Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

“PRAKTEK AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN ORGANISASI


NIRLABA”

OLEH
KELOMPOK 13
1. CRISTINA YOSEFA TMANEAK (2010020011)
2. ESTEFANIA BERE LAKA (2110020011)
3. ERMELINDA CLARIZY SESFAOT (2010020109)
4. YURNI DORO (2110020029)
5. YOHANES FREDISKI SINDUK (2110010026)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan limpahan rahmatnya
penulis bisa menyelesaikan makalah “PRAKTEK AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN
ORGANISASI NIRLABA” ini dengan baik dan tepat waktu.Makalah ini telah disusun untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah akuntansi sektor publik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, saya
sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan dari makalah selanjutnya.Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.

Kupang, Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ iii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 3
2.1 Seluk beluk akuntansi keuangan daerah ............................................................................................. 3
2.2 Seluk Beluk Organisasi Nirlaba .......................................................................................................... 4
2.2.1 Pengertian Organisasi Nirlaba ..................................................................................................... 4
2.2.2 Ciri-ciri Organisasi Nirlaba .......................................................................................................... 5
2.2.3 Pendapatan Organisasi Nirlaba .................................................................................................... 6
2.2.4 Perbedaan organisasi nirlaba dengan organisasi laba .................................................................. 7
2.2.5 Klasifikasi Organisasi Nonprofit.................................................................................................. 8
2.3 Langkah-Langkah Praktik Keuangan.................................................................................................. 9
2.3.1 Langkah-Langkah Praktek dalam Akuntansi Keuangan Daerah ................................................. 9
2.3.2 Contoh Format Laporan Keuangan Daerah .............................................................................. 14
2.3.3 Langkah-langkah praktek dalam akuntansi keuangan nirlaba ................................................... 26
2.3.4 Contoh Format Laporan Keuangan Nirlaba .............................................................................. 29
BAB III ....................................................................................................................................................... 32
PENUTUP .................................................................................................................................................. 32
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara sederhana, praktik akuntansi keuangan daerah adalah pelaksanaan konkret dari
penerapan akuntansi keuangan daerah. Ini mencakup tindakan sehari-hari yang dilakukan oleh
instansi keuangan daerah untuk mencatat, memproses, dan melaporkan transaksi keuangan sesuai
dengan standar dan regulasi yang berlaku. Dalam praktik ini melibatkan penerapan standar
akuntansi, prinsip-prinsip dasar akuntansi, dan peraturan yang mengatur tata kelola keuangan
pemerintah daerah. Tujuan utamanya adalah menyediakan informasi keuangan yang akurat,
terpercaya, dan transparan untuk mendukung pengambilan keputusan, mengukur kinerja
keuangan, dan memastikan akuntabilitas publik.

Adapun organisasi nirlaba merupakan organisasi yang dibentuk dengan tujuan utamanya
tidak mencari keuntungan atau laba, melainkan untuk mencapai suatu tujuan khusus terkait
kepentingan umum. Organisasi nirlaba merupakan organisasi yang tidak asing dijumpai di
Indonesia. Salah satu fungsi dari adanya organisasi nirlaba adalah untuk membantu pemerintah
untuk menjadi penghubung masyarakat dengan cara memberikan bantuan dari berbagai bidang
(Suprianto, 2018).

Namun, kehadiran organisasi nirlaba membawa konsekuensi berupa penyampaian


pertanggungjawaban aktivitasnya kepada publik. Karena sumber dana organisasi nirlaba berasal
dari masyarakat luas maka secara tidak langsung publik mengharapkan laporan atas dana yang
mereka titipkan kepada organisasi tersebut. Selain itu tuntutan atas penyampaian laporan
keuangan semakin meningkat menyusul berbagai skandal kecurangan dan salah saji yang terjadi
dalam berbagai sektor organisasi baik swasta, pemerintahan maupun sosial. Kecurangan tersebut
terjadi baik dalam skala nasional maupun internasional (Afifuddin, 2010).

Di Indonesia, praktek akuntansi keuangan daerah dan organisasi nirlaba diatur oleh beberapa
peraturan pemerintah. Beberapa diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
1
tentang Keuangan Negara, mengatur mengenai penyelenggaraan keuangan negara, termasuk
pemerintah daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, menetapkan standar akuntansi yang harus diikuti oleh pemerintah daerah dalam
menyusun laporan keuangan, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan-peraturan tersebut bersifat mengikat dan
harus diikuti oleh pemerintah daerah dalam praktek akuntansi keuangan mereka.

Sedangkan, untuk organisasi nirlaba diantaranya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 71


Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Keuangan EntitasTanpa Akuntabilitas Publik,
menetapkan standar akuntansi keuangan untuk entitas nirlaba, termasuk organisasi nirlaba, dan
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) merupakan
standar akuntansi khusus yang berlaku untuk entitas tanpa akuntabilitas publik, yang mencakup
banyak organisasi nirlaba. Regulasi tersebut memberikan kerangka kerja dan pedoman bagi
organisasi nirlaba dalam mengelola dan melaporkan keuangan mereka. Organisasi nirlaba juga
dapat merujuk pada standar akuntansi internasional dan pedoman pemerintah setempat sesuai
kebutuhan. Penting untuk terus memantau perubahan dalam peraturan tersebut dan memastikan
kepatuhan penuh untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas.

Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai praktik akuntansi keuangan dan
organisasi nirlaba. Dengan fokus pada seluk beluk atau kesulitan maupun hambatan dalam
menjalankan praktik serta langkah-langkah untuk melakukan praktik keuangan pada daerah dan
organisasi nirlaba.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana seluk beluk akuntansi keuangan daerah?
2. Bagimana seluk beluk organisasi nirlaba?
3. Bagaimana langkah-langkah praktik keuangan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui seluk beluk akuntansi keuangan daerah.
2. Mengetahui seluk beluk organisasi nirlaba.
3. Mengetahui langkah-langkah praktik nirlaba.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Seluk beluk akuntansi keuangan daerah


Akuntansi keuangan daerah adalah aktivitas jasa Yang terdiri dari pencatatan,
pengklasifikasian dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah-
pemda (kabupaten, kota, atau provinsi) Yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka
pengambilan keputusan ekonomi Yang diperlukan Oleh pihak-pihak eksternal entitas pemda
(kabupaten, kota atau provinsi), pihak-pihak eksternal terdiri dari Dewan Penvakilan Rakyat
Daerah (DPRD), badan pengawas keuangan, investor, kreditur dan donatur, analisis ekonomi dan
pemerhati pemda, rakyat, pemda Iain dan pemerintah pusat Yang seluruhnya berada dalam
lingkungan akuntansi keuangan daerah.
Berdasarkan Permendagri dalam sistem akuntansi pemerintahan ditetapkan suatu entitas
pelaporan dan entitas akuntansi Yang menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintah daerah.
Sistem akuntansi pemerintahan daerah dilaksanakan Oleh pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(PPKD) pada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) dan sistem akuntansi Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilaksanakan Oleh pejabat Penatausaha Keuangan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (PPK-SKPD). Sistem akuntansi pemerintahan daerah secara garis besar terdiri
atas empat prosedur akuntansi yaitu: prosedur akuntansi penerimaan kas, pengeluaran kas, selain
kas, dan aset.
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah perangkat dalam pemerintah daerah
(Provinsi maupun Kabupaten/Kota) yang ada di Indonesia.SKPD sebagai pelaksana dalam
menyelenggarakan pemerintahan agar berjalan dengan baik. SKPD terdiri dari Sekretariat
Daerah, Stuf-staf Ahli, Sekretariat DPRD, Dinas-dinas, Badab-badan, Inspektorat Daerah,
lembaga-lembaga daerah Iain yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala daerah,
Kecamatan-kecamatan (alau satuan Iainnya yang setingkat), dan keluruhan/ Desa (atau satuan
Iainnya yang setingkat).
Akuntansi keuangan daerah akan membutuhkan dokumen-dokumen yang merupakan
sumber utama dalam melakukan pencatatan yang pada akhirnya akan menghasilkan laporan
keuangan. Akuntansi pemerintahan mencatat segala transaksi Yang sah saja dan berdasarkan

3
bukti Yang akurat.Setiap transaksi yang terjadi dicatat dalam jurnal disertai dengan dokumen
atau bukti transaksi yang sah.
Dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bukti Penerimaan Kas
Bukti Penerimaan Kas merupakan semua dokumen Yang mgnjadi bukti adanya
penerimaan kas Oleh daerah dan menjadi sumber bagi pencatatan kedalam jurnal penerimaan
kas. Bukti penerimaan kas dapat berupa, Surat Tanda Setoran, Tanda Bukti Penerłmaan.
Rekap Penerimaan Harian, dan seterusnya sesuai dengan kebijakan Yang ada di daerah.
2. Bukti Pengeluaran Kas
Bukti Pengeluaran Kas merupakan semua dokumen Yang menjadi bukti adanya
pengeluaran kas oleh daerah dan menjadi sumber bagi pencatatan ke dalam jurnal
pengeluaran kas. Bukti pengeluaran kas dapat berupa: Surat Permintaan Pembayaran (SPP),
Surat Perintah Membayar (SPM), Surat Pertanggungiawaban (SPI). Tanda Bukti
Pengeluaran, dan seterusnya sesuai dengan kebijakan Yang ada di daerah.
3. Bukti Memorial
Bukti Memorial merupakan bukti pencatatan pada Jurnal Umum

2.2 Seluk Beluk Organisasi Nirlaba

2.2.1 Pengertian Organisasi Nirlaba


Organisasi adalah kumpulan orang yang memiliki kompetensi yang berbeda-beda yang
saling tergantung antara satu dengan yang lainnya yang berusaha untuk mewujudkan
kepentingan bersama dan memanfaatkan berbagai sumber daya. (Mulyadi dan Setiawan 2000:
1).
Organisasi nirlaba adalah suatu organisasi yang tujuan-tujuannya tidak mencakup
penciptaan laba untuk kepentingan pribadi pemilik atau pengelolanya.Organisasi nirlaba sering
kali berusaha mencapai keuntungan tersebut untuk tujuan sosial atau pendidikan dari organisasi
dan bukannya untuk kepentingan pribadi (Nickels et al., 2009: 8).
Menurut Setiawan (2007) organisasi nirlaba meliputi; Gereja, Yayasan, Sekolah, Rumah
Sakit dan Klinik Publik.Sesuai dengan namanya, organisasi nirlaba adalah orgnisasi yang dalam
menjalankan aktivitas tidak berorientasi untuk menghasilkan keuntungan bisnis (not for profit

4
organization).Ukuran keberhasilan yang hendak dicapai organisasi nirlaba bukan keuntungan
secara materi, tetapi untuk pelayanan sosial.Namun hal tersebut bukan berarti organisasi nirlaba
tidak boleh menghasilkan keuntungan. Hanya saja keuntungan yangdiperoleh dari aktivitas
organisasi semata-mata ditujukan hanya untuk menutupi biaya yang timbul dari kegiatan
operasional atau keuntungan yang diperoleh akan disalurkan kembali pada kgiatan utama
organisasi tersebut.
Menurut PSAK No 45, organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para
anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi
tersebut. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya,
organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas jasa yang
diberikan pada publik dan atau inventasi yang dilakukan.
Widodo dan Kustiawan (200: 3) “organisasi nirlaba adalah suatu instansi yang dalam
menjalankan operasinya tidak berorientasi untuk mencari laba”.
Lembaga atau organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau kumpulan dari beberapa
individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu, dalam
pelaksanaannya kegiatan yang dilakukan tidak berorientasi pada pemupukan laba atau kekayaan
semata (Pahala Nainggolan, 2005: 1).
Organisasi nirlaba dapat terus bertahan hidup demikian lama karena memiliki sumber
daya yang memadai untuk program-program organisasi, jadi lembaga keuangan organisasi
nirlaba seringkali menekankan sumber daya finansial yang likuid dalam organisasi.

2.2.2 Ciri-ciri Organisasi Nirlaba


Karakteristik organisasi nirlaba dalam menjalankan operasinya tidak bertujuan untuk
menghasilkan laba atau keuntungan. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap struktur, visi serta
misi dari organisasi nirlaba. Dalam ruang lingkup PSAK No 45 (2009: 45.2), dikatakan bahwa
sebuah organisasi nirlaba harus harus memenuhi karakteristik sebagai berikut :
a. Sumber daya entitas berasal dari penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran
kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang
diberikan

5
b. Menghasilkan barang dan jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan jika suatu entitas
menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau
pemilik entitas itu.
c. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis,dalam arti bahwa
kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan atau ditebus kembali,
atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas
pada saat likuidasi atau pembubaran entitas
Anthony dan Young (Gies et al., 1990) mencoba merumuskan beberapa karakteristik yang
melekat padanya antara lain:
1. Tidak bermotif mencari keuntungan
2. Adanya pertimbangan khusus dalam pembebanan pajak
3. Ada kecendrungan berorientasi semata-mata pada pelayanan
4. Banyak menghadapi kendala yang besar pada tujuan dan strategi
5. Kurang banyak menggantungkan diri pada kliennya untuk mendapatkan bantuan
keuangan
6. Dominasi profesional
7. Pengaruh politik biasanya memainkan peranan yang sangat penting.

2.2.3 Pendapatan Organisasi Nirlaba


Jenis pendapatan yang terdapat pada organisasi nirlaba tergantung kepada jenis dan
karakteristik dari organisasi nirlaba. Secara umum bila dilihat dari ada atau tidaknya pembatasan
dari penyumbang, maka jenis pendapatan yang terdapat pada organisasi nirlaba dapat dibagi
menjadi :
• Tidak terikat
• Terikat secara permanen
• Terikat temporer
Pendapatan pada lembaga nirlaba jauh lebih luas. Pada dasarnya organisasi memiliki
pendapatan itu sendiri. Ada pun penjelasan sumber pendapatan organisasi nirlaba adalah sebagai
berikut :
a. Pendapatan tidak terikat

6
Pendapatan tidak terikat misalnya pendapatan dari unit usaha komersial yang dimiliki,
pendapatan dari sumbangan yang mengikat, penjualan asset dan sejenisnya, pendapatan
dari investasi.
b. Pendapatan terikat secara permanen
Pendapatan terikat secara permanen misalnya pendapatan berupa hibah atau grant yang
diperoleh, maka harus digunakan sesuai dengan program yang tercantum dalam proposal
tersebut.
c. Pendapatan terikat temporer
Pendapatan terikat temporer misalnya diperoleh dari sumbangan untuk program
tertentu,ketika sudah lewat waktu masih tersedia dananya, maka dapat dialihkan ke
kegiatan lain.

2.2.4 Perbedaan organisasi nirlaba dengan organisasi laba


Banyak hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi lainnya (laba).
Dalam hal kepememilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya pemilik organisasi nirlaba, apakah
anggota, klien atau donatur. Pada organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil
usaha organisasinya.Dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya sebagai sumber
pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas
yakni dari keuntungan usahanya. Dalan hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi laba
telah jelas siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur
Pelaksana.Pada organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan Komisaris
bukanlah “ Pemilik “ organisasi.
Organisai nirlaba, non profit, membutuhkan pengelolaan yang berbeda dengan organisasi
profit dan pemerintah. Pengelolaan organisasi nirlaba dan kriteria-kriteria pencapaian kinerja
organisasi tidak berdasar pada pertimbangan ekonomi semata, tetapi sejauh mana masyarakat
yangdilayaninya diberdayakan sesuai konteks hidup dan potensi-potensi kemanusiaannya. Sifat
sosial dan kemanusiaan sejati merupakan ciri khas pelayanan organisasi-organisasi nirlaba.
Manusia menjadi pusat sekaligus agen perubahaan dan pembaharuan masyarakat untuk
mengurangi kemiskinan, menciptakan kesejahteraan, kesetaraan gender, keadilan, dan
kedamaian, bebas dari konflik dan kekerasan.

7
2.2.5 Klasifikasi Organisasi Nonprofit
Menurut Koteen (1991) mengidentifikasikan Nonprofit Organization (NPO) sebagai
berikut :
1. Badan-badan pemerintahan yang dibentuk dengan undang-undang dan diberi wewenang
untuk memberi pelayanan dan memungut pajak
2. Organisasi nonprofit swasta atau sektor independen yang biasanya beroperasi sebagai
organisasi bebas pajak, tetapi diorganisir di luar kewenangan pemerintah dan perundang-
undangan. Organisasi itu mungkin bergerak di bidang pendidikan, pelayanan
kemanusiaan, perdagangan atau perhimpunan profesi.
3. Organisasi swasta kuasi- pemerintah yang dibentuk dengan wewenang legislatif dan
biasanya diserahi monopoli yang terbatas untuk memberikan pelayanan atau
menyediakan barang kebutuhan tertentu kepada kelompok-kelompok masyarakat.
Menurut Oleck (1988), organisasi nonprofit dapat dibagi dalam tiga
kategori yaitu :
1. Public benefit, yaitu keuntungan yang dinikmati oleh masyarakat umum, seperti
museum,sekolah dan rumah sakit.
2. Mutual benefit, yaitu keuntungan yang dinikmati secara bersama-sama seperti, koperasi,
perhimpunan profesi dan klub-klub
3. Private benefit, yaitu organisasi yang mencari untung tipis dan dibebaskan dari pajak.
Pada umumnya keuntungan financial yang didapat hanya membiayai belanja rutin dan
pemeliharaan.
Salmon (Gies et al., 1990), membedakan organisasi nonprofit ke dalam empat tipe sebagai
berikut :
1. Organisasi kemasyarakatan yang terutama hanya melayani anggotaanggotanya,seperti
perhimpunan profesi
2. Organisasi-organisasi keagamaan
3. Organisasi atau yayasan yang melayani masyarakat,atau memberikan sumbangan kepada
masyarakat,tetapi dilakukan semata-mata untuk menyalurkan dana kepada organisasi
nonprofit lainnya.

8
4. Organisasi yang membuka berbagai usaha untuk secara langsung melayani atau
memberikan sumbangan kepada masyarakat yaitu badan-badan yang mengelola sekolah,
perguruan tinggi, rumah sakit, dan rumah yatim.

2.3 Langkah-Langkah Praktik Keuangan

2.3.1 Langkah-Langkah Praktek dalam Akuntansi Keuangan Daerah


Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk melakukan pencatatan;
1. Transaksi pemerintahan daerah
Transaksi yang terjadi dan diikuti Oleh bukti-bukti yang Salt,
2. Pencatatan dalam jurnal
Catatan akuntansi terdiri dari beberapa macam jurnal,

a. Jurnal Penerimaan Kas


Buku Jurnal Penerimaan Kas merupakan buku yang digunakan untuk mencatat
dan menggolongkan transaksi atau kejadian yang mengakibatkan terjadinya penerimaan
kas. Contohnya adalah penerimaan kas dari pinjaman.
Data yang dicatat dan digolongkan dalatn buku jurnal ini adalah:
• Tanggal transaksi atau kejadian keuangan, dicatat secara urut tanggal (kronologis).
• Jurnal Kas yang diteritna, dalam bentuk bukan barang.
• Obyek Penerimaan yaitu Obyek yang menyebabkan terjadinya penerimaan kas.
Jurnal Standar
Transaksi atau kejadian yang mengakibatkan penerimaan kas umutnnya berupa:
• Penerimaan Kas dari pendapatan asli daerah.
• Penerimaan kas dari penerimaan dana perimbangan.
• Penerimaan Kas dari Iain-lain pendapatan yang sah.
• Penerimaan Kas dari pinjaman.
• Penerimaan Kas dari tagihan piutang.
Untuk mencatat dan menggolongkan transaksi kejadian tersebut, jurnal standar
penerimaan kas adalah:
Debit : Kas

9
Kredit : Pendapatan Asli Daerah (ditulis nama obyek).
Pendapatan Dana Perimbangan (ditulis nama obyek).
Lain-lain Pendapatan yang Sah (ditulis nama obyek).
Pembiayaan — Penerimaan Pinjaman (ditulis nama obyek).
Pembiayaan — Penerimaan Piutang (ditulis nama obyek).
b. Jurnal Pengeluaran Kas
Jurnal Pengeluaran Kas memberikan makna bahwa kas dikredit dan rekening
yang terdapat dalam jurnal pengeluaran kas pada tanggal terjadinya transaksi.Buku Jurnal
Pengeluaran Kas merupakan buku yang digunakan untuk mencatat dan menggolongkan
transaksi atau kejadian yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran kas, nusalnya adalah
pengeluaran kas untuk belanja.
Seperti halnya ]urnal Penerimaan Kas. transaksi pengeluaran kas juga terjadi
berulang kali. Data yang dieatat dan digolongkan dalam buku jurnal ini minimal adalah:
• Tanggal Transaksi atau Kejadian Keuangan
• Jumlah Kas yang Diterima
• Obyek Pengeluaran Kas
Jurnal Standar
Transaksi atau kejadian yang mengakibatkan pengeluaran kas antara Iain:
• Pengeluaran Kas untuk belanja administrasi umum
• Pengeluaran Kas untuk belanja operasi
• Pengeluaran Kas untuk belanja modal aparatur
• Pengeluaran Kas untuk belanja modal publik
• Pengeluaran Kas untuk belanja transfer
• Pengeluaran Kas untuk belanja tidak tersangka
• Pengeluaran Kas untuk petnbayaran hutang pokok
• Pengeluaran Kas untuk penyertaan modal

Untuk mencatat dan menggolongkan transaksi atau kejadian tersebut. Jurnal Standar
Kas adalah:
Debit : Belanja Administrasi Urnum (ditulis nama obyek)
Belanja Operasi dan Pemeliharaan (ditulis nama Obyek)

10
Belanja Modal aparatur (ditulis nama obyek)
Belanja Modal Publik (ditulis nama obyek)
Belanja Transfer (ditulis nama obyek)
Belanja tTidak Tersangka (ditulis nama obyek)
Pembiayaan — Pembayaran I-lutang (ditulis nama obyek)
Pembiayaan — Pernyataan Modal (ditulis nama obyek)
Kredit : Kas
c. Jurnal Umum
Kedua jurnal diatas merupakan jurnal yang digunakan hanya untuk transaksi yang
melibatkan Kas Daerah.Untuk tramsaksi yang tidak melibatkan Kas Daerah.dicatat dalam
satu buku jurnal yang lain yaitu Buku Jurnal Umum.
Buku Jurnal Umum merupakan buku yang digunakan untuk mencatat dan
menggolongkan transaksi atau kejadian yang tidak mengakibatkan terjadinya penerimaan
dan pengeluaran kas- Misalnya adalah donasi berupa aktiva tetap, dan pembelian barang
secara kredit.
Dana yang dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal ini minimal adalah:
Tanggal Transaksi atau Kejadian Keuangan, Kode Rekening , Uraian, Jumlah Debit dan
Jumlah Kredit.
Di samping itu, buku jurnal umum dapat dirancang untuk menampung data lain
sesuai dengan kebutuhan

3. Peringkasan (posting ke Buku Besar)


Data yang terdapat dalam buku besar dan buku pembantu menjadi sumber untuk
membuat laporan keuangan.
Transaksi yang telah dicatat dalam buku jurnal kemudian akan diringkas dalam buku
besar. Proses peringkasan atau pemindahan akurv' rekening ke buku besar disebut dengan
posting.
Buku besar pada dasamya terdiri dari sekumpulan rekening yang digunakan untuk
menampung nama rekening yang telah dicatat dan digolongkan dalam Buku jurnal. Jenis dan
macam buku besar menyesuaikan dengan kelompok rekening dalam struktur APBD yang
baru.yaitu:

11
a. Buku Besar Pendapatan
Buku besar Pendapatan memuat rekening-rekening pendapatan. Selanjutnya
dirinci lagi sesuai dengan komponen yang menyusun rekening pendapatan yaitu:
• Pendapatan Asli Daerah
Termasuk dalam buku besar kelompok Pendapatan Asli daerah adalah: buku besar
Pajak Hotel, buku besar pajak Restoran, buku besar, Retribusi Pelayanan Kesehatan.
buku besar Pelayanan Parkir.
• Dana perimbangan yaitu buku besar bagi Hasil Pajak, buku besar. Bagi Vlasil Bukan
pajak.
• Lain-lain Pendapatan yang Sah yaitu buku besar Bantuan Dana Kontijensi, buku
besar Dana Darurat.
b. Buku Besar Belania
Buku besar ini meneakup rekening-rekening belanja daerah, yaitu:
• Buku Besar Belanja Administrasi Utnum, contoh Gaji dan Tunjangan_
• Buku Besar Belanja Operasi dan Pemeliharaan, contoh Honorariunv/ Upah.
• Buku Besar Belania ModaltPembangunan. contohnya Belanja Modal Gedung,
Belanja Modal Kendaraan.
• Buku Besar Belanja Bagi Hasil dan Bantuan.
• Buku Besar Belanja Tidak Tersangka.
c. Buku Besar Pembiayaan
Buku besar pembiayaan memuat ringkasan rekening-rekening pembiayaan yang
dilakukan oleh daerah, baik pembiayaan dan penerimaan maupun pengeluaran daerah.
Jenisnya antara Iain: Buku Besar Pembiayaan-penerimaan Piutang dan Buku Besar.
Pembiayaan-Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh Tempo.
d. Buku Besar Aktiva
Termasuk jenis buku besar aktiva adalah:
• Buka Besar Aktiva Lancar, terdiri dari BB Kas, BB Piutang PAiak, BB Piutang
Retribusi.
• Buka Besar Investasi Jangka Panjang. terdiri atas BB Investasi dalam Saham.
• Buku Besar Aktiva Tetap, terdiri atas: BB Tanah, BB Jalan dan Jembatan.
• Buku Besar Dana Cadangan.

12
• Buku Besar Aktiva Lain-lain,
e. Buku Besar Utang
Jenis dan Klasifikasi buku besar utang sesuai dengan jenis utang dan kondisi
daerah masingmasing.Contohnya adalah Buku Besar Utang Lancar (BB Utang
Belanja.BB Utang Pajak) dan Buku Besar Utang jangka Panjang (BB Utang Dalam
Negeri).
f. Buku Besar Ekuitas Dana
Jenis dan klasifikasi besar tersebut disesuaikan dengan daerah masing-masing,
misalnya: buku besar Ekuitas dana Umum, buku besar Dana Donasi.
Berikut adalah Langkah-langkah yang dilakukan pemindah bukuan jurnal
(posting) dari buku jurnal ke buku besar:
• Masukkan tanggal setiap transaksi pada koloni tanggal.
• Masukkan jumlah setiap transaksi pada kolorn yang sesuai, debit atau kredit dan
masukkan saldo baru pada kolorn saldo, secara komulatif.
• Kolorn Ref pada Jurnal Penerimaan dan Pengeluaran serta jurnal diberikan tanda (V)
atau check sebagai tanda bahwa transaksi atau jurnal tersebut telah diposting ke buku
besar.
4. Perincian ke dalam buku pembantu
Rekening-rekening yang terdapat dalam buku besar dapat dibedakan atas rekening yang
tidak membutuhkan perincian dan rekening yang membutuhkan perincian.Untuk rekening
yang memerlukan perincian lebih lanjut dan dicatat dalam buku pembantu.
Buku besar pembantu merupakan catatan akuntansi yang fungsinya memberikan
informasi rinci dari suatu rekening yang diringkas dalam Buku Besar.Sumber pencatatan ke
buku-buku pembantu adalah dokumen atau bukti transaksi.
Contoh rekening-rekeningdalambuku besar yang memerlukan Buku Besar Pembantu
adalah: Piutang, persediaan, Investasi Jangka Panjang, Aktiva tetap, dan Hutang.
5. Laporan keuangan
Laporan keuangan pemerintah daerah terdiri dari:
• Laporan realisasi anggaran
• Laporan arus kas
• Neraca

13
• Catatan atas laporan keuangan

2.3.2 Contoh Format Laporan Keuangan Daerah


Berikut adalah contoh dari laporan keuangan hasil konsolidasi di tingkat pemerintah
daerah.Daftar akun yang terdapat dalam contoh laporan ini hanya merupakan ilustrasi saja.
Susunan daftar akun disesuaikan dengan struktur kode rekening di setiap pemerintah daerah.

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH


LAPORAN REALISASI ANGGARAN TAHUN
ANGGARAN …….

BERTAMBAH/
JUMLAH (Rp)
(BERKURANG)
NOMOR
URAIAN ANGGARAN
URUT
SETELAH REALISASI (Rp) %
PERUBAHAN
1 2 3 4 5 6
PENDAPATAN DAERAH
1.

PENDAPATAN ASLI DAERAH


1. 1.
Pendapatan Pajak Daerah
1. 1. 1. 1.
Pendapatan Retribusi Daerah
1. 2.
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
1. 1. 3. Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
1. 1. 4.

DANA PERIMBANGAN
1. 2.
Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
1. 2. 1. 1.
Dana Alokasi Umum
2. 2.
1. 2. 3. Dana Alokasi Khusus

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


1. 3.
Pendapatan Hibah
1. 3. 1. 1.
3. 2. Pendapatan Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan
1. 3. 3.
Pemerintah Daerah lainnya
1. 3. 4. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan Dari Provinsi atau
1. 3. 5.
Pemerintah Daerah Lainnya
JUMLAH PENDAPATAN

14
BERTAMBAH/
JUMLAH (Rp)
(BERKURANG)
NOMOR
URAIAN ANGGARAN
URUT
SETELAH REALISASI (Rp) %
PERUBAHAN
1 2 3 4 5 6
BELANJA DAERAH
2.

BELANJA TIDAK LANGSUNG


2. 1.
Belanja Pegawai
2. 1. 1. 2.
Belanja Bunga
1. 2. 2. 1.
Belanja Subsidi
3. 2. 1. 4.
Belanja Hibah
2. 1. 5. 2.
Belanja Bantuan Sosial
1. 6. 2. 1.
Belanja Bagi Hasil Kepada
7.
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
2. 1. 8.
Belanja Tidak Terduga

2. 2.
BELANJA LANGSUNG
2. 2. 1. 2.
Belanja Pegawai
2. 2.
Belanja Barang dan Jasa
2. 2. 3.
Belanja Modal
JUMLAH BELANJA

SURPLUS/(DEFISIT)

3. PEMBIAYAAN DAERAH

3. 1. Penerimaan Pembiayaan

3. 1. 1 Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran


(SiLPA)
3. 1. 2 3. Pencairan Dana Cadangan
1. 3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
3. 1. 4 3. Penerimaan Pinjaman Daerah
1. 5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
3. 1. 6 Penerimaan Piutang Daerah
JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN

15
BERTAMBAH/
JUMLAH (Rp)
(BERKURANG)
NOMOR
URAIAN ANGGARAN
URUT
SETELAH REALISASI (Rp) %
PERUBAHAN
1 2 3 4 5 6

3. 2. Pengeluaran Pembiayaan

3. 2. 1 3. Pembentukan Dana Cadangan


2. 2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah
Daerah
3. 2. 3 Pembayaran Pokok Utang
3. 2. 4 Pemberian Pinjaman Daerah

JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN

PEMBIAYAAN NETTO

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun


3. 3.
Berkenaan

......................, tanggal ................................

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

(tanda tangan)

(nama lengkap)

16
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
NERACA
PER 31 DESEMBER TAHUN N DAN TAHUN N-1

TAHUN N TAHUN N-1


URAIAN
(Rp) (Rp)

ASET
ASET LANCAR
Kas
Kas di Kas Daerah
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran
Investasi Jangka Pendek
Piutang
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Piutang
Lain-lain
Persediaan

INVESTASI PERMANEN
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Investasi
Lainnya

ASET TETAP
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi Dalam Pengerjaan

DANA CADANGAN
Dana Cadangan

ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah Lain-lain
Aset

JUMLAH ASET - -

17
TAHUN N TAHUN N-1
URAIAN
(Rp) (Rp)

KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga
Utang Jangka Pendek Lainnya

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG


Utang Dalam Negeri
Utang Luar Negeri
Utang Jangka Panjang Lainnya

EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Lancar
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
Pendapatan Yang Ditangguhkan
Cadangan Piutang
Cadangan Persediaan
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang
Jangka Pendek
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang
Jangka Panjang
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan - -

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS - -


DANA

......................, tanggal ................................

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

(tanda tangan)

(nama lengkap)

18
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
LAPORAN ARUS KAS
(Untuk Tahun yang Berakhir sampai dengan 31 Desember Tahun n dan Tahun n-1)

TAHUN N TAHUN N-1


U R A I A N
(Rp) (Rp)

ARUS KAS DARI


AKTIVITAS OPERASI
Arus Kas Masuk : Pajak
Daerah
Retribusi daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan asli Daerah yang Sah
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
- -
Hibah
Dana Darurat
Pendapatan Lainnya
Jumlah Arus Kas Keluar :
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tidak Terduga
Belanja Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi

19
TAHUN N TAHUN N-1
U R A I A N
(Rp) (Rp)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET


NONKEUANGAN Arus Kas Masuk :
Pendapatan Penjualan atas Tanah
Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin
Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan
Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan
Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap Lainnya
Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya
Jumlah Arus Kas Keluar :
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap Lainnya
Belanja Aset Lainnya
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan

ARUS KAS DARI AKTIVITAS


PEMBIAYAAN Arus Kas Masuk :
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Aset/Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman dan Obligasi
Penerimaan Kembali Pinjaman
Penerimaan Piutang
Jumlah Arus Kas Keluar :
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang Pinjaman dan Obligasi
Pemberian Pinjaman
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan

20
ARUS KAS DARI AKTIVITAS
NONANGGARAN Arus Kas Masuk :
Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga
Pendapatan yang belum masuk bank
Kas di Bendahara Pengeluaran
Jumlah

21
TAHUN N TAHUN N-1
U R A I A N
(Rp) (Rp)

Arus Kas Keluar :


Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang Pinjaman dan Obligasi
Pemberian Pinjaman
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan

ARUS KAS DARI AKTIVITAS


NONANGGARAN Arus Kas Masuk :
Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga
Pendapatan yang belum masuk bank
Kas di Bendahara Pengeluaran
Jumlah Arus Kas Keluar :
Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga
Pengeluaran BG yang belum dicairkan di bank
Pengeluaran kekurangan bayar SP2D pada pihak ketiga
Jumlah

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran

Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas Selama Periode


Saldo Awal Kas di BUD/Kas Daerah
Saldo Akhir Kas di BUD/Kas Daerah
Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran
Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan
Saldo Akhir Kas di BUD

......................, tanggal ................................


GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,
(tanda tangan)

(nama lengkap)

22
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

PENDAHULUAN

BAB
PENDAHULUAN
I

1.1 Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan Pemda

1.2 Landasan hokum penyusunan laporan keuangan Pemda

1.3 Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan Pemda

BAB EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN TARGET


II KINERJA APBD SKPD

2.1 Ekonomi makro

2.2 Kebijakan keuangan

2.3 Indikator pencapaian target kinerja APBD

BAB
IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN PEMDA
III

3.1 Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan Pemda

3.2
Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan

BAB
KEBIJAKAN AKUNTANSI
IV

4.1 Entitas akuntansi/entitas pelaporan keuangan daerah Pemda

4.2 Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan Pemda

23
4.3 Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan Pemda

4.4 Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam SAP
pada Pemda

24
BAB
PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN PEMDA
V

5.1
Rincian dari penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan Pemda

5.1.1 Pendapatan

5.1.2 Belanja

5.1.3 Aset

5.1.4 Kewajiban

5.1.5 Ekuitas Dana

5.2 Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan
penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan
penerapan basis kas, untuk entitas akuntansi/entitas pelaporan yang menggunakan
basis akrual pada Pemda

BAB
PENJELASAN ATAS INFORMASI-INFORMASI NONKEUANGAN PEMDA
VI

BAB
PENUTUP
VII

......................, tanggal ................................


GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,
(tanda tangan)

(nama lengkap)

25
2.3.3 Langkah-langkah praktek dalam akuntansi keuangan nirlaba
Laporan keuangan merupakan informasi keuangan suatu organisasi dalam suatu periode
yang menjabarkan kinerja dari organisasi tersebut. Laporan keuangan tersebut dianggap sangat
penting untuk dibuat karena dapat menggambarkan kinerja organisasi dalam suatu periode.
Laporan keuangan yang tersusun diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas terhadap
para penggunanya.
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada pihak yang
membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuanmoneter
(Fahmi, 2014: 26). IAI (2015: 45.6) menyatakan bahwa tujuan utama laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi kepentingan pemberian sumber daya yang
tidak mengharapkan pembayaran kembali, anggota, kreditur, dan pihak lain yang menyediakan
sumber daya bagi organisasi nirlaba
Selain utamanya sebagai penyedia informasi yang berguna bagi kepentingan stakeholder,
lebih rinci tujuan laporan keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan berdasarkan
PSAKNo.45 adalah untuk menyajikan informasi mengenai jumlah dan sifat asset, liabilitas dan
assetneto entitas nirlaba; pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah nilai dan sifat
assetneto; jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam suatu periode dan
hubungan antar keduanya; cara entitas nirlaba mendapatkan dan membelanjakan kas,
memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lain yang berpengaruh terhadap
likuiditasnya; usaha jasa entitas nirlaba.
Pelaporan keuangan perlu untuk diperhatikan bagaimana penyusunannya sehingga dapat
memberikan informasi yang jelas bagi para penggunanya. Oleh karenanya Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) melalui Dewan Standar Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) dan Dewan
Standar Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS IAI)sebagai anggota dari
InternationalFederation of Accountants menyusun mengenai Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) yang merupakan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi
Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) serta peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang
berada di bawah pengawasannya.
PSAK 45 tentang pelaporan keuangan entitas nirlaba.Entitas nirlaba dalam hal ini
organisasi nirlaba merupakan organisasi yang bersifat tidak mencari laba. Oleck & Stewart
dalam Salusu (2004: 9-10) menyatakan bahwa Entitas nirlaba atau dapat disebut juga organisasi

26
non profit adalah organisasi atau badan yang tidak menjadikan keuntungan sebagai motif
utamanya dalam melayani masyarakat, atau juga disebut sebagai korporasi yang tidak
membagikan keuntungannya sedikit pun kepada para anggota, karyawan, serta
eksekutifnya.Sumber daya yang diperoleh pun bukan berasal dari hasil keuntungan. Entitas
nirlabamemperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang
tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut (IAI, 2015).
IAI (2015) menyebutkan karakteristik entitas nirlaba antara lain sumber daya entitas
nirlaba berasal dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau
manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan, menghasilkan
barang dan/atau jasa tanpa bertujuan menumpuk laba, dan jika entitas nirlaba menghasilkan laba,
maka jumlahnya tidak dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut, tidak ada
kepemilikan seperti umumnya pada entitas bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam entitas
nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak
mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi atau pembubaran
entitas nirlaba.
Berdasarkan karakteristik Laporan keuangan entitas nirlaba berdasarkan PSAK No.45
meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode laporan, laporan aktivitas dan laporan arus
kas untuk suatu periode pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan (IAI, 2015: 45.09), yakni
laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Laporan Posisi Keuangan berisikan entitas nirlaba secara keseluruhan dan menyajikan
total asset, liabilitas dan asset neto (IAI, 2015: 45.11).
Laporan posisi keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai asset,
liabilitas dan asset neto serta informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada
waktu tertentu. Informasi dalam pelaporan posisi keuangan yang digunakan bersama
pengungkapan, dan informasi dalam laporan keuangan lain dapat membantu pemberi sumber
daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, anggota, kreditur , dan pihak lain untuk
menilai kemampuan entitas nirlaba untuk memberikan jasa secara berkelanjutan, likuidasi,
fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan
eksternal. (IAI, 2015: 45.10)
Laporan aktivitas mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan menyajikan informasi
perubahan jumlah asset neto selama suatu periode.Perubahan asset neto dalam laporan aktivitas

27
tercermin pada asset neto atau aktivitas dalam posisi keuangan (IAI, 2015: 45.20). Tujuan utama
laporan aktivitas adalah menyediakan informasi yang menyeluruh mengenai pengaruh transaksi
dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat set neto, hubungan antar transaksi dan
peristiwa lain, dan bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program
atau jasa.
Informasi dalam laporan aktivitas yang digunakan bersamaan dengan pengungkapan
informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu pemberi sumber daya yang
tidakmengharapkan pembayaran kembali, anggota, kreditur, dan pihak lain untuk mengevaluasi
kinerja dalam sautu periode, menilai upaya , kemampuan dan kesinambungan entitas nirlaba
serta memberikan jasa, dan menilai pelaksanaan tanggungjawab dan kinerja manajer (IAI, 2015:
45.19).
Laporan Arus Kas bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas dalam suatu periode (IAI, 2015: 45.33).Penyajian arus kas masuk dan keluar
harus digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas
pendanaan.Aktivitas Operasi dalam kelompok ini adalah penambahan dan pengurangan arus kas
yang terjadi pada perkiraan yang terkait dengan operasional lembaga.
Kedua ialah aktivitas investasi dimana semua penerimaan dan pengeluaran uang kas yang
terkait dengan investasi lembaga. Investasi dapat berupa pembelian/penjualan aktiva tetap,
penempatan/ pencairan dana deposito atau investasi lain. Beberapa contoh arus kas yang berasal
dari aktivitas investasi adalah pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud dan
aset jangka panjang lain, penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan serta aset
tidak berwujud dan aset jangka panjang lain.
Ketiga ialah aktivitas pendanaan dimana termasuk didalam aktivitas ini adalah perkiraan
yang terkait dengan transaksi berupa pelunasan kewajiban hutang lembaga dan
kenaikan/penurunan aktiva bersih dari surplus-defisit lembaga.
Terakhir adalah Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari laporan yang ada.Tujuan pemberian catatan agar seluruh informasi keuangan
dianggap perlu untuk diketahui.Catatan atas laporan keuangan dapat berupa perincian dari suatu
perkiraan yang disajikan, misalnya aktiva tetap.Kebijakan akuntansi yang dilakukan misalnya
metode penyusutan serta tarif yang digunakan untuk aktiva tetap lembaga, metode pencatatan
piutang yang tidak dapat ditagihkan serta presentase yang digunakan untuk pencadangannya.

28
2.3.4 Contoh Format Laporan Keuangan Nirlaba

29
30
31
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akuntansi keuangan daerah melibatkan pencatatan, pengklasifikasian, dan pelaporan
transaksi ekonomi dari entitas pemerintah daerah, yang menjadi informasi untuk pengambilan
keputusan ekonomi oleh pihak eksternal seperti DPRD, badan pengawas keuangan, investor,
kreditur, dan lainnya. Sistem akuntansi pemerintahan daerah terdiri dari beberapa prosedur,
termasuk penerimaan kas, pengeluaran kas, selain kas, dan aset. Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) merupakan komponen utama dalam pemerintah daerah, bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pemerintahan.
Organisasi nirlaba adalah entitas yang tidak mencari laba untuk kepentingan pribadi
pemilik atau pengelolanya. Ciri-ciri organisasi nirlaba melibatkan sumber daya dari sumbangan
tanpa imbalan, orientasi pada pelayanan sosial atau pendidikan, dan kepemilikan yang tidak
dapat diperjualbelikan. Pendapatan organisasi nirlaba dapat berasal dari sumbangan, hasil jasa,
atau investasi. Langkah-langkah praktik keuangan mencakup pencatatan transaksi, peringkasan
(posting ke buku besar), perincian dalam buku pembantu, dan pembuatan laporan keuangan
seperti laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, neraca, dan catatan atas laporan keuangan.
Dalam konteks organisasi nirlaba, pengelolaan keuangan memiliki fokus pada tujuan
sosial atau pendidikan, bukan keuntungan. Organisasi nirlaba dapat menghasilkan pendapatan
tidak terikat, terikat secara permanen, atau terikat temporer, tergantung pada sifat sumbangan
yang diterima. Klasifikasi organisasi nirlaba dapat melibatkan badan pemerintahan, organisasi
swasta, atau organisasi swasta kuasi-pemerintah. Beberapa karakteristik organisasi nirlaba
termasuk tidak bermotif mencari keuntungan, pertimbangan khusus dalam pembebanan pajak,
orientasi pada pelayanan, dominasi profesional, dan pengaruh politik.
Dalam praktek akuntansi keuangan daerah, langkah-langkah praktik mencakup
pencatatan transaksi dalam jurnal penerimaan kas, pengeluaran kas, dan umum. Peringkasan
dilakukan dengan posting ke buku besar, dan rekening-rekening yang memerlukan perincian
lebih lanjut dicatat dalam buku pembantu. Laporan keuangan yang dihasilkan melibatkan laporan
realisasi anggaran, laporan arus kas, neraca, dan catatan atas laporan keuangan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Akuntansi, universitas jendral soedirman, Indonesia, akuntansi, universitas wijayakusuma,


Indonesia, 2018, PELAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABA.
https://synersia.org/wp-content/uploads/2021/02/PSAK-45-Pelaporan-Keuangan-Organisasi-
Nirlaba-INA.pdf

33

Anda mungkin juga menyukai