Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
FIRMANSYAH 7213220001
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam prosesnya kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tapi
Rumondang Sari Siregar, SE., M.Acc sebagai dosen mata kuliah Akuntansi Keuangan
Lanjutan, rekanrekan kelas B Akuntansi Unimed, serta Orangtua yang telah menfasilitasi
saya dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan sehingga masih belum
sempurna. Untuk itu kami sebagai penulis menerima kritik, saran dan usulan untuk
memperbaiki setiap tugas untuk kedepannya.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan menambah ilmu bagi siapa pun yang
membacanya. Demikian makalah kami buat , apabila ada kesalahan dalam kata-kata yang
kurang berkenan kami minta maaf dan kami menerima saran dan kritik untuk membangun
tugas ini dimasa depan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.3 Manfaat.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu tujuan Akuntansi Keuangan Daerah adalah menyediakan informasi keuangan yang
lengkap, cermat dan akurat sehingga dapat menyediakan laporan keuangan yang handal,
dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakam sebagai dasar untuk mengevaluasi
pelaksanaan keuangan masa lalu dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak
eksternal pemerintah daerah untuk masa yang akan dating. Pihak-pihak eksternal pemerintah
daerah yang memerlukan informasi yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah tersebut
antara lain DPRD, Badan Pengawas Keuangan, Investor, Kreditor dan Donatur, analisis
ekonomi dan pemerhati Pemerintah daerah ; rakyat, pemerintah daerah lain; dan pemerintah
pusat, yang semuanya ada dalam lingkungan akuntansi keuangan daerah.
Sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah, yang menggantikan Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah, maka penerapan Sistem AKuntansi Pemerintah (SAP) berubah dari
berbasis kas menjadi berbasis akrual.
Sementara itu menurut Peraturan Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, Pasal 1 Poin 8 bahwa : “SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui
Pendapatan, beban, asset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta
mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran
berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD.”
1
Bagaimana Sistem Pencatatan Akuntansi Keuangan Daerah?
1.3 Manfaat
Untuk Mengetahui Apa pengertian akuntansi
2
BAB II
PEMBAHASAN
Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi (2014) juga mengutip pengertian akuntansi
menurut Accounting Principles Board (1970), yang mana akuntansi merupakan suatu
kegiatan jasa yang fungsinya menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat
keuangan tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan agar berguna dalam pengambilan
keputusan ekonomis-dalam membuat pilihan-pilihan yang nalar di antara berbagai alternatif
arah tindakan, sementara PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
mendefinisikan akuntansi sebagai proses identifikasi, pencatatan, pengukuran,
pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, serta penginterpretasian
atas hasilnya.
Dari ketiga definisi akuntansi tersebut, maka definisi akuntansi dapat dilihat dari 2 (dua)
sudut pandang, yaitu:
1. Fungsi Kegunaan
2. Proses Kegiatan
Akuntansi sektor publik adalah akuntansi yang digunakan untuk mencatat peristiwa
ekonomi pada organisasi nonprofit atau nirlaba. Secara sederhana, akuntansi sektor publik ini
banyak dipakai oleh organisasi sektor publik, seperti partai politik, masjid, puskesmas, rumah
sakit, sekolah atau universitas, lembaga swadaya masyarakat, dan pemerintah pusat. Dalam
praktik keseharian, pengelola entitas ekonomi perlu memiliki keahlian akuntansi sektor
publik agar laporan yang disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan sektor publik
atau yang lebih dikenal dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Akuntansi sektor publik
dibedakan atas: (a) Akuntansi Pemerintahan dan (b) Akuntansi Sosial.
Akuntansi sosial merupakan bidang akuntansi khusus untuk diterapkan pada lembaga
dalam artian makro yang melayani perekonomian nasional Akuntansi sosial adalah akuntansi
yang digunakan untuk mencatat peristiwa ekonomi pada organisasi nonprofit atau nirlaba,
Secara sederhana, akuntansi sosial ini banyak dipakai oleh organisasi sektor publik, sepert
4
partai politik, masjid, paskesmas, tummah sakit, sekolah atau universitas dan lembaga
swadaya masyarakat.
1. Single Entry
Sistem pencatatan single entry sering disebut juga dengan sistem tata buku tunggal.
Dalam system single enery, pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatatnya
satu kali. Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan dicatat di sisi penerimaan,
sedangkan transaksi yang berakibat Bekurangnya kas akan dicatat di sisi pengeluaran di
dalam Buka Kas Umum (BKU). Single entry ini disebut dengan pembukuan. Sistem
5
pencatatan single entry memiliki beberapa kelebihan, yaitu sederhana dan mudah dipahami.
Namun, sistem ini memiliki kelemahan, antara lain kurang bagus untuk pelaporan (kurang
memudahkan penyusunan laporan), sulit menemukan kesalahan pembukuan yang terjadi. Di
samping itu, sistem ini memiliki kelemahan karena tidak dapat menggambarkan posisi
keuangan pemerintah daerah. Oleh karena itu, dalam akuntansi ada sistem pencatatan yang
lebih baik yang dapat mengatasi kelemahan tersebut, yakni sistem pencatatan double entry.
2. Double Entry
Sistem pencatatan double entry sering disebut juga sistem tata buku berpasangan.
Menurut sistem ini, pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat dua kali, dalam
artian, bahwa setiap transaksi minimal akan memengaruhi dua perkiraan, satu di sisi debit
dan satu di sisi kredit. Sisi debit ada di sebelah kiri, sedangkan sisi kredit ada di sini sebelah
kanan. Dalam melakukan pencatatan tersebut, setiap pencatatan harus menjaga keseimbangan
antara sisi debit dan sisi kredit dari persamaan dasar akuntansi. Pencatatan dengan sistem
double entry sering disebut dengan istilah menjurnal.
3. Triple Entry
Sistem pencatatan triple entry pada dasarnya adalah sistem pencatatan yang menggunakan
double entry ditambah dengan pencatatan pada buku anggaran. Pencatatan pada buku
anggaran ini merupakan pencatatan tentang anggaran yang telah digunakan sesuai dengan
pencatatan pada double entry. Dengan adanya pencatatan triple entry ini, maka dapat dilihat
sisa anggaran untuk masing masing komponen yang ada di Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD). Pencatatan dengan system triple entry ini dilaksanakan, maka subbagian
Pembukuan (Bagian Keuangan) Pemerintah Daerah juga mencatat transaksi tersebut pada
buku anggaran.
Lebih lanjut dikatakan, dalam konteks akuntansi keuangan daerah terdapat sistem
akuntansi keuangan daerah. Sitem akuntansi keuangan daerah menurut peraturan yang lama
(Kepmendagri No. 29 Tahun 2002) adalah sistem akuntansi yang meliputi proses pencatatan,
penggolongan, penafsiran, peringkasan transaksi atau kejadian keuangan serta pelaporan
keuangan dalam rangka pelaksanaan APBD, dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berterima umum. Dalam sistem akuntansi keuangan daerah, contoh input nya
adalah bukti memorial, Surat Tanda Setoran, atau Surat Perintah Pencairan Dana Langsung
6
(SP2D-LS). Sementara contoh outputnya adalah laporan realisasi anggaran, laporan
perubahan SAL, neraca, laporan operasional, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan (PP No. 71 Tahun 2010 tentang Kerangka Konseptual
Akuntansi Pemerintahan, Paragraf 28).
Kemandirian Entitas
Asumsi kemandirian entitas, berarti bahwa setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang
mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan, sehingga tidak
terjadi kekacauan antar-unit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan. Salah satu
indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk menyusun
anggaran dan melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab. Entitas bertanggung jawab
atas pengelolaan aset dan sumber daya di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas
pokoknya, termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya dimaksud, utang
piutang yang terjadi akibat putusan entitas, serta terlaksana atau tidaknya program yang telah
ditetapkan.
7
Kesinambungan Entitas
Laporan keuangan disusun dengan asumat bahwa entitas pelaporan akan berlanjut
keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak bermaksud melakukan
likulasi atas entitas pelaporan jangka pendek.
Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan
dapat dinilai dengan satuan uang Hal ini diperlukan agar memungkinkan dilakukannya
analisis dan pengukuran dalam akuntansi.
Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat
memengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa
lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan. serta menegaskan atau mengoreksi hasil
evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan
dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi yang relevan:
2. Memiliki manfaat prediktif (predictive value) Informasi dapat membantu pengguna untuk
memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
3. Tepat waktu
Informasi disajikan tepat waktu, sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam
pengambilan keputusan.
4. Lengkap
8
termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam
penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan
material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin
relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan
informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi
karakteristik:
1. Penyajian jujur
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya
disajikan atau secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian
dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan
yang tidak berbeda jauh.
3. Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak
tertentu.
Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan
pemerintah, yaitu:
1. Materialitas
9
2. Pertimbangan Biaya dan Manfaat
Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Oleh karena
itu, laporan keuangan pemerintah tidak semestinya menyajikan segala informasi yang
manfaatnya lebih kecil dari biaya penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan
manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya itu juga tidak harus dipikul
oleh pengguna informasi yang menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati oleh
pengguna lain di samping mereka yang menjadi tujuan informasi, misalnya penyediaan
informasi lanjutan kepada kreditur mungkin akan mengurangi biaya yang dipikul oleh suatu
entitas pelaporan.
Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan
dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain
pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan
secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama
dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang
diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah
akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang saat
ini diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.
Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan
dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para
pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas
kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk
mempelajari informasi yang dimaksud.
10
2.7 Basis Akuntansi
Basis akuntansi dalam akuntansi pemerintahan di Indonesia dimulai dengan akuntansi
berbasis kas, dilanjutkan dengan akuntansi berbasis kas menuju akrual dan akuntansi berbasis
akrual.
Akuntansi berbasis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan (PSAP No. 1
Paragraf 8). Fokus pengukurannya pada saldo kas dan perubahan saldo kas, dengan cara
membedakan antara kas yang diterima dan kas yang dikeluarkan. Ruang lingkup akuntansi
berbasis kas ini meliputi saldo kas, penerimaan kas, dan pengeluaran kas. Keterbatasan
sistem akuntansi berbasis kas adalah keterbatasan informasi yang dihasilkan karena terbatas
pada pertanggungjawaban kas saja, tetapi tidak memperlihatkan pertanggungjawaban
manajemen atas aset dan kewajiban.
2. Akuntansi Berbasis Kas menuju Akrual (Cash Toward Accrual Based Accounting)
Akuntansi berbasis kas menuju akrual merupakan proses transisi. Dengan basis ini,
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat berdasarkan basis kas, sedangkan aset, utang,
dan ekuitas dana dicatat berdasarkan basis akrual (PP No. 24 Tahun 2005).
Akuntansi berbasis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
persitiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar (PSAP No. 1 Paragraf 8). Fokus sistem akuntansi ini ada
pada pengukuran sumber daya ekonomis dan perubahan daya pada suatu entitas. Menurut
Erlina dan Rasdiato (2013), sistem akuntansi ini merupakan sistem yang paling modest.
Keberhasilan Selandia Baru menerapkan akuntansi akrual telah menyebabkan berbagai
perubahan dalam manajemen sektor publik. Dalam akuntansi akrual, informasi yang
dihasilkan jauh lebih lengkap dan menyediakan informasi yang rinci mengenai aset dan
kewajiban. PP No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, telah
mewajibkan Laporan Keuangan Pemerintah menggunakan basis akrual, sedangkan PP No. 24
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, masih menggunakan basis akuntansi
kas menuju akrual.
Berikut ilustrasi untuk menjelaskan perbedaan di antara akuntansi berbasis kas dengan
akuntansi berbasis akrual yang dinyatakan Deddi Nordiawan dkk. (2007).
Sebuah pemerintahan memiliki saldo kas awal sebesar Rp10.000 tanpa memiliki kekayaan
lainnya. Neraca awal, baik berbasis kas maupun berbasis akrual, akan terlihat sama dalam
contoh berikut.
11
Neraca
Kas
Rp10.000
Ekuitas
Rp10.000
Pada basis kas, pembelian kendaraan tersebut dianggap sebagai belanja (biaya). Jurnal untuk
mencatat transaski tersebut adalah:
Pada akhir periode, semua akan belanja (biaya) akan ditutup dan mengurangi nilai ekuitas
dana, sehingga yang akan muncul di neraca pada basis kas tetap akun KAS saja di sisi aset, karena
fokus pengukuran basis kas hanya pada KAS.
Neraca
Kas
Rp7.000
Ekuitas Dana
Rp7.000
Karena fokus pengukuran pada basis akrual adalah semua sumber daya yang dimiliki, maka
transaksi pembelian kendaraan tersebut akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Dr. Kendaraan
Rp3.000
12
Dengan demikian, neraca pada basis akrual akan menampilkan akun kendaraan (aset
tetap) selain KAS di sisi aset, sedangkan ekuitas dana di sisi pasiva tetap Rp10.000. Hal
tersebut menunjukkan fokus pengukuran basis akrual yang melaporkan semua perubahan
kekayaan, sehingga transaksi tersebut dianggap sebagai penambahan aset tetap.
Kas
Rp7.000
Kendaraan
Rp3.000
Ekuitas Dana
Rp10.000
Terlihat terjadi perbedaan dalam kedua neraca tersebut sebagai akibat dari satu
kejadian transaksi yang sama. Dalam neraca berbasis akrual terdapat akun mobil yang tidak
diakui pada neraca berbasis kas. Akan tetapi, yang lebih penting untuk diperhatikan adalah
dari transaksi yang sama kedua neraca tersebut menghasilkan nilai ekuitas dana yang
berlainan (Rp7.000 pada neraca berbasis kas dan Rp10.000 pada neraca berbasis akrual).
Ketika sebuah entitas pemerintah harus memilih salah satu dari kedua basis tersebut,
pertanyaannya adalah informasi ekuitas dana manakah yang lebih baik?
Informasi tentang ekuitas yang disampaikan oleh neraca berbasis akrual diyakini
memberikan informasi yang lebih komprehensif karena merepresentasikan seluruh sumber
daya yang dimiliki pemerintah. Akan tetapi, banyak pihak juga menghendaki pelaporan
ekuitas dana seperti yang tercantum dalam neraca berbasis kas karena benar-benar
menunjukkan jumlah ketersediaan kas yang dimiliki pemerintah, sebuah informasi yang
berguna dalam pengendalian anggaran sekaligus menunjukkan kemampuan keuangan
pemerintah dalam mengeksekusi program-program jangka pendeknya.
Selanjutnya, dikatakan dalam Paragraf 40-41, kalau basis kas untuk laporan realisasi
anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kas diterima di rekening kas umum
negara/daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari
rekening kas umum negara/ daerah atau entitas pelaporan. Entitas pelaporan tidak
13
menggunakan istilah laba. Penentuan sisa pembiayaan anggaran baik lebih ataupun kurang
untuk setiap periode tergantung pada selisih realisasi penerimaan dan pengeluaran.
Pendapatan dan belanja bukan tunai seperti bantuan pihak luar asing dalany bentuk
barang dan jasa disajikan pada laporan realisasi anggaran. Basis akrual untuk neraca berarti
bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadi transaksi, atau
pada saat kejadian atau kondis lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari
imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban
dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban di masa yang akan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah. Nilai historis
lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih objektif dan dapat
diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat digunakan nilai wajar aset atau
kewajiban terkait.
Prinsip Realisasi
Bagi pemerintah, pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran
pemerintah selama suatu tahun fiskal akan digunakan untuk membayar utang dan belanja
dalam periode tersebut. Prinsip layak temu biaya pendapatan (matching-cost against revenue
principle) dalam akuntansi pemerintah tidak mendapat penekanan sebagaimana dipraktikkan
dalam akuntansi komersial.
Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang
seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan
sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila
substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/ berbeda dengan aspek formalitasnya,
maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam catatan atas laporan keuangan.
Misalkan suatu transaksi yang seharusnya dikelompokkan sebagai belanja modal, tetapi di
14
dalam penyusunan anggaran dikelompokkan sebagai belanja barang dan jasa, maka di dalam
pelaporannya, informasi tentang belanja tersebut harus diberi penjelasan di dalam catatan atas
laporan keuangan dan harus dilakukan jurnal koreksi dan hasil dari pengeluaran tersebut akan
memengaruhi neraca yaitu akan menambah nilai aset tetap.
Prinsip Periodisitas
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu dibagi menjadi periode-
periode pelaporan, sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang
dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah tahunan. Namun, periode
bulanan, triwulanan, dan semesteran juga dianjurkan. Permendagri No. 13 Tahun 2006
menentukan Pemerintah Daerah dan/atau SKPD diharapkan membuat laporan semester
pertama dan laporan prognosis untuk satu semester ke depan.
Prinsip Konsistensi
Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode ke periode
oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak
boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode
akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan
mampu memberikan informasi yang lebih baik dibanding metode lama. Pengaruh atas
perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.
Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar
muka (on the face) laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus
kas dan catatan atas laporan keuangan. Dalam rangka penyajian secara wajar, maka faktor
pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan diperlukan ketika menghadapi
ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan
mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam
penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada
saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau pendapatan tidak
dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian,
penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya pembentukan cadangan
tersembunyi, sengaja menetapkan aset atau pendapatan yang terlampau rendah, atau sengaja
mencatat kewajiban atau belanja yang terlampau tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi
tidak netral dan tidak andal.
15
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada beberapa definisi dan pengertian akuntansi yang berasal dari beberapa lembaga yang
dilihat dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Pengertian ini juga dapat melingkupi
penganalisisan atas laporan yang dihasilkan oleh akuntansi tersebut. 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan mendefinisikan akuntansi sebagai proses identifikasi,
pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan,
serta penginterpretasian atas hasilnya.
Sektor Publik. Akuntansi sektor publik adalah akuntansi yang digunakan untuk mencatat
peristiwa ekonomi pada organisasi nonprofit atau nirlaba. Dalam praktik keseharian,
pengelola entitas ekonomi perlu memiliki keahlian akuntansi sektor publik agar laporan yang
disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan sektor publik atau yang lebih dikenal
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Ada beberapa sistem pencatatan yang dapat
digunakan yaitu system pencatatan single entry, double entry, dan triple entry. Salah satu
yang membedakan pembukuan dan akuntansi adalah dalam penggunaan sistem pencatatan.
Entry. Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan dicatat di sisi penerimaan, sedangkan
transaksi yang berakibat Bekurangnya kas akan dicatat di sisi pengeluaran di dalam Buka Kas
Umum . Namun, sistem ini memiliki kelemahan, antara lain kurang bagus untuk pelaporan ,
sulit menemukan kesalahan pembukuan yang terjadi. Oleh karena itu, dalam akuntansi ada
sistem pencatatan yang lebih baik yang dapat mengatasi kelemahan tersebut, yakni sistem
pencatatan double entry.
Menurut sistem ini, pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat dua kali, dalam
artian, bahwa setiap transaksi minimal akan memengaruhi dua perkiraan, satu di sisi debit
dan satu di sisi kredit. Dalam melakukan pencatatan tersebut, setiap pencatatan harus
menjaga keseimbangan antara sisi debit dan sisi kredit dari persamaan dasar akuntansi.
Sistem pencatatan triple entry pada dasarnya adalah sistem pencatatan yang menggunakan
double entry ditambah dengan pencatatan pada buku anggaran. Pencatatan pada buku
anggaran ini merupakan pencatatan tentang anggaran yang telah digunakan sesuai dengan
pencatatan pada double entry. Dengan adanya pencatatan triple entry ini, maka dapat dilihat
sisa anggaran untuk masing masing komponen yang ada di Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah . Sitem akuntansi keuangan daerah menurut peraturan yang lama adalah sistem
akuntansi yang meliputi proses pencatatan, penggolongan, penafsiran, peringkasan transaksi
17
atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pelaksanaan APBD,
dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum.
18
DAFTAR PUSTAKA
19