Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) Terhadap


Pelaporan Keuangan Daerah

Oleh :

1. Nafidha Anis Maili (18.06.62.0006)

Dosen Pengampu : Achmad Badjuri, SE., M.Si, A.kt

Universitas Stikubank(unisbank) Semarang


Tahun Pelajaran 2020/2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul ” Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah (SAPD) Terhadap Pelaporan Keuangan Daerah”

Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) Terhadap
Pelaporan Keuangan Daerah. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini
banyak kekurangan-kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu saya berharap adanya
kritik,saran,dan usulan demi kebaikan masa yang akan datang. Tak ada sesuatu yang
sempurna tanpa adanya saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya
saya mohon maaf apabila ada kesalahan kesalahan kata yang kurang berkenan di hati dan
kami mohon kritik dan saran yang membangun demi kebaikan masa yang akan datang.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada dosen selaku mata kuliah Akuntansi
Pemerintahan

Semarang, Oktober 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1. LATAR BELAKANG..........................................................................................6

1.2. PERUMUSAN MASALAH.........................................................................7

1.3. TUJUAN...............................................................................................................7
1.4. MANFAAT..........................................................................................................7
BAB II LANDASAN TEORI..........................................................................................8
2.1. SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH.............................................................9
2.2. PENGERTIAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH.................9
2.3. TAHAP-TAHAP PENGEMBANGAN SISTEM AKUNTANSI......................11
2.4. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH
DAERAH...................................................................................................................12
BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................13
3.1. SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH.........................................15
3.2. PEMBAHARUAN DALAM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH
DAERAH.................................................................................................................16
3.3. AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH........................................................18
3.4. KEBIJAKAN UMUM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH...................18
3.5. ASAS AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH.............................................19
BAB IV PENUTUP........................................................................................................20
4.1. KESIMPULAN.................................................................................................20
4.2. SARAN..............................................................................................................20

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bagian penting dari pengelolaan
keuangan daerah yang mencangkup keseluruhan kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
penata usahaan, akuntansi, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan Keuangan
Daerah. Pengelolaan keuangan daerah khususnya yang berkenan dengan akuntansi,
pelaporan dan pertanggungjawaban mengacu pada peraturan perundang-undangan
yaitu antara lain UU Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara, UU Nomor 15
tahun 2004 tentang Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara,
UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, peraturan pemerintah Nomor 58
tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, peraturan pemerintah Nomor 58
tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 8
tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan
Mentri Dalam Negri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah.
Untuk menyelenggarakan akuntansi pemerintah daerah, kepala daerah menetapkan
sistem akuntansi pemerintah daerah dengan mengacu pada peraturan daerah tentang
pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah. Sistem akuntansi keuangan daerah disusun
dengan berpedoman pada prindip pengendalian internentitas pelaporan dan entitas
akuntansi yang menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintah daerah.
Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
pemerintah daerah (pemda), salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan melalui
penyampaian laporan pertanggungjawaban APBD berupa laporan keuangan yang
memenuhi prinsip tepat waktu dan tepat saji serta disusun sesuai strandar akuntansi
pemerintah yang berterima secara umum. Terdapat beberapa peraturan perundang-
undangan yang menjadi acuan pengelolaan dan laporan pertanggungjawaban keuangan
daerah. Undang-undang dimaksud adalah Undang-undang Nomor 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Untuk memudahkan pelaksanaan berbagai peraturan perundangan di atas dan
mencegah timbulnya multitafsir dalam penerapannya, pemerintah telah menerbitkan

4
Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan
Keuangan Daerahyang merupakan penjabaran dari berbagai perundang-undangan di
atas. Memenuhi amanat peraturan perundangan yaitu pasal 150 peraturan pemeritah
Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Pemerintah Daerah dan pasal 330 peraturan
Mentri Dalam Nwgri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daera yang menyatakan bahwa ketentuan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan
daerah diatur dengan peraturan daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
maka disusunlah Peraturan Bupati Bandung Nomor 9 tahun 2008 tentang sistem dan
prosedur pengelolaan keuangan daerah. Dalam rangka memenuhi kebutuhan kabupaten
bandung untuk memiliki pedoman dalam pelaksanaan pengelolaan keangan yang lebih
rinci dan implementif, maka perlu disusun manual sistem dan prosedur akuntansi
pelaporan keuangan daerah. Pemerintah kabupaten bandung manual sistem dan
prosedur akuntansi pelaporan keuangan daerah.
Maksud disusun dan diterbitkannya Manual sistem dan prosedur Akuntansi
pengelolaan keuangan daerah adalah untuk mewujudkan pengelolaam dan pelaporan
keuangan dilingkungan pemerintah Kabupaten transparan, dan tepat waktu. Sistem
akuntansi pada dasarnya merupakan serangkaian prosedur (mekanisme) yang
digunakan dalam rangka penyusunan laporan keuangan.
Penyusunan Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pengelolaan Keuangan Daerah
dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban keuangan. Laporan keuangan yang
dimaksud harus disajikan sesuai Keungan Daerah atau prinsip-prinsip akuntansi yang
diterima umum, termasuk ketentuan yang berlaku. Penyusunan sistem akuntansi
pemerintah daerah untuk memberikan pedoman penyusunan dengan salah satu tujuan
dari akuntansi keuangan daerah adalah menyediakan informasi keuangan yang lengkap,
cermat, dan akurat sehingga dapat menyajikan laporan keuangan yang handal, dapat
dipertanggungjawabkan, dan digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi pelaksanaan
keuangan masa lalu dalam rangka mengambil keputusan ekonomi yang diperlukan oleh
pihak eksternal pemda untuk masa yang akan datang.
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah akan digunakan
oleh berbagai pihak eksternal tersebut. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
pemda (disebut sebagai stakeholders), baik secara langsung maupun tidak langsung,
meliputi:

5
1. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
DPRD adalah badan yang memberikan otoritasi kepada pemda untuk mengelola
keuangan daerah
2. Badan Pengawas Keuangan
Badan pengawas keuangan adalah badan yang melakukan pengawasan atas
pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan oleh pemda. Yang termasuk dalam
badan ini adalah inspektorat jendral dan badan pemeriksa keuangan.
3. Investor, kreditur, dan donatur
Pihak eksternal yang termasuk dalam kategori investor, kreditur, dan donatur
meliputi badan atau organiasi seperti pemerintah, lembaga keuangan atau lainnya,
baik dalam negri maupun luar negri yang menyediakan sumber keuangan bagi
pemda
4. Analisis ekonomi dan pemerhati pemda
Pihak eksternal yang termasuk dalam kategori analisis ekonomi dan pemerhati
pemda merupakan pihak-pihak seperti lembaga pendidikan (termasuk perguruan
tinggi beserta akademisnya), ilmuan, peneliti, konsultan, dan lain-lain yang
menaruh perhatian atas aktivitas yang dilakukan pemda
5. Rakyat
Rakyat disini adalah kelompok masyarakat yang menaruh perhatian kepada
aktivitas pemerintah, khususnya yang menerima pelayanan pemda atau yang
menerima produk dan jasa dari pemda
6. Pemerintah pusat
Pemerintah pusat memiliki kepentingan yang sangat kuat dengan pemda karena
tentunya memerlukan laporan keuangan pemda untuk menilai pertanggungjawaban
gubernur sebagai walil pemerintah
7. Pemda (provimsi, kabupaten, atau kota) lain
Pemda suatu daerah dengan daerah lain saling berhubungan dan memilki
kepentingan dalam hal ekonomi, mislnya dalam hal melakukan pinjaman.

6
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana sistem akuntansi pemerintah daerah?
2. Bagaimana pembaharuan dalam sistem akuntansi pemerintah daerah?
3. Apa kebijakan umum dan asas sitem akuntansi pemerintah daerah?
4. Apa pengaruh dari Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah Terhadap Pelaporan
Keuangan Daerah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem akuntansi pemerintah daerah.
2. Untuk mengetahui pembaharuan dalam sitem akuntansi pemerintah daerah.
3. Untuk mengetahui kebijakan dan asas sitem akuntansi pemerintah daerah.

1.4 Manfaat
1. Wawasan mahasiswa bertambah luas
2. Seabagi referansi bagi generasi yang akan datang

7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
2.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Pengertian akuntansi sebagaimana dikemukaan oleh Accounting Principle
Board (APB) yang memandang akuntansi dari sudut fungsinya sebagai berikut:
Menurut Halim (2002:138) “Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa. Fungsinya
adalah menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang
entitas ekonomi yang dimaksudkan agar berguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi dalam membuat pilihan-pilihan yang nalar diantara berbagai alternatif
tindakan. Akuntansi meliputi beberapa cabang, antara lain akuntani keuangan,
akuntansi manajemen dan akuntansi pemerintahan”.
Akuntansi menyediakan informasi yang kuantitatif yang bersifat keuangan,
dengan demikian output akuntansi adalah informasi keuangan. Informasi keuangan
tersebut lebih dikenal dalam bentuk laporan keuangan. Informasi dari akuntansi
keuangan daerah tentu saja digunakan oleh pemerintah daerah sendiri (internal)
juga oleh pihak diluar pemda (eksternal), seperti DPR, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Pusat dan masyarakat dalam rangka pengambilan keputusan.
Dalam depkeu (2002:13) akuntansi keuangan daerah meliputi semua kegiatan
yang mencakup pengumpulan data, pengklasifikasian, pembukuan dan pelaporan
atas transaksi keuangan pemerintah daerah. Akuntansi keuangan pemerintah daerah
merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mempunyai ciri-ciri tersendiri
berbeda dengan akuntansi komersial:
a. Tidak bertujuan untuk mengukur laba
Tujuan pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat, sehingga
harus memberikan informasi keuangan mengenai sumber-sumber yang
digunakan untuk pelayanan dan darimana sumber-sumber tersebut diperoleh.
b. Tidak adanya kepentingan pemilik
Pemerintah tidak memiliki kekayaan sendiri bagaimana perusahaan. Bila aset
melebihi hutang, maka kelebihan tersebut tidak dapat dibagikan kepada rakyat
sebagaimana layaknya badan usaha komersial yang membagikan dividen pada
akhir tahun buku.

8
c. Adanya akuntansi anggaran
Akuntansi anggaran mencakup akuntansi atas estimasi pendapatan, appropiasi,
estimasi pendapatan yang dialokasikan, otorisasi kredit anggaran (allotment)
serta realisasi pendapatan dan belanja untuk pembuatan laporan yang
menunjukkan atau membuktikan ketaatan dengan syarat-syarat yang ditetapkan
dalam dokumen otoritasi kredit.
Anggaran dan peraturan-peraturan pelaksanaan anggaran yang berlaku.
Kerangka umum sistem akuntansi pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
a. Satuan kerja memberikan dokumen-dokumen sumber seperti surat perintah
membayar uang dan surat tanda setoran dari transaksi keuangannya kepada
unit keuangan pemerintah daerah.
b. Unit pembukuan dan unit perhitungan melakukan pembukuan bulanan
tersebut dengan menggunakan komputer akuntansi (komputer yang telah
disiapkan untuk keperluan akuntansi) termasuk perangkat lunak (software)
akuntansi.
c. Dari proses akuntansi tersebut dihasilkan jurnal yang sekaligus diposting ke
dalam buku besar dan buku pembantu secara otomatis untuk setiap satuan
kerja.
d. Bila dokumen diatas telah diverifikasi dan benar maka dilanjutkan dengan
proses komputer untuk pembuatan laporan pertanggungjawaban (lpj)
e. Lpj dikirimkan kepada kepala daerah sebagai pertanggungjawaban satuan
kerja atas pelaksanaan anggaran, satu copy dikirim kepada satuan kerja
yang bersangkutan untuk kebutuhan pertanggungjawaban dan manajemen.
Satu copy untuk arsip unit perhitungan.
f. Lpj konsolidasi juga harus diberikan kepada kepala daerah agar dapat
mengetahui keseluruhan realisasi apbd pada suatu periode.
2.1.2 Tahap-tahap pengembangan sistem akuntansi
Pengembangan sistem akuntansi pemerintah daerah membutuhkan waktu yang
relatif lama. Terlebih lagi pengembangan sistem ini dimulai bersamaan dengan
reformasi dalam pengelolaan keuangan daerah, baik dari sisi perencaan dan
penganggaran, perbendaharaan dan akuntansi, termasuk manajemen kas daerah.
Oleh karena itu pengembangan sistem ini sangat erat kaitannya dengan perubahan
faktor-faktor tersebut. Semua hal tersebut dapat dijalankan secara simultan.

9
Dalam bakun departemen keuangan (2002:15), tahapa-tahapan dalam sistem
akuntansi pemerintahan meliputi:
a. Perencanaan meliputi berbagai kegiatan untuk mengidentifikasi permasalahan
serta tujuan pengembangan akuntansi.
b. Pemilihan sistem, meliputi kegiatan studi kelayakan dari berbagai aspek atas
berbagai sistem yang dapat digunakan untuk dipilih sistem yang tepat bagi
pemerintah daerah yang bersangkutan.
c. Pengembangan sistem, meliputi kegiatan pengembangan sistem dan prosedur
akuntansi (berikut software), pengadaan hardware dan prasarana penunjang
lainnya, penyiapan kelembagaan yang bertanggung jawab atas sistem
akuntansi, penyiapan modul pelatihan, dan penyiapan sdm yang kompeten
dibidang akuntansi.
d. Implementasi sistem, yaitu mengimplementasikan sistem yang telah
dikembangkan. Dalam tahap implementasi ini hendaknya digunakan sistem
paralel. Sistem keuangan daerah yang sekarang tetap berjalan sementara
sistem akuntansi keuangan yang baru mulai dijalankan. Bila sistem yang baru
berjalan lancar, maka sistem yang lama ditinggalkan.
e. Pemeliharaan sistem, dimaksudkan untuk memperbaiki kesalahan atau
kelemahan yang ada serta untuk memutakhirkan agar sistem dapat selalu
memenuhi kebetuhan. Pemeliharaan sistem ini harus dilaksanakan secara
terus-menerus mengingat perubahan peraturan perundang-undangan, operasi
dan transaksi keuangan pemerintah sedemikian sering terjadi.
Informasi yang dihasilkan oleh proses akuntansi dituangkan dalam laporan
keuangan terdiri dari:
a. Laporan realisasi anggaran
b. Neraca
c. Laporan arus kas
d. Catatan atas laporan keuangan (komite standar akuntansi pemerintah pusat
dan daerah)
Selain empat bentuk unsur laporan keuangan yang dikemukakan diatas,
masing-masing daerah diharuskan menyampaikan informasi yang berkaitan
dengan keuangan daerah, yaitu laporan keuangan badan usaha milik daerah dan
data yang berkaitan dengan kebutuhan dan potensi ekonomi daerah. Data
akuntansi yang dilaporkan, berkaitan dengan data nonfinansial seperti data

10
statistik memungkinkan instansi pemerintah untuk menilai efisiensi, sejauh
aman sember daya yang telah dimanfaatkan secara ekonomis dan penilaian
efektivitas suatu instansi tersebut mampu memberikan pelayanan maksimum
dengan sumber yang tersedia, termasuk menilai apakah hasil suatu program
dapat mencapai konsekuensi-konsekuensi yang dituju. Sebagai contoh,
program yang dilincurkan untuk menanggulangi kemiskinan, pemberantasan
penyakit menular, pemberantasan kejahatan atau program penanggulangan
putus sekolah apakah sudah berhasil sesuai dengan tujuannya. Berdasarkan
uraian diatas, secara eksplisit menjelaskan konteks penggunaan informasi
akuntansi untuk mengevaluasi sejauh mana kebijakan publik dilaksanakan para
manajer program dan mentaati pencapaian tujuan dengan batasan tingkat
pendanaan yang ditetapkan. Dengan membandingkan angka-angka anggaran
dengan realisasi, dapat ditetapkan berapa jumlah yang dibelanjakan dan pada
area pola belanja dimana terjadi perbedaan yang telah diantisipasi sebelumnya.
2.1.3 Kebijakan Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem akuntansi adalah serangkaian prosedur yang digunaka untuk
memproses transaksi keuangan pemerintah sampai dilaksanakannya laporan
pertanggungajwaban keuangan daerah. Dari pengertian tersebut diketahui bahwa
sistem akuntansi meliputi berbagai elemen yang diperlukan dalam proses
akuntansi. Elemen-elemen tersebut antara lain: formulir,catatan,buku-
buku,laporan, sumber daya manusia,kebijakan,prosedur,dan prasarana lain yang
diperlukan. Seluruh elemen ini saling berinteraksi dalam menghasilkan laporan
pertanggungjawaban. Berhubung sistem akuntansi mencangkup berbagai elemen
sebagaimana disebutkan diatas, maka pengembangan sistem harus dilakukan
secara hari-hati dengan mempertimbangkan ketersediaan dan kesiapan berbagai
elemen tersebut. Tanggungjawab atas pemilihan dan pengembangan sistem
akuntansi berada pada kepala daerah. Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor
105 tahun 2000, pemerintah daerah wajib menetapkan sistem akuntansi yang
digunakan dalam bentuk peraturan daerah.
Pengembangan sistem akuntansi ini harus berpedoman pada poko-pokok
pengembangan sistem akuntansi yang ditetapkan oleh mentri dalam negri. Untuk
keperluan dimaksud, mentri dalam negri telah mengeluarkan kemendagri no. 29
tahun 2002. Kepmendagri tersebut hanya mengatur hal-hal pokok saja. Dengan
demikian pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan yang diperoleh pp no.

11
105 tahun 2000 wajib mengembangkan sistem akuntansi yang mampu
menghasilkan laporan sesuai dengan mengajukan pada pedoman tersebut akan
mempertimbangkan situasi dan kondisi daerah masing-masing. Di dalam
kemendagri no. 29 tahun 2002 tersebut juga dinyatakan bahwa sistem akuntansi
disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan pemerintah. Oleh karena itu
apabila terdapat kesesuaian antara lain butir-butir yang diatur dalam kepmendagri
dan standar akuntansi, pemerintah daerah seharusnya mengacu kepada standar
akuntansi keuangan pemerintah.

12
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Dengan bergulirnya UU Nomor 33 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU
Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah,
dan aturan pelaksanaannya khususnya PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan
dan pertanggungjawaban keuangan daerah maka terhitung tahun anggaran 2001, telah
terjadi pembaharuan di dalam manajemen keuangan daerah. Dengan adanya otonomi
ini, daerah diberikan kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri
dengan sesedikit mungkin campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah
mempunyai hak dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber
keuangan yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang
berkembang di daerah.
Namun demikian, dengan kewenangan yang luas tersebut tidaklah berarti bahwa
pemerintah daerah dapat menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinnya
sekehendaknya, tanpa arah dan tujuan yang jelas. Hak dan kewenangan yang luas yang
diberikan kepada daerah, pada hakikatnya merupakan amanah yang harus
dipertanggungjawabkan secara akuntabel dan transparan, baik kepada masyarakat di
daerah maupun kepada pemerintah pusat yang telah membagikan dana perimbangan
kepada seluruh daerah di indonesia.
Pembaharuan manajemen keuangan daerah di era otonomi daerah ini, ditandai
dengan perubahan yang sangat mendasar, mulai dari sistem penganggarannya,
perbendaharaan sampai kepada pertanggungjawaban laporan keuangannya, sehelum
bergulirnya otonomi daerah, pertanggungjawaban laporan keuangan daerah yang harus
disiapkan oleh pemerintah daerah hanya berupa laporan perhitungan anggaran dan
nota perhitungan dan sistem yang di gunakan untuk mengahsilkan laporan tersebut
adalah MAKUDA (Manual Administrasi Keuangan Daerah) yang diberlakukan sejak
tahun 1981.
Penerapan otonomi daerah seutuhnya membawa konsekuensi logis berupa
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
manajemen keuangan yang sehat. Sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 105
tahun 2001. Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk menetapkan sistem dan
prosedur pengelolaan keuangan daerah dalam bentuk peraturan daerah. Sistem tersebut

13
sangat diperlukan dalam memenuhi kewajiban pemerintah daerah dalam membuat
laporan pertanggungjawaban keuangan daerah yang bersangkutan.
Dengan bergulirnya otonomi daerah, laporan pertanggungjawaban keuangan yang
harus dibuat oleh Kepala Daerah adalah berupa laporan perhitungan anggaran, nota
perhitungan, laporan arus kas dan neraca daerah. Kewajiban untuk menyampaikan
laporan keuangan daerah ini diberlakukan sejak 1 Januari 2001, sampai pada akhirnya
saat ini pemerintah sudah mempunyai standar akuntansi pemerintah yang dapat
digunakan sebagai acuan bagi pemerintah daerah didalam membangun sistem
akuntansi keuangan daerahnya, yang tertuang dalam peraturan pemerintahan Nomor
24 Tahun 2005.
1. Pengertian Sistem Akuntansi
Pemerintah daerah perlu menjalankan sistem akuntansi yang baik untuk
mendukung pelaksanaan pemerintahanya. Pengertian Sistem Akuntansi
Pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkompeterisasi
mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtiasaran, hingga pelaporan posisi
keuangan (neraca) dan operasi keuangan pemerintah (LRA)
2. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) dapat dikelompokkan kedalam dua
sub sistem pokok berikut:
a. Sistem Akuntansi SKPD (SA-SKPD)
SKPD merupakan entitas akuntansi yang berkewajiban menyususn laporan
keuangan dan menyampaikannya kepada kepala daerah melalui PPKD
b. Sistem Akuntansi PPKD (SA-PPKD)
SA-PPKD terbagi kedalam dua sub sistem yang terintegrasi, yaitu:
 SA-PPKD sebagai pengguna anggaran (entitas akuntansi) yang akan
menghasilkan laporan keuangan PPKD yang terdiri dari LRA PPKD,
Neraca PPKD, dan CaLK PPKD.
 SA-Konsolidator sebagai wakil pemda (entitas pelaporan) yang akan
mencatat transaksi resiprokal antara SKPD dan PPKD (selaku BUD) dan
melakukan proses konsolidasi lapkeu (lapkeu dari seluruh SKPD dan
PPKD menjadi lapkeu pemda yang terdiri dari laporan realisasi APBD
(LRA) Neraca Pemda, LAK, dan CaLK Pemda.

14
3. Proses Akuntansi
Proses akuntansi adalah serangkaian kegiatan akuntansi mulai dari penjualan
transaksi (berdasarkan bukti transaksi), posting ke buku besar, penyusunan neraca
saldo, jurnal penyesuaian, hingga penyusunan laporan keuangan, dilanjutkan
dengan jurnal penutup dan akhirnya penyusunan neraca saldo setalah tutup buku.
Proses akuntansi pemerintahan diselenggarakan seiring dengan pelaksanaan
anggaran.
4. Sistem Pembukuan Berpasangan
Persamaan akuntansi pemerintahan: Aset = kewajiban + ekuitas dana
Aset = hak kreditor + hak residul pemerintah
5. Kebijakan Akuntansi
Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi,
aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan
dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Kebijakan akuntansi pemda dimaksudkan sebagai pedoman teknis akuntansi
tambahan yang bersifat yang mengacu kepada SAP san ketentuan perundang-
undangan mengenai keuangan daerah. Kebijakan akuntansi tersebut di tetapkan
dengan peraturan kepala daerah dengan berpedoaman kepada SAP dan peraturan
daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah.
6. Bagan Akun
Bagan akun berisi nama dan kode akun yang akan digunakan untuk mencatat dan
mengklasifikasikan setiap jenis transaksi yang serupa secara detil. Nama dan kode
akun dapat di kembangkan dari struktur/format laporan keuangan yang ingin
dihasilkan oleh pemda sesuai dengan SAP.
3.2 Pembaharuan Dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Neraca dan laporan arus kas merupakan bentuk laporan yang baru pemerintah daerah
dan untuk dapat menyusunnya diperlukan adanya standar akuntansi. Sistem akuntansi
keuangan pemerintahan yang diterapkan sejak bangsa ini merdeka 59 tahun yang lalu
didasarkan Undang-undang Perbendaharaan Indonesia (ICW) Staatblads 1928, yang
memang tidak diarahkan atau ditujukan untuk menghasilakan laporan neraca dan laporan
arus kas.
Dengan adanya reformasi atau pembaharuan di dalam sistem pertanggungjawaban
keuangan daerah, sistem lama yang digunakan oleh pemda baik pemerintah provinsi

15
maupun pemerintah kabupaten/kota yaitu Manual Administrasi Keuangan Daerah
(MAKUDA) yang diterapkan sejak 1981 tidak dapat lagi mendukung kebutuhan pemda
untuk menghasilkan laporan keuangan dalam bentuk neraca dan laporan arus kas. Untuk
menghasilkan laporan keuangan tersebut diperlukan suatu sistem akuntansi keuangan
daerah yang didasarkan atas standar akuntansi pemerintahan. Sistem yang lama
(MAKUDA) dengan ciri-ciri antara lain Single Entry (pembukuan tunggal), Incre Mental
Budgeting (penganggaran secara tradisional) yang:
1. Tidak mampu meberikan informasi mengenai kekayaan yang dimiliki oleh daerah atau
dengan kata lain tidak dapat meberikan laporan neraca.
2. Tidak mampu memberikan informasi mengenai laporan aliran kas sehingga manajemen
atau publik tidak dapat mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan adanya kenaikan
atau penurunan kas daerah.
3. Sistem yang lama (MAKUDA) ini juga tidak dapat membantu daerah untuk menyususn
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berbasis kinerja sesuai tuntutan
masyarakat. Tidak mampu memberikan informasi mengenai kekayaan yang dimiliki oleh
daerah, atau dengan kata lain tidak dapat memberikan laporan neraca.
Pembaharuan di dalam manajemen keuangan daerah sebagaimana yang dikehendaki
ketentuan perundang-undangan yang ada telah direspon oleh pemerintah pusat dan Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) sebagai asosiasi profesi yaitu dengan dibentuknya “Komite
Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah”. Komite ini bertugas untuk merumuskan
dan mengembangkan konsep Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang
keanggotaannya terdiri dari kalangan birokrasi (Departemen Keuangan, Departemen
Dalam Negri dan BPKP), IAI dan kalangan akademisi.
Dengan adanya komite standar akuntansi pemerintah pusat dan daerah, isu mengenai
siapa yang berkewenangan untuk menetapkan standar akuntansi pemerintah pusat dan
pemerintah daerah sudah dapat terpecahkan. Berdasarkan UU Nomor 1 tahun 2004,
pemberlakuan standar akuntansi pemerintahaan yang dihasilkan oleh komite standar
setelah meminta pertimbangan BPK ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Standar
akuntansi pemerintahan yang dihasilkan oleh komite ini diharapkan dapat memayungi
praktek-praktek akuntansi yang telah diterapkan oleh pemerintah daerah saat ini dan untuk
masa yang akan datang.
3.3 Akuntansi Pemerintah Daerah
Pengembangan akuntansi ditingkat pemerintah daerah telah dilakukan melalui Sistem
Akuntansi dan Pengendalian Anggaran (SAPA) sejak tahun 1986.

16
Perubahan penting yang seacara koinsidental terjadi adalah reformasi dibidang keuangan
negara. Setelah bertahun-tahun Indonesia menggunakan UU dibidang perbendaharaan
negara yang terbentuk semenjak jaman kolonial maka pada abad 21 ini telah ditetapkan
tiga paket dibidang perundang-undangan dibidang keuangan negara yang menjadi landasan
hukum reformasi dibidang keuangan negara, yaitu Undang-undang No. 17 Tahun 2004
tentang Keuangan Negara, Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan
negara, dan Undang-undang No. 15 Tahun 2004 tentang periksaaan tanggungjawab dan
pengelolaan keuangan negara.
Arti penting akuntabilitas dalam good govermance ini tampaknya sangat disadari
sebagaimana terlihat dari aturan yang dituangkan dalam peraturan pemerintah tersebut
diatas. Penyajian laporan pertanggungjawaban keuangan antara lain berisikan Neraca,
Laporan Perhitungan Anggaran dan Laporan Arus Kas.
Permasalahan diatas sebenarnya bukan politis, sebagaian besar adalah berasal dari
pemasalahan teoris, sistem dan prosedur akuntansi dan pelaporan pertanggungjawaban
keuangan daerah. Masalah teoritis, sistem dan prosedur ini muncul sebagai konsekuensi
logis dari implikasi prograsivitas pembaharuan yang dituntut oleh masyarakat. Pembaruan-
pembaruan tersebut pada dasarnya menyangkut hal-hal sebagai berikut:
1. Pembaruan anggaran, melalui perubahan struktur anggaran, proses penyusunan
anggaran, perubahan format dan administrasi pelaksanaanya, serta penerapan standar
akuntansi
2. Pembaruan pendanaan melalui perubahan kewenangan daerah dalam memanfaatkan
dana, prinsip pengelolaan kas, cadangan, penggunaan dana pinjaman, dan
pembelanjaan defisit.
3. Penyederhanaan prosedur, baik dalam penyusunan anggaran, pelaksanaan, maupun
dalam perhitungannya.
Kata kunci dari seluruh pembaharuan diatas adalah kinerja. Dan ini memang secara
khusus ditegaskan dalam pasal peraturan pemerintah yang mengatur bahwa APBD
disusun berdasarkan kinerja yang tolak ukurnya perlu dikembangkan sehingga dapat di
evaluasi atau diukur. Perangkat perundang-undangan otonomi daerah sesungguhnya
sudah pula melengkapi manajemen daerah dengan peratura pemerintah Nomor 108
tahun 2000 tentang tata cara pertanggungjawaban kepala daerah. Peraturan pemerintah
ini menyebutkan bahwa pertanggungjawaban pemerintah daerah dinilai berdasarkan
tolak ukur Rencana Strategi. Setiap daerah wajib menetapkan Rencana Strategi dalam

17
jangka 1 (satu) bulan setelah Kepala Daerah dilantik. Rencana strategi ini beserta
dokumen perencanaan daerah lainnya memerlukan pengesahan oleh DPRD.
3.4 Kebijakan Umum Akuntansi Pemerintah Daerah
Terdapat tiga tujuan dari pelaporan keuangan pemerintah yaitu akuntabilitas,
manajerial, dan transparansi. Akuntabilitas diartikan sebagai upaya untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepada unit organisasi pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan melalui laporan keuangan pemerintah secara periodik.
Manajerial berarti menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan
dan pengelolaan keuangan pemerintah serta memudahkan pengendalian yang efektif atas
seluruh aset, utang, dan ekuitas dana. Sedangkan transparansi dalam pelaporan keuangan
bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan yang terbuka bagi masyarakat dalam
rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Laporan keuangan pemerintah yang selanjutnya disebut sebagai laporan
pertanggungjawaban merupakan hasil proses akuntansi atas transaksi-transaksi keuangan
pemerintah. Laporan pertanggungjawaban untuk tujuan umum, terdiri dari laporan
perhitungan anggaran, neraca, laporan arus kas dan nota perhitungan anggaran. Tidak
tertutup kemungkinan laporan keuangan dapat dikembangkan untuk tujuan khusu.
3.5 Asas Akuntansi Pemerintah Daerah
Pendapatan diakui pada saat dibukukan pada Kas Umum Negara/Daerah dan belanja
diakui pada saat dikeluarkan dari Kas Umum Negara/Daerah.
1. Asas Universalitas
Semua pengeluaran harus tercermin dalam anggaran. Hal ini berarti bahwa anggaran
belanja merupakan batas komitmen tertinggi yang bisa dilakukan oleh pemerintah
daerah untuk dapat membebani APBD.
2. Asas Bruto
Tidak ada kompensasi antara penerimaan dan pengeluaran. Misalnya pendapatan
daerah memperoleh pendapatan dan untuk meperolehnya diperlukan belanja, maka
pelaporanya harus groos income artinya pendapatan dilaporakan sebesar nilai
pendapatan yang diperoleh, dan belanja dibukukan pada pos belanja yang bersangkutan
sebesar belanja yang dikeluarkan.

18
3. Dana Umum
Dana Umum adalah suatu entitas fiskal dan akuntansi yang mempertanggungjawabkan
keseluruhan penerimaan dan pengeluaran negara termasuk aset, utang, dan ekuitas
dana. Dana Umum yang dimaksud adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah. Dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan tertentu
dipertanggungjawabkan secara khusus yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
Dana Umum.

19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem akuntansi pemerintah daerah adalah serangkaian prosedur manual maupun yang
terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisiaran, hingga
pelaporan posisi keuangan (neraca) dan operasi keuangan pemerintah daerah. Dengan
demikian sistem akuntansi pemerintah daerah diharapkan dapat menunjukkan transparansi
sesuai dengan prosedur yang ada yang dibuat oleh pemerintah pusat. Pemerintah daerah
dapat mengelola keuangannya sendiri untuk demi pembangunan daerah dan hasilnya
dilaporkan ke pemerintah pusat.
Keuangan pemerintah daerah dikelola sesuai dengan prosedur akuntansi yang telah
ditetapkan. Tujuan pemerintah daerah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat,
sehingga harus memberikan informasi keuangan mengenai sumber-sumber yang digunakan
untuk pelayanan dan dari mana sumber-sumber tersebut diperoleh. Agar masyarakat dapat
mengetahui pendapatan daerah itu berasal dari mana dan digunakan untuk apa saja. Hal itu
dilakukan supaya adanya transparansia kepada masyarakat dan dapat mensejahterakan
masyarakat.

4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka saya sebagai penulis menyarankan hal-hal
sebagai berikut:
1. Pemerintah daerah diharapkan dapat mengelola keuangan yang ada sesuai dengan
prosedur yang ada.

20
21

Anda mungkin juga menyukai