Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

AKUTANSI PEMERINTAH DAERAH


( PEMDA )

Disusun oleh :

Yusuf Ibrahim
(16.S1.05.00..)
Nurhudaya
(16.S1.05.00...)
Izul Abdillah
(16.S1.05.0033)

Dosen Pembimbing :
Rahmat Fauzi, S.E., M.E.Sy

INSTITUT AGAMA ISLAM NASIONAL LAA ROIBA


JURUSAN EKONOMI SYARIAH
TAHUN AJARAN 2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................1

BAB I PEDAHULUAN.......................................................................................................2

1.1 Latar Belakang........................................................................................................3

1.2 Perumusan Masalah................................................................................................4

1.3 Tujuan......................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………….6

2.1 Pengertian Akuntasi Pemerintah Daerah …………………………………......6

2.2 Ruang Lingkup Akuntansi Pemerintah Daerah………………………………..7

2.3 Karakteristik Akuntansi Pemerintah Daerah …………………………………8

BAB III METODOLOGI PENULISAN ………………………………………………..11

3.1 Sumber dan Jenis Data …………………………………………………………...11

3.2 Pengumpulan Data ………………………………………………………………..11

3.3 Analisis Data ………………………………………………………………………11

3.4 Penarikan Kesimpulan ……………………………………………………….......11

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN .................................................................................12

BAB V PENUTUP………………………………………………………………………… 19

4.1 Kesimpulan..............................................................................................................19

4.2 Saran........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bagian penting dari pengelolaan
keuangan daerah yang mencakup keseluruhan kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, Akuntansi, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan Keuangan
daerah. Pengelolaan keuangan daerah khususnya yang berkenaan dengan akuntansi,
pelaporan dan pertanggungjawaban mengacu pada peraturan perundang-undangan yaitu
antara lain UU Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara, UU Nomor 15 tahun
2004 tentang Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara, UU
Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, peraturan pemerintan Nomor 24
tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, peraturan pemerintah Nomor 58
tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintan Nomor 8 tahun
2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Mentri
Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentan Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Untuk menyelenggarakan akuntansi pemerintah daerah, kepala daerah menetapkan
sistem akuntansi pemerintahan daerah dengan mengacu pada peraturan daerah tentang
pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah. Sistem akuntansi pemerintahan daerah
disusun dengan berpedoman pada prinsip pengendalian internentitas pelaporan dan
entitas akuntansi yang menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintahan daerah.
Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
pemerintah daerah (pemda), salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan melalui
penyampaian laporan pertanggungjawaban APBD berupa laporan keuangan yang
memenuhi prinsip tepat waktu dan tepat saji serta disusun sesuai standar akuntansi
pemerintahan yangberterima secara umum.Terdapat beberapa peraturan perundang-
undangan yang menjadi acuan pengelolaan dan laporan pertanggungjawan keuangan
daerah.Undang-undang dimaksud adalah Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Untuk memudahkan pelaksanaan berbagai peraturan perundangan di atas dan
mencegah timbulnya multitafsir dalam penerapannya, pemerintah telah menerbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah yang merupakan penjabaran dari berbagai perundang-undangan di
atas.Memenuhi amanat peraturan perundangan yaitu pasal 150 Peraturan Pemerintah
No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan pasal 330 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah yang menyatakan bahwa ketentuan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan
daerah diatur dengan peraturan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan maka disusunlah Peraturan Bupati Bandung No. 9 Tahun 2008 tentang
Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah.Dalam rangka memenuhi
kebutuhan Kabupaten Bandung untuk memiliki pedoman dalam pelaksanaan
pengelolaan keuangan yang lebih rinci dan implementatif, maka perlu disusun Manual
Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah.Pemerintah Kabupaten
Bandung Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah.

Maksud disusun dan diterbitkannya Manual sistem dan prosedur Akuntansi


pengelolaan keuangan daerah adalah untuk mewujudkan pengelolaan dan pelaporan
keuangan di lingkungan pemerintah Kabupaten transparan, dan tepat waktu. Sistem
akuntansi pada dasarnya merupakan serangkaian prosedur yang digunakan dalam
rangka penyusunan laporan keuangan.
Penyusunan Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pengelolaan Keuangan
Daerah dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban keuangan. Laporan keuangan
yang dimaksud harus disajikan sesuai Keuangan Daerah atau prinsip-prinsip akuntansi
yang diterima umum, termasuk ketentuan yang berlaku. Penyusunan sistem akuntansi
pemerintah daerah untuk memberikan pedoman penyusunan dengan salah satu tujuan
dari akuntansi keuangan daerah adalah menyediakan informasi keuangan yang lengkap,
cermat, dan akurat sehingga dapat menyajikan laporan keuangan yang handal, dapat
dipertanggungjawabkan, dan digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi pelaksanaan
keuangan masa lalu dalam rangka mengambil keputusan ekonomi yang diperlukan oleh
pihak eksternal pemda untuk masa yang akan datang.
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah akan
digunakan oleh berbagai pihak eksternal tersebut. Pihak-pihak eksternal yang
berkepentingan terhadap pemda (disebut sebagai stakeholders), baik secara langsung
maupun tidak langsung, meliputi:
1. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

DPRD adalah badan yang memberikan otorisasi kepada pemda untuk mengelola
keuangan daerah.
2. Badan pengawas keuangan ( BPK )

Badan pengawas keuangan adalah badan yang inelakukan pengawasan atas


pengelolaan keuangan daerah yang clilakukao oleh pemda. Yang termasuk dalam
badan ini adalah inspektorat jenderal dan Badan Pemeriksa Keuangan.
3. Investor, kreditur, dan donatur

Pihak eksternal yang termasuk dalam kategori investor, kreditur, dan donatur meliputi
badan atau organisasi seperti pemerintah, lembaga keuangan, maupun lainnya, baik dari
dalam negeri maupun luar negeri, yang menyediakan sumber keuangan bagi pemda.
4. Analis ekonomi dan pemerhati pemda

Pihak eksetrnal yang termasuk dalam kategori analis ekonomi dan pemerhati pemda
merupakan pihak-pihak, seperti lembaga pendidikan (termasuk perguruan tinggi
beserta akademisinya), ilmuwan, peneliti, konsultan, dan lain-lain, yang menaruh
perhatian atas aktivitas yang dilakukan pemda.
5. Rakyat

Rakyat di sini adalah kelompok masyarakat yang menaruh perhatian kepada aktivitas
pemerintah, khususnya yang menerima pelayanan pemda atau yang menerima produk
dan jasa dari pemda.
6. Pemerintah pusat

Pemerintah pusat memiliki kepentingan yang sangat kuat dengan pemda karena
tentunya memerlukan laporan keuangan pemda untuk menilai pertanggungjawaban
gubernur sebagai wakil pernerintah.
7. Pemda (provinsi, kabupaten, atau kota) lain

Pemda suatu daerah dengan daerah lain saling berhubungan dan memiliki
kepentingan dalam hal ekonomi, misalnya dalam hal melakukan pinjaman.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana sistem akuntansi pemerintah daerah?

2. Bagaimana pembaharuan dalam sistem akuntansi pemerintah daerah?

3. Apa kebijakan umum dan asas sistem akuntansi pemerintah daerah?


1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui sistem akuntansi pemerintah daerah.

2. Untuk mengentahui pembaharuan dalam sistem akuntansi pemerintah daerah.

3. Untuk mengetahui kebijakan umum dan asas dalam sistem akuntansi pemerintah daerah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akuntansi Pemerintah Daerah

Pengertian Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Pengertian akuntansi sebagaimana dikemukakan oleh Accounting Principle Board


(APB) yang memandang akuntansi dari sudut fungsinya sebagai berikut : Menurut Halim
(2002:138) “Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan
informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas ekonomi yang
dimaksudkan agar berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam membuat pilihan-
pilihan yang nalar di antara berbagai alternatif tindakan. Akuntansi meliputi beberapa
cabang, antara lain akuntansi keuangan, akuntansi manajemen dan akuntansi pemerintahan”.
Akuntansi menyediakan informasi yang kuantitatif yang bersifat keuangan, dengan
demikian output akuntansi adalah informasi keuangan. Informasi keuangan tersebut lebih
dikenal dalam bentuk laporan keuangan. Informasi dari akuntansi keuangan daerah tentu
saja digunakan oleh Pemerintah Daerah sendiri (internal), juga oleh pihak di luar Pemda
(eksternal), seperti DPRD, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Pusat dan masyarakat dalam
rangka pengambilan keputusan.
Dalam depkeu (2002:13) akuntansi keuangan pemerintah daerah meliputi semua
kegiatan yang mencakup pengumpulan data, pengklasifikasian, pembukuan dan pelaporan
atas transaksi keuangan pemerintah daerah. Akuntansi keuangan pemerintah daerah
merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mempunyai ciri-ciri tersendiri berbeda
dengan akuntansi komersial:
a. Tidak bertujuan untuk mengukur laba

Tujuan pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat,sehingga


harus memberikan informasi keuangan mengenai sumber-sumber yang
digunakan untuk pelayanan dan darimana sumber-sumber tersebut diperoleh.
b. Tidak adanya kepentingan pemilik

Pemerintah tidak memiliki kekayaan sendiri sebagaimana perusahaan. Bila asset


melebihi hutang, maka kelebihan tersebut tidak dapat dibagikan kepada rakyat
sebagaimana layaknya badan usaha komesial yng membagikan deviden pada
akhir tahun buku.
c. Adanya akuntansi anggaran

Akuntansi anggaran mencakup akuntansi atas estimasi pendapatan, appropriasi,


estimasi pendapatan yang dialokasikan, otorisasi kredit anggaran (allotment)
serta realisasi pendapatan dan belanja untuk pembuatan laporan yang
menunjukkan atau membuktikan ketaatan dengan syarat-syarat yang ditetapkan
dalam dokumen otorisasi kredit.
Anggaran dan peraturan-peraturan pelaksanaan anggaran yang berlaku.

Kerangka umum sistem akuntansi pemerintah daerah adalah sebagai berikut:

a. Satuan kerja memberikan dokumen-dokumen sumber (ds) seperti surat perintah


membayar uang (spmu) dan surat tanda setoran (sts) dari transaksi
keuangannya kepada unit keuangan pemerintah daerah.
b. Unit pembukuan dan unit perhitungan melakuan pembukuan bulanan (ds)
tersebut dengan menggunakan komputer akuntansi (komputer yang telah
disiapkan untuk keperluan akuntansi) termasuk perangkat lunak (software)
akuntansi.
c. Dari proses akuntansi tersebut dihasilkan jurnal yang sekaligus diposting ke
dalam buku besar dan buku pembantu secara otomatis untuk setiap satuan
kerja.
d. Bila dokumen di atas telah di verifikasi dan benar maka dilanjutkan dengan
proses komputer untuk pembuatan laporan pertanggungjawaban (lpj).
e. Lpj dikirimkan kepada kepala daerah sebagai pertanggungjawaban satuan kerja
atas pelaksanaan anggaran, satu copy dikirim kepada satuan kerja yang
bersangkutan untuk kebutuhan pertanggungjawaban dan manajemen. Satu copy
untuk arsip unit perhitungan.
f. Lpj konsolidasi juga harus diberikan kepada kepala daerah agar dapat
mengetahui keseluruhan realisasi apbd pada suatu periode.

2.2 Ruang Lingkup Akuntansi Pemerintah Daerah

Pengelolaan keuangan daerah mencakup :


A. hak daerah untuk memungut pajak Daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman ;
B. kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan daerah dan membayar
tagihan pihak ketiga;
C. penerimaan daerah, adalah keseluruhan uang yang masuk ke kas daerah. pengertian ini harus
dibedakan dengan pengertian pendapatan daerah karena tidak semua penerimaan merupakan
pendapatan daerah. Yang dimaksud dengan pendapatan daerah adalah hak pemerintah
daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayan bersih;
D. pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. Seringkali istilah pengeluaran
daerah tertukar dengan belanja daerah. yang dimaksud dengan belanja daerah adalah
kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih;
E. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga,
piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uanga, termasuk kekayaan
yang dipisahkan pada perusahaan daerah;
F. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan
tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum. UU keuangan Negara menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan kekayaan pihak lain adalah meliputi kekayaan yang dikelola
oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di
lingkungan kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah

2.3 Karakteristik Akuntansi Pemerintah Daerah

Akuntansi keuangan daerah adalah salah satu dari jenis jenis akuntansi yang


melakukan identifikasi dan pencatatan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah
daerah yang terdiri dari kabupaten, kota, atau provinsi menjadi sebuah laporan keuangan
yang menjadi informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi daerah. Pihak-pihak eksternal
pemda yang membutuhkan informasi keuangan daerah seperti Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), badan pengawas keuangan, investor, kreditur, donatur, pemerintah pusat,
masyarakat dan pihak lainnya yang berada dalam lingkungan akuntansi keuangan daerah.

Laporan keuangan pemerintah daerah sesuai hakikat akuntansi harus mengikuti Peraturan


Pemerintah (PP) Nomor 105 Tahun 2000 serta Keputusan Menteri Dalam Negeri
(Kepmendagri) Nomor 29 Tahun 2002 Pasal 81 ayat (1) dan lampiran XXIX butir (11).
Peraturan tersebut diperbarui dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 mengenai Standar
Akuntansi Pemerintah yang dimuat pada PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor
13 Tahun 2006. Laporan keuangan pemerintah daerah terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
Adapun karakteristik dari akuntansi keuangan daerah hampir sama dengan karakteristik
akuntansi pemerintah. Berikut ini penjelasannya.
1. Sistematika Penyusunan Laporan Keuangan yang Berbeda
Akuntansi keuangan daerah mengikuti siklus akuntansi pada umumnya, namun
perbedaannya terletak pada proses penyusunan laporan keuangan. Tahapan sesudah menyusun
neraca saldo setelah penyesuaian adalah laporan perhitungan APBD. Agar penyusunan laporan
keuangan yang lain seperti Laporan Perubahan Ekuitas Dana atau R/K Pemda, Laporan Aliran
Kas dan Neraca, maka biasanya dilakukan proses tutup buku dengan membuat jurnal
penutup terlebih dahulu. Lalu jika jurnal penutup telah diposting, ketiga laporan tersebut bisa
dibuat. Fungsi akuntansi yang seperti ini didasari oleh konsep artikulasi walaupun sebenarnya
sektor publik ini juga bisa diterapkan konsep nonartikulasi mulai dari proses pembuatan hingga
laporan keuangan tersusun.
2. Aktiva Dianggap Sama dengan Pasiva.
Kontribusi para pemilik aktiva (dalam hal ini rakyat) secara nyata membentuk aktiva, pemda
yang dipisahkan dari kekayaan pemiliknya sehingga mengharuskan pencatatan yang jelas
menurut akuntansi. Sumber aktiva dicatat pada sisi yang bersebrangan dengan sisi
pencatatan aktiva pemda sehingga aktiva dan sumbernya selalu seimbang. Pemda bisa
menerima aktiva dari para pihak kreditur sehingga ada dua pihak yang menjadi sumber
aktiva, yaitu pemilik (rakyat) dan kreditur. Hak pemilik dan hak kreditur dibedakan menjadi
utang atau kewajiban adalah hak kreditur, sedangkan ekuitas dana adalah hak para pemilik
(rakyat). Persamaan AKTIVA = HUTANG + EKUITAS akuntansi pemda
adalah DANA

Aktiva adalah sumber- sumber ekonomi yang dikuasai oleh suatu entitas dan masih
memberikan kemanfaatan pada masa yang akan datang. Sementara utang adalah
pengorbanan-pengorbanan ekonomi untuk menyerahkan aktiva atau jasa kepada entitas
lain pada masa yang akan datang. Jadi ekuitas dana adalah hak sisa (residu) dari aktiva
setelah dikurangi utang.
3. Pemda Memiliki Perhitungan Pendapatan dan Biaya yang Berbeda dengan Badan Usaha
(Perusahaan).
Dalam konteks keuangan daerah, pemda juga menerima aktiva berupa pendapatan, yaitu
pendapatan asli daerah (PAD) dan dana perimbangan. Jadi, pendapatan adalah semua
penerimaan daerah dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang mempengaruhi
kekayaan daerah. Pemda juga mengeluarkan biaya untuk melaksanakan pelayanan publik
dan kegiatan-kegiatan lainnya yang disebut dengan belanja daerah yang terjadi pada suatu
periode anggaran.
Contoh belanja daerah antara lain belanja pegawai, belanja bunga, belanja bagi hasil dan
bantuan keuangan, serta belanja tak terduga. Pendapatan dan biaya atau belanja daerah
menyebabkan perubahan pada ekuitas dana. Pendapatan pemda menyebabkan ekuitas dana
bertambah, sedangkan biaya atau belanja akan menyebabkan ekuitas dana menurun.
Setelah memahami karakteristik akuntansi pemerintah daerah maka para pembaca akan
lebih mudah membedakan macam macam akuntansi yang digunakan oleh berbagai jenis
organisasi dan badan usaha sesuai bidang bidang akuntansi.
BAB III
METODOLOGI PENULISAN

3.1 Sumber dan Jenis Data


Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan makalah ini berasal dari berbagai
literatur kepustakaan yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Beberapa jenis referensi
utama yang digunakan adalah buku akuntansi sektor publik dan artikel akuntansi yang
bersumber dari internet. Jenis data yang diperoleh adalah data sekunder.

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari studi – studi sebelumnya data
sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti jurnal, laporan, buku dan sebagainya.
 
3.2 Pengumpulan Data
Metode penulisan bersifat studi pustaka. Informasi didapatkan dari berbagai literatur dan
disusun berdasarkan hasil studi dari informasi yang diperoleh. Penulisan diupayakan saling
berhubungan sesuai dengan topik yang dibahas.
 
3.3 Analisis Data
Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik pembahasan, Kemudian
dilakukan penyusunan makalah berdasarkan data yang telah dipersiapkan secara baik.
 
3.4 Penarikan Kesimpulan
Simpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah,tujuan penulisan, serta
pembahasan. Simpulan yang ditarik mempresentasikan pokok bahasan makalah, serta
didukung dengan saran praktis sebagai rekomendasi selanjutnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Dengan bergulirnya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan ,Daerah


dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Daerah, dan aturan pelaksanaannya khususnya PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah maka terhitung tahun anggaran
2001, telah terjadi pembaharuan di dalam manajemen keuangan daerah. Dengan adanya
otonomi ini, daerah diberikan kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya
sendiri dengan sesedikit mungkin campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah
mempunyai hak dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber
keuangan yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang
berkembang di daerah.
Namun demikian, dengan kewenangan yang luas tersebut, tidaklah berarti bahwa
pemerintah daerah dapat menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya
sekehendaknya, tanpa arah dan tujuan yang jelas. Hak dan kewenangan yang luas yang
diberikan kepada daerah, pada hakikatnya merupakan amanah yang harus
dipertanggungjawabkan secara akuntabel dan transparan, baik kepada masyarakat di
daerah maupun kepada Pemerintah pusat yang telah membagikan dana perimbangan
kepada seluruh daerah di Indonesia.
Pembaharuan manajemen keuangan daerah di era otonomi daerah ini, ditandai
dengan pcrubahan yang sangat mendasar, mulai dari sistem penganggarannya,
perbendaharaan sampai kepada pertanggungjawaban laporan keuangannya. Sehelum
bergulirnya otonomi daerah, pertanggungjawaban laporan keuangan daerah yang harus
disiapkan oleh Pemerintah Daerah hanya herupa Laporan Perhitungan Anggaran dan
Nota Perhitungan dan sistem yang digunakan untuk menghasilkan laporan tersebut
adalah MAKUDA (Manual Administrasi Keuangan Daerah) yang diberlakukan sejak
tahun 1981.
Penerapan otonomi daerah seutuhnya membawa konsekuensi logis berupa
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen
keuangan yang sehat. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2001,
pernerintah daerah memiliki kewenangan untuk menetapkan sistem dan prosedur
pengelolaan keuangan daerah dalam bentuk Peraturan Daerah. Sistem tersebut sangat
diperlukan dalam memenuhi kewajiban pemerintah daerah dalarn membuat laporan
pertanggungjawaban kuangan daerah yang bersangkutan.
Dengan bergulirnya otonomi daerah, laporan pertanggungjawaban keuangan
yang harus dibuat oleh Kepala Daerah adalah berupa Laporan Perhitungan Anggaran,
Nota Perhitungan, Laporan Arus Kas dan Neraca Daerah. Kewajiban untuk
menyampaikan laporan keuangan daerah ini diberlakukan sejak 1 Januari 2001, sampai
pada akhirnya saat ini pemerintah sudah mempunyai standar akuntansi pemerintahan
yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pernerintah daerah di dalam membangun
sistem akuntansi keuangan daerahnya, yang tertuang dalam Peraturan Pemerintahan
Nomor 24 Tahun 2005.
1. Pengertian Sistem Akuntansi

Pemerintah Daerah perlu menjalankan sistem akuntansi yang baik untuk


mendukung pelaksanaan pemerintahannya. Pengertian Sistem akuntansi
pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi
mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, hingga pelaporan posisi
keuangan (neraca) dan operasi keuangan pemerintah (LRA).
2. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) dapat dikelompokkan ke dalam dua


sub sistem pokok berikut :
a. Sistem Akuntansi SKPD (SA-SKPD)

SKPD merupakan entitas akuntansi yang berkewajiban menyusun laporan


keuangan dan menyampaikannya kepada kepala daerah melalui PPKD.
b. Sistem Akuntansi PPKD (SA-PPKD)

SA-PPKD terbagi kedalam dua subsistem yang terintegrasi, yaitu:

 SA-PPKD sebagai pengguna anggaran (entitas akuntansi) yang akan


menghasilkan laporan keuangan PPKD yang terdiri dari LRA PPKD, Neraca
PPKD, dan CaLK PPKD.
 SA-Konsolidator sebagai wakil pemda (entitas pelaporan) yang akan
mencatat transaksi resiprokal antara SKPD dan PPKD (selaku BUD) dan
melakukan proses konsolidasi lapkeu (lapkeu dari seluruh SKPD dan PPKD
menjadi lapkeu pemda yang terdiri dari Laporan Realisai APBD (LRA),
Neraca Pemda, LAK, dan CaLK Pemda).
3. Proses Akuntansi

Proses akuntansi adalah serangkaian kegiatan akuntansi mulai dari penjurnalan


transaksi (berdasarkan bukti transaksi), posting ke buku besar, penyusunan neraca
saldo, jurnal penyesuaian, hingga penyusunan laporan keuangan, dilanjutkan dengan
jurnal penutup dan akhirnya penyusunan neraca saldo setelah tutup buku. Proses
akuntansi pemerintahan diselenggarakan seiring dengan pelaksanaan anggaran.
4. Sistem Pembukuan Berpasangan

Persamaan akuntansi pemerintahan: Asset = kewajiban + ekuitas dana


Asset = hak kreditor + hak residual pemerintah
5. Kebijakan Akuntansi

Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-


aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Kebiajakan akuntansi pemda dimaksudkan sebagai pedoman teknis akuntansi
tambahan yang bersifat yang mengacu kepada SAP dan ketentuan perundang-
undangan mengenai keuangan daerah. Kebiajakan akuntansi tersebut ditetapkan
dengan peraturan kepala daerah dengan berpedoman kepada SAP dan peraturan
daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah.
6. Bagan Akun

Bagan akun berisi nama dan kode akun yang akan digunakan untuk mencatat dan
mengklasifikasikan setiap jenis transaksi yang serupa secara detil. Nama dan kode
akun dapat dikembangkan dari struktur/format laporan keuangan yang ingin
dihasilkan oleh pemda sesuai dengan SAP.
4.2 Pembaharuan Dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Neraca dan laporan arus kas merupakan bentuk laporan yang baru pemerintah
daerah dan untuk dapat menyusunnya diperlukan adanya standar akuntansi. Sistem
akuntansi keuangan pemerintahan yang diterapkan sejak bangsa ini merdeka 59 tahun
yang lalu didasarkan Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia (ICW) Staatblads
1928, yang memang tidak diarahkan atau ditujukan untuk menghasilkan laporan neraca
dan laporan arus kas.
Dengan adanya reformasi atau pembaharuan di dalam sistem pertangungjawaban
keuangan daerah, sistem lama yang digunakan oleh Pemda baik pernerintah provinsi
maupun pemerintah kabupaten/kota yaitu Manual Administrasi Keuangan Daerah
(MAKUDA) yang diterapkan sejak 1981 tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda
untuk menghasilkan laporan keuangan dalam bentuk neraca dan laporan arus kas. Untuk
dapat menghasilkan laporan keuangan tersebut diperlukan suatu sistem akuntansi
keuangan daerah yang didasarkan atas standar akuntansi pemerintahan.
Sistem yang lama (MAKUDA) dengan ciri-ciri antara lain Single Entry(pembukuan
tunggal),Incremental Budgeting (penganggaran secara tradisional) yang:
 Tidak mampu memherikan informasi mengenai kekayaan yang dimiliki oleh
daerah atau dengan kata lain tidak dapat memberikan laporan neraca.
 Tidak mampu memberikan informasi mengenai laporan aliran kas sehingga
manajemen atau publik tidak dapat mengetahui faktor apa saja yang
menyebabkan adanya kenaikan atau penurunan kas daerah.
 Sistem yang lama (MAKUDA) ini juga tidak dapat membantu daerah untuk
menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berbasis kinerja
sesuai tuntutan masyarakat. Tidak mampu memberikan informasi mengenai
kekayaan yang dimiliki oleh daerah, atau dengan kata lain tidak dapat
memberikan laporan neraca.
Pembaharuan di dalam manajemen keuangan daerah sebagaimana yang
dikehendaki ketentuan perundang-undangan yang ada telah direspons oleh pemerintah
pusat dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai asosiasi profesi yaitu dengan
dihentuknya “Kornite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah”. Komite ini
bertugas untuk merumuskan dan mengembangkan konsep Standar Akuntansi
Pemerintah Pusat dan Daerah, yang keanggotaannya terdiri dari kalangan birokrasi
(Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri dan BPKP), IAI dan kalangan
akademisi.
Dengan adanya Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah, isu
mcngenai siapa yang berkewenangan untuk menetapkan standar akuntansi pernerintah
pusat dan pemerintah daerah sudah dapat terpecahkan. Berdasarkan UU Nomor 1 tahun
2004, pemberlakuan Standar Akuntansi Pemerintahan yang dihasilkan oleh Komite
Standar setelah meminta pertimbangan BPK ditetapkan dengan Peraturan Petnerintah.
Standar akuntansi pemerintahan yang dihasilkan oleh Komite ini diharapkan dapat
memayungi praktek-praktek akuntansi yang telah diterapkan oleh Pemerintah Daerah
saat ini dan untuk masa yang akan datang
4.3 Akuntansi Pemerintah Daerah

Pengembangan akuntansi di tingkat pemerintah daeral telah dilakukan melalui


Sistem Akuntansi dan Pengendalian Anggaran (SAPA) sejak tahun 1986. Perubahan
penting yang secara koinsidental terjadi adalah reformasi di bidang keuangan negara.
Setelah selama bertahun-tahun Indonesia menggunakan UU di bidang perbendaharaan
negara yang terbentuk semenjak zaman kolonial maka pada abad 21 ini telah ditetapkan
tiga paket perundang-undangan di bidang keuangan negara yang menjadi landasan
hukum reformasi di bidang keuangan negara, yaitu Undang-Undang No. 17 Tahun 2004
tentang Keuangan Negara, Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, dan Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab
dan Pengelolaan Keuangan Negara.
Arti penting akuntabilitas dalam good governance ini tampaknya sangat disadari
sebagaimana terlihat dari aturan vang dituangkan dalam peraturan pemerintah tersebut
di atas. Penyajian laporan pertanggungjawaban keuangan antara lain hcrisikan Ncraca,
Laporan Perhitungan Anggaranaran dan Laporan Arus Kas.
Permasalahan di atas sebenarnya bukan politis, sebagian besar adalah berasal dari
permasalahan teoritis, sistem dan prosedur akuntansi dan pelaporan
pertanggungjawaban keuangan daerah. Masalah teoritis, sistem dan prosedur ini muncul
sebagai konsekuensi logis dari implikasi progresivitas pembaharuan yang dituntut oleh
masyarakat. Pembaruan-pembaruan tersebut, pada dasarnya menyangkut hal-hal
sebagai berikut:
 Pembaruan anggaran, melalui perubahan struktur anggaran, proses penyusunan
anggaran, perubahan format clan administrasi pelaksanaannya, serta penerapan
standar akuntansi;
 Pembaruan pendanaan melalui perubahan kewenangan daerah dalam
memanfaatkan dana, prinsip pengelolaan kas, cadangan, penggunaan dana
pinjaman, dan pembelanjaan defisit, dan
 Penyederhanaan prosedur, baik dalam penyusunan anggaran, pelaksanaan,
maupun dalam perhitungannya.
Kata kunci dari seluruh pembaharuan di atas adalah Kinerja. Dan ini memang
secara khusus ditegaskan dalam pasal Peraturan Pemerintah yang mengatur bahwa
APBD disusun berdasarkan kinerja yang tolok ukurnya perlu dikembangkan sehingga
dapat dievaluasi atau diukur. Perangkat perundang-undangan otonomi daerah
sesungguhnya sudah pula melengkapi manajemen pemerintahan daerah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban
Kepala Daerah. Peraturan Pemerintah ini menyebutkan bahwa Pertanggungjawaban
Kepala Daerah dinilai berdasarkan tolok ukur Rencana Strategis. Setiap daerah wajib
menetapkan Rencana Strategis dalam jangka 1 (satu) bulan setelah Kepala Daerah
dilantik. Rencana strategis ini beserta dokumen perencanaan daerah lainnya memerlukan
pengesahan oleh DPRD.

4.4 Kebijakan Umum Akuntansi Pemerintah Daerah

Terdapat tiga tujuan dari pelaporan keuangan pemerintah yaitu akuntabilitas,


manajerial, clan transparansi. Akuntabilitas diartikan sebagai upaya untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada unit organisasi pemerintah dalam rangka
pencapaian tu_juan yang telah ditetapkan melalui laporan keuangan pemerintah secara
periodik.
Manajerial berarti menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk
perencanaan dan pengelolaan keuangan pemerintah serta memudahkan pengendalian
yang efektif atas seluruh aset, utang, dan ekuitas dana. Sedangkan transparansi dalam
pelaporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan yang terbuka
bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Laporan keuangan pemerintah yang selanjutnya disebut sebagai laporan
pertanggung jawaban merupakan hasil proses akuntansi atas transaksi-transaksi
keuangan pemerintah. Laporan pertanggungjawaban untuk tujuan umum, terdiri dari
laporan perhitungan anggaran, neraca, laporan arus kas dan nota perhitungan anggaran.
Tidak tertutup kemungkinan laporan keuangan dapat dikembangkan untuk tujuan
khusus.

4.5 Asas Akuntansi Pemerintah Daerah

1. Dasar Kas

Pendapatan diakui pada saat dibukukan pada Kas Umum Negara/Daerah dan belanja
diakui pada saat dikeluarkan dari Kas Umurn Negara/Daerah.
2. Asas Universalitas
Semua pengeluaran harus tercermin dalam anggaran. Hal ini berarti bahwa anggaran
belanja merupakan batas komitmen tertinggi yang bisa dilakukan oleh pemerintah
daerah untuk dapat membebani APBD.
3. Asas Bruto

Tidak ada kompensasi antara penerimaan dan pengeluaran. Misalnya Pendapatan


Daerah memperoleh pendapatan dan untuk memperolehnya diperlukan belanja,
maka pelaporannya harus gross income artinya pendapatan dilaporkan sebesar nilai

4. Dana Umum

Dana Umum adalah suatu entitas fiskal dan akuntansi yang mempertanggungjawabkan
keseluruhan penerimaan dan pengeluaran negara termasuk aset, utang, dan ekuitas dana.
Dana Umum yang dimaksud adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah.
Dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan tertentu dipertanggungjawabkan secara
khusus yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Dana Umum.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpualan

Sistem akuntansi pemerintah daerah adalah serangkaian prosedur manual


maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran, hingga pelaporan posisi keuangan (neraca) dan operasi keuangan
pemerintah daerah. Dengan demikian sistem akuntansi pemerintah daerah diharapkan
dapat menunjukkan transparansia sesuai dengan prosedur yang ada yang di buat oleh
pemerintah pusat. Pemerintah daerah dapat mengelola keuangannya sendiri untuk demi
pembangunan daerah dan hasilnya dilaporkan ke pemerintah pusta.
Keuangan pemerintah daerah dikelola sesuai dengan prosedur akuntansi yang
telah ditetapkan. Tujuan pemerintah daerah adalah memberikan pelayanan kepada
masyarakat, sehingga harus memberikan informasi keuangan mengenai sumber-sumber
yang digunakan untuk pelayanan dan darimana sumber-sumber tersebut diperoleh.
Agar masyarakat dapat mengetahui pendapatan daerah itu berasal dari mana dan
digunakan untuk apa saja. Hal itu dilakukan supaya adanya transparansia kepada
masyarakat dan dapat mensejahterakan masyarakat.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka kami sebagai penulis menyarankan hal-hal
sebagai berikut:

Pemerintah daerah diharapkan dapat mengelola keuangan sesuai dengan prosedur


yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

http/.www.academia.edu.com | Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah


http/.www.seputarpengetahuan.co.id | Pengertian, Ruang Lingkup & Karateristik
Pemerintah Daerah
Mardiasmo, 2002. | Akuntansi Sektor Publik.
 

Anda mungkin juga menyukai