Anda di halaman 1dari 32

Tugas makalah mata kuliah Akuntansi Pemerintahan

MEMAHAMI SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DAN


DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
dosen pembimbing Fakriah, S.E.,M.Si.

disusun Oleh kelompok 4:

Juliana (2021614060006)
Siti mastini (2021614060022)
Nora chyntia (2021614060027)

POLITEKNIK NEGRI LHOKSEUMAWE


FAKULTAS TATA NIAGA
D-IV MANAJEMEN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji dan syukur hanya kepada Allah


SWT, yang telh memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis berhasil
menyusun makalah ini sesuai dengan kemampuan yang penulis miliki. Allah
SWT yang telah memberikan kemudahan dan menuangkan ide-ide pikiran yang
baik kepada penulis untuk menyelesaikan kewajiban dalam menghadapi dan
melengkapi syarat-syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah ini dengan judul
“MEMAHAMI SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DAN
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN”.

Shalawat bernada salam tidak lupa pula kepada baginda Nabi Besar
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari cara berpola pikir yang tidak
mengetahui ilmu kearah yang lebih mengenal ilmu pengetahuan yang kita rasakan
sekarang.

Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga penulisan ini bisa menjadi manfaat bagi kita semua.

Waasalamualaikum wr. wb

Lhokseumawe, 24 Oktober 2022

penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1


B. Rumusa Masalah...................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Pembaruan dalam sistem akuntansi keuangan daerah..........................3


B. Prinsip dasar dalam penyusunan laporan keuangan daerah..................4
C. Struktur dan bentuk laporan keuangan daerah......................................9
D. Sistem akuntansi pemerintah daerah ...................................................10
E. Sistem akuntansi satuan kerja...............................................................20
F. Laporan keuangan daerah.....................................................................21
BAB III PENUTUP.........................................................................................29

A. Kesimpulan...........................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................30

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kebijakan akuntansi berkaitan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang telah
dipilih berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan untuk diterapkan dalam
penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan (Cairns, dkk., 2011).
Kebijakan akuntansi pemerintah daerah berisi unsur-unsur pokok dari Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP) yang dijabarkan dalam pemilihan suatu metode
akuntansi, baik dalam pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan. Oleh karena
itu, kebijakan akuntansi merupakan suatu pedoman operasional akuntansi bagi
fungsi-fungsi akuntansi di setiap organisasi perangkat daerah (Mulyani &
Suryawati, 2011).
Selain itu, kebijakan akuntansi juga harus berpedoman pada fungsi-fungsi di
pemerintah daerah, antara lain: fungsi perencanaan, fungsi penyusun Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan fungsi pelaksanaan APBD
(Weskornis, & Suraida, 2018). Dengan demikian akan terjadi keselarasan antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pelaporan keuangan daerah.
Kebijakan akuntansi pemerintah daerah diawali dari Undang-Undang No. 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, di mana pemerintah membentuk KSAP
yang ditugaskan menyusun konsep pra-PP tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, dengan hasil terbaru berupa PP No. 71 Tahun 2010. Tiga tahun
kemudian, Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia menerbitkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2013 tentang penerapan standar akuntansi
pemerintahan berbasis akrual pada pemerintah daerah.
Banyak terjadi perubahan di Indonesia yang bersifat signifikan dan
fundamental dalam mekanisme penyelenggaraan pemerintah, yaitu
diberlakukannya otonomi daerah secara efektif. Hal ini tertuang di dalam UU No.
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta UU No. 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
secara langsung pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk
menyelenggarakan pemerintah daerah yang lebih luas, nyata, dan bertanggung
jawab.

1
Namun dibalik semua itu, terdapat beberapa kekhawatiran atas munculnya
‘desentralisasi masalah’. yaitu berupa pelimpahan masalah yang belum dapat
ditangani oleh pemerintah pusat untuk pemerintah daerah. Hal ini tergambar
dalam UU No. 32 Tahun 2004, “Desentralisasi adalah penyerahan wewenang
pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia “Menurut UU No. 32 Tahun 2004, “Otonomi daerah adalah hak
wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundangundangan”.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka daerah diberi hak otonom oleh
pemerintah pusat untuk mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri.
Pencapaian good governance untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan yang
tertuang dalam penjelasan bahwa “Otonomi daerah identik dengan tuntutan
akuntabilitas, good governance, dan sebagainya”. Pemerintahan yang baik adalah
pemerintahan yang dapat mempertanggung jawabkan kepercayaan masyarakatnya
secara jujur (Enho, 2008).

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat kita simpulkan sebuah permasalahan
yaitu bagaimana sistem akuntansi pemerintah daerah dan dokumen pelaksanaan
anggaran.

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memahami sistem akuntansi
pemerintah daerah dan dokumen pelaksanaan anggaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembaruan sistem akuntansi keuangan daerah

Keputusan Mendagri No. 29 Tahun 2002, tentang pedoman pengurusan,


pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan daerah serta tata cara
penyusunan Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah, pelaksanaan tata usaha
keuangan daerah dan penyusunan perhitungan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah yang berbunyi:”Sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD) adalah suatu
sistem akuntansi yang meliputi proses pencatatan, penggolongan, penafsiran,
peringkasan transaksi atas kejadian keuangan serta pelaporan keuangannya dalam
rangka pelaksanaan APBD, dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi”.(Pasal 70: ayat 1)

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah adalah sebagai berikut:

a) Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pemerintah


daerah wajib menyelenggarakan akuntansi pemerintahan.
b) Sistem akuntansi pemerintahan daerah diselenggarakan dengan
berpedoman kepada Sistem Pengendalian Internal dan Standar
Akuntansi Pemerintahan.
c) Entitas pelaporan dan entitas akuntansi menyelenggarakan sistem
akuntansi pemerintah daerah.
d) Sistem akuntansi pemerintah daerah meliputi serangkaian prosedur
mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai
dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi komputer.
e) Proses sebagaimana dimaksud pada huruf (d) didokumentasikan dalam
bentuk buku jurnal dan buku besar, dan jika diperlukan ditambah
dengan buku besar pembantu.
f) Dalam sistem akuntansi pemerintahan ditetapkan entitas pelaporan dan
entitas akuntansi yang menyelenggarakan sistem akuntansi
pemerintahan daerah.

3
g) Sistem akuntansi pemerintahan daerah dilaksanakan oleh PPKD pada
Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD).
h) Sistem akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilaksanakan
oleh PPK-SKPD.
i) Salah satu muatan sistem akuntansi pemerintahan daerah adalah kode
rekening yang terdiri atas kode rekening aset, kewajiban, ekuitas dana,
pendapatan, belanja dan pembiayaan serta jurnal stándar yang
digunakan dalam pencatatan.
j) Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, entitas
pelaporan menyusun laporan yang meliputi :
1) laporan realisasi anggaran;
2) neraca;
3) laporan arus kas; dan
4) catatan atas laporan keuangan.
k) Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, entitas
akuntansi menyusun laporan yang meliputi :
1) laporan realisasi anggaran;
2) neraca;
3) catatan atas laporan keuangan.
B. Prinsip dasar dalam penyusunan laporan keuangan daerah

Pengertian laporan keuangan menurut Machfoedz dan Mahmudi (2008)


merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Sedangkan menurut Peraturan
Pemerintah No. 71 Tahun 2010 laporan keuangan adalah laporan yang terstruktur
mengenai posisi keuangan dan transaksitransaksi yang dilakukan oleh suatu
entitas pelaporan. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari
satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan wajib menyampaikan laporan pertanggung jawaban.

Laporan keuangan menurut Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 terdiri


dari laporan anggaran dan laporan fiuansial. Laporan anggaran terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih (SAL). Sedangkan Laporan finansial teridiri dari : Neraca, Laporan

4
Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan.

Pelaporan keuangan pemerintah menurut Tanjung (2012) seharusnya


menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai
akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun
politik. Laporan keuangan yang disajikan pemerintah daerah menurut Mahmudi
(2010) dinilai berkualitas apabila memenuhi ciri-ciri, antara lain: relevan, andl,
dapat dibandingkan, dan dapat dipahami.

Diamond (2002) menjelaskan bahwa di dalam penyajian laporan keuangan,


hal yang paling penting adalah pengungkapan atas informasi sebagai elemen dasar
dari akuntabilitas. Komponen penting untuk menciptakan akuntabilitas tersebut
diperoleh dari laporan keuangan organisasi sektor publik. Adanya tuntutan yang
semakin besar terhadap pelaksanaan akuntabilitas publik menimbulkan implikasi
bagi manajemen sektor publik untuk memberikan informasi kepada publik, salah
satunya adalah informasi

Standar Akuntansi Pemerintahan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor


71 Tahun 2010 mengemukakan delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi
dan pelaporan keuangan sebagai berikut: Basis akuntansi; Prinsip nilai
historis;,Prinsip realisasi; Prinsip substansi mengungguli bentuk formal; Prinsip
periodisitas; Prinsip konsistensi; Prinsip pengungkapan lengkap; dan Prinsip
penyajian wajar.

1. Basis Akuntansi

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan


pemerintah adalah basis akrual, untuk pengakuan pendapatan-LO,
beban, aset, kewajiban, dan ekuitas. Dalam hal peraturan perundang-
undangan mewajibkan disajikannya laporan keuangan dengan basis kas,
maka entitas wajib menyajikan laporan demikian (berbasis kas
– Wikiapbn).

Basis akrual untuk LO berarti bahwa pendapatan diakui pada saat


hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum

5
diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas
pelaporan dan beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan
penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum
dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas
pelaporan. Pendapatan seperti bantuan pihak luar/asing dalam bentuk
jasa disajikan pula pada LO.

Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas,


maka LRA disusun berdasarkan basis kas, berarti bahwa pendapatan
dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima di Rekening
Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan; serta belanja,
transfer, dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan
dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Namun demikian, bilamana
anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis akrual, maka
LRA disusun berdasarkan basis akrual.

Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan


ekuitas diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat
kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan
pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar.

2. Nilai Historis (Historical Cost)

Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar
atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh
aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas
dan setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban di masa yang akan datang dalam pelaksanaan kegiatan
pemerintah.

Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain


karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat
nilai historis, dapat digunakan nilai wajar aset atau kewajiban terkait.

6
3. Realisasi (Realization)

Bagi pemerintah, pendapatan basis kas yang tersedia yang telah


diotorisasikan melalui anggaran pemerintah suatu periode akuntansi
akan digunakan untuk membayarutang dan belanja dalam periode
tersebut. Mengingat LRA masih merupakan laporan yang wajib
disusun, maka pendapatan atau belanja basis kas diakui setelah
diotorisasi melalui anggaran dan telah menambah atau mengurangi kas.

Prinsip layak temu biaya-pendapatan (matching-cost against


revenue principle) dalam akuntansi pemerintah tidak mendapat
penekanan sebagaimana dipraktekkan dalam akuntansi komersial.

4. Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form)

Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar


transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi
atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan
substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya.
Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda
dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan
dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

5. Periodisitas (Periodicity)

Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan


perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas
dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan.
Periode utama yang digunakan adalah tahunan. Namun, periode
bulanan, triwulanan, dan semesteran juga dianjurkan.

6. Konsistensi (Consistency)

Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang


serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip
konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi
perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain.

7
Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa
metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih
baik dibanding metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan
metode ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

7. Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure)

Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang


dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna
laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face)
laporan keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan.

8. Penyajian Wajar (Fair Presentation)

Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi


Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan
Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan.

Dalam rangka penyajian wajar, faktor pertimbangan sehat


diperlukan bagi penyusun laporan keuangan ketika menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu
diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan
menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan
keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada
saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset
atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak
dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan
sehat tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan
tersembunyi, sengaja menetapkan aset atau pendapatan yang terlampau
rendah, atau sengaja mencatat kewajiban atau belanja yang terlampau
tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral dan tidak andal.

8
C. Struktur dan bentuk laporan keuangan daerah

Bagian 1 – Penyiapan Kertas Kerja Konsolidasi


1) Fungsi Akuntansi di Entitas Pelaporan (selanjutnya disebut Fungsi
Akuntansi) menyiapkan kertas kerja (worksheet) dengan lajur sesuai
banyaknya SKPD dan SKPKD sebagai alat untuk menyusun Neraca
Saldo Gabungan SKPD dan SKPKD.

2) Fungsi Akuntansi memindahkan data pada Neraca Saldo SKPD dan


Neraca Saldo SKPKD ke dalam kertas kerja konsolidasi.
3) Fungsi Akuntansi membuat jurnal penyesuaian konsolidasi berupa jurnal
eliminasi untuk menghapus akun transitoris yaitu RK PPKD dan RK
SKPD. Jurnal eliminasi tersebut merupakan catatan dalam kertas kerja
konsolidasi dan tidak mempengaruhi pencatatan di entitas akuntansi.
4) Fungsi Akuntansi mengisi Neraca Saldo Pemerintah Daerah (konsolidasi)
berdasarkan Neraca Saldo SKPD dan Neraca Saldo SKPKD serta jurnal
eliminasi.

Bagian 2 – Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi


1) Berdasarkan Neraca Saldo setelah Penyesuaian, Fungsi Akuntansi
menyusun:

a) Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Konsolidasi


b) Laporan Operasional (LO) Konsolidasi
c) Neraca Konsolidasi
d) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
e) Laporan Perubahan SAL
f) Laporan Arus Kas

2) Fungsi Akuntansi membuat Catatan atas Laporan Keuangan sesuai


dengan sistematika dan penjelasan di Kebijakan Akuntansi dan/atau
Standar Akuntansi Pemerintah.
3) PPKD menyerahkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang telah
disusun kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

9
4) Kepala Daerah membuat Surat Pernyataan Kepala Daerah yang
menyatakan bahwa pengelolaan APBD yang menjadi tanggung jawabnya
telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang
memadai, standar akuntansi pemerintahan, dan sesuai dengan peraturan
perundangundangan.
5) Kepala Daerah menyampaikan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

D. Sistem akuntansi pemerintah daerah

SAPD merupakan suatu instrumen untuk mengoperasionalkan prinsip-prinsip


akuntansi yang telah ditetapkan dalam SAP dan kebijakan akuntansi. SAPD
menunjukkan rangkaian proses akuntansi yang terdiri dari proses identifikasi
transaksi keuangan, menjurnal ke dalam buku jurnal, memposting ke buku besar,
menyusun neraca saldo, menyusun kertas kerja konsolidasian, dan diakhiri dengan
penyusunan laporan keuangan.

SAPD adalah instrumen penting yang perlu dipersiapkan dalam upaya


pelaksanaan SAP yang berbasis akrual. SAPD juga merupakan alat yang dapat
mendukung prinsipprinsip dasar yang sesuai dengan SAP. SAPD berfungsi
sebagai pedoman yang menguraikan peran masing-masing. Sebagai pedoman.
Adapun penjelasan setiap tahapan dapat dijelaskan dengan bagan alur ataupun
dengan mendeskripsikan masing-masing peran. Hal yang terpenting bahwa SAPD
sebagai pedoman bisa dimengetri dan diaplikasikan oleh para bagian masing-
masing. SAPD terdiri dari:

1. Sistem Akuntansi SKPKD mencakup teknik pencatatan, pengakuan dan


pengungkapan atas pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja,
transfer, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas, penyesuaian dan koreksi,
penyusunan laporan keuangan SKPKD serta penyusunan penyusunan
laporan keuangan konsolidasian pemerintah daerah.
2. Sistem Akuntansi SKPD mencakup teknik pencatatan, pengakuan dan
pengungkapan atas pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja,

10
aset, kewajiban, ekuitas, penyesuaian, koreksi dan penyusunan laporan
keuangan SKPD.

Sistem akuntansi pemerintahan daerah secara garis besar terdiri atas 4


(empat) prosedur akuntansi, yaitu: prosedur akuntansi penerimaan kas, prosedur
akuntansi pengeluaran kas, prosedur akuntansi aset, dan prosedur akuntansi selain
kas, selanjutnya dapat uraikan sebagai berikut:

1. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas


1) Prosedur akuntansi penerimaan kas meliputi serangkaian proses
mulai pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dan/atau
kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkenaan dengan
penerimaan kas pada SKPD yang dapat dilaksanakan secara manual
maupun terkomputerisasi.
2) Fungsi yang terkait pada prosedur Akutansi Penerimaan kas pada
SKPD dilaksanakan oleh fungsi akutansi pada pejabat penatausahaan
Keuangan SKPD (PPK-SKPD).
3) Prosedur akuntasi penerimaan kas pada tingkat SKPKD
dilaksanakan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).
4) Dokumen (dokumen sumber dan dokumen pendukung) yang
digunakan pada prosedur Akutansi penerimaan Kas pada SKPD,
terdiri atas :
a) Surat ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah) merupakan
dokumen yang dibuat oleh Pejabat pengelola Keuangan Daerah
untuk menetapkan Pajak Daerah atas Wajib Pajak.
b) Surat ketetapan Retribusi (SKR) merupakan dokumen yang
dibuat oleh pengguna Anggaran untuk menetapkan Retribusi
atas Wajib retribusi.
c) Surat tanda Setoran (STS) merupakan dokumen yang
diselenggarakan Bendahara Penerimaan untuk menyetor
penerimaan daerah atau PPK-SKPD untuk dijadikan dokumen
dalam menyelenggarakan akutansi pada SKPD.

11
d) Bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer
penerimaan daerah.
e) Nota Kredit Bank merupakan bukti dari um daerah.
5) Buku yang digunakan pada prosedur Akutansi penerimaan Kas pada
SKPD, terdiri atas :
a) buku jurnal penerimaan kas merupakan catatan yang
diselenggarakan oleh fungsi akutansi pada PPK-SKPD untuk
mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian
yang berhubungan dengan penerimaan kas.
b) buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akutansi pada PPK-SKPD untuk mencatat peringkasan (posting)
semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal penerimaan
Kas ke dalam Buku Besar untuk setiap rekening aset, kewajiban,
ekuitas dana, pendapatan, belanja dan pembiayaan.
c) buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan
oleh fungsi Akutansi pada PPK-SKPD untuk mencatat
transaksitransaksi dan kejadian yang berisi rincian item buku
untuk setiap rekening yang dianggap perlu.
6) Uraian Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas
a) Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas pada SKPD dilaksanakan
oleh PPK-SKPD sedangkan pada SKPKD dilasanakan oleh
PPKD-Fungsi Akuntansi
b) Berdasarkan bukti transaksi penerimaan kas, PPK-SKPD
dan/atau PPKD-Fungsi Akuntansi melakukan pencatatan Jurnal
Penerimaan Kas.

12
2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas
1) Dokumen yang digunakan pada Prosedur Akuntansi
Pengeluaran Kas pada SKPD dan/atau SKPKD, terdiri
atas:
a) Surat Penyediaan Dana (SPD), yang merupakan
dokumen yang dibuat oleh PPKD sebagai dokumen yang
menunjukkan tersedianya dana untuk
diserap/direalisasikan.
b) Surat Perintah Membayar (SPM), yang merupakan
dokumen yang terbitkan oleh Pengguna Anggaran
untuk mengajukan Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D) yang akan diterbitkan oleh Kuasa Bendahara
Umum Daerah (Kuasa BUD).
c) Kwitansi Pembayaran dan Bukti Penerimaan Lainnya,

13
yang merupakan dokumen sebagai tanda bukti
pembayaran.
d) Surat Perintah Pencairan Dana SP2D), yang merupakan
dokumen yang diterbitkan oleh Kuasa BUD untuk
mencairkan uang pada bank yang telah ditunjuk.
e) Bukti Transfer, yang merupakan dokumen atau bukti atas
transfer pengeluaran daerah.
f) Nota Debet Bank, yang merupakan dokumen atau bukti
dari bank yang menunjukkan adanya transfer uang keluar
dari rekening kas umum daerah.
2) Buku yang digunakan pada prosedur Akutansi
pengeluaran Kas pada SKPD, terdiri atas :
a) Bukti jurnal pengeluaran kas, yang merupakan catatan
yang diselenggarakan oleh PPK-SKPD dan/atau PPK-
Fungsi Akuntansi untuk mencatat dan menggolongkan
semua transaksi dan/atau kejadian yang berhubungan
dengan pengeluaran kas.
b) Buku besar, yang merupakan catatan yang
diselenggarakan oleh PPK-SKPD dan/atau PPKD-
Fungsi Akuntansi untuk mencatat peringkasan
(posting) atas setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas
dana, pendapatan, dan pembiayaan.
c) Buku besar pembantu, yang merupakan catatan yang
diselenggarakan oleh PPK-SKPD dan /atau PPKD-
Fungsi Akuntansi untuk mencatat transaksi-transaksi
dan/atau kejadian yang berisi rincian akun buku besar.
Buku besar pembantu sebagai alat uji silang dan
kelengkapan informasi akun tertentu jika dianggap perlu.

3) Format Buku Jurnal Pengeluaran Kas adalah sebagaimana


digambarkan dalam tabel berikut ini :

14
BUKU JURNAL PENGELUARAN KAS
Nomor
Tanggal Kode Uraian Ref Akutansi ( RP )
SP2D/NOTA Bukti Lain Rekening
Jlh ( RP )
Debet
1 2 3 4 5 6 7

Jlh

Cara Pengisian :

(1) Kolom 1 diisi dengan tanggal transaksi pengeluaran kas.


(2) Kolom 2 diisi dengan nomor SP2D/Nota Debet atau Bukti
Pengeluaran Lainnya yang sah.
(3) kolom 3 diisi dengan kode rekening belanja dan/atau
pembiayaan - pembiayaan atau kode rekening.
(4) Kolom 4 diisi dengan uraian nama rekening belanja
dan/atau pembiayaan- pengeluaran atau kode rekening
lainnya (rincian obyek).
(5) Kolom 5 diisi dengan tanda checklits disesuaikan dengan
nomor dokumen dan pada saat posting ke buku besar.
(6) Kolom 6 diisi dengan jumlah pengeluaran kas.
(7) Kolom 7 diisi dengan jumlah akutansi pengeluaran kas.

3. Prosedur Akuntansi Asset


1) Prosedur akuntansi aset pada SKPD meliputi pencatatan
dan pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan,
rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap
aset tetap yang dikuasai/digunakan SKPD.
2) Pemeliharaan aset tetap yang bersifat rutin dan berkala tidak
dikapitalisasi.
3) Rehabilitasi yang bersifat sedang dan berat dikapitalisasi
apabila memenuhi salah satu kriteria menambah volume,
menambah kapasitas, meningkatkan fungsi, meningkatkan
efisiensi dan/atau menambah masa manfaat.
4) Perubahan klasifikasi aset tetap sebagaimana dimaksud
angka 1) berupa perubahan aset tetap ke klasifikasi selain
aset tetap atau sebaliknya.
5) Penyusutan sebagaimana dimaksud pada angka 1)
merupakan penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan
kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap.

15
6) Setiap aset tetap kecuali tanah dan konstruksi dalam
pengerjaan dilakukan penyusutan yang sistematis sesuai
dengan masa manfaatnya.
7) Metode penyusutan yang dapat digunakan antara lain:
a) metode garis lurus;
b) metode saldo menurun ganda; dan
c) metode unit produksi.
8) Metode garis lurus sebagaimana dimaksud pada angka 7)
huruf
a) merupakan penyesuaian nilai aset tetap dengan
membebankan penurunan kapasitas dan manfaat aset tetap
yang sama setiap periode sepanjang umur ekonomis aset
tetap berkenaan.
9) Metode saldo menurun ganda sebagaimana dimaksud pada
angka 7) huruf b) merupakan penyesuaian nilai aset tetap
dengan membebankan penurunan kapasitas dan manfaat aset
tetap yang lebih besar pada periode awal pemanfaatan aset
dibandingkan dengan periode akhir sepanjang umur
ekonomis aset tetap berkenaan.
10) Metode unit produksi sebagaimana dimaksud pada angka 7)
huruf c) merupakan penyesuaian nilai aset tetap dengan
membebankan penurunan kapasitas dan manfaat aset tetap
berdasarkan unit produksi yang dihasilkan dari aset tetap
berkenaan.
11) Penetapan umur ekonomis aset tetap dimuat dalam kebijakan
akuntansi berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
12) Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi
aset sebagaimana dimaksud pada angka 1) berupa bukti
memorial dilampiri dengan: berita acara penerimaan
barang;berita acara serah terima barang; dan berita acara
penyelesaian pekerjaan.
13) Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau

16
kejadian dalam prosedur akuntansi aset sebagaimana
dimaksud angka 1) mencakup:
a) Buku jurnal
b) buku besar;
c) dan buku besar pembantu.
14) Prosedur akuntansi asset dilaksanakan oleh :
a) PPPK-SKPD serta pejabat pengurus dan penyimpan
barang SKPD
b) PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi dan/atau
kejadian sebagaimana dimaksud pada angka 12)
membuat bukti memorial;
c) Bukti memorial sekurang-kurangnya memuat informasi
mengenai jenis/nama aset tetap, kode rekening,
klasifikasi aset tetap, nilai aset tetap, tanggal transaksi
dan/atau kejadian;
d) Bukti memorial dicatat ke dalam buku jurnal umum;
e) Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian
asset tetap diposting ke dalam buku besar rekening
berkenaan;
f) Setiap akhir periode semua buku besar sebagaimana
dimaksud pada huruf e) ditutup sebagai dasar
penyusunan laporan keuangan SKPD.
4. Prosedur Akuntansi Selain Kas
1) Prosedur Akuntansi Selain Kas meliputi serangkaian proses
mulai pencatatan, penggolongan, dan peringkasan
transaksi dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan
keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD yang berkaitan dengan transaksi dan/atau kejadian
selain kas pada SKPD maupun SKPKD yang dapat
dilaksanakan secara manual maupun terkomputerisasi.
2) Prosedur Akuntansi Selain Kas meliputi transaksi dan/atau
kejadian sebagai berikut :

17
a) Pengesahan pertanggungjawaban (SPJ) pengeluaran yang
merupakan pengesahan atas pengeluaran/belanja melalui
mekanisme uang persediaan/ganti uang/tambahan uang.
b) Koreksi kesalahan pencatatan yang merupakan koreksi
terhadap kesalahan dalam membuat jurnal tersebut telah
diposting ke buku besar;
c) Penerimaan hibah selain kas yang merupakan
penerimaan sumber ekonomi non kas yang bukan
merupakan pelakksanaan APBD, namun mengandung
konsekuensi ekonomi bagi pemerintah daerah;
d) Pembelian secara kredit yang merupakan transaksi
pembelian aset tetap yang pembayarannya dilakukan di
masa yang akan datang;
e) Retur pembelian kredit yang merupakan pengembalian
aset tetap yang telah dibeli secara kredit;
f) Pemindahtanganan atas aset tetap/barang milik daerah
tanpa konsekuensi kas yang merupakan
pemindahtanganan aset tetap pada pihak ketiga karena
suatu hal tanpa ada penggantian berupa kas;dan
g) Penerimaan aset tetap/barang milik daerah tanpa
konsekwensi kas yang merupakan perolehan aset tetap
akibat adanya tukar menukar (ruilslaag) dengan pihak
ketiga.
3) Fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi selain kas pada
SKPD, adalah fungsi akuntansi pada PPK-SKPD.
4) Dokumen yang digunakan pada sistem dan prosedur
akuntansi selain kas pada SKPD, terdiri atas :
a) Pengesahaan Pertanggungjawaban Pengeluaran (SPJ);
b) Berita Acara Penerimaan Barang, dan/atau
c) Surat Keputusan Penghapusan Barang; dan/atau
d) Surat Pengiriman Barang; dan/atau
b. Surat Keputusan Mutasi Barang (antar SKPD);

18
dan/atau
c. Berita Acara Pemusnahan Barang; dan/atau
d. Berita Acara Serah Terima Barang; dan/atau
e. Berita Acara penilaian;
f. Bukti Memorial sebagai dokumen untuk mencatat
transaksi atau kejadian selain kas sebagai dasar
pencatatan kedalam jurnal umum;
5) Buku yang digunakan pada prosedur Akutansi selain Kas
pada SKPD, terdiri atas :
a) Buku Jurnal Umum, yakni catatan yang diselenggarakan
oleh fungsi akuntansi untuk mencatat dan
menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang tidak
dicatat dalam Jurnal Penerimaan Kas maupun Jurnal
Pengeluaran Kas;
b) Buku Besar, yakni catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi pada PPK-SKPD untuk mencatat
peringkasan (posting) semua transaksi atau kejadian
selain kas dari Jurnal Umum kedalam Buku Besar untuk
setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas dana, belanja,
pendapatan dan pembiayaan;
c) Buku Besar Pembantu, yakni catatan yang
diselenggarakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD
untuk mencatat transaksi- transaksi dan kejadian yang
berisi rincian item buku besar untuk setiap rekening yang
dianggap perlu.
6) Uraian Prosedur Akuntansi Selain Kas Transaksi atau
kejadian selain kas, antara lain terdiri atas :
a. Pengesahaan Pertanggungjawaban pengeluaran (SPJ);
b. Koreksi kesalahan pencatatan;
c. Penerimaan donasi selain kas;
d. Pembelian secara kredit;
e. Retur pembelian kredit;

19
f. Pelepasan hak atas aktiva tetap tanpa konsekuensi kas;
g. Penerimaan aktiva tanpa konsekuentansi kas.
7) Fungsi Akuntansi pada PPK-SKPD berdasarkan bukti
transaksi atau kejadian mencatat kedalam bukti memorial;
8) Fungsi Akuntansi pada PPK-SKPD berdasarkan bukti
memorial mencatat kedalam buku jurnal umum.
9) Bukti transaksi mencakup antara lain :
a. Pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran
(Pengesahan SPJ).
b. Berita acara penerimaan barang; dan/atau
c. Surat penghapusan barang; dan/atau
d. Surat pengiriman barang; dan/atau
e. Surat Keputusan mutasi barang (antar SKPD); dan/atau
f. Berita acara pemusnahan barang; dan/atau
g. Berita acara serah-terima barang; dan/atau
h. Berita acara penilaian.
10)Fungsi Akuntasi pada PPK-SKPD secara perodik atau
berkala melakukan posting ke buku besar.
11)Jika dianggap perlu fungsi akuntansi pada PPK-SKPD
dapat membuat buku Besar pembantu yang berfungsi
sebagai rincian buku besar dan kontrol.
12)Pencatatan kedalam Buku Jurnal Umum, Buku Besar
Pembantu dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-
SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah
ditetapkan d alam ketentuan yang berlaku.
E. Sistem akuntansi satuan kerja

Prosedur akuntansi pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai dari


pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi komputer. Permendagri 13/2006 (pasal 241) jo
Permendagri 59/2007 mengatur tentang hal tersebut.

20
Dalam struktur pemerintahan daerah, Satuan Kerja merupakan entitas
akuntansi yang mempunyai kewajiban melakukan pencatatan atas transaksi-
transaksi yang terjadi di lingkungan satuan kerja. Dalam konstruksi keuangan
daerah, terdapat dua jenis satuan kerja, yaitu :

1. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). 2


2. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD).

Terdapat perbedaan klasifikasi perkiraan antara SKPD dengan SKPKD yaitu,


tidak semua perkiraan yang ada pada akuntansi SKPD ada pada akuntansi
SKPKD. Hal ini disebabkan tidak semua kegiatan yang ada di pemda boleh
dilakukan oleh SKPD sebagai pengguna anggaran.

Meskipun memiliki perbedaan dalam kewenangan, dalam arsitektur SAPD,


keduanya memiliki sifat yang sama dalam akuntansinya, yaitu sebagai satuan
kerja. Kegiatan akuntansi pada satuan kerja meliputi pencatatan atas pendapatan,
belanja, aset dan selain kas. Proses tersebut dilaksanakan oleh PPK-SKPD
berdasarkan dokumen-dokumen sumber yang diserahkan oleh bendahara. PPK-
SKPD melakukan pencatatan transaksi pendapatan pada jurnal khusus
pendapatan, transaksi belanja pada jurnal khusus belanja serta transaksi aset dan
selain kas pada jurnal umum. Secara berkala, PPK-SKPD melakukan posting pada
buku besar dan secara periodik menyusun Neraca Saldo sebagai dasar pembuatan
Laporan Keuangan, yang terdiri atas: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan
Catatan Atas Laporan Keuangan.

F. Laporan keuangan daerah


a. PPKD menyusun laporan keuangan pemerintah daerah dengan cara
menggambungkan laporan-laporan keuangan SKPD paling lambat 3
(tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran berkenaan.
b. Laporan keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada huruf
a disampaikan kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah selaku
Koordinator pengelolaan keuangan daerah dalam rangka memenuhi
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

21
c. Laporan keuangan pemerintah daerah terdiri dari : 1) Laporan realisasi
anggaran; 2) Neraca; 1) Laporan arus kas; 2) Catatan atas laporan
keuangan.
d. Laporan keuangan pemerintah daerah dilampiri dengan laporan ikhtisar
realisasi kinerja dan laporan keuangan BUMND/perusahaan daerah.
e. Laporan ikhtisar realisasi kinerja sebagaimana dimaksud pada huruf d
disusun dari ringkasan laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala
Daerah dan laporan kinerja interen di lingkungan pemerintah daerah.
f. Laporan keuangan pemerintah daerah dilampiri dengan surat pernyataan
kepala daerah yang menyatakan pengelolaan APBD yang menjadi
tanggungjawabnya telah diselenggarakan berdasarkan sistem
pengendalian internal yang memadai, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Dokumen Laporan keuangan SKPD di Kabupaten/kota

22
23
1. Laporan keuangan daerah kota lhokseumawe

PEMERINTAH KOTA LHOKSEUMAWE


LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 December 2021 dan 2020

NO
URAIAN ANGGARAN REALISASI 2021 % REALISASI
URUT
2020

4 PENDAPATAN DAERAH 843,409,193,949.00 799,161,561,536.07 94.75 835,667,970,983.15


4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 91,165,667,619.00 61,984,628,376.07 67.99 65,875,904,859.15
4.1.1 (PAD) 48,791,981,138.00 30,115,978,586.97 61.72 35,168,842,182.00
4.1.2 4,319,500,000.00 3,073,325,409.00 71.15 3,405,689,671.00
Pajak Daerah
4.1.3 5,200,000,000.00 4,174,105,667.00 80.27 4,327,896,492.00
Retribusi
4.1.4 32,854,186,481.00 24,621,218,713.10 74.94 22,973,476,514.15
Daerah
4.2 718,461,782,330.00 706,711,092,398.00 98.36 747,812,691,124.00
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
4.2.1 614,527,982,449.00 607,748,339,000.00 98.90 550,237,241,526.00
Dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah
25,100,896,324.00 25,319,174,915.00 100.87 38,942,762,793.00
PENDAPATAN TRANSFER 2,702,766,125.00 2,798,418,135.00 103.54 4,360,341,205.00
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat 418,626,656,000.00 418,626,656,000.00 100.00 425,306,246,000.00
Bagi Hasil Pajak 89,958,488,000.00 82,989,588,612.00 92.25 81,627,891,528.00
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak/ Sumber Daya 16,156,027,000.00 16,156,027,000.00 100.00 0.00
Alam Dana Alokasi Umum 61,983,149,000.00 61,858,474,338.00 99.80 0.00
0.00 0.00 0.00 151,355,343,143.00
Dana Alokasi Khusus
0.00 0.00 0.00 132,963,875,143.00
(DAK) Dana Insentif
0.00 0.00 0.00 18,391,468,000.00
Daerah (DID) Dana Desa
4.2.2 103,933,799,881.00 98,962,753,398.00 95.22 46,220,106,455.00
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 29,372,956,024.00 27,269,583,603.00 92.84 31,220,106,455.00
Dana Otonomi 74,560,843,857.00 71,693,169,795.00 96.15 15,000,000,000.00
Khusus Dana Desa
4.3 33,781,744,000.00 30,465,840,762.00 90.18 21,979,375,000.00
Pendapatan Transfer Antar
4.3.1 8,899,544,000.00 8,899,544,000.00 100.00 21,979,375,000.00
Daerah Pendapatan Bagi Hasil
4.3.3 Pajak Bantuan Keuangan 24,882,200,000.00 21,566,296,762.00 86.67 0.00

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH


5 879,310,221,282.00 786,577,977,856.19 89.45 809,115,344,069.07
Pendapatan Hibah
5.1 590,366,995,636.00 528,185,317,468.00 89.47 519,576,952,633.07
Lain-lain Pendapatan Sesuai dengan Ketentuan Peraturan
5.1.1 Perundang- Undangan 297,039,601,519.00 283,587,471,724.00 95.47 334,619,762,330.00
5.1.2 216,154,393,150.00 176,198,828,614.00 81.52 110,421,436,960.07
5.1.5 BELANJA DAERAH 29,932,342,256.00 26,757,974,805.00 89.39 50,512,630,960.00
5.1.6 47,240,658,711.00 41,641,042,325.00 88.15 24,023,122,383.00
BELANJA
5.2 168,374,880,958.00 140,433,182,319.19 83.41 177,257,389,327.00
OPERASI
5.2.1 9,830,000,000.00 8,819,863,140.00 89.72 16,998,498,043.00
5.2.2 Belanja Pegawai 34,262,297,410.00 29,055,573,336.00 84.80 26,266,396,053.00
5.2.3 Belanja Barang dan 38,017,772,330.00 34,603,616,470.46 91.02 44,021,771,994.00
5.2.4 Jasa Belanja Hibah 80,807,172,063.00 62,684,960,791.73 77.57 86,122,675,016.00
5.2.5 Belanja Bantuan Sosial 5,457,639,155.00 5,269,168,581.00 96.55 3,848,048,221.00
5.3 BELANJA MODAL 4,500,000,000.00 3,719,221,430.00 82.65 10,823,441,265.00
5.3.1 Belanja Modal Tanah 4,500,000,000.00 3,719,221,430.00 82.65 10,823,441,265.00
5.4 Belanja Modal Peralatan dan Mesin 116,068,344,688.00 114,240,256,639.00 98.42 101,457,560,844.00
5.4.1 Belanja Modal Gedung dan Bangunan 3,497,482,335.00 1,794,068,948.00 51.30 0.00
5.4.2 Belanja Modal Jalan, Jaringan, dan 112,570,862,353.00 112,446,187,691.00 99.89 101,457,560,844.00
Irigasi Belanja Modal Aset Tetap (35,901,027,333.00) 12,583,583,679.88 (35.05) 26,552,626,914.08
6.1 Lainnya 42,045,667,333.00 42,045,667,332.97 100.00 16,993,040,418.89

6.1.1 BELANJA TIDAK TERDUGA 42,045,667,333.00 42,045,667,332.97 100.00 16,993,040,418.89

6.2 Belanja Tidak Terduga 6,144,640,000.00 6,144,640,000.00 100.00 1,500,000,000.00


6.2.2 BELANJA TRANSFER 6,144,640,000.00 6,144,640,000.00 100.00 1,500,000,000.00
Belanja Bagi Hasil 35,901,027,333.00 35,901,027,332.97 100.00 15,493,040,418.89
Belanja Bantuan Keuangan 0.00 48,484,611,012.85 0.00 42,045,667,332.97
SURPLUS / DEFISIT
PENERIMAAN
PEMBIAYAAN

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya

PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Penyertaan Modal Daerah
PEMBIAYAAN NETTO
SISA LEBIH/KURANG PEMBIAYAAN TAHUN BERKENAAN

WALI KOTA
LHOKSEUMAWE

SUAIDI YAHYA

24
2. LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH

PEMERINTAH KOTA LHOKSEUMAWE


LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 December 2021 dan 2020

NO URAIAN REALISASI 2021 REALISASI 2020

1 Saldo Anggaran Lebih Awal 42,045,667,332.97 16,993,040,418.89


Penggunaan SAL sebagai penerimaan
2 42,045,667,332.97 16,993,040,418.89
pembiayaan Tahun Berjalan
3 Sub Total 0.00 0.00
Sisa Lebih/ Kurang Pembiayaan Anggaran
4 48,484,611,012.85 42,045,667,332.97
(SILPA/SIKPA)
5 Sub Total 48,484,611,012.85 42,045,667,332.97
Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun
6 0.00 0.00
Sebelumnya
7 Lain-lain 0.00 0.00

8 Saldo Anggaran Lebih Akhir 48,484,611,012.85 42,045,667,332.97

WALI KOTA
LHOKSEUMAWE

SUAIDI YAHYA

25
3. Neraca

PEMERINTAH KOTA LHOKSEUMAWE NERACA


Per 31 December 2021 dan 2020

URAIAN 2021 2020


ASET
ASET LANCAR
Kas di Kas Daerah 48,189,789,614.01 40,515,949,305.97
Kas di Bendahara Penerimaan 0.00 0.00
Kas di Bendahara 8,265,100.00 464,493,845.00
Pengeluaran Kas di BLUD 0.00 0.00
111,660,304.00 107,912,255.00
Kas Dana BOS
203,621,981.84 957,311,927.00
Kas Dana Kapitasi pada
0.00 15,272,727.00
FKTP Kas Lainnya 0.00 0.00
Setara Kas 0.00 0.00
Investasi Jangka Pendek 29,142,995,234.01 27,467,989,204.01
Piutang Pajak Daerah 3,790,948,084.00 3,308,682,334.00
Piutang Retribusi Daerah
0.00 0.00
Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan 0.00 325,320.00
Piutang Lain-lain PAD yang Sah 4,693,874,490.00 0.00
Piutang Transfer Pemerintah Pusat 4,859,030,068.00 12,746,224,420.00
Piutang Transfer Antar Daerah 1,366,106,463.00 825,681,880.00
(25,866,191,511.06) (23,871,713,859.91)
Piutang Lainnya
679,552,756.78 376,197,464.15
Penyisihan Piutang
43,228,432,061.00 27,662,942,754.36
Beban Dibayar Dimuka
110,408,084,645.58 90,577,269,576.58
Persediaan
JUMLAH ASET LANCAR
INVESTASI JANGKA PANJANG 0.00 0.00
Investasi Jangka Panjang Non Permanen 0.00 0.00
Investasi kepada Badan Usaha Milik 0.00 0.00
Negara Investasi kepada Badan Usaha 0.00 0.00
Milik Daerah Investasi dalam Obligasi 0.00 0.00
0.00 0.00
Investasi dalam Proyek Pembangunan
124,500,000.00 124,500,000.00
Dana Bergulir
0.00 0.00
Deposito Jangka Panjang
124,500,000.00 124,500,000.00
Investasi Non Permanen
Lainnya Investasi Permanen
25,319,255,052.00 23,191,241,521.00
Lainnya
0.00 0.00
JUMLAH Investasi Jangka Panjang Non
25,319,255,052.00 23,191,241,521.00
Permanen Investasi Jangka Panjang Permanen 25,443,755,052.00 23,315,741,521.00
Penyertaan Modal
Investasi-Pemberian Pinjaman Daerah
654,257,241,344.38 606,547,036,587.38
JUMLAH Investasi Jangka Panjang 304,910,762,771.91 282,540,868,967.28
Permanen JUMLAH INVESTASI JANGKA 656,528,290,480.59 575,619,755,254.13
PANJANG ASET TETAP 1,150,515,572,494.73 1,080,043,453,748.00
Tanah 15,050,701,194.00 14,300,667,519.00
Peralatan dan Mesin 18,686,213,050.00 53,840,245,000.00
Gedung dan Bangunan (877,231,987,755.01) (816,694,418,525.02)
Jalan, Jaringan, dan Irigasi 1,922,716,793,580.60 1,796,197,608,550.77
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi Dalam Pengerjaan 0.00 0.00
0.00 0.00
Akumulasi Penyusutan
JUMLAH ASET TETAP
DANA CADANGAN
Dana Cadangan
JUMLAH DANA CADANGAN

26
URAIAN 2021 2020
ASET LAINNYA
Tagihan Jangka Panjang 383,952,673.40 0.00
Kemitraan dengan Pihak 1,239,134,475.00 0.00
Ketiga Aset Tidak Berwujud 3,986,835,091.00 2,246,560,791.00
Aset Lain-lain 36,809,534,270.00 39,770,887,870.00
Akumulasi Amortisasi Aset Tidak (1,980,622,316.00) (1,926,427,611.00)
Berwujud Akumulasi Penyusutan Aset 0.00 0.00
Lainnya 40,438,834,193.40 40,091,021,050.00
JUMLAH ASET LAINNYA 2,099,007,467,471.58 1,950,181,640,698.35
JUMLAH ASET
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 28,725,987.00 15,272,727.00
Utang Perhitungan Pihak Ketiga 0.00 0.00
(PFK) Utang Bunga 0.00 0.00
Utang Pinjaman Jangka Pendek 0.00 0.00
Bagian Lancar Utang Jangka 2,144,480,984.84 302,681,843.28
Panjang Pendapatan Diterima 48,853,240,415.23 44,584,723,172.23
Dimuka 383,952,673.40 0.00
Utang Belanja 51,410,400,060.47 44,902,677,742.51
Utang Jangka Pendek Lainnya
0.00 0.00
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
0.00 0.00
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang kepada Pemerintah Pusat 0.00 0.00

Utang kepada Lembaga Keuangan Bank 0.00 0.00


0.00 0.00
(LKB) Utang kepada Lembaga Keuangan
51,410,400,060.47 44,902,677,742.51
Bukan Bank Utang kepada Masyarakat
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 2,047,597,067,411.11 1,905,278,962,955.84
JUMLAH KEWAJIBAN 2,099,007,467,471.58 1,950,181,640,698.35
EKUITAS
EKUITAS
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA

WALI KOTA LHOKSEUMAWE

SUAIDI YAHYA

27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Transparansi serta akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah tercermin dari


penggunaan keuangan yang dilaporkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Selain sesuai peraturan, pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara
tertib, efektif, efisien, ekonomis, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan
asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Untuk memperoleh
laporan keuangan yang memenuhi prinsip transparansi dan akuntabel serta sesuai
dengan SAP, Kepala Daerah harus menetapkan suatu kebijakan umum di bidang
akuntansi. Kebijakan akuntansi pemerintah daerah adalah prinsip, dasar, konvensi,
aturan, dan praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kebijakan akuntansi pemerintah
daerah mengatur asas pengakuan, asas pengukuran, dan asas pengungkapan dalam
akuntansi aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan
serta penyajiannya dalam laporan keuangan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Syamsu Alam – Konsepsi Akuntansi Perbankan (Modul I Bahan Ajar Akuntansi


Perbankan Universitas Mercu Buana)

Hasanah, N. (2016). Akuntansi Pemerintahan. Bogor: In Media. Kadir, A. (2003).


Pengenalan Sistem Akuntansi. Yogyakarta: Andi. Krismiaji. (2005). Sistem
Informasi Akuntansi. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YPKN

Pedoman penataan usahaan APBD provinsi Papua


file:///C:/Users/lenovi/Downloads/Lampiran%20I%20Hal.%2082-95.pdf

sistem dan prosedur akuntanisi pelaporan keuang daerah


https://www.bandungkab.go.id/uploads/Bab_3_Sisdur_Akuntansi_SPKD.pd
f

Mahmudi. (2010). Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Edisi Kedua.


UPP STIM YKPN. Yogyakarta

Mentu, E. P., & Sondakh, J. J. (2016). Penyajian Laporan Keuangan Daerah


Sesuai Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan pada Dinas Pendapatan Daerah dan Dinas Sosial
Prov. Sulut. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan
Akuntansi, 4(1).

Darise, Nurlan. 2008. “Akuntansi Keuangan Daerah”. PT Indeks. Jakarta.

29

Anda mungkin juga menyukai