OLEH
KELOMPOK 13
1. CRISTINA YOSEFA TMANEAK (2010020011)
2. ESTEFANIA BERE LAKA (2110020011)
3. ERMELINDA CLARIZY SESFAOT (2010020109)
4. YURNI DORO (2110020029)
5. YOHANES FREDISKI SINDUK (2110010026)
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan limpahan rahmatnya
penulis bisa menyelesaikan makalah “PRAKTEK AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN
ORGANISASI NIRLABA” ini dengan baik dan tepat waktu.Makalah ini telah disusun untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah akuntansi sektor publik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, saya
sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan dari makalah selanjutnya.Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun organisasi nirlaba merupakan organisasi yang dibentuk dengan tujuan utamanya
tidak mencari keuntungan atau laba, melainkan untuk mencapai suatu tujuan khusus terkait
kepentingan umum. Organisasi nirlaba merupakan organisasi yang tidak asing dijumpai di
Indonesia. Salah satu fungsi dari adanya organisasi nirlaba adalah untuk membantu pemerintah
untuk menjadi penghubung masyarakat dengan cara memberikan bantuan dari berbagai bidang
(Suprianto, 2018).
Di Indonesia, praktek akuntansi keuangan daerah dan organisasi nirlaba diatur oleh beberapa
peraturan pemerintah. Beberapa diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
1
tentang Keuangan Negara, mengatur mengenai penyelenggaraan keuangan negara, termasuk
pemerintah daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, menetapkan standar akuntansi yang harus diikuti oleh pemerintah daerah dalam
menyusun laporan keuangan, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan-peraturan tersebut bersifat mengikat dan
harus diikuti oleh pemerintah daerah dalam praktek akuntansi keuangan mereka.
Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai praktik akuntansi keuangan dan
organisasi nirlaba. Dengan fokus pada seluk beluk atau kesulitan maupun hambatan dalam
menjalankan praktik serta langkah-langkah untuk melakukan praktik keuangan pada daerah dan
organisasi nirlaba.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui seluk beluk akuntansi keuangan daerah.
2. Mengetahui seluk beluk organisasi nirlaba.
3. Mengetahui langkah-langkah praktik nirlaba.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
bukti Yang akurat.Setiap transaksi yang terjadi dicatat dalam jurnal disertai dengan dokumen
atau bukti transaksi yang sah.
Dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bukti Penerimaan Kas
Bukti Penerimaan Kas merupakan semua dokumen Yang mgnjadi bukti adanya
penerimaan kas Oleh daerah dan menjadi sumber bagi pencatatan kedalam jurnal penerimaan
kas. Bukti penerimaan kas dapat berupa, Surat Tanda Setoran, Tanda Bukti Penerłmaan.
Rekap Penerimaan Harian, dan seterusnya sesuai dengan kebijakan Yang ada di daerah.
2. Bukti Pengeluaran Kas
Bukti Pengeluaran Kas merupakan semua dokumen Yang menjadi bukti adanya
pengeluaran kas oleh daerah dan menjadi sumber bagi pencatatan ke dalam jurnal
pengeluaran kas. Bukti pengeluaran kas dapat berupa: Surat Permintaan Pembayaran (SPP),
Surat Perintah Membayar (SPM), Surat Pertanggungiawaban (SPI). Tanda Bukti
Pengeluaran, dan seterusnya sesuai dengan kebijakan Yang ada di daerah.
3. Bukti Memorial
Bukti Memorial merupakan bukti pencatatan pada Jurnal Umum
4
organization).Ukuran keberhasilan yang hendak dicapai organisasi nirlaba bukan keuntungan
secara materi, tetapi untuk pelayanan sosial.Namun hal tersebut bukan berarti organisasi nirlaba
tidak boleh menghasilkan keuntungan. Hanya saja keuntungan yangdiperoleh dari aktivitas
organisasi semata-mata ditujukan hanya untuk menutupi biaya yang timbul dari kegiatan
operasional atau keuntungan yang diperoleh akan disalurkan kembali pada kgiatan utama
organisasi tersebut.
Menurut PSAK No 45, organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para
anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi
tersebut. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya,
organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas jasa yang
diberikan pada publik dan atau inventasi yang dilakukan.
Widodo dan Kustiawan (200: 3) “organisasi nirlaba adalah suatu instansi yang dalam
menjalankan operasinya tidak berorientasi untuk mencari laba”.
Lembaga atau organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau kumpulan dari beberapa
individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu, dalam
pelaksanaannya kegiatan yang dilakukan tidak berorientasi pada pemupukan laba atau kekayaan
semata (Pahala Nainggolan, 2005: 1).
Organisasi nirlaba dapat terus bertahan hidup demikian lama karena memiliki sumber
daya yang memadai untuk program-program organisasi, jadi lembaga keuangan organisasi
nirlaba seringkali menekankan sumber daya finansial yang likuid dalam organisasi.
5
b. Menghasilkan barang dan jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan jika suatu entitas
menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau
pemilik entitas itu.
c. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis,dalam arti bahwa
kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan atau ditebus kembali,
atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas
pada saat likuidasi atau pembubaran entitas
Anthony dan Young (Gies et al., 1990) mencoba merumuskan beberapa karakteristik yang
melekat padanya antara lain:
1. Tidak bermotif mencari keuntungan
2. Adanya pertimbangan khusus dalam pembebanan pajak
3. Ada kecendrungan berorientasi semata-mata pada pelayanan
4. Banyak menghadapi kendala yang besar pada tujuan dan strategi
5. Kurang banyak menggantungkan diri pada kliennya untuk mendapatkan bantuan
keuangan
6. Dominasi profesional
7. Pengaruh politik biasanya memainkan peranan yang sangat penting.
6
Pendapatan tidak terikat misalnya pendapatan dari unit usaha komersial yang dimiliki,
pendapatan dari sumbangan yang mengikat, penjualan asset dan sejenisnya, pendapatan
dari investasi.
b. Pendapatan terikat secara permanen
Pendapatan terikat secara permanen misalnya pendapatan berupa hibah atau grant yang
diperoleh, maka harus digunakan sesuai dengan program yang tercantum dalam proposal
tersebut.
c. Pendapatan terikat temporer
Pendapatan terikat temporer misalnya diperoleh dari sumbangan untuk program
tertentu,ketika sudah lewat waktu masih tersedia dananya, maka dapat dialihkan ke
kegiatan lain.
7
2.2.5 Klasifikasi Organisasi Nonprofit
Menurut Koteen (1991) mengidentifikasikan Nonprofit Organization (NPO) sebagai
berikut :
1. Badan-badan pemerintahan yang dibentuk dengan undang-undang dan diberi wewenang
untuk memberi pelayanan dan memungut pajak
2. Organisasi nonprofit swasta atau sektor independen yang biasanya beroperasi sebagai
organisasi bebas pajak, tetapi diorganisir di luar kewenangan pemerintah dan perundang-
undangan. Organisasi itu mungkin bergerak di bidang pendidikan, pelayanan
kemanusiaan, perdagangan atau perhimpunan profesi.
3. Organisasi swasta kuasi- pemerintah yang dibentuk dengan wewenang legislatif dan
biasanya diserahi monopoli yang terbatas untuk memberikan pelayanan atau
menyediakan barang kebutuhan tertentu kepada kelompok-kelompok masyarakat.
Menurut Oleck (1988), organisasi nonprofit dapat dibagi dalam tiga
kategori yaitu :
1. Public benefit, yaitu keuntungan yang dinikmati oleh masyarakat umum, seperti
museum,sekolah dan rumah sakit.
2. Mutual benefit, yaitu keuntungan yang dinikmati secara bersama-sama seperti, koperasi,
perhimpunan profesi dan klub-klub
3. Private benefit, yaitu organisasi yang mencari untung tipis dan dibebaskan dari pajak.
Pada umumnya keuntungan financial yang didapat hanya membiayai belanja rutin dan
pemeliharaan.
Salmon (Gies et al., 1990), membedakan organisasi nonprofit ke dalam empat tipe sebagai
berikut :
1. Organisasi kemasyarakatan yang terutama hanya melayani anggotaanggotanya,seperti
perhimpunan profesi
2. Organisasi-organisasi keagamaan
3. Organisasi atau yayasan yang melayani masyarakat,atau memberikan sumbangan kepada
masyarakat,tetapi dilakukan semata-mata untuk menyalurkan dana kepada organisasi
nonprofit lainnya.
8
4. Organisasi yang membuka berbagai usaha untuk secara langsung melayani atau
memberikan sumbangan kepada masyarakat yaitu badan-badan yang mengelola sekolah,
perguruan tinggi, rumah sakit, dan rumah yatim.
9
Kredit : Pendapatan Asli Daerah (ditulis nama obyek).
Pendapatan Dana Perimbangan (ditulis nama obyek).
Lain-lain Pendapatan yang Sah (ditulis nama obyek).
Pembiayaan — Penerimaan Pinjaman (ditulis nama obyek).
Pembiayaan — Penerimaan Piutang (ditulis nama obyek).
b. Jurnal Pengeluaran Kas
Jurnal Pengeluaran Kas memberikan makna bahwa kas dikredit dan rekening
yang terdapat dalam jurnal pengeluaran kas pada tanggal terjadinya transaksi.Buku Jurnal
Pengeluaran Kas merupakan buku yang digunakan untuk mencatat dan menggolongkan
transaksi atau kejadian yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran kas, nusalnya adalah
pengeluaran kas untuk belanja.
Seperti halnya ]urnal Penerimaan Kas. transaksi pengeluaran kas juga terjadi
berulang kali. Data yang dieatat dan digolongkan dalam buku jurnal ini minimal adalah:
• Tanggal Transaksi atau Kejadian Keuangan
• Jumlah Kas yang Diterima
• Obyek Pengeluaran Kas
Jurnal Standar
Transaksi atau kejadian yang mengakibatkan pengeluaran kas antara Iain:
• Pengeluaran Kas untuk belanja administrasi umum
• Pengeluaran Kas untuk belanja operasi
• Pengeluaran Kas untuk belanja modal aparatur
• Pengeluaran Kas untuk belanja modal publik
• Pengeluaran Kas untuk belanja transfer
• Pengeluaran Kas untuk belanja tidak tersangka
• Pengeluaran Kas untuk petnbayaran hutang pokok
• Pengeluaran Kas untuk penyertaan modal
Untuk mencatat dan menggolongkan transaksi atau kejadian tersebut. Jurnal Standar
Kas adalah:
Debit : Belanja Administrasi Urnum (ditulis nama obyek)
Belanja Operasi dan Pemeliharaan (ditulis nama Obyek)
10
Belanja Modal aparatur (ditulis nama obyek)
Belanja Modal Publik (ditulis nama obyek)
Belanja Transfer (ditulis nama obyek)
Belanja tTidak Tersangka (ditulis nama obyek)
Pembiayaan — Pembayaran I-lutang (ditulis nama obyek)
Pembiayaan — Pernyataan Modal (ditulis nama obyek)
Kredit : Kas
c. Jurnal Umum
Kedua jurnal diatas merupakan jurnal yang digunakan hanya untuk transaksi yang
melibatkan Kas Daerah.Untuk tramsaksi yang tidak melibatkan Kas Daerah.dicatat dalam
satu buku jurnal yang lain yaitu Buku Jurnal Umum.
Buku Jurnal Umum merupakan buku yang digunakan untuk mencatat dan
menggolongkan transaksi atau kejadian yang tidak mengakibatkan terjadinya penerimaan
dan pengeluaran kas- Misalnya adalah donasi berupa aktiva tetap, dan pembelian barang
secara kredit.
Dana yang dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal ini minimal adalah:
Tanggal Transaksi atau Kejadian Keuangan, Kode Rekening , Uraian, Jumlah Debit dan
Jumlah Kredit.
Di samping itu, buku jurnal umum dapat dirancang untuk menampung data lain
sesuai dengan kebutuhan
11
a. Buku Besar Pendapatan
Buku besar Pendapatan memuat rekening-rekening pendapatan. Selanjutnya
dirinci lagi sesuai dengan komponen yang menyusun rekening pendapatan yaitu:
• Pendapatan Asli Daerah
Termasuk dalam buku besar kelompok Pendapatan Asli daerah adalah: buku besar
Pajak Hotel, buku besar pajak Restoran, buku besar, Retribusi Pelayanan Kesehatan.
buku besar Pelayanan Parkir.
• Dana perimbangan yaitu buku besar bagi Hasil Pajak, buku besar. Bagi Vlasil Bukan
pajak.
• Lain-lain Pendapatan yang Sah yaitu buku besar Bantuan Dana Kontijensi, buku
besar Dana Darurat.
b. Buku Besar Belania
Buku besar ini meneakup rekening-rekening belanja daerah, yaitu:
• Buku Besar Belanja Administrasi Utnum, contoh Gaji dan Tunjangan_
• Buku Besar Belanja Operasi dan Pemeliharaan, contoh Honorariunv/ Upah.
• Buku Besar Belania ModaltPembangunan. contohnya Belanja Modal Gedung,
Belanja Modal Kendaraan.
• Buku Besar Belanja Bagi Hasil dan Bantuan.
• Buku Besar Belanja Tidak Tersangka.
c. Buku Besar Pembiayaan
Buku besar pembiayaan memuat ringkasan rekening-rekening pembiayaan yang
dilakukan oleh daerah, baik pembiayaan dan penerimaan maupun pengeluaran daerah.
Jenisnya antara Iain: Buku Besar Pembiayaan-penerimaan Piutang dan Buku Besar.
Pembiayaan-Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh Tempo.
d. Buku Besar Aktiva
Termasuk jenis buku besar aktiva adalah:
• Buka Besar Aktiva Lancar, terdiri dari BB Kas, BB Piutang PAiak, BB Piutang
Retribusi.
• Buka Besar Investasi Jangka Panjang. terdiri atas BB Investasi dalam Saham.
• Buku Besar Aktiva Tetap, terdiri atas: BB Tanah, BB Jalan dan Jembatan.
• Buku Besar Dana Cadangan.
12
• Buku Besar Aktiva Lain-lain,
e. Buku Besar Utang
Jenis dan Klasifikasi buku besar utang sesuai dengan jenis utang dan kondisi
daerah masingmasing.Contohnya adalah Buku Besar Utang Lancar (BB Utang
Belanja.BB Utang Pajak) dan Buku Besar Utang jangka Panjang (BB Utang Dalam
Negeri).
f. Buku Besar Ekuitas Dana
Jenis dan klasifikasi besar tersebut disesuaikan dengan daerah masing-masing,
misalnya: buku besar Ekuitas dana Umum, buku besar Dana Donasi.
Berikut adalah Langkah-langkah yang dilakukan pemindah bukuan jurnal
(posting) dari buku jurnal ke buku besar:
• Masukkan tanggal setiap transaksi pada koloni tanggal.
• Masukkan jumlah setiap transaksi pada kolorn yang sesuai, debit atau kredit dan
masukkan saldo baru pada kolorn saldo, secara komulatif.
• Kolorn Ref pada Jurnal Penerimaan dan Pengeluaran serta jurnal diberikan tanda (V)
atau check sebagai tanda bahwa transaksi atau jurnal tersebut telah diposting ke buku
besar.
4. Perincian ke dalam buku pembantu
Rekening-rekening yang terdapat dalam buku besar dapat dibedakan atas rekening yang
tidak membutuhkan perincian dan rekening yang membutuhkan perincian.Untuk rekening
yang memerlukan perincian lebih lanjut dan dicatat dalam buku pembantu.
Buku besar pembantu merupakan catatan akuntansi yang fungsinya memberikan
informasi rinci dari suatu rekening yang diringkas dalam Buku Besar.Sumber pencatatan ke
buku-buku pembantu adalah dokumen atau bukti transaksi.
Contoh rekening-rekeningdalambuku besar yang memerlukan Buku Besar Pembantu
adalah: Piutang, persediaan, Investasi Jangka Panjang, Aktiva tetap, dan Hutang.
5. Laporan keuangan
Laporan keuangan pemerintah daerah terdiri dari:
• Laporan realisasi anggaran
• Laporan arus kas
• Neraca
13
• Catatan atas laporan keuangan
BERTAMBAH/
JUMLAH (Rp)
(BERKURANG)
NOMOR
URAIAN ANGGARAN
URUT
SETELAH REALISASI (Rp) %
PERUBAHAN
1 2 3 4 5 6
PENDAPATAN DAERAH
1.
DANA PERIMBANGAN
1. 2.
Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
1. 2. 1. 1.
Dana Alokasi Umum
2. 2.
1. 2. 3. Dana Alokasi Khusus
14
BERTAMBAH/
JUMLAH (Rp)
(BERKURANG)
NOMOR
URAIAN ANGGARAN
URUT
SETELAH REALISASI (Rp) %
PERUBAHAN
1 2 3 4 5 6
BELANJA DAERAH
2.
2. 2.
BELANJA LANGSUNG
2. 2. 1. 2.
Belanja Pegawai
2. 2.
Belanja Barang dan Jasa
2. 2. 3.
Belanja Modal
JUMLAH BELANJA
SURPLUS/(DEFISIT)
3. PEMBIAYAAN DAERAH
3. 1. Penerimaan Pembiayaan
15
BERTAMBAH/
JUMLAH (Rp)
(BERKURANG)
NOMOR
URAIAN ANGGARAN
URUT
SETELAH REALISASI (Rp) %
PERUBAHAN
1 2 3 4 5 6
3. 2. Pengeluaran Pembiayaan
PEMBIAYAAN NETTO
(tanda tangan)
(nama lengkap)
16
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
NERACA
PER 31 DESEMBER TAHUN N DAN TAHUN N-1
ASET
ASET LANCAR
Kas
Kas di Kas Daerah
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran
Investasi Jangka Pendek
Piutang
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Piutang
Lain-lain
Persediaan
INVESTASI PERMANEN
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Investasi
Lainnya
ASET TETAP
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi Dalam Pengerjaan
DANA CADANGAN
Dana Cadangan
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah Lain-lain
Aset
JUMLAH ASET - -
17
TAHUN N TAHUN N-1
URAIAN
(Rp) (Rp)
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga
Utang Jangka Pendek Lainnya
EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Lancar
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
Pendapatan Yang Ditangguhkan
Cadangan Piutang
Cadangan Persediaan
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang
Jangka Pendek
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang
Jangka Panjang
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan - -
(tanda tangan)
(nama lengkap)
18
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
LAPORAN ARUS KAS
(Untuk Tahun yang Berakhir sampai dengan 31 Desember Tahun n dan Tahun n-1)
19
TAHUN N TAHUN N-1
U R A I A N
(Rp) (Rp)
20
ARUS KAS DARI AKTIVITAS
NONANGGARAN Arus Kas Masuk :
Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga
Pendapatan yang belum masuk bank
Kas di Bendahara Pengeluaran
Jumlah
21
TAHUN N TAHUN N-1
U R A I A N
(Rp) (Rp)
(nama lengkap)
22
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
PENDAHULUAN
BAB
PENDAHULUAN
I
BAB
IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN PEMDA
III
3.2
Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan
BAB
KEBIJAKAN AKUNTANSI
IV
23
4.3 Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan Pemda
4.4 Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam SAP
pada Pemda
24
BAB
PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN PEMDA
V
5.1
Rincian dari penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan Pemda
5.1.1 Pendapatan
5.1.2 Belanja
5.1.3 Aset
5.1.4 Kewajiban
5.2 Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan
penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan
penerapan basis kas, untuk entitas akuntansi/entitas pelaporan yang menggunakan
basis akrual pada Pemda
BAB
PENJELASAN ATAS INFORMASI-INFORMASI NONKEUANGAN PEMDA
VI
BAB
PENUTUP
VII
(nama lengkap)
25
2.3.3 Langkah-langkah praktek dalam akuntansi keuangan nirlaba
Laporan keuangan merupakan informasi keuangan suatu organisasi dalam suatu periode
yang menjabarkan kinerja dari organisasi tersebut. Laporan keuangan tersebut dianggap sangat
penting untuk dibuat karena dapat menggambarkan kinerja organisasi dalam suatu periode.
Laporan keuangan yang tersusun diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas terhadap
para penggunanya.
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada pihak yang
membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuanmoneter
(Fahmi, 2014: 26). IAI (2015: 45.6) menyatakan bahwa tujuan utama laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan pemberian sumber daya yang
tidak mengharapkan pembayaran kembali, anggota, kreditur, dan pihak lain yang menyediakan
sumber daya bagi organisasi nirlaba
Selain utamanya sebagai penyedia informasi yang berguna bagi kepentingan stakeholder,
lebih rinci tujuan laporan keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan berdasarkan
PSAKNo.45 adalah untuk menyajikan informasi mengenai jumlah dan sifat asset, liabilitas dan
assetneto entitas nirlaba; pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah nilai dan sifat
assetneto; jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam suatu periode dan
hubungan antar keduanya; cara entitas nirlaba mendapatkan dan membelanjakan kas,
memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lain yang berpengaruh terhadap
likuiditasnya; usaha jasa entitas nirlaba.
Pelaporan keuangan perlu untuk diperhatikan bagaimana penyusunannya sehingga dapat
memberikan informasi yang jelas bagi para penggunanya. Oleh karenanya Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) melalui Dewan Standar Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) dan Dewan
Standar Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS IAI)sebagai anggota dari
InternationalFederation of Accountants menyusun mengenai Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) yang merupakan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi
Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) serta peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang
berada di bawah pengawasannya.
PSAK 45 tentang pelaporan keuangan entitas nirlaba.Entitas nirlaba dalam hal ini
organisasi nirlaba merupakan organisasi yang bersifat tidak mencari laba. Oleck & Stewart
dalam Salusu (2004: 9-10) menyatakan bahwa Entitas nirlaba atau dapat disebut juga organisasi
26
non profit adalah organisasi atau badan yang tidak menjadikan keuntungan sebagai motif
utamanya dalam melayani masyarakat, atau juga disebut sebagai korporasi yang tidak
membagikan keuntungannya sedikit pun kepada para anggota, karyawan, serta
eksekutifnya.Sumber daya yang diperoleh pun bukan berasal dari hasil keuntungan. Entitas
nirlabamemperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang
tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut (IAI, 2015).
IAI (2015) menyebutkan karakteristik entitas nirlaba antara lain sumber daya entitas
nirlaba berasal dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau
manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan, menghasilkan
barang dan/atau jasa tanpa bertujuan menumpuk laba, dan jika entitas nirlaba menghasilkan laba,
maka jumlahnya tidak dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut, tidak ada
kepemilikan seperti umumnya pada entitas bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam entitas
nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak
mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi atau pembubaran
entitas nirlaba.
Berdasarkan karakteristik Laporan keuangan entitas nirlaba berdasarkan PSAK No.45
meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode laporan, laporan aktivitas dan laporan arus
kas untuk suatu periode pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan (IAI, 2015: 45.09), yakni
laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Laporan Posisi Keuangan berisikan entitas nirlaba secara keseluruhan dan menyajikan
total asset, liabilitas dan asset neto (IAI, 2015: 45.11).
Laporan posisi keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai asset,
liabilitas dan asset neto serta informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada
waktu tertentu. Informasi dalam pelaporan posisi keuangan yang digunakan bersama
pengungkapan, dan informasi dalam laporan keuangan lain dapat membantu pemberi sumber
daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, anggota, kreditur , dan pihak lain untuk
menilai kemampuan entitas nirlaba untuk memberikan jasa secara berkelanjutan, likuidasi,
fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan
eksternal. (IAI, 2015: 45.10)
Laporan aktivitas mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan menyajikan informasi
perubahan jumlah asset neto selama suatu periode.Perubahan asset neto dalam laporan aktivitas
27
tercermin pada asset neto atau aktivitas dalam posisi keuangan (IAI, 2015: 45.20). Tujuan utama
laporan aktivitas adalah menyediakan informasi yang menyeluruh mengenai pengaruh transaksi
dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat set neto, hubungan antar transaksi dan
peristiwa lain, dan bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program
atau jasa.
Informasi dalam laporan aktivitas yang digunakan bersamaan dengan pengungkapan
informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu pemberi sumber daya yang
tidakmengharapkan pembayaran kembali, anggota, kreditur, dan pihak lain untuk mengevaluasi
kinerja dalam sautu periode, menilai upaya , kemampuan dan kesinambungan entitas nirlaba
serta memberikan jasa, dan menilai pelaksanaan tanggungjawab dan kinerja manajer (IAI, 2015:
45.19).
Laporan Arus Kas bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas dalam suatu periode (IAI, 2015: 45.33).Penyajian arus kas masuk dan keluar
harus digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas
pendanaan.Aktivitas Operasi dalam kelompok ini adalah penambahan dan pengurangan arus kas
yang terjadi pada perkiraan yang terkait dengan operasional lembaga.
Kedua ialah aktivitas investasi dimana semua penerimaan dan pengeluaran uang kas yang
terkait dengan investasi lembaga. Investasi dapat berupa pembelian/penjualan aktiva tetap,
penempatan/ pencairan dana deposito atau investasi lain. Beberapa contoh arus kas yang berasal
dari aktivitas investasi adalah pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud dan
aset jangka panjang lain, penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan serta aset
tidak berwujud dan aset jangka panjang lain.
Ketiga ialah aktivitas pendanaan dimana termasuk didalam aktivitas ini adalah perkiraan
yang terkait dengan transaksi berupa pelunasan kewajiban hutang lembaga dan
kenaikan/penurunan aktiva bersih dari surplus-defisit lembaga.
Terakhir adalah Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan yang ada.Tujuan pemberian catatan agar seluruh informasi keuangan
dianggap perlu untuk diketahui.Catatan atas laporan keuangan dapat berupa perincian dari suatu
perkiraan yang disajikan, misalnya aktiva tetap.Kebijakan akuntansi yang dilakukan misalnya
metode penyusutan serta tarif yang digunakan untuk aktiva tetap lembaga, metode pencatatan
piutang yang tidak dapat ditagihkan serta presentase yang digunakan untuk pencadangannya.
28
2.3.4 Contoh Format Laporan Keuangan Nirlaba
29
30
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akuntansi keuangan daerah melibatkan pencatatan, pengklasifikasian, dan pelaporan
transaksi ekonomi dari entitas pemerintah daerah, yang menjadi informasi untuk pengambilan
keputusan ekonomi oleh pihak eksternal seperti DPRD, badan pengawas keuangan, investor,
kreditur, dan lainnya. Sistem akuntansi pemerintahan daerah terdiri dari beberapa prosedur,
termasuk penerimaan kas, pengeluaran kas, selain kas, dan aset. Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) merupakan komponen utama dalam pemerintah daerah, bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pemerintahan.
Organisasi nirlaba adalah entitas yang tidak mencari laba untuk kepentingan pribadi
pemilik atau pengelolanya. Ciri-ciri organisasi nirlaba melibatkan sumber daya dari sumbangan
tanpa imbalan, orientasi pada pelayanan sosial atau pendidikan, dan kepemilikan yang tidak
dapat diperjualbelikan. Pendapatan organisasi nirlaba dapat berasal dari sumbangan, hasil jasa,
atau investasi. Langkah-langkah praktik keuangan mencakup pencatatan transaksi, peringkasan
(posting ke buku besar), perincian dalam buku pembantu, dan pembuatan laporan keuangan
seperti laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, neraca, dan catatan atas laporan keuangan.
Dalam konteks organisasi nirlaba, pengelolaan keuangan memiliki fokus pada tujuan
sosial atau pendidikan, bukan keuntungan. Organisasi nirlaba dapat menghasilkan pendapatan
tidak terikat, terikat secara permanen, atau terikat temporer, tergantung pada sifat sumbangan
yang diterima. Klasifikasi organisasi nirlaba dapat melibatkan badan pemerintahan, organisasi
swasta, atau organisasi swasta kuasi-pemerintah. Beberapa karakteristik organisasi nirlaba
termasuk tidak bermotif mencari keuntungan, pertimbangan khusus dalam pembebanan pajak,
orientasi pada pelayanan, dominasi profesional, dan pengaruh politik.
Dalam praktek akuntansi keuangan daerah, langkah-langkah praktik mencakup
pencatatan transaksi dalam jurnal penerimaan kas, pengeluaran kas, dan umum. Peringkasan
dilakukan dengan posting ke buku besar, dan rekening-rekening yang memerlukan perincian
lebih lanjut dicatat dalam buku pembantu. Laporan keuangan yang dihasilkan melibatkan laporan
realisasi anggaran, laporan arus kas, neraca, dan catatan atas laporan keuangan.
32
DAFTAR PUSTAKA
33