Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PELAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK (bagian 2)”


Dosen Pengampu:
Annisa’ Khaerani, S.E., M.Acc

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Triya Sangsaranani (146220121004)


2. Priskila Pasaribu (146220121006)
3. Intan Darmayanti (146220121024)
4. Lefina Naomi Beskadit (146220121031)
5. Mirasti Manggalatu (146220121060)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SORONG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan membrikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapta menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sorong, 13 Desember 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
BAB II..................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 2
A. Siklus Akuntansi Keuangan Sektor Publik ................................................................................. 2
B. Teknik Pelaporan Keuangan Sektor Publik ................................................................................ 2
C. Contoh Laporan Keuangan Sektor Publik dan Unsur-Unsurnya di Organisasi Sektor Publik…3
BAB III ................................................................................................................................................ 12
PENUTUP ........................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sektor publik merupakan organisasi yang kompleks dan heterogen. Kompleksitas
sektor publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk perencanaan dan pengendalian
manajemen lebih bervariasi. Demikian juga stakeholder sektor publik,mereka membutuhkan
informasi yang lebih bervariasi, handal, dan relevan untuk pengambilan keputusan. Tugas dan
tanggung jawab akuntan sektor publik adalah menyediakan informasi baik untuk memenuhi
kebutuhan internal organisasi maupun kebutuhan pihak eksternal.
Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan
sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi dan laporan keuangan
mengandung pengertian sebagai suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan
pengkomunikasian informasi yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan dan untuk menilai
kinerja organisasi. Karena kebutuhan informasi di sektor publik lebih bervariasi, maka
informasi tidak terbatas pada informasi keuangan yang dihsilkan dari sistem akuntansi
organisasi. Informasi non-moneter seperti ukuran output pelayanan harus juga dipertimbangkan
dalam pembuatan keputusan.
Informasi akuntansi merupakan alat untuk melaksanakan akuntabilitas sektor publik
secara efektif, bukan tujuan akhir akuntansi sektor publik itu sendiri, karena kebutuhan
informasi sektor publik lebih bervariasi. Pada bab ini akan berfokus pada teori pelaporan dalam
sektor publik, sistem pelaporan keuangan sektor publik , siklus pelaporan keuangan, teknik
laporan keuangan sektor publik, contoh laporan keuangan sektor publik, dan unsur-unsurnya
dalam organisasi sektor publik (pemerintah pusat,pemerintah daerah,LSM,yayasan, serta partai
politik.

B. Rumusan Masalah
1. Siklus akuntansi keuangan sektor publik
2. Teknik pelaporan keuangan sector publik

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Siklus Akuntansi Keuangan Sektor Publik


1. Transaksi
Merupakan Suatu kegiatan yang dapat mengubah posisi keuangan suatu entitas dan
pencatatannya memerlukan data, bukti atau dokumen pendukung dalam kegiata operasi
suatu entitas (jual-beli). Pencatatan transaksi akuntansi adalah :
 Pemegang Kas - Bendahara Rutin (Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi
dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Fisik
 Pemegang Kas – Bendahara Proyek (Belanja Modal)
 Pemegang Kas – Bendahara Gaji
 Pemegang Kas – Bendahara Penerima

Transaksi Menurut jenisnya terbagi menjadi :

 Transaksi Kas, transaksi yang mengakibatkan pertambahan atau pengurangan


kas. Contohnya Penerimaan Piutang, Pembayaran Belanja Gaji, dll
 Transaksi Non-kas, Transaksi Non-kas, transaksi yang mengakibatkan perubahan
pada aset, utang, pendapatan, belanja tapi tidak mempengaruhi kas. Contohnya
penerimaan aktiva tetap dari Donatur, Pembebasan Utang

2. Analisis Bukti Transaksi


Dalam setiap transaksi selalu disertai dengan bukti pendukung yang berisi informasi
tentang kegiatan transaksi tersebut. Dari bukti transaksi ini, nantinya akan dianalisis
kemudian digunakan untuk dasar pencatatan

3. Mencatat Data Transaksi


Pencatatan data transaksi dilakukan oleh bendahara dalam jurnal

4. Mengelompokkan & Mengikhtisarkan Data yang dicatat (Posting)


Sama hal-nya dengan posting pada perusahaan swasta, posting dalam hal ini juga
mengelompokkan berdasarkan daftar nama akun yang ada pada buku besar

5. Penerbitan Laporan Dan Catatannya


Selama satu periode akuntansi, transaksi dicatat dan dikelompokkan dalam buku besar
yang kemudian sesuai dengan catatan tersebut, dibuat laporan keuangan yang nantinya
disampaikan pada pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan Sektor Publik
yang telah disusun tersebut kemudian dianalisi untuk menilai kebenaran dan
reliabilitasnya.

B. Teknik Pelaporan Keuangan Sektor Publik


1. Tahap pencatatan dan penggolongan
yaitu kegiatan pengidentifikasian dan pengukuran dalam bentuk bukti transaksi dan
bukti pencatatan yang dicatat dalam buku jurnal. Jurnal adalah media pencatatan transaksi
secara urut waktu (kronologis). Manfaat jurnal adalah menggambarkan pos-pos yang

2
terpengaruh oleh transaksi, dapat memberikan gambaran secara kronologis, jurnal dapat
dibagi menjadi berberapa jurnal khusus yang memungkinkan pengerjaan oleh beberapa
orang dalam waktu yang bersamaan, apabila terjadi kesalahan maka akan lebih mudah
menemukannya dalam jurnal daripada mencari pada buku besar.

2. Tahap pengikhtisaran
transaksi-transaksi yang sudah dicatat dan digolongkan dalam jurnal, diringkas dan
dibukukan dalam rekening-rekening buku besar dalam jangka waktu tertentu. Buku besar
dibagi menjadi buku besar umum dan buku besar pembantu. Adapun fungsi dari buku besar
umum adalah mengumpulkan data transaksi kemudian mengklasifikasikannya untuk
divalidasi, mencatat penyesuaian terhadap akun untuk mempersiapkan laporan keuangan.

3. Tahap pelaporan
Data akuntansi yang tercatat dalam rekening-rekening buku besar akan disajikan
dalam bentuk laporan keuangan. Penyederhanaan penyusunan laporan keuangan biasanya
dilakukan melalui neraca lajur atau kertas kerja.
Sistem pencatatan dalam akuntansi terbagi menjadi dua yaitu single book keeping
entry dan double book keeping entry. Single book keeping entry adalah sistem pencatatan
yang hanya melibatkan satu buku besar untuk pencatatan seluruh transaksi yang terjadi.
Sedangkan, double book keeping entry adalah sistem pencatat transaksi pada lebih dari satu
akun buku besar. Pemilihan sistem pencatatan ini tergantung pada karakteristik entitas,
pada entitas yang tidak begitu kompleks tidak terlalu memerlukan double book keeping
entry.

C. Contoh Laporan Keuangan Sektor Publik dan Unsur-Unsurnya di Organisasi


Sektor Publik
1. Pemerintah Pusat
Peraturan pemerintah tentang standar akuntansi pemerintahan merupakan
pelaksanaan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 32
ayat (2) yang menyatakan bahwa standar akuntansi disusun oleh suatu komite standar yang
independen yang di tetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu
mendapat pertimbangan dari badan pemeriksa keuangan. Menurut Standar Akuntansi
Pemerintahan yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 dan UU
No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara mensyaratkan setiap instansi
pemerintahan harus menyusun laporan keuangan sebagai berikut: Laporan Keuangan
Pemerintah terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas, dan
disertai Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK). Pihak yang mempunyai tanggung jawab
untuk menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat adalah Menteri Keuangan selaku
pengelola fiscal.

 Laporan Realisasi Anggaran


Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran
dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Di dalam Laporan Realisasi Anggaran
mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan
terhadap APBN/APBD. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi
dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam
satu periode pelaporan. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan sekurang-kurangnya
unsur-unsur sebagai berikut:
a) pendapatan;
b) belanja;

3
c) transfer;
d) surplus/defisit;
e) pembiayaan;
f) sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran

Gambar 2.5.1.1 contoh Laporan Realisasi Anggaran PemDa

 Laporan Posisi Keuangan


Laporan posisi keuangan menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Neraca tingkat
pemerintah pusat, merupakan konsolidasi dari neraca tingkat kementerian/lembaga. Setiap
entitas pelaporan mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan nonlancar serta

4
mengklasifikasikan kewajibannya Neraca mencantumkan sekurang kurangnya pos-pos 39
berikut:
a) kas dan setara kas;
b) investasi jangka pendek
c) piutang pajak dan bukan pajak;
d) persediaan;
e) investasi jangka panjang;
f) aset tetap;
g) kewajiban jangka pendek;
h) kewajiban jangka panjang;
i) ekuitas dana.

 Laporan Arus Kas


Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaaan,
perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas
pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas
operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran. Penyajian Laporan
Arus Kas dan pengungkapan yang berhubungan dengan arus kas diatur dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas.

 Catatan Atas Laporan Keuangan


Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi
silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas
Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos
yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas.
Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang
diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-
pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan,
seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.
Dalam keadaan tertentu masih dimungkinkan untuk mengubah susunan penyajian
atas pos-pos tertentu dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Misalnya informasi tingkat
bunga dan penyesuaian nilai wajar dapat digabungkan dengan informasi jatuh tempo surat-
surat berharga. Selain mensyarat penyusunan laporan keuangan di atas, PP SAP juga
memuat prosedur yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyusun dan
menyaksikan laporan keuangan baik bagi pemerintah pusat maupun daerah. Dengan adanya
SAP maka laporan keuangan pemerintah pusat/daerah akan lebih berkualitas (dapat
dipahami, relevan ,handal dan dapat diperbandingkan). Laporan tersebut akan diaudit
terlebih dahulu oleh BPK untuk diberikan opini dalam rangka meningkatkan kredibilitas
laporan, sebelum disampaikan kepada para Stakeholder antara lain: pemerintah (eksekutif),
DPR/DPRD (legislatif ) ,investor ,kreditor dan mesyarakat pada umumnya dalam rangka
transpaansi dan akuntanbilitas Keuangan Negara.

2. LSM
Tujuan dari pelaporan keuangan LSM adalah menyediakan informasi yang berguna
untuk mengambil keputusan, di samping untuk menunjukan akuntabilitas organisasi serta
menjaga tingkat kepercayaan sumber dana dengan:
a) Menyediakan informasi mengenai sumber-sumber, alokasi, dan penggunaan
sumber daya keuangan;
b) Menyediakan informasi mengenai bagaimana organisasi LSM mendanai
aktivitasnya dan memenuhi persyaratannya;

5
c) Menyediakan informasi yang berguna dalam mengevaluasi kemampuan
organisasi LSM dalam mendanai aktivitasnya dan memenuhi kewajiban serta
komitmennya;
d) Menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan suatu organisasi LSM dan
perubahan di dalamnya; dan
e) Menyediakan informasi menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi
kinerja organisasi LSM dari segi biaya jasa, efisiensi, dan pencapaian tujuan.
Laporan keuangan LSM juga memainkan peranan prediktif dan prospektif yang
menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi banyaknya sumber daya yang
diisyaratkan untuk operasi berkelanjutan, sumber daya yang dapat dihasilkan oleh operasi
yang berkelanjutan, dan risiko ketidakpastian di masa depan. Laporan keuangan dapat juga
menyediakan informasi kepada pemakainya, seperti:
a) Mengindikasikan apakah sumber daya telah ditetapkan dan digunakan sesuai
dengan anggaran yang ditetapkan; dan
b) Mengindikasikan apakah sumber daya telah ditetapkan dan digunakan sesuai
dengan persyaratan, termasuk batas keuangan yang ditetapkan oleh pengambil
kebijakan di masing-masing LSM.

Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan LSM harus disusun atas dasar
akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat terjadinya
(dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) serta dicatat dalam catatan
akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan periode bersangkutan. Laporan
keuangan LSM yang disusun atas dasar akrual akan memberikan informasi kepada pemakai
tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, tetapi
juga kewajiban pembayaran kas di masa depan. Oleh karena itu, dengan penggunaan dasar
akrual, laporan keuangan LSM dapat menyediakan jenis transaksi masa lalu dan peristiwa
lainnya yang paling berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuangan LSM biasanya disusun atas dasar kelangsungan usaha
organisasi LSM dan dalam melanjutkan usahanya di masa depan. Oleh karena itu,
organisasi ini diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau
mengurangi secara material skala pelayanannya.
Laporan keuangan LSM mencakup :
1) Laporan Posisi Keuangan
2) Laporan Laba Rugi (Aktivitas)
3) Laporan Arus Kas

3. Organisasi Nirlaba (Yayasan)


Karakteristik organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan
utama yang mendasar terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang
dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. Organisasi nirlaba
memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang
tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut. Sebagai akibat dari
karakteristik tersebut, dalam organisasi nirlaba timbul transaksi tertentu yang jarang atau
bahkan tidak pernah terjadi dalam organisasi bisnis, misalnya penerimaan sumbangan.
Para pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba memiliki kepentingan bersama
yang tidak berbeda dengan organisasi bisnis, yaitu untuk menilai:
a) Jasa yang diberikan oleh organisasi nirlaba dan kemampuannya untuk terus
memberikan jasa tersebut
b) Cara manajer melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek kinerja manajer

6
c) Kemampuan organisasi untuk terus memberikan jasa dikomunikasikan melalui
laporan posisi keuangan yang menyediakan informasi mengenai aktiva,
kewajiban, aktiva bersih, dan informasi mengenai hubungan di antara
unsur unsur tersebut.
Laporan ini harus menyajikan secara terpisah aktiva bersih baik yang terikat
maupun yang tidak terikat penggunaannya. Pertanggungjawaban manajer mengenai
kemampuannya mengelola sumber daya organisasi yang diterima dari para penyumbang
disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan arus kas. Laporan aktivitas harus
menyajikan informasi mengenai perubahan yang terjadi dalam kelompok aktiva bersih.

 Laporan Posisi Keuangan


Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai
aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-
unsur tersebut pada waktu tertentu.
Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan
dan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang,
anggota organisasi, kreditur dan pihak-pihak lain untuk menilai:
a) kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan dan
b) likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya,
dan kebutuhan pendanaan eksternal.
Laporan posisi keuangan, menyediakan informasi yang relevan mengenai
likuiditas, fleksibilitas keuangan, dan hubungan antara aktiva dan kewajiban. Informasi
tersebut umumnya disajikan dengan pengumpulan aktiva dan kewajiban yang memiliki
karakteristik serupa dalam suatu kelompok yang relatif homogen. Sebagai contoh,
organisasi biasanya melaporkan masing-masing unsur aktiva dalam kelompok yang
homogen, seperti :
a) kas dan setara kas;
b) piutang pasien, pelajar, anggota, dan penerima jasa yang lain;
c) persediaan;
d) sewa, asuransi, dan jasa lainnya yang dibayar di muka;
e) surat berharga/efek dan investasi jangka panjang;
f) tanah, gedung, peralatan, serta aktiva tetap lainnya yang digunakan untuk
menghasilkan barang dan jasa.
Kas atau aktiva lain yang dibatasi penggunaanya oleh penyumbang harus disajikan
terpisah dari kas atau aktiva lain yang tidak terikat penggunaannya. Laporan posisi
keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aktiva bersih berdasarkan ada atau
tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu: terikat secara permanen, terikat secara
temporer, dan tidak terikat. Informasi mengenai sifat dan jumlah dari pembatasan permanen
atau temporer diungkapkan dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan
keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan.
Pembatasan permanen terhadap (1) aktiva, seperti tanah atau karya seni, yang
disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau (2) aktiva
yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara permanen
dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aktiva bersih yang penggunaannya
dibatasi secara permanen atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembatasan
permanen kelompok kedua tersebut berasal dari hibah atau wakaf dan warisan yang
menjadi dana abadi (endowment).

7
Pembatasan temporer terhadap (1) sumbangan berupa aktivitas operasi tertentu, (2)
investasi untuk jangka waktu tertentu, (3) penggunaan selama periode tertentu dimasa
depan, atau (4) pemerolehan aktiva tetap, dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam
kelompok aktiva bersih yang penggunaannya dibatasi secara temporer atau disajikan dalam
catatan atas laporan keuangan. Pembatasan temporer oleh penyumbang dapat berbentuk
pembatasan waktu atau pembatasan penggunaan, atau keduanya. Aktiva bersih tidak terikat
umumnya meliputi pendapatan dari jasa, penjualan barang, sumbangan, dan dividen atau
hasil investasi, dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan tersebut. Batasan terhadap
penggunaan aktiva bersih tidak terikat dapat berasal dari sifat organisasi, lingkungan
operasi, dan tujuan organisasi yang tercantum dalam akte pendirian, dan dari perjanjian
kontraktual dengan pemasok, kreditur dan pihak lain yang berhubungan dengan organisasi.
Informasi mengenai batasan-batasan tersebut umumnya disajikan dalam catatan atas
laporan keuangan.

Gambar 2.5.3.1 Contoh Bentuk Laporan Posisi Keuangan Yayasan

8
 Laporan Arus Kas
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan
dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2
tentang Laporan Arus Kas dengan tambahan berikut ini:
Aktivitas pendanaan:
1) penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka
panjang.
2) penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang
penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan
aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi (endowment).
3) bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.
Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan nonkas:
sumbangan berupa bangunan atau aktiva investasi.

Gambar 2.5.3.2 Contoh bentuk Laporan Arus Kas Yayasan

9
 Laporan Aktivitas
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai pengaruh
transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aktiva bersih, hubungan antar
transaksi, dan peristiwa lain, dan bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan
berbagai program atau jasa, Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama
dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para
penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak lainnya untuk:
a) mengevaluasi kinerja dalam suatu periode,
b) menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan memberikan
jasa, dan
c) menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.

Laporan aktivitas mencakup organisasi secara keseluruhan dan menyajikan


perubahan jumlah aktiva bersih selama suatu periode. Perubahan aktiva bersih dalam
laporan aktivitas tercermin pada aktiva bersih atau ekuitas dalam laporan posisi keuangan.
Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat,
kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai
pengurang aktiva bersih tidak terikat.

Sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, terikat


permanen, atau terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya pembatasan. Dalam hal
sumbangan terikat yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat
disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan
diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi. Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan
kerugian yang diakui dari investasi dan aktiva lain (atau kewajiban) sebagai penambah atau
pengurang aktiva bersih tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi.

Klasifikasi Pendapatan, Beban, Keuntungan dan Kerugian dalam kelompok aktiva


bersih tidak menutup peluang adanya klasifikasi tambahan dalam laporan aktivitas.
Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto. Namun demikian
pendapatan investasi dapat disajikan secara neto dengan syarat beban-beban terkait, seperti
beban penitipan dan beban penasihat investasi, diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.

Laporan aktivitas menyajikan jumlah neto keuntungan dan kerugian yang berasal
dari transaksi insidental atau peristiwa lain yang berada di luar pengendalian organisasi dan
manajemen. Misalnya, keuntungan atau kerugian penjualan tanah dan gedung yang tidak
digunakan lagi. Program pemberian jasa merupakan aktivitas untuk menyediakan barang
dan jasa kepada para penerima manfaat, pelanggan, atau anggota dalam rangka mencapai
tujuan atau misi organisasi. Pemberian jasa tersebut merupakan tujuan dan hasil utama yang
dilaksanakan melalui berbagai program utama.

Aktivitas pendukung meliputi semua aktivitas selain program pemberian jasa.


Umumnya, aktivitas pendukung meliputi aktivitas manajemen dan umum, pencarian dana,
dan pengembangan anggota. Aktivitas manajemen dan umum meliputi pengawasan,
manajemen bisnis, pembukuan, penganggaran, pendanaan, dan aktivitas administratif
lainnya, dan semua aktivitas manajemen dan administrasi kecuali program pemberian jasa
atau pencarian dana.

10
Aktivitas pencarian dana meliputi publikasi dan kampanye pencarian dana;
pengadaan daftar alamat penyumbang; pelaksanaan acara khusus pencarian dana;
pembuatan dan penyebaran manual, petunjuk, dan bahan lainnya; dan pelaksanaan aktivitas
lain dalam rangka pencarian dana dari individu, yayasan, pemerintah dan lain-lain.
Aktivitas pengembangan anggota meliputi pencarian anggota baru dan pengumpulan iuran
anggota, hubungan dan aktivitas sejenis.

Gambar 2.5.3.3 Contoh Bentuk Laporan Aktivitas Yayasan

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Siklus akuntansi merupakan suatu proses penyediaan laporan keuangan organisasi
suatu periode akuntansi tertentu. Siklus akuntansi terbagi menjadi pekerjaan-pekerjaan yang
dilakukan selama periode tersebut, bersumber dari transaksi atau kejadian selanjutnya
dimulailah siklus akuntansi mulai dari penjurnalan transaksi atau kejadian, pemindahbukuan ke
dalam buku besar,dan penyiapan laporan keuangan pada akhir periode. Pekerjaan yang
dilakukan pada akhir periode termasuk mempersiapkan akun untuk mencatat transaksi-
transaksi pada periodeselanjutnya. Banyaknya langkah yang harus dilakukan pada akhir
periode secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan dilakukan pada
bagian akhir.Walaupun demikian, pencatatan dan pemindahbukuan selama periode tersebut
membutuhkan waktu lebih lamadibandingkan dengan pekerjaan di akhir periode. Akuntansi
sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu
bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi dan laporan keuangan mengandung
pengertian sebagai suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan pengkomunikasian informasi
yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan dan untuk menilai kinerja organisasi. Karena
kebutuhan informasi di sektor publik lebih bervariasi, maka informasi tidak terbatas pada
informasi keuangan yang dihsilkan dari sistem akuntansi organisasi. Informasi non-moneter
seperti ukuran output pelayanan harus juga dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Biduri, Sarwenda. “Akuntansi sector publik.” Umsida Press (2018): 1-197.

Bastian, Indra. 2010.Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat


Mardiasmo.2009. Akuntansi Sektor Pubik. Yogyakarta: Andi
Nordiawan, Deddi (2006) Akuntansi Sektor Publik, Jakarta: Salemba Empat.
Bastian, Indra, 2010. Akuntansi Sektor Publki (Edisi Ketiga). Yogyakarta:
Erlangga
Mahsun, Mohammad., Sulistiyowati, Firma dan Purwanugraha, Heribertus Andre, 2007, Akuntansi
Sektor Publik (Edisi Kedua), Yogyakarta: BFE
Sugijanto, Robert Gunadi H, dan Sonny Loho, 1995. Akuntansi Pemerintahan dan Organisasi
Nirlaba. Malang: PPA-FE Unibraw

13

Anda mungkin juga menyukai