Anda di halaman 1dari 4

BAB I BAB II

PENDAHULUAN PEMBAHASAN
Setelah nabi Muhammad SAW wafat, realita kehidupan A. Pengertian
sosial semakin tampak. Dijaman globalisasi dan moderen seperti Secara etimologi (bahasa), Dzari`ah berarti “jalan yang
sekarang ini banyak banyak timbul masalah-masalah yang menuju kepada sesuatu” ada juga yang mengkhususkan
sebelumnya tidak dibahas sedetail oleh Al-qur`an dan Sunnah. pengertian dari Dza`riah dengan “suatu yang membawa
Sehingga untuk memecahkan masalah tersebut dalam kepada yang dilarang dan mengandung kemudharatan”
berkembangnya para ulama banyak mengembangkan berbagai teori, akan tetapi Ibnu Qoyyim Al-jauziayah (ahli fiqih) mengatakan
metode, dan spirit hukum yang sebelumnya tidak dirumuskan bahwa pembatas pengertian dzAri`ah lebih bersifat umum
secara sistematis, baik daqlam Al-qur`an maupun As-sunah. mengandung dua pengertian, yaitu: yang dilarang (sadd al-
Diantara metode penetapan hukum yang dikembangkan para dzari`ah)
ulama adalah Sadd Al-Dzaria`ah dan Fath Al- dzai`ah dan setuju Secara terminologi (istilah) menurut Al-qarafi, sad
penetapa hukkum adalah untuk memperoleh kemaslahatan dan dzatri`h adalah memotong jalan kerusakan sebagai cara untuk
menghindarkan kemadharatan dengan memakai Al-Dzari`ah menghindari kerusakan tersebut dari berbagai pandangan diatas
maupun sadd Al-Dzari`ah, dihararapkan tercapai kemaslahatan atau bisa dipahami bahwa sadd adzari`ah adalah menetapkan larangn
terjauhkannya kemungkinan bterjai terjadi kerusakan atas suatu perbuatan tertentu yang pada dasarnya diperbolehkan
Atau terhindarnya dari kemungkionan terjadinya perbuatan untuk menjegah terjadinya perbuatan lain yang dilarang.1
maksiat akan lebih dimungkinkan untuk tidak peroleh. dengan kata B. Kedudukan Sebagi Sumber Hukum
lain, penerapan penalaran hukum Al-dzari`ah ini dimungkinkan Secara umum berbagai pandangan ulama tersebut bisa
untuk mengantisifasi terjadinya kerusakan diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu: 1). Yang menerima
1
Ibn Qoyyim Al-JauZiyah, Jilid III, hal. 147
Al-Qorafi, Tanqih Al-Fushul Fi`ilm
Muhammad bin Ali Al-syaukani, Irsyad
sepenuhnya. 2). Yang tidak menerima sepenuhnya dan yang ke C. Dasar Hukum
3). Yang menolak sepenuhnya. 1. Al – Qur’an
Kelompok pertama, yang menerima sepenuhnya mazhab “ dan janganlah kamu memakai sembahan-sembahan yang
Hambali, mazhab Maliki, para ulama yang bermazhab Maliki mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki
dan mengembangkan metode ini dalam berbagai pembahasan Allah dengang melampui batas tanpa pengetahuan. Demikian
Fiqh dan Ushul Fiqh. kami jadikan setiap Umat menganggap baik pekerjaan mereka
Kelompok kedua, yang tidak menerima sepenuhnya, adalah kemudian kepada Tuhan mereka kembali, lalu dia memberikan
mazhab Hanafi dan mazhab Syafi’i dengan kata lain, kelompok kepada mereka apa yang mereka dahulu mereka kerjakan ( QS.
ini menolak Sadd al-Dzari’ah sebagai metode istinbath pada Al-An’am 6:108 ).
kasus tertentu, namun menggunakan pada kasus-kasus yang lain Pada ayat diatas, mencaci maki Tuhan atau sembahan agama
dan kelompok yang terakhir yang menolak sepenuhnya adalah lainadalah Al-Dzari’ah yang akan menimbulkan adanya suatu
mazhab Zhahiri. Hal ini sesuai dengan prinsip mereka yang mafsadah yang dilarang. Sesuai dengan teori psikologi (
hanya menetapkan hukum berdasarkan makna tekstual ( Zhahir mechanism defence ), orang yang Tuhannya dicaci Tuhan yang
al-Fazh ) sementara sadd al-Dzari’ah adalah hasil penalaran diyakini oleh orang sebelumnya mencaci.
terhadap sesuatu perbuatan yang masih dalam tingkatan dugaan, Dengan adanya ( Sadd al-Dzari’ah ) merupakan tindakan
atau kata lain ini semata-mata produk akal dan tidak berdasarkan preventif untuk tidak mencaci maki tuhan agama lain.
pada nash secara langsung dengan nada mengejek dan menghina Atau di ayat lain surat ( Al-Baqoroh, 2:104 ).
Rasululloh mereka menggunakannya dengan maksud kata ra’ina “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan
sebagai bentuk isim fa’il dari masdar kata ru’unah yang berarti (kepada Muhammad) “Ra’ina” tetapi katakanlah “ Unzhurna”
bodoh.2 dan “dengarlah” dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang
pedih, sedangkan kata ra’ina “berarti” sudihlah kiranya
2
Muammad bin Bahadur bin Abdullah Al-Zarkasy
Al-bahar Al-Muhith (Beirut: Dar Al-kitab Al-Ilmiyyah) Juz VII, Hal, 358 kamumemperhatikan kami saat para sahabat menggunakan kata
ini terhadap Rasululloh orang Yahudi pun memakai kata ini Diantara kaedah Fiqh yang bisa dijadikan dasar pengguna Sadd
dengan nada mengejek dan menghina Rasululloh mereka al-Dzari’ah adalah “menolak keburukan (mafsadah) lebih
menggunakannya dengan maksud kata ra’ina sebagai bentuk diutamakan dari pada meraih kebaikan (mashlahah).
Isim fa’il dari masdar kata ru’unah yang berarti bodoh. Ini merupakan kaedah asasi yang bisa mencakup masalah-
2. As-Sunnah masalah turunan dibawahnya. Berbagai kaedah lain juga
Dari Abdullah bin Amr RA. Ia berkata Rasululloh SAW bersandar pada kaedah ini. Karena itulah Sadd al-Dzari’ah pun
bersabda : termasuk diantara dosa besar seorang lelaki melaknat bisa disandarkan kepadanya. Karena bisa dipahami, Saad al-
kedua orangtuanya, “Beliau kemudian ditanya” Bagaimana Dzari’ah terhadap unsur mafsadah yang harus dihindari.
caranya seorang lelaki melaknat kedua orang tuanya? “beliau 4. Logika
menjawab “seorang lelaki mencaci maki ayah orang lain, Secara logika, ketika seseorang membolehkan sesuatu perbuatan,
kemudian orang yang dicari itu pun membalas mencaci maki maka mestinya ia juga membolehkan segala hal yang akan
ayah dan ibu tua lelaki tersebut.” Hadits tersebut oleh Imam mengantarkan kepada hal tersebut. Begitu juga sebaliknya, jika
Syatibi sebagai salah satu dasar hukum bagi konsep Saad al- seseorang melarang segala hal yang bisa mengantarkan kepada
Dzari’ah, karena dugaan (zhan) bisa digunakan sebagai dasar perbuatan tersebut, adapun kebalikan dari Sadd al-Dzari’ah
untuk penetapan hukum dalam konteks Sadd al-Dzari’ah.3 adalah Fath al- Dzari’ah.
3. Kaedah Fiqh Secara terminologis, bisa dipahami bahwa fath al-Dzari’ah
adalah menetapkan hukum atas suatu perbuatan tertentu yang
pada dasarnya diperbolehkan . contoh dari fath al-Dzari’ah
adalah bahwa jika mengerjakan sholat Jum’at adalah wajib,
3
Al-Syaitibi, Al-muwafaqat, Juz II, hal, 360 maka wajib pula berusahan untuk sampai ke Masjid dan
Mukhtar Yahya dan Fatchurrrahman, dasar-dasar pembinaan Hukum Islam
Abu Abdillah muhammad bin Umar dalam Al-maktabah Al-syamilah, versi 2.09. meninggalkan aktifitas yang lain atau contoh lain mencari ilmu
itu hukumnya wajib maka wajib pula segala hal yang menjadi
sarna untuk tercapai usaha menuntut ilmu. ( seperti 4. Suatu perbuatan yang pada dasarnya diperbolehkan namun
pembangunan gedung dan programnya ). terkadang bisa menimbulkan keburukan, contoh : Melihat
Dan perlu diingat pembahasan fath al-Dzari’ah tidak mendapat perempuan yang sedang dipinang dan mengkritik pemimpin
porsi penuh dalam pembahasannya dikalangan Ulama ahli Ushul yang lalim.
Fiqh, hal itu karena fath al-Dzari’ah hanya hasil dari BAB III
pengembangan dan konsep sadd al-Dzari’ah. PENUTUP DAN KESIMPULAN
D. Macam – macam al-Dzari’ah
Ibnu Qoyyim mengklasifikasikan al-Dzari’ah menjadi empat Alhamdulillah makalah ini telah kami buat untuk
macam, yaitu : menjalankan tugas mata kuliah ushul fiqh.
1. Suatu perbuatan yang memang pada dasrnya pasti Sebagaimana yang telah kami paparkan kami
menimbulkan kerusakan contoh : Meminum miras atau menyimpulkan bahwa sadd al-Dzari’ah dan fath al-Dzari’ah
berzinah. merupakan suatu perangkat hukum dalam Islam yang sangat
2. Suatu perbuatan yang pada dasarnya diperbolehkan atau bagus jika diterapkan dengan baik, sesuai dengan rambu-
dianjurkan, namun secara sengaja dijadikan sebagi perantara rambu syara’ keduanya bisa menjadi perangkat yang benar-
untuk terjadi sesuatu keburukan, contoh : Menikahi benar bisa digunakan untuk menciptakan kemashlahatan
perempuan yang sudah talak tiga agar sang perempuan boleh umat dan menghindari kerusakan umat.
dikawini, atau jual beli dengan cara-cara riba.
3. Suatu perbuatan yang pada dasarnya diperbolehkan namun
tidak disengaja untuk menimbulkan suatu keburukan, pada
umumnya keburukan itu tetap terjadi meskipun tidak sengaja
contohnya adalah mencaci maki berhala yang disembah oleh
orang-orang musyrik.

Anda mungkin juga menyukai