintan Nomor 24
tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, peraturan pemerintah Nomor 58
tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintan Nomor 8 tahun
2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Mentri
Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentan Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Untuk menyelenggarakan akuntansi pemerintah daerah, kepala daerah menetapkan
sistem akuntansi pemerintahan daerah dengan mengacu pada peraturan daerah tentang
pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah. Sistem akuntansi pemerintahan daerah
disusun dengan berpedoman pada prinsip pengendalian internentitas pelaporan dan
entitas akuntansi yang menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintahan daerah.
Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
pemerintah daerah (pemda), salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan melalui
penyampaian laporan pertanggungjawaban APBD berupa laporan keuangan yang
memenuhi prinsip tepat waktu dan tepat saji serta disusun sesuai standar akuntansi
pemerintahan yangberterima secara umum.Terdapat beberapa peraturan perundang-
undangan yang menjadi acuan pengelolaan dan laporan pertanggungjawan keuangan
daerah.Undang-undang dimaksud adalah Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Untuk memudahkan pelaksanaan berbagai peraturan perundangan di atas dan
mencegah timbulnya multitafsir dalam penerapannya, pemerintah telah menerbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah yang merupakan penjabaran dari berbagai perundang-undangan di
atas.Memenuhi amanat peraturan perundangan yaitu pasal 150 Peraturan Pemerintah
No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan pasal 330 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah yang menyatakan bahwa ketentuan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan
daerah diatur dengan peraturan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan maka disusunlah Peraturan Bupati Bandung No. 9 Tahun 2008 tentang
Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah.Dalam rangka memenuhi
kebutuhan Kabupaten Bandung untuk memiliki pedoman dalam pelaksanaan
pengelolaan keuangan yang lebih rinci dan implementatif, maka perlu disusun Manual
Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah.Pemerintah Kabupaten
Bandung Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah.
DPRD adalah badan yang memberikan otorisasi kepada pemda untuk mengelola
keuangan daerah.
2. Badan pengawas keuangan ( BPK )
Pihak eksternal yang termasuk dalam kategori investor, kreditur, dan donatur meliputi
badan atau organisasi seperti pemerintah, lembaga keuangan, maupun lainnya, baik dari
dalam negeri maupun luar negeri, yang menyediakan sumber keuangan bagi pemda.
4. Analis ekonomi dan pemerhati pemda
Pihak eksetrnal yang termasuk dalam kategori analis ekonomi dan pemerhati pemda
merupakan pihak-pihak, seperti lembaga pendidikan (termasuk perguruan tinggi
beserta akademisinya), ilmuwan, peneliti, konsultan, dan lain-lain, yang menaruh
perhatian atas aktivitas yang dilakukan pemda.
5. Rakyat
Rakyat di sini adalah kelompok masyarakat yang menaruh perhatian kepada aktivitas
pemerintah, khususnya yang menerima pelayanan pemda atau yang menerima produk
dan jasa dari pemda.
6. Pemerintah pusat
Pemerintah pusat memiliki kepentingan yang sangat kuat dengan pemda karena
tentunya memerlukan laporan keuangan pemda untuk menilai pertanggungjawaban
gubernur sebagai wakil pernerintah.
7. Pemda (provinsi, kabupaten, atau kota) lain
Pemda suatu daerah dengan daerah lain saling berhubungan dan memiliki
kepentingan dalam hal ekonomi, misalnya dalam hal melakukan pinjaman.
3. Untuk mengetahui kebijakan umum dan asas dalam sistem akuntansi pemerintah daerah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Aktiva adalah sumber- sumber ekonomi yang dikuasai oleh suatu entitas dan masih
memberikan kemanfaatan pada masa yang akan datang. Sementara utang adalah
pengorbanan-pengorbanan ekonomi untuk menyerahkan aktiva atau jasa kepada entitas
lain pada masa yang akan datang. Jadi ekuitas dana adalah hak sisa (residu) dari aktiva
setelah dikurangi utang.
3. Pemda Memiliki Perhitungan Pendapatan dan Biaya yang Berbeda dengan Badan Usaha
(Perusahaan).
Dalam konteks keuangan daerah, pemda juga menerima aktiva berupa pendapatan, yaitu
pendapatan asli daerah (PAD) dan dana perimbangan. Jadi, pendapatan adalah semua
penerimaan daerah dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang mempengaruhi
kekayaan daerah. Pemda juga mengeluarkan biaya untuk melaksanakan pelayanan publik
dan kegiatan-kegiatan lainnya yang disebut dengan belanja daerah yang terjadi pada suatu
periode anggaran.
Contoh belanja daerah antara lain belanja pegawai, belanja bunga, belanja bagi hasil dan
bantuan keuangan, serta belanja tak terduga. Pendapatan dan biaya atau belanja daerah
menyebabkan perubahan pada ekuitas dana. Pendapatan pemda menyebabkan ekuitas dana
bertambah, sedangkan biaya atau belanja akan menyebabkan ekuitas dana menurun.
Setelah memahami karakteristik akuntansi pemerintah daerah maka para pembaca akan
lebih mudah membedakan macam macam akuntansi yang digunakan oleh berbagai jenis
organisasi dan badan usaha sesuai bidang bidang akuntansi.
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari studi – studi sebelumnya data
sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti jurnal, laporan, buku dan sebagainya.
3.2 Pengumpulan Data
Metode penulisan bersifat studi pustaka. Informasi didapatkan dari berbagai literatur dan
disusun berdasarkan hasil studi dari informasi yang diperoleh. Penulisan diupayakan saling
berhubungan sesuai dengan topik yang dibahas.
3.3 Analisis Data
Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik pembahasan, Kemudian
dilakukan penyusunan makalah berdasarkan data yang telah dipersiapkan secara baik.
3.4 Penarikan Kesimpulan
Simpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah,tujuan penulisan, serta
pembahasan. Simpulan yang ditarik mempresentasikan pokok bahasan makalah, serta
didukung dengan saran praktis sebagai rekomendasi selanjutnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagan akun berisi nama dan kode akun yang akan digunakan untuk mencatat dan
mengklasifikasikan setiap jenis transaksi yang serupa secara detil. Nama dan kode
akun dapat dikembangkan dari struktur/format laporan keuangan yang ingin
dihasilkan oleh pemda sesuai dengan SAP.
4.2 Pembaharuan Dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Neraca dan laporan arus kas merupakan bentuk laporan yang baru pemerintah
daerah dan untuk dapat menyusunnya diperlukan adanya standar akuntansi. Sistem
akuntansi keuangan pemerintahan yang diterapkan sejak bangsa ini merdeka 59 tahun
yang lalu didasarkan Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia (ICW) Staatblads
1928, yang memang tidak diarahkan atau ditujukan untuk menghasilkan laporan neraca
dan laporan arus kas.
Dengan adanya reformasi atau pembaharuan di dalam sistem pertangungjawaban
keuangan daerah, sistem lama yang digunakan oleh Pemda baik pernerintah provinsi
maupun pemerintah kabupaten/kota yaitu Manual Administrasi Keuangan Daerah
(MAKUDA) yang diterapkan sejak 1981 tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda
untuk menghasilkan laporan keuangan dalam bentuk neraca dan laporan arus kas. Untuk
dapat menghasilkan laporan keuangan tersebut diperlukan suatu sistem akuntansi
keuangan daerah yang didasarkan atas standar akuntansi pemerintahan.
Sistem yang lama (MAKUDA) dengan ciri-ciri antara lain Single Entry(pembukuan
tunggal),Incremental Budgeting (penganggaran secara tradisional) yang:
Tidak mampu memherikan informasi mengenai kekayaan yang dimiliki oleh
daerah atau dengan kata lain tidak dapat memberikan laporan neraca.
Tidak mampu memberikan informasi mengenai laporan aliran kas sehingga
manajemen atau publik tidak dapat mengetahui faktor apa saja yang
menyebabkan adanya kenaikan atau penurunan kas daerah.
Sistem yang lama (MAKUDA) ini juga tidak dapat membantu daerah untuk
menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berbasis kinerja
sesuai tuntutan masyarakat. Tidak mampu memberikan informasi mengenai
kekayaan yang dimiliki oleh daerah, atau dengan kata lain tidak dapat
memberikan laporan neraca.
Pembaharuan di dalam manajemen keuangan daerah sebagaimana yang
dikehendaki ketentuan perundang-undangan yang ada telah direspons oleh pemerintah
pusat dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai asosiasi profesi yaitu dengan
dihentuknya “Kornite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah”. Komite ini
bertugas untuk merumuskan dan mengembangkan konsep Standar Akuntansi
Pemerintah Pusat dan Daerah, yang keanggotaannya terdiri dari kalangan birokrasi
(Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri dan BPKP), IAI dan kalangan
akademisi.
Dengan adanya Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah, isu
mcngenai siapa yang berkewenangan untuk menetapkan standar akuntansi pernerintah
pusat dan pemerintah daerah sudah dapat terpecahkan. Berdasarkan UU Nomor 1 tahun
2004, pemberlakuan Standar Akuntansi Pemerintahan yang dihasilkan oleh Komite
Standar setelah meminta pertimbangan BPK ditetapkan dengan Peraturan Petnerintah.
Standar akuntansi pemerintahan yang dihasilkan oleh Komite ini diharapkan dapat
memayungi praktek-praktek akuntansi yang telah diterapkan oleh Pemerintah Daerah
saat ini dan untuk masa yang akan datang
4.3 Akuntansi Pemerintah Daerah
1. Dasar Kas
Pendapatan diakui pada saat dibukukan pada Kas Umum Negara/Daerah dan belanja
diakui pada saat dikeluarkan dari Kas Umurn Negara/Daerah.
2. Asas Universalitas
Semua pengeluaran harus tercermin dalam anggaran. Hal ini berarti bahwa anggaran
belanja merupakan batas komitmen tertinggi yang bisa dilakukan oleh pemerintah
daerah untuk dapat membebani APBD.
3. Asas Bruto
4. Dana Umum
Dana Umum adalah suatu entitas fiskal dan akuntansi yang mempertanggungjawabkan
keseluruhan penerimaan dan pengeluaran negara termasuk aset, utang, dan ekuitas dana.
Dana Umum yang dimaksud adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah.
Dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan tertentu dipertanggungjawabkan secara
khusus yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Dana Umum.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpualan
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka kami sebagai penulis menyarankan hal-hal
sebagai berikut: